You are on page 1of 19

SISTEM ADMISSION, DISCHARGE AND TRANSFER (ADT)

DI RUMAH SAKIT BERBASIS HL7

Tugas Sistem Informasi Rumah Sakit


Dosen Pengampu : dr. Lutfan Lazuardi, M.Kes, Ph. D

Oleh :
ROSLINDA
NIM : 13/354324/PKU/13866

MINAT SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KESEHATAN


PROGRAM PASCASARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii
ABSTRAK ............................................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Tujuan ........................................................................................................................... 2
BAB II. METODE PENULISAN
A. Metode pencarian literature .......................................................................................... 3
B. Kata kunci pencarian literature ..................................................................................... 3
C. Database yang digunakan dalam pencarian literature ................................................... 3
D. Pendekatan penelitian ................................................................................................... 3
BAB III. HASIL
A. Perkembangan Telestroke ............................................................................................. 6
B. Implementasi Program Telestroke ................................................................................ 7
C. Hambatan dan Kunci Keberhasilan dalam Implementasi Telestroke ........................... 9
BAB IV. DISKUSI
A. Perkembangan Telestroke ............................................................................................. 10
B. Implementasi Program Telestroke ................................................................................ 10
C. Hambatan dan Kunci Keberhasilan dalam Implementasi Telestroke ........................... 11
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 13
B. Saran ............................................................................................................................. 13
REFERENSI

ii
ABSTRAK

Stroke menyebabkan 50.000 kematian setiap tahunnya.Pemanfaatan


teknologi“Telestroke” merupakan salah satu media pengobatan stroke akut secara efektif.Paper
ini bertujuan untuk mendeskripsikan perkembangan, implementasi, hambatan serta kunci
keberhasilan telemedicine sebagai media pengobatan stroke.Metode yang digunakan dalam
dalam penyusunan paper ini adalah metode telaah literatur.Berdasarkan hasil telaah literatur
diperoleh bahwa telestroke pertama kali diteliti pada tahun 1999 oleh Levine dan Gorman dan
mulai dikembangkan pada tahun 2002 di Ontario Kanada.Implementasi telestroke digunakan
dalam menjembatani kesenjangan pelayanan stroke akut di pedesaan dan perkotaan.Remote
Evaluation of Acute IsCHemic Stroke (REACH) dikembangkan oleh Fakultas Kedokteran
Georgia yang memungkinkan dokter di IGD dapat berkonsultasi dengan spesialis stroke di
rumah sakit pedesaan. Melalui telemedicine pada terapi tPA IV terjadi peningkatan dari 2.8% ke
6.8%, dan mengurangi waktu penanganan pasien hingga < 3 jam. Keberhasilan program
telestroke di dukung oleh partisipasi dari dokter ahli saraf, perawat, dan tenaga medis lainnya
serta perencanaan dan persiapan yang komprehensif.

Kata kunci :telestroke, telemedicine, implementasi, perkembangan, hambatan

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tata cara dan pengaturan pasien rawat inap (admissions) dan prosedur pasien pulang
(discharge) sangat penting dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan pasien pada semua
sektor pelayanan di rumah sakit. Kerjasama sangat dibutuhkan untuk memastikan pelayanan
kesehatan yang diberikan itu telah direncanakan, diatur dan diberikan sesuai dengan pendekatan
berbasis pasien (patient centered) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan memberikan
rasa berkeadilan.

Perubahan pola pelayanan kesehatan yang berbasis pasien ini menuntut rumah sakit untuk
bersungguh-sungguh memperhatikan pasien bahkan sebelum pasien tersebut dirawat. Saat ini,
keputusan perawatan pasien itu bukan diatur oleh pemerintah dan perusahaan asuransi, tetapi
oleh pasien dan dokter mereka sendiri.

Berdasarkan buku tentang Admissions and Discharge Guidelines Health Strategy


Implementation Project tahun 2003. Pelayanan terhadap pasien yang akan dirawat hingga pasien
pulang, pelayanan yang diberikan itu harus bersifat sebagai berikut:

 Berbasis kepada pasien yang mengutamakan keselamatan pasien, kualitas dan standar
pelayanan klinik
 Pasien harus turut serta dalam pengambilan keputusan dalam masa perawatan.
 Pelayanan kedokteran dan perawatan harus berdasarkan evidence base dan update ilmu
terbaru.
 Pelayanan harus berdasarkan sistem yang baik mulai dari direktur, staf, tim audit dan tim
medis.
 Pelayanan rumah sakit dibagi menjadi tiga bagian yang independen. Rawat jalan, gawat
darurat dan pemeriksaan medis rutin (medical check up).
 Pola pelayanan kesehatan yang diberikan berbasis rumah sakit dan belum berbasis pasien
dan masih berjalan secara konvensional. Keputusan untuk merawat pasien ditentukan
sepenuhnya oleh dokter. Pasien tidak terlibat dalam pengambilan keputusan. Pelayanan
yang diberikan hanya terdiri dari dua jenis saja yaitu rawat jalan dan gawat darurat.

