Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
ROSLINDA
NIM : 13/354324/PKU/13866
i
DAFTAR ISI
ii
ABSTRAK
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tata cara dan pengaturan pasien rawat inap (admissions) dan prosedur pasien pulang
(discharge) sangat penting dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan pasien pada semua
sektor pelayanan di rumah sakit. Kerjasama sangat dibutuhkan untuk memastikan pelayanan
kesehatan yang diberikan itu telah direncanakan, diatur dan diberikan sesuai dengan pendekatan
berbasis pasien (patient centered) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan memberikan
rasa berkeadilan.
Perubahan pola pelayanan kesehatan yang berbasis pasien ini menuntut rumah sakit untuk
bersungguh-sungguh memperhatikan pasien bahkan sebelum pasien tersebut dirawat. Saat ini,
keputusan perawatan pasien itu bukan diatur oleh pemerintah dan perusahaan asuransi, tetapi
oleh pasien dan dokter mereka sendiri.
Berbasis kepada pasien yang mengutamakan keselamatan pasien, kualitas dan standar
pelayanan klinik
Pasien harus turut serta dalam pengambilan keputusan dalam masa perawatan.
Pelayanan kedokteran dan perawatan harus berdasarkan evidence base dan update ilmu
terbaru.
Pelayanan harus berdasarkan sistem yang baik mulai dari direktur, staf, tim audit dan tim
medis.
Pelayanan rumah sakit dibagi menjadi tiga bagian yang independen. Rawat jalan, gawat
darurat dan pemeriksaan medis rutin (medical check up).
Pola pelayanan kesehatan yang diberikan berbasis rumah sakit dan belum berbasis pasien
dan masih berjalan secara konvensional. Keputusan untuk merawat pasien ditentukan
sepenuhnya oleh dokter. Pasien tidak terlibat dalam pengambilan keputusan. Pelayanan
yang diberikan hanya terdiri dari dua jenis saja yaitu rawat jalan dan gawat darurat.
1
1. ADMISI (ADMISSIONS)
Proses admisi rumah sakit hanya dianggap proses biasa, tidak ada departemen admisi
ataupun dokter penanggung jawab yang berfungsi sebagai Manager Admisi. Belum ada
prosedur khusus mengenai proses preadmisi. Bahkan pasien yang akan dirawat dan
seharusnya masuk ke dalam rawat inap elektif malah masuk melalui pintu gawat darurat.
Pasien yang akan dirawat langsung dianggap sebagai pasien rawat inap walaupun
pemeriksaan penunjang dan rujukan dari dokter keluarga/ dokter layanan primer belum
lengkap. Belum jelasnya rantai rujukan tersebut membuat hubungan antara rumah sakit
dan dokter layanan primer terputus. Pada saat preadmisi ini juga pasien juga tidak
mendapatkan penjelasan apapun mengenai kondisi kesehatannya rencana terapi dan
prosedur yang akan dijalaninya.
Pada pasien yang masuk melalui unit gawat darurat biasanya akan dilakukan pemeriksaan
singkat mengenai kondisi pasien. Keputusan untuk merawat atau tidak merawat pasien
berada pada dokter unit gawat darurat. Dokter akan menilai kondisi klinis pasien dan
melakukan pemeriksaan radiologi dan patologi klinik jika diperlukan.
3. DISCHARGE PLANNING
Selesainya pasien dari proses perawatan dianggap proses biasa dengan alur sebagai berikut:
Pada saat ini, rumah sakit dan perawat hanya melakukan transfer ilmu keperawatan secara
terbatas, dalam artian tidak menyediakan waktu khusus dalam rangka melakukan edukasi pasien
yang akan pulang. Selain itu, rumah sakit belum melibatkan anggota keluarga sebagai mitra
dalam merawat pasien.
B. TUJUAN
Adapun tujuan penulisan paper diantaranya :
1. Mendeskripsikan perkembangan ADT manual dan elektronik
2. Mendeskripsikan efektifitas dan kualitas informasi ADT elektronik
2
3. Hambatan dalam penerapan ADT elektronik
3
BAB II
METODE PENULISAN
D. Pendekatan Penelitian
1. Proses Seleksi Literatur
Literatur bahan bacaan yang diperoleh terkait ADT diperoleh dari berbagai sumber
pencarian literatur dengan menggunakan kata kunci yang spesifik.
2. Jumlah Literatur
Literatur yang diperoleh berjumlah 12 buah artikel international dan 5 buah materi yang
berkaitan dengan implementasi telemedicine untuk penderita stroke dan perkembangan
telestroke.
