You are on page 1of 9

HUBUNGAN ANTARA AGENT, HOST DAN ENVIRONMENT

DALAM TIMBULNYA PENYAKIT

Hoirun Nisa, SKM, MKes

1. PENDAHULUAN

Penyakit terjadi karena adanya interaksi antara Agent, Host (pejamu) dan
Environment (lingkungan). Jika ketiga faktor tersebut saling berinteraksi maka proses
terjadinya penyakit dapat berlangsung. Ketiga faktor untuk terjadinya suatu penyakit
tersebut merupakan model tradisional epidemiologi yang dikemukakan oleh John Gordon
(Gambar 1). Agent dari suatu penyakit meliputi agent biologis dan agent non biologis
(misalnya: agent fisik, agent kimia, dll). Faktor-faktor dari pejamu adalah faktor-faktor
intrinsik yang dapat mempengaruhi kerentanan pejamu tersebut terhadap faktor agent.
Sedangkan faktor lingkungan adalah elemen-elemen ekstrinsik yang dapat mempengaruhi
keterpaparan pejamu terhadap faktor agent.

HOST AGENT

LINGKUNGAN

Gambar 1.

2. FAKTOR AGENT

Agent (penyebab suatu penyakit) adalah semua unsur atau elemen hidup maupun
tak hidup yang kehadirannya atau ketidakhadirannya, bila diikuti dengan kontak yang
efektif dengan manusia yang rentan dalam keadaan yang memungkinkan, akan menjadi
stimuli untuk menginisiasi dan memudahkan terjadinya suatu proses penyakit. Agent
dapat diklasifikasikan sebagai agent biologis, kimia, nutrisi, mekanik dan fisik.

Dalam menimbulkan penyakit, agent-agent tersebut dipengaruhi oleh beberapa


karakteristik, yaitu:

a. Karakteristik inherent
Pada agent biologis/mikrobiologis meliputi morfologi, motilitas, fisiologi,
reproduksi, metabolisme, nutrisi, suhu yang optimum, produksi toksin, dll. Yang tidak
kalah penting adalah sifat-sifat kimia dan fisik dari agent yang tidak hidup, misalnya
ukuran partikel, substansi yang larut atau tidak, dll.

1
b. Viabilitas dan resistensi
Kepekaan mikroorganisme terhadap panas, dingin, kelembaban, matahari dll,
dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.

c. Sifat-sifat yang berhubungan dengan manusia


Terdapat beberapa factor/sifat yang penting dalam menimbulkan penyakit, yaitu:
 Infektifitas (derajad penularan), yakni kemampuan untuk menginfeksi dan
menyesuaikan diri terhadap pejamu.
 Patogenitas, yaitu kemampuan untuk menimbulkan reaksi jaringan pejamu, baik
lokal atau umum, klinis atau sub klinis.
 Virulensi: merupakan derajad berat ringannya reaksi yang ditimbulkan oleh agent.
 Antigenisitas: kemampuan untuk merangsang pejamu membuat mekanisme
penolakan/pertahanan terhadap agent yang bersangkutan.
 Reservoir dan sumber infeksi.
 Cara penularan.

Cara penularan dari agent ke host baru dibedakan secara langsung dan tak
langsung.

Secara langsung
Merupakan penularan yang langsung, yaitu secara kontak atau secara droplet
spread. Peran dari kontak pada penularan secara langsung ini dapat dilihat pada
penyebaran penyakit kelamin dan penyakit enteric (person to person). Pada
penyakit saluran pernafasan, penyebaran secara langsung biasanya melalui bersin,
batuk, dan berbicara dengan penderita.

Secara tak langsung


Dapat terjadi melalui mekanisme yang melibatkan benda hidup maupun benda tak
hidup. Dikategorikan sebagai berkut:
a. Vehicle borne: meliputi air, amkan, susu, serum, plasma, dll, yang berfungsi
sebagai perantara transmisi dan masuknya agent ke dalam host.
b. Vector borne; bersifat mekanik yang tidak memerlukan pengembang-biakan
dan perkembangan dari agent dalam mata rantai penularan, misalnya E.
histolytica. Bersifat biologic, yang memerlukan proses berkembang biak dan
tumbuh dalam proses penularan, misalnya P. vivax.
c. Air borne, biasanya melalui partikel debu, terdapat pada kebanyakan
penularan penyakit saluran pernafasan.

2.1. Agent Biologis


Agent biologis bersifat parasit pada manusia. Kelompok agent biologis
berdasarkan ukurannya yaitu: metazoa (athropoda dan helmints), Protozoa, jamur,
bakteri, ricketsia dan virus.

2
2.2. Agent Kimia
Antara lain adalah pestisida, food additives, obat-obatan, limbah industri, selain
itu juga meliputi zat-zat yang diproduksi oleh tubuh sebagai akibat dari suatu penyakit,
misalnya pada diabetic asidosis, uremia. Adapun cara transmisi agent kimia antara lain:
 Inhalasi, terdiri dari zat-zat kimia yang berupa gas (misalnya karbon monoksida),
uap (misalnya uap bensin), debu mineral (misalnya asbestos), partikel di udara
(misalnya zat-zat allergen).
 Ditelan, misalnya minuman keras/alcohol, obat-obatan, kontaminasi makanan,
seperti pada keracunan logam berat, dll.
 Melalui kulit, misalnya keraacunan pada pemakaian kosmetika, atau pada
keracunan yang disebabkan oleh racun tumbuh-tumbuhan atau binatang.