1
 1. ADMISI (ADMISSIONS)
Proses admisi rumah sakit hanya dianggap proses biasa, tidak ada departemen admisi
ataupun dokter penanggung jawab yang berfungsi sebagai Manager Admisi. Belum ada
prosedur khusus mengenai proses preadmisi. Bahkan pasien yang akan dirawat dan
seharusnya masuk ke dalam rawat inap elektif malah masuk melalui pintu gawat darurat.
Pasien yang akan dirawat langsung dianggap sebagai pasien rawat inap walaupun
pemeriksaan penunjang dan rujukan dari dokter keluarga/ dokter layanan primer belum
lengkap. Belum jelasnya rantai rujukan tersebut membuat hubungan antara rumah sakit
dan dokter layanan primer terputus. Pada saat preadmisi ini juga pasien juga tidak
mendapatkan penjelasan apapun mengenai kondisi kesehatannya rencana terapi dan
prosedur yang akan dijalaninya.
Pada pasien yang masuk melalui unit gawat darurat biasanya akan dilakukan pemeriksaan
singkat mengenai kondisi pasien. Keputusan untuk merawat atau tidak merawat pasien
berada pada dokter unit gawat darurat. Dokter akan menilai kondisi klinis pasien dan
melakukan pemeriksaan radiologi dan patologi klinik jika diperlukan.

3. DISCHARGE PLANNING

Selesainya pasien dari proses perawatan dianggap proses biasa dengan alur sebagai berikut:

 Dokter menyatakan bahwa pasien pulang.


 Perawat membuat resume medis pasien pulang, verifikasi seluruh biaya, dan menyiapkan
obat pulang.
 Perawat memberitahukan jumlah biaya kepada keluarga pasien.
 Perawat menceritakan resume diagnosis dan perawatan, rencana tindak lanjut, dan
memberikan kertas kontrol ulang kepada pasien.
 Perawat melakukan edukasi obat-obatan kepada pasien dan keluarga pasien, memberi
obat pulang .
 Perawat mengantar pasien hingga ke pintu depan untuk memastikan pasien tetap aman
sampai keluar dari rumah sakit.

Pada saat ini, rumah sakit dan perawat hanya melakukan transfer ilmu keperawatan secara
terbatas, dalam artian tidak menyediakan waktu khusus dalam rangka melakukan edukasi pasien
yang akan pulang. Selain itu, rumah sakit belum melibatkan anggota keluarga sebagai mitra
dalam merawat pasien.

B. TUJUAN
Adapun tujuan penulisan paper diantaranya :
1. Mendeskripsikan perkembangan ADT manual dan elektronik
2. Mendeskripsikan efektifitas dan kualitas informasi ADT elektronik

2
3. Hambatan dalam penerapan ADT elektronik

3
BAB II
METODE PENULISAN

A. Metode Pencarian Literatur


Pencarian literatur dalam paper ini dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Mencari literatur yang relevan dengan topik yang akan di bahas
2. Melakukan proses seleksi terhadap literatur yang diperoleh berdasarkan kriteria
inklusi/eksklusi yang telah ditetapkan
3. Melakukan telaah terhadap jurnal yang lolos seleksi berdasarkan kriteria

B. Kata Kunci Pencarian Literatur


Kata kunci yang digunakan dalam pencarian literatur adalah Admission, Discharge, Transfer
patient in HIS

C. Database yang Digunakan dalam Pencarian Literature


Database yang digunakan dalam pencarian literatur adalah Clinical key, pubmed,
EBSCOhost, ProQuest, SpringerLink,dan Science Direct.