3. Kriteria inklusi/eksklusi
Kriteria inklusi yang digunakan pada pencarian literatur adalah jurnal ataupun artikel
yang berkaitan dengan telestroke dalam rentang waktu sepuluh tahun terakhir. Kriteria
ekslusi yang digunakan pada pencarian literatur adalah jurnal ataupun artikel yang filenya
tidak dapat terdownload secara lengkap.
4. Pembagian Tugas Individual
4
Masing-masing anggota kelompok mencari jurnal dari setiap database yang telah
ditentukan sebelumnya.Setelah jurnal di peroleh, kemudian setiap orang menerjemahkan
hasil jurnal perolehannya dan menyimpulkan jurnal tersebut.Jurnal yang telah diterjemahkan
kemudian didiskusikan bersama untuk di buat ke dalam hasil dan diskusi. Hasil jurnal yang
diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Daftar Database Pencarian Jurnal
Database
Pencarian Judul artikel Nama Jurnal
Jurnal
5
Database
Pencarian Judul artikel Nama Jurnal
Jurnal
Selain mencari jurnal melalui database di atas, untuk mendukung pembahasan maka
dilakukan juga pencarian melalui google scholar.
6
BAB III
HASIL
7
Stroke akut tampaknya menjadi penyakit yang ideal untuk telemedicine karena sebagian
besar gejala dapat dinilai dengan pemeriksaan audio visual, dan investigasi pencitraan yang
paling penting seperti CT atau MRI dapat ditularkan melalui teleradiology. Bantuan profesional
diperlukan untuk penyelidikan klinis secara lengkap, terutama untuk daerah-daerah tertentu
(bidang visual, gerakan mata, sindrom pengabaian, dan defisit).Bantuan ini dapat diberikan oleh
dokter umum, dokter ruang gawat darurat, atau perawat.Telekonsultasi antara unit stroke yang
berpengalaman dan rumah sakit umum merupakan salah satu bentuk dari jenis jaringan vertikal.
Pendekatan tim dan infrastruktur khusus unit stroke dapat diintegrasikan dalam pengaturan
telestroke. Ini termasuk pembentukan tim stroke (dan bangsal stroke) di rumah sakit terpencil,
pelatihan terus menerus dari semua staf medis, dan pelaksanaan prosedur klinis standar. Konsep
ini ditandai sebagai jaringan horizontal. Tidak menyertakan konsep ini dapat menyebabkan
kendala dalam perawatan stroke (Audebert, 2006).
Penelitian French et al mengidentifikasi pelaksanaan beberapa proyek telestroke dengan
wawancara terhadap stakeholder kunci.Beberapa proyek diidentifikasi dan dihubungi, kemudian
dinilai sejauh mana pengembangan telestroke pada masing-masing proyek tersebut. Hasil
menunjukkan dari 61 proyek yang diidentifikasi, hanya 20 yang disediakan dokumen, 13 yang
dipublikasikan dengan rincian 4 tahap pengembangan sistem telestroke, pelaksanaan,
penggunaan, dan evaluasi. Serta saat wawancara ditemukan 4 tantangan utama dalam
pengembangan telestroke (French et al., 2013).
8
Penelitian yang dilakukan oleh Nagao, et al di Rumah Sakit Victorian juga menunjukkan
bahwa telestroke dapat menjembatani kesenjangan pemberian layanan stroke akut di pedesaan
dan perkotaan. Sistem telestroke berhasil memperkenalkan trombolisis yang aman serta tinjauan
spesialis terhadap pasien stroke akut di Victoria (Nagao, et al, 2012).
Penelitian lain oleh Switzer, et al menjelaskan mengenai keamanan, kelayakan, dan
waktu pengobatan pada terapi trombolitik dengan sistem telestroke berbasis web di daerah
terpencil. Fakultas Kedokteran Georgia mengembangkan sistem telestroke REACH (Remote
Evaluation of Acute IsCHemic Stroke) sehingga dokter di IGD kabupaten dapat berkonsultasi
dengan spesialis stroke di institusi lain. REACH memungkinkan konsultan stroke memperoleh
riwayat dan memeriksa pasien dengan video, serta meninjau tomography via komputer. Sistem
telestroke memfasilitasi proses administrasi yang aman pada terapi trombolitik pasien penderita
stroke di pedesaan (Switzer et al., 2009).
Adapun alur sistem Telestroke REACH (Remote Evaluation of Acute IsCHemic Stroke)
yang menghubungkan rumah sakit di daerah terpencil dan spesialis stroke .