2.3. Agent Nutrisi


Termasuk dalam kategori ini adalah karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral
dan air. Kekurangan atau kelebihan zat-zat tersebut dapat menggangu keseimbangan yang
mengakibatkan timbulnya penyakit. Penyakit kurang energi dan protein (KEP) adalah
karena faktor defisiensi, sementara obesitas adalah contoh dari kelebihan karbohidrat.
Anemia adalah contoh lain dari defisiensi besi.

2.4. Agent Mekanik


Yang termasuk dalam kategori ini adalah friksi yang kronik dan kekuatan
mekanik seperti kecelakaan, trauma yang berkepanjangan pada organ tertentu sehingga
menimbulkan sakit yang dapat mengakibatkan dislokasi atau patah tulang, dll.

2.5. Agent Fisika


Agent fisik yang banyak diamati adalah pada kasus kesakitan dan kematian yang
dialami oleh para jemaah haji yang mendapatkan paparan agen fisika panas dan
kelembaban. Agen fisika lain meliputi radiasi-ionisasi, suhu udara, intensitas suara,
getaran, terang cahaya, dll.

3. FAKTOR HOST (PEJAMU)


Meliputi usia, jenis kelamin, ras, sosial ekonomi, status perkawinan, penyakit-
penyakit terdahulu, cara hidup, hereditas, nutrisi dan imunitas. Faktor-faktor tersebut
penting karena mempengaruhi risiko untuk terpapar sumber infeksi, dan kerentanan serta
resistensi dari manusia terhadap suatu penyakit atau infeksi.

3.1. Usia
Biasanya merupakan factor pejamu yang trepenting dalam timbulnya penyakit.
Terdapat penyakit-penyakit tertentu yang anya (atau biasanya) menyerang anak-anak usia
tertentu, atau ada juga yang hanya menyerang mereka yang telah lanjut usia.

3.2. Jenis Kelamin


Seperti juga pada usia, terdapat penyakit-penyakit yang hanya menyerang jenis
kelamin tertentu. Misalnya Ca prostate hanya dijumpai pada pria saja, dan sebaliknya Ca
cervix hanya dijumpai pada wanita saja.

3
3.3. Ras
Pengaruh dari perbedaan ras dalam timbulnya suatu penyakit biasanya disebabkan
karena perbedaan cara hidup, kebiasaan social, nilai-nilai social, seringkali juga
dihubungkan dengan factor genetika, dll.

3.4. Sosial Ekonomi


Erat kaitannya dengan cara hidup dan tingkat pendidikan.

3.5. Status Perkawinan


Faktor ini juga berkaitan dengan cara hidup. Secara statistic didapatkan bahwa
morbiditas dan mortalitas dari banyak penyakit berbeda berdasarkan status perkawinan
(tidak menikah, menikah, cerai, atau janda/duda karena kematian pasangannya).

3.6. Penyakit-penyakit terdahulu


Jelas dapat dimengerti bahwa mereka yang menderita penyakit kronis atau yang
pernah menderita sakit keras lebih rentan terhadap suatu infeksi atau penyakit lainnya
dibandingkan dengan mereka yang tidak menderita penyakit kronis.

3.7. Cara hidup


Faktor ini berhubungan dengan social ekonomi, tingkat pendidikan, ras atau
golongan etnis. Kebiasaan makan, minum, membuang kotoran yang tidak baik sangat erat
hubungannya dengan penyakit-penyakit infeksi usus. Selain itu, kebiasaan makan
makanan yang mengandung lemak dan kolesterol berlebihan, kebiasaan merokok, dan
kurangnya olah raga dapat menyebabkan timbulnya penyakit-penyakit kardiovaskuler
dan hipertensi.

3.8. Hereditas
Berkaitan dengan ras.

3.9. Nutrisi
Makin baik status gizi seseorang, maka akan makin baik system pertahan tubuh
orang tersebut (secara umum).

3.10. Imunitas dan Kerentanan Host


Kerentanan host tergantung pada factor genetika, factor ketahanan tubuh secara
umum, dan imunitas spesifik yang didapat. Faktor ketahanan tubuh yang penting adalah
yang berhubungan dengan kulit, selaput lendir, keasaman lambung, silia pada saluran
pernafasan, dan refleks batuk. Faktor yang meningkatkan kerentanan adalah malnutrisi,
bila menderita penyakit lain, depresi system imunologi yang dapat terjadi pada
pengobatan penyakit lain (misalnya kanker dan AIDS). Disamping itu factor imunitas
sangat berpengaruh dalam timbulnya suatu penyakit.

4
4. FAKTOR LINGKUNGAN

Dapat diklasifikasikan dalam 4 komponen, yaitu lingkungan fisik, biologi, sosial


dan ekonomi.