D. Pendekatan Penelitian
1. Proses Seleksi Literatur
Literatur bahan bacaan yang diperoleh terkait ADT diperoleh dari berbagai sumber
pencarian literatur dengan menggunakan kata kunci yang spesifik.
2. Jumlah Literatur
Literatur yang diperoleh berjumlah 12 buah artikel international dan 5 buah materi yang
berkaitan dengan implementasi telemedicine untuk penderita stroke dan perkembangan
telestroke.
3. Kriteria inklusi/eksklusi
Kriteria inklusi yang digunakan pada pencarian literatur adalah jurnal ataupun artikel
yang berkaitan dengan telestroke dalam rentang waktu sepuluh tahun terakhir. Kriteria
ekslusi yang digunakan pada pencarian literatur adalah jurnal ataupun artikel yang filenya
tidak dapat terdownload secara lengkap.
4. Pembagian Tugas Individual

4
Masing-masing anggota kelompok mencari jurnal dari setiap database yang telah
ditentukan sebelumnya.Setelah jurnal di peroleh, kemudian setiap orang menerjemahkan
hasil jurnal perolehannya dan menyimpulkan jurnal tersebut.Jurnal yang telah diterjemahkan
kemudian didiskusikan bersama untuk di buat ke dalam hasil dan diskusi. Hasil jurnal yang
diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Daftar Database Pencarian Jurnal

Database
Pencarian Judul artikel Nama Jurnal
Jurnal

Clinical Key Review Article Telestroke Network Journal of Stroke and


Fundamentals Cerebrovascular Diseases, Vol.
21, No. 7 (October), 2012: pp
521-529

Pubmed The use of telemedicine in the Neurosurg Focus Vol. 36 Tahun


management of acute stroke; 2014.

Telestroke: effective networking. Lancet neurology, 5(3), 279–82.


doi:10.1016/S1474-
4422(06)70378-7

Implementing a stroke program using Journal of emergency nursing:


telemedicine. JEN : official publication of the
Emergency Department Nurses
Association, 39(6), 613–8.
doi:10.1016/j.jen.2012.04.012

A Web based Telestroke System The Journal of Emergency


Facilitates Rapid Treatment Of Acute Medicine, Vol. 36, No. 1 Tahun
Ischemic Stroke Patients in Rural 2009. Elsevier Inc
Emergency Departements;

EBSCOhost Rural Victorian Telestroke Project Internal medicine journal, 42(10),


pp.1088–95

Introduction of portable computed International Journal of Stroke


tomography scanners, in the treatment of 5(2) Tahun 2010 hal. 62-66
acute stroke patients via telemedicine in
remote communities

5
Database
Pencarian Judul artikel Nama Jurnal
Jurnal

ProQuest Review Stroke Telemedicine Mayo Clin Proc. January


2009;84(1):53-64
www.mayoclinicproceedings.com

SpringerLink Nursing Implementation of a Telestroke Journal of Nursing Management,


Programme in a Community Hospital in 2011, 19, 193–200.
the US

The Challenges of Implementing a BMC Medical Informatics and


Telestroke Network: a Systematic Decision Making 2013, 13:125
Review and Case Study; French et al.

Science Direct Impact of Telemedicine Implementation Journal of Stroke and


in Thrombolytic Use for Acute Ischemic Cerebrovascular Diseases, Vol.
Stroke: The University of Pittsburgh 22, No. 4 (May), 2013: pp 527-
Medical Center Telestroke Network 531
Experience;

Implementing Telestroke to Reduce the Journal of Cardiovascular Disease


Burden of Stroke in Louisiana; Research 4 (2013) 71e73.

Selain mencari jurnal melalui database di atas, untuk mendukung pembahasan maka
dilakukan juga pencarian melalui google scholar.