9
signifikan. Aspek pelatihan pelayanan medis darurat menunjukkan peningkatan pengetahuan
setelah pelatihan (Joshi et al., 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Amorim, et al membandingkan penggunaan terapi tPA IV
pada saat pre telemedicine dan post telemedicine. Hasil penelitian menunjukkan setelah
menggunakan telemedicine penggunaan terapi tPA IV meningkat dari 2.8% ke 6.8%, protokol
untuk menghindari penggunaan terapi tPA IV tidak mengalami perubahan yang berarti antara pre
telemedicine dan post telemedicine, dan untuk waktu kedatangan pasien <3 jam setelah onset
mengalami peningkatan setelah post telemedicine dari 6% hingga 9.5% (Amorim, et al, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Shuaib, et al menjelaskan CT Scan merupakan prasyarat yang
paling penting untuk memeriksa stroke akut dan trombolisis di rumah sakit terpencil. Ditemukan
bahwa scanner portable dapat digunakan dengan sukses dalam memeriksa pasien pada lokasi
terpencil yang tidak dapat menemui pakar stroke tepat waktu/tidak memiliki peralatan imaging
dengan CT scan. Telemedicine dengan scanner portable, memberi harapan bagi banyak
masyarakat terpencil yang tidak memiliki akses layanan stroke yang layak (Shuaib, et al, 2010).
10
BAB IV
DISKUSI
A. Perkembangan Telestroke
Hasil telaah pustaka diketahui bahwa telemedicine telah berkembang dari tahun ke tahun
terkhusus pada pelayanan pasien stroke. Dalam perkembangan telestroke dibutuhkan komitmen
bersama dari berbagai disiplin ilmu yang meliputi direktur rumah sakit, dokter, perawat, tim
administrasi, vendor, anggota terapis radiologi, laboran, farmasi, manajemen kasus, manajemen
mutu, departemen manajemen risiko serta bagian rehabilitasi. Selain komitmen yang kuat
ketersediaan infastruktur juga berperan penting untuk mendukung keberhasilan pengembangan
telestroke.Pembangunan telestroke melibatkan jaringan vertikal dan jaringan horizontal.Jaringan
vertikal meliputi kerjasama antara lintas sektor sedangkan jaringan horizontal meliputi
infrastruktur sebagai penunjang pembangunan telestroke.
Levin dan Gorman merupakan pencetus program telestroke pada tahun 1999. Kemudian
pada tahun 2002 layanan telestroke yang pertama dibangun di Ontario Kanada. Diprakarsai oleh
enam orang pakar syaraf dari empat universitas dan dua pusat kesehatan akademik Universitas
Toronto berpartisipasi untuk membantu dokter pasien gawat darurat di dua kota bagian utara,
yaitu North Bay dan Sudbury. Alat videoconference disediakan di rumah sakit dan tempat
praktek spesialis syaraf di wilayah tersebut.Meskipun jumlah konsultasi relatif rendah, namun
kelayakan telemedicine untuk pengobatan stroke akut telah ditunjukkan.Aspek ekonominya
masih perlu diteliti. Model telestroke adalah alternatif yang cocok untuk melakukan pengobatan
stroke akut bagi Rumah Sakit di daerah terpencil atau masyarakat yang memiliki CT scanner,
namun tidak memilik akses ke pusat pelayanan stroke atau tempat dokter spesialis syaraf (Karen
et al., 2006). Seiring dengan perkembangan teknologi, kini semakin banyak peneliti yang
mencoba mengembangkan telestroke sebagai pengobatan stroke.
11
audio video hingga konferensi video, termasuk telepon, Multimedia Messaging Service, email,
atau kombinasi keduanya. Sistem telestroke yang efektif membutuhkan video conference
berkualitas tinggi.
Program telestroke sebagian besar diimplementasikan untuk mengatasi masalah geografis
untuk pasien stroke di daerah terpencil. Fakultas Kedokteran di Georgia mengembangkan sistem
REACH (Remote Evaluation of Acute IsCHemic Stroke) untuk penanganan pasien stroke di
daerah terpencil sehingga memudahkan spesialis stroke dari pusat pelayanan kesehatan
memandu dokter di IGD rumah sakit di daerah terpencil dalam membuat keputusan. REACH
juga memudahkan konsultan berkomunikasi dengan dokter, pasien, dan keluarga, tentang hasil
diagnosis dan laboratorium menilai status neurologis pasien serta menilai hasil CT scan pasien.
12
keperawatan merupakan salah satu model dalam pengembangan program telestroke di rumah
sakit umum.Keberhasilan pelaksanaan keperawatan di nilai dari segi perencanaan, pendidikan
dan persiapan.Keberhasilan program ini dapat dicapai dengan perencanaan dan persiapan yang
komprehensif. Sumber daya dalam keperawatan serta dampak perawatan stroke perlu
dipertimbangkan dan menjadi bahan evaluasi(Rafter & Kelly, 2011).