6
BAB III
HASIL

A. Perkembangan ADT Manual dan Elektronik


Unit stroke dan trombolisis sistemik merupakan dua metode pengobatan stroke tetapi
metode tersebut dibatasi oleh penyebaran para pakar yang ahli dalam bidang tersebut.
Pemanfaatan teknologi telekomunikasi dapat membantu untuk mengatasi masalah tersebut.
Kehadiran telestroke sebagai aplikasi telemedicine menawarkan manfaat yang lebih potensial
dalam manajemen stroke akut secara keseluruhan. Di satu sisi, telestroke menyediakan akses
cepat ke intervensi khusus melalui inisiasi transfer antar rumah sakit, dan di sisilain, mungkin
menyebabkan peningkatan besar dalam terapi stroke pada daerah terpencil (Audebert, 2006).
Sejak Levine dan Gorman's mencetuskan adanya telestroke pada tahun 1999, banyak
studi menilai perbedaan perawatan pada pengobatan stroke akut dengan menggunakan
telemedicine. Dalam kurun waktu 6 tahun terakhir, telestroke dikembangkan dari teori yang baik
dan menjadi teknik yang digunakan untuk diagnosis dan perawatan jarak jauh (Audebert, 2006).
Pengembangan telestroke melibatkan berbagai disiplin ilmu. Dalam pengembangan telestroke,
hal yang perlu dilakukan pertama kali yaitu meminta dukungan serta membangun komitmen
bersama diantara pihak-pihak terkait yang nantinya akan berhubungan langsung dengan program
yang akan dikembangkan (Cronin, 2013).
Pihak-pihak yang terkait di antaranya Direktur Rumah Sakit, dokter, perawat, tim
administrasi, vendor, anggota terapis radiologi, laboran, farmasi, manajemen kasus, manajemen
mutu, departemen manajemen risiko, serta bagian rehabilitasi. Keberhasilan program akan
terwujud ketika semua pihak yang terkait telah memiliki komitmen yang kuat untuk membangun
program tersebut. Setelah komitmen untuk mengembangkan program stroke sudah kuat maka
dilakukan identifikasi kebutuhan, protokol diimplementasikan, dan memberi pelatihan kepada
tenaga yang nantinya akan menjalankan program tersebut (Cronin, 2013).
Kolaborasi antara fasilitas stroke dapat dibagi menjadi jaringan vertikal dan horizontal,
yang ditandai dengan jaringan Moulin dan Hommel. Vertikal berarti untuk memusatkan keahlian
di pusat-pusat khusus, bekerja sama dengan lembaga-lembaga lain dari sistem perawatan
kesehatan. Jaringan horizontal terdiri dari pelaksanaan infrastruktur secara luas independen
dalam wilayah geografis jauh (Audebert, 2006).

7
Stroke akut tampaknya menjadi penyakit yang ideal untuk telemedicine karena sebagian
besar gejala dapat dinilai dengan pemeriksaan audio visual, dan investigasi pencitraan yang
paling penting seperti CT atau MRI dapat ditularkan melalui teleradiology. Bantuan profesional
diperlukan untuk penyelidikan klinis secara lengkap, terutama untuk daerah-daerah tertentu
(bidang visual, gerakan mata, sindrom pengabaian, dan defisit).Bantuan ini dapat diberikan oleh
dokter umum, dokter ruang gawat darurat, atau perawat.Telekonsultasi antara unit stroke yang
berpengalaman dan rumah sakit umum merupakan salah satu bentuk dari jenis jaringan vertikal.
Pendekatan tim dan infrastruktur khusus unit stroke dapat diintegrasikan dalam pengaturan
telestroke. Ini termasuk pembentukan tim stroke (dan bangsal stroke) di rumah sakit terpencil,
pelatihan terus menerus dari semua staf medis, dan pelaksanaan prosedur klinis standar. Konsep
ini ditandai sebagai jaringan horizontal. Tidak menyertakan konsep ini dapat menyebabkan
kendala dalam perawatan stroke (Audebert, 2006).
Penelitian French et al mengidentifikasi pelaksanaan beberapa proyek telestroke dengan
wawancara terhadap stakeholder kunci.Beberapa proyek diidentifikasi dan dihubungi, kemudian
dinilai sejauh mana pengembangan telestroke pada masing-masing proyek tersebut. Hasil
menunjukkan dari 61 proyek yang diidentifikasi, hanya 20 yang disediakan dokumen, 13 yang
dipublikasikan dengan rincian 4 tahap pengembangan sistem telestroke, pelaksanaan,
penggunaan, dan evaluasi. Serta saat wawancara ditemukan 4 tantangan utama dalam
pengembangan telestroke (French et al., 2013).

B. Efektifitas dan Kualitas Informasi ADT Elektronik


Penyakit stroke iskemik akut menjadi masalah kesehatan masyarakat utama di dunia.
Terapi trombolisis intravena merupakan salah satu cara untuk meningkatkan hasil fungsional
pada stroke iskemik akut. National Institutes of Health Stroke telah membuat kesepakatan oleh
untuk meningkatkan pengambilan keputusan trombolisis yang benar dibandingkan hanya dengan
konsultasi via telepon, dengan biaya yang efektif. Sebuah review literatur oleh (Rubin &
Demaerschalk, 2014) membahas pemanfaatan telemedicine pada stroke akut. Penelitian
mengungkapkan bahwa masalah geografis dan kekurangan tenaga kerja berkontribusi dalam
keberhasilan perawatan stroke. Upaya mengatasi kesenjangan antara desa-kota serta memperluas
ketersediaan praktik stroke yang terbaik maka digunakan telemedicine berupa telestroke untuk
mengevaluasi manajemen stroke akut.

8
Penelitian yang dilakukan oleh Nagao, et al di Rumah Sakit Victorian juga menunjukkan
bahwa telestroke dapat menjembatani kesenjangan pemberian layanan stroke akut di pedesaan
dan perkotaan. Sistem telestroke berhasil memperkenalkan trombolisis yang aman serta tinjauan
spesialis terhadap pasien stroke akut di Victoria (Nagao, et al, 2012).
Penelitian lain oleh Switzer, et al menjelaskan mengenai keamanan, kelayakan, dan
waktu pengobatan pada terapi trombolitik dengan sistem telestroke berbasis web di daerah
terpencil. Fakultas Kedokteran Georgia mengembangkan sistem telestroke REACH (Remote
Evaluation of Acute IsCHemic Stroke) sehingga dokter di IGD kabupaten dapat berkonsultasi
dengan spesialis stroke di institusi lain. REACH memungkinkan konsultan stroke memperoleh
riwayat dan memeriksa pasien dengan video, serta meninjau tomography via komputer. Sistem
telestroke memfasilitasi proses administrasi yang aman pada terapi trombolitik pasien penderita
stroke di pedesaan (Switzer et al., 2009).
Adapun alur sistem Telestroke REACH (Remote Evaluation of Acute IsCHemic Stroke)
yang menghubungkan rumah sakit di daerah terpencil dan spesialis stroke .

Gambar 1. Sistem REACH (Remote Evaluation of Acute IsCHemic Stroke) di Georgia

Rumah sakit yang terletak di pedesaan Bagian Tenggara Lousina telah


mengimplementasikan program telestroke pada tahun 2009. Program ini terkait penggunaan
sistem telemedicine mengenai REACH. Tujuan penelitian adalah melakukan evaluasi terhadap
program telestroke dengan menggunakan skala pengukuran kuantitatif National Institute of
Health Stroke Scale (NHISS) untuk memantau kemajuan program. Aspek keikutsertaan rumah
sakit menilai jumlah rumah sakit yang ikut berpartipasi dalam program ini, jumlah konsultasi
pasien, dan jeda waktu terapi tPA IV dan jeda waktu pengobatan menunjukkan peningkatan yang

9
signifikan. Aspek pelatihan pelayanan medis darurat menunjukkan peningkatan pengetahuan
setelah pelatihan (Joshi et al., 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Amorim, et al membandingkan penggunaan terapi tPA IV
pada saat pre telemedicine dan post telemedicine. Hasil penelitian menunjukkan setelah
menggunakan telemedicine penggunaan terapi tPA IV meningkat dari 2.8% ke 6.8%, protokol
untuk menghindari penggunaan terapi tPA IV tidak mengalami perubahan yang berarti antara pre
telemedicine dan post telemedicine, dan untuk waktu kedatangan pasien <3 jam setelah onset
mengalami peningkatan setelah post telemedicine dari 6% hingga 9.5% (Amorim, et al, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Shuaib, et al menjelaskan CT Scan merupakan prasyarat yang
paling penting untuk memeriksa stroke akut dan trombolisis di rumah sakit terpencil. Ditemukan
bahwa scanner portable dapat digunakan dengan sukses dalam memeriksa pasien pada lokasi
terpencil yang tidak dapat menemui pakar stroke tepat waktu/tidak memiliki peralatan imaging
dengan CT scan. Telemedicine dengan scanner portable, memberi harapan bagi banyak
masyarakat terpencil yang tidak memiliki akses layanan stroke yang layak (Shuaib, et al, 2010).

C. Hambatan dan Kunci Keberhasilan dalam Implementasi ADT Elektronik


Implementasi telestroke tidak selalu berjalan dengan baik.Hal ini dikarenakan adanya
hambatan dalam implementasi. Hambatan telestroke yang biasa terjadi seperti medikolegal,
masalah sosial ekonomi hingga masalah pemasaran telemedicine (Demaerschalk et al., 2009).
Review artikel yang dilakukan oleh Meyer dan Demaerschalk 2012 membahas tentang
pemahaman dasar yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan dalam pengembangan model
telestroke. Indikator keberhasilan telestroke ditinjau dari beberapa aspek yang mencakup kinerja,
hasil, dan kualitas program telestroke dalam hal perencanaan pembangunan program telestroke,
proses implementasi, pemahaman penggunaan telestroke, dan pemecahan masalah terkait isu
teknologi (Meyer & Demaerschalk, 2012).
Salah satu faktor pendukung keberhasilan program telestroke di rumah sakit umum perlu
adanya partisipasi dari dokter ahli saraf, perawat, dan tenaga medis lainnya. Pelaksanaan
keperawatan merupakan salah satu model dalam pengembangan program telestroke di rumah
sakit umum (Rafter & Kelly, 2011).