13
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Telemedicine telah berkembang dari tahun ke tahun terkhusus pada pelayanan pasien
stroke.Seiring dengan perkembangan teknologi, kini semakin banyak peneliti yang mencoba
mengembangkan telestroke sebagai media pendukung pengobatan stroke.Implementasi telestroke
ditujukan sebagai solusi dalam mengatasi keterbatasan akses pasien stroke untuk mendapatkan
pengobatan.Program telestroke sebagian besar diimplementasikan untuk mengatasi masalah
geografisuntuk pasien stroke di daerah terpencil.Hambatan dalam pelaksanaan telemedicine
sebagai media pengobatan stroke adalah masalah sosial ekonomi terkait pembiayaan yang besar,
dukungan teknis informasi, klinis dan administrasi serta kurangnya pemahaman tentang
pemanfaatan dan implementasi telestroke.Sedangkan kunci keberhasilan terletak pada partisipasi
tenaga medis dan pemahaman penggunaan media telestroke oleh tenaga medis tersebut.
B. Saran
Penelitian tentang pengembangan telestroke di Indonesia perlu dilakukan, bagaimana
kesiapan infrastukur dan sumber daya manusia dalam mengadopsi aplikasi telestroke sebagai
media pengobatan pasien stroke, mengingat Indonesia terdiri dari banyak pulau dan ahli syaraf
tidak tersedia di semua wilayah. Telestroke cukup efisien jika di gunakan dalam suatu negara
salah satu keuntungannya dapat menjangkau pasien stroke yang tinggal di daerah pedesaan,
namun proses perencanaan, implementasi serta proses pemeliharaan alat telestroke harus
dipertimbangkan.
14
REFERENSI
Amorim, E., Shih, M.-M., Koehler, S. a, Massaro, L. L., Zaidi, S. F., Jumaa, M. a, … Wechsler,
L. R. (2013). Impact of Telemedicine Implementation in Thrombolytic Use for Acute
Ischemic Stroke: the University of Pittsburgh Medical Center Telestroke Network
Experience. Journal of Stroke and Cerebrovascular Diseases : The Official Journal of
National Stroke Association, 22(4), 527–531.
doi:10.1016/j.jstrokecerebrovasdis.2013.02.004.
Demaerschalk, B. M., Miley, M. L., Kiernan, T.-E. J., Bobrow, B. J., Corday, D. a., Wellik, K.
E., … Richemont, P. C. (2009). Stroke Telemedicine. Mayo Clinic Proceedings, 84(1),
53–64. doi:10.4065/84.1.53.
French, B., Day, E., Watkins, C., McLoughlin, A., Fitzgerald, J., Leathley, M., … Lightbody, C.
(2013). The Challenges of Implementing a Telestroke Network: a Systematic Review and
Case Study. BMC Medical Informatics and Decision Making, 13, 125. doi:10.1186/1472-
6947-13-125.
Joshi, P., Marino, M., Bhoi, A., Gaines, K., Allen, E., & Mora, J. (2013). Implementing
Telestroke to Reduce the Burden of Stroke in Louisiana. Journal of Cardiovascular
Disease Research, 4(1), 71–73. doi:10.1016/j.jcdr.2013.02.015.
Karen, W., Silver, F., Jaigobin, C., Black, S., Lee, L., Murray, B., … Ã, E. M. B. (2006).
Telestroke : a Multi-Site, Emergency-Based Telemedicine Service in Ontario. Journal of
Telemedicine and Telecare, 12, 141–145.
Levine, S. R., & Gorman, M. (1999). “Telestroke” : The Application of Telemedicine for Stroke.
Journal of The American Heart Stroke, 30(2), 464–469. doi:10.1161/01.STR.30.2.464.
Rubin, M. N., & Demaerschalk, B. M. (2014). The Use of Telemedicine in The Management of
Acute Stroke. Neurosurg Focus, 36(1), 1–5. doi:10.3171/2013.11.FOCUS13428.
Shuaib, A., Khan, K., Whittaker, T., Amlani, S., & Crumley, P. (2010). Introduction of Portable
Computed Tomography Scanners, in the Treatment of Acute Stroke Patients Via
Telemedicine in Remote Communities. International Journal of Stroke : Official Journal
of the International Stroke Society, 5(2), 62–66. doi:10.1111/j.1747-4949.2010.00408.x.
Switzer, J. a, Hall, C., Gross, H., Waller, J., Nichols, F. T., Wang, S., … Hess, D. C. (2009). A
Web-Based Telestroke System Facilitates Rapid Treatment of Acute Ischemic Stroke
Patients in Rural Emergency Departments. The Journal of Emergency Medicine, 36(1),
12–8. doi:10.1016/j.jemermed.2007.06.041.