10
BAB IV
DISKUSI

A. Perkembangan Telestroke
Hasil telaah pustaka diketahui bahwa telemedicine telah berkembang dari tahun ke tahun
terkhusus pada pelayanan pasien stroke. Dalam perkembangan telestroke dibutuhkan komitmen
bersama dari berbagai disiplin ilmu yang meliputi direktur rumah sakit, dokter, perawat, tim
administrasi, vendor, anggota terapis radiologi, laboran, farmasi, manajemen kasus, manajemen
mutu, departemen manajemen risiko serta bagian rehabilitasi. Selain komitmen yang kuat
ketersediaan infastruktur juga berperan penting untuk mendukung keberhasilan pengembangan
telestroke.Pembangunan telestroke melibatkan jaringan vertikal dan jaringan horizontal.Jaringan
vertikal meliputi kerjasama antara lintas sektor sedangkan jaringan horizontal meliputi
infrastruktur sebagai penunjang pembangunan telestroke.
Levin dan Gorman merupakan pencetus program telestroke pada tahun 1999. Kemudian
pada tahun 2002 layanan telestroke yang pertama dibangun di Ontario Kanada. Diprakarsai oleh
enam orang pakar syaraf dari empat universitas dan dua pusat kesehatan akademik Universitas
Toronto berpartisipasi untuk membantu dokter pasien gawat darurat di dua kota bagian utara,
yaitu North Bay dan Sudbury. Alat videoconference disediakan di rumah sakit dan tempat
praktek spesialis syaraf di wilayah tersebut.Meskipun jumlah konsultasi relatif rendah, namun
kelayakan telemedicine untuk pengobatan stroke akut telah ditunjukkan.Aspek ekonominya
masih perlu diteliti. Model telestroke adalah alternatif yang cocok untuk melakukan pengobatan
stroke akut bagi Rumah Sakit di daerah terpencil atau masyarakat yang memiliki CT scanner,
namun tidak memilik akses ke pusat pelayanan stroke atau tempat dokter spesialis syaraf (Karen
et al., 2006). Seiring dengan perkembangan teknologi, kini semakin banyak peneliti yang
mencoba mengembangkan telestroke sebagai pengobatan stroke.

B. Implementasi Program Telestroke


Implementasi telestroke ditujukan sebagai solusi dalam mengatasi keterbatasan akses
pasien stroke untuk mendapatkan pengobatan. Salah satu metode pengobatan stroke yaitu dengan
menggunakan metode terapi trombolisis. Akan tetapi terapi trombolisis ini tidak mudah
didapatkan oleh pasien di daerah terpencil. Kehadiran telestroke menjadi solusi baru yang dapat
membantu pasien dalam terapi stroke. Dalam implementasi telestroke diperlukan telekomunikasi

11
audio video hingga konferensi video, termasuk telepon, Multimedia Messaging Service, email,
atau kombinasi keduanya. Sistem telestroke yang efektif membutuhkan video conference
berkualitas tinggi.
Program telestroke sebagian besar diimplementasikan untuk mengatasi masalah geografis
untuk pasien stroke di daerah terpencil. Fakultas Kedokteran di Georgia mengembangkan sistem
REACH (Remote Evaluation of Acute IsCHemic Stroke) untuk penanganan pasien stroke di
daerah terpencil sehingga memudahkan spesialis stroke dari pusat pelayanan kesehatan
memandu dokter di IGD rumah sakit di daerah terpencil dalam membuat keputusan. REACH
juga memudahkan konsultan berkomunikasi dengan dokter, pasien, dan keluarga, tentang hasil
diagnosis dan laboratorium menilai status neurologis pasien serta menilai hasil CT scan pasien.

C. Hambatan dan Kunci Keberhasilan dalam Implementasi Stroke


Hambatan telestroke yang biasa terjadi seperti medikolegal yaitu praktek telemedicine
harus berada di bawah kontrol masing-masing negara sehingga memerlukan lisensi negara ,dan
dibatasi oleh batas-batas geografis negara. Beberapa dokter khawatir bahwa mereka akan rentan
terhadap gugatan malpraktek dalam hal masalah teknis jika tidak mempunyai lisensi dan dasar
hukum sedangkan masalah sosial ekonomi membahas tentang biaya yang besar meliputi
pembangunan dan pemeliharaan jaringan telemedicine termasuk peralatan telemedicine,
dukungan teknis informasi, klinis dan administrasi personil, pelatihan personil dan tunjangan
cakupan one call sedangkan untuk isu pemasaran membahas tentang bagaimana di daerah
pedesaan yang belum paham tentang pemanfaatan telemedicine dan kurangnya tenaga ahli
profesional kesehatan dalam mengimplementasi telestroke.
Keberhasilan telestroke ditinjau dari beberapa aspek yang mencakup kinerja dari
organisasi mengenai pemanfaatan telemedicine, hasil yang valid, dan kualitas program telestroke
dalam hal perencanaan program pembangunan telestroke termasuk pengadaan dan pemeliharaan
peralatan telemedicine, proses implementasi jaringan telestroke baik di daerah perkotaan dan
pedesaan dengan memperhatikan desain dan arsiteknya, pemahaman penggunaan telestroke oleh
tenaga profesional kesehatan, dan pemecahan masalah terkait isu teknologi (Meyer &
Demaerschalk, 2012).
Salah satu faktor pendukung keberhasilan program telestroke di rumah sakit umum perlu
adanya partisipasi dari dokter ahli saraf, perawat, dan tenaga medis lainnya.Pelaksanaan

12
keperawatan merupakan salah satu model dalam pengembangan program telestroke di rumah
sakit umum.Keberhasilan pelaksanaan keperawatan di nilai dari segi perencanaan, pendidikan
dan persiapan.Keberhasilan program ini dapat dicapai dengan perencanaan dan persiapan yang
komprehensif. Sumber daya dalam keperawatan serta dampak perawatan stroke perlu
dipertimbangkan dan menjadi bahan evaluasi(Rafter & Kelly, 2011).

13
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Telemedicine telah berkembang dari tahun ke tahun terkhusus pada pelayanan pasien
stroke.Seiring dengan perkembangan teknologi, kini semakin banyak peneliti yang mencoba
mengembangkan telestroke sebagai media pendukung pengobatan stroke.Implementasi telestroke
ditujukan sebagai solusi dalam mengatasi keterbatasan akses pasien stroke untuk mendapatkan
pengobatan.Program telestroke sebagian besar diimplementasikan untuk mengatasi masalah
geografisuntuk pasien stroke di daerah terpencil.Hambatan dalam pelaksanaan telemedicine
sebagai media pengobatan stroke adalah masalah sosial ekonomi terkait pembiayaan yang besar,
dukungan teknis informasi, klinis dan administrasi serta kurangnya pemahaman tentang
pemanfaatan dan implementasi telestroke.Sedangkan kunci keberhasilan terletak pada partisipasi
tenaga medis dan pemahaman penggunaan media telestroke oleh tenaga medis tersebut.

B. Saran
Penelitian tentang pengembangan telestroke di Indonesia perlu dilakukan, bagaimana
kesiapan infrastukur dan sumber daya manusia dalam mengadopsi aplikasi telestroke sebagai
media pengobatan pasien stroke, mengingat Indonesia terdiri dari banyak pulau dan ahli syaraf
tidak tersedia di semua wilayah. Telestroke cukup efisien jika di gunakan dalam suatu negara
salah satu keuntungannya dapat menjangkau pasien stroke yang tinggal di daerah pedesaan,
namun proses perencanaan, implementasi serta proses pemeliharaan alat telestroke harus
dipertimbangkan.

14
REFERENSI

Amorim, E., Shih, M.-M., Koehler, S. a, Massaro, L. L., Zaidi, S. F., Jumaa, M. a, … Wechsler,
L. R. (2013). Impact of Telemedicine Implementation in Thrombolytic Use for Acute
Ischemic Stroke: the University of Pittsburgh Medical Center Telestroke Network
Experience. Journal of Stroke and Cerebrovascular Diseases : The Official Journal of
National Stroke Association, 22(4), 527–531.
doi:10.1016/j.jstrokecerebrovasdis.2013.02.004.

Anwar, A. (2011). Aspek Hukum Penggunaan Telemedicine (pp. 1–14). Ambon.

Audebert, H. (2006). Telestroke: Effective Networking. Lancet Neurology, 5(3), 279–282.


doi:10.1016/S1474-4422(06)70378-7.

Cronin, T. (2013). Implementing a Stroke Program Using Telemedicine. Journal of Emergency


Nursing: JEN : Official Publication of the Emergency Department Nurses Association,
39(6), 613–618. doi:10.1016/j.jen.2012.04.012.

Demaerschalk, B. M., Miley, M. L., Kiernan, T.-E. J., Bobrow, B. J., Corday, D. a., Wellik, K.
E., … Richemont, P. C. (2009). Stroke Telemedicine. Mayo Clinic Proceedings, 84(1),
53–64. doi:10.4065/84.1.53.

French, B., Day, E., Watkins, C., McLoughlin, A., Fitzgerald, J., Leathley, M., … Lightbody, C.
(2013). The Challenges of Implementing a Telestroke Network: a Systematic Review and
Case Study. BMC Medical Informatics and Decision Making, 13, 125. doi:10.1186/1472-
6947-13-125.

Joshi, P., Marino, M., Bhoi, A., Gaines, K., Allen, E., & Mora, J. (2013). Implementing
Telestroke to Reduce the Burden of Stroke in Louisiana. Journal of Cardiovascular
Disease Research, 4(1), 71–73. doi:10.1016/j.jcdr.2013.02.015.

Karen, W., Silver, F., Jaigobin, C., Black, S., Lee, L., Murray, B., … Ã, E. M. B. (2006).
Telestroke : a Multi-Site, Emergency-Based Telemedicine Service in Ontario. Journal of
Telemedicine and Telecare, 12, 141–145.

Levine, S. R., & Gorman, M. (1999). “Telestroke” : The Application of Telemedicine for Stroke.
Journal of The American Heart Stroke, 30(2), 464–469. doi:10.1161/01.STR.30.2.464.

Meyer, B. C., & Demaerschalk, B. M. (2012). Telestroke Network Fundamentals. Journal of


Stroke and Cerebrovascular Diseases : The Official Journal of National Stroke
Association, 21(7), 521–529. doi:10.1016/j.jstrokecerebrovasdis.2012.06.012.
Nagao, K. J., Koschel, A., Haines, H. M., Bolitho, L. E., & Yan, B. (2012). Rural Victorian
Telestroke Project. Internal Medicine Journal, 42(10), 1088–95. doi:10.1111/j.1445-
5994.2011.02603.x.
Nick Townsend, Kremlin Wickramasinghe, Prachi Bhatnagar, K. S., & Mel Nichols, Jose Leal,
R. L.-F. and M. R. (2012). Coronary Heart Disease Statistics. (B. H. F. Peter Wetssberg,
Ed.). London: The British Hearth Foundation.

Rafter, R. H., & Kelly, T. M. (2011). Nursing implementation of a telestroke programme in a


community hospital in the US. Journal of nursing management, 19(2), 193–200.
doi:10.1111/j.1365-2834.2011.01233.x.

Rubin, M. N., & Demaerschalk, B. M. (2014). The Use of Telemedicine in The Management of
Acute Stroke. Neurosurg Focus, 36(1), 1–5. doi:10.3171/2013.11.FOCUS13428.

Setyorini, L. (2012). Perbedaan Efektifitas Penyuluhan dan Diskusi Kelompok dalam


Meningkatkan Pengetahuan Keluarga tentang Perawatan Pasien Stroke di Irna Imam
Bonjol RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang. Universitas Brawijaya.

Shuaib, A., Khan, K., Whittaker, T., Amlani, S., & Crumley, P. (2010). Introduction of Portable
Computed Tomography Scanners, in the Treatment of Acute Stroke Patients Via
Telemedicine in Remote Communities. International Journal of Stroke : Official Journal
of the International Stroke Society, 5(2), 62–66. doi:10.1111/j.1747-4949.2010.00408.x.

Switzer, J. a, Hall, C., Gross, H., Waller, J., Nichols, F. T., Wang, S., … Hess, D. C. (2009). A
Web-Based Telestroke System Facilitates Rapid Treatment of Acute Ischemic Stroke
Patients in Rural Emergency Departments. The Journal of Emergency Medicine, 36(1),
12–8. doi:10.1016/j.jemermed.2007.06.041.

You might also like