4.1. Lingkungan Fisik


Lingkungan fisik meliputi kondisi udara, musim, cuaca, dan kondisi geografi serta
geologinya.

Kondisi udara, musim, cuaca dapat mempengaruhi kerentanan sesorang terhadap


penyakit tertentu seperti:
 Faktor ketinggian dari permukaan laut (altitude) berpengaruh terhadap mereka
yang mengidap penyakit jantung.
 Kelembaban udara yang sangat rendah dapat mempengaruhi selaput lender
hidung dan telinga sehingga lebih rentan terhadap infeksi seerti influenza.
 Dapat mempengaruhi kebiasaan hidup seseorang sehingga memudahkan
terjangkitnya suatu penyakit, misalnya di daerah dengan keadaan udara yang
panas dan lembab menyebabkan orang memakai baju setipis dan sesedikit
mungkin, sehingga memudahkan terjadinya gigitan serangga, dimana serangga tsb
merupakan vektor dari suatu penyakit.

Kondisi geografi serta geologi juga dapat mempengaruhi kesehatan secara langsung
maupun tidak langsung. Faktor ini berkaitan dengan topografi, sifat tanah, distribusi dan
jumlah tanah serta air yang terkandung.

4.2. Lingkungan Biologi


Dapat berperan sebagai berikut:
a. Hewan atau tumbuh-tumbuhan dapat berfungsi sebagai agent, reservoir, maupun
vektor dari suatu penyakit.
b. Mikroorganisme saprofit mempunyai pengaruh positif terhadap kesehatan melalui
penyuburan tanah, dll.
c. Tumbuh-tumbuhan dapat merupakan sumber nutrient, tetapi mungkin pula
menjadi tempat bermukim binatang yang merupakan vektor suatu penyakit, atau
merupakan sumber allergen.

4.3. Lingkungan Sosial-Ekonomi


Faktor yang timbul dari lingkungan social (di luar factor ekonomi) sangat
mempengaruhi status kesehatan fisik dan mental secara individu maupun kelompok.
Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
 Kepadatan penduduk sangat mempengaruhi ketersediaan makanan, kemudahan
penyebaran penyakit-penyakit menular, dll.
 Kehidupan social seperti adanya perkumpulan-perkumpulan olah raga, fasilitas
rekreasi.
 Stratifikasi social berdasarkan tingkat pendidikan, latar belakang etnis, macam
pekerjaan, dll, dapat meningkatkan gangguan mental, disamping juga tingkat
kejahatan.

5
 Nilai-nilai social yang berlaku, misalnya mengenai besar kecilnya keluarga,
aturan-aturan agama, dll.

Faktor-faktor yang berkaitan dengan ekonomi setempat, misalnya:


 Kemiskinan, hal ini hamper selalu berkaitan dengan malnutrisi, fasilitas sanitasi
yang tidak memadai, dll, yang secara keseluruhan menunjang penyebaran
penyakit menular.
 Ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas kesehatan oleh masyarakat,
berhubungan dengan ada tidaknya atau baik tidaknya system asuransi kesehatan.
 Adanya pusat-pusat latihan dan penyediaan kerja untuk para penyandang cacat
fisik, tingginya tingkat pengangguran.
 Perang dapat menyebabkan kemiskinan, perpindahan penduduk, yang secara
keseluruhan menyebabkan tingginya penyakit menular.
 Bencana alam, misalnya banjir, gemba bumi, memberikan dampak yang hamper
sama dengan perang.

5. INTERAKSI ANTARA AGENT, HOST DAN LINGKUNGAN

5.1. Interaksi agent-lingkungan


Adalah keadaan dimana agent dipengaruhi secara langsung oleh lingkungan
(tanpa menghiraukan karakteristik dari host), biasanya pada periode prepatogenesa yang
seringkali dilanjutkan sampai tahap patogenesa. Keadaan tsb misalnya: ketahanan dari
suatu bakteri terhadap sinar matahari, stabilitas vitamin di dalam lemari pendingin, dll.

5.2. Interaksi host-lingkungan


Adalah keadaan dimana host dipengaruhi secara langsung oleh lingkungan (tanpa
menghiraukan factor agent),biasanya juga pada tahap prepatogenesa dan patogenesa.
Keadaan tersebut misalnya: kebiasaan penyiapan makanan, ketersediaan fasilitas
kesehatan, dll.

5.3. Interaksi host-agent


Adalah keadaan dimana suatu agent telah berada dalam diri host, bermukim
dengan baik, berkembang-biak dan mungkin telah menstimuli respons dari host dengan
timbulnya tanda-tanda dan gejala-gejala klinis seperti demam, perubahan jaringan,
produksi zat-zat kekebalan atau mekanisme pertahanan lainnya. Interaksi ini dapat
berakhir dengan kesembuhan, gangguan semntara, kematian, atau hilangnyatanda-tanda
dan gejala-gejala klinis tanpa eliminasi dari agent (menjadi carier).

5.4. Interaksi agent-host-lingkungan


Adalah keadaan dimana agent, host dan lingkungan saling mempengaruhi satu
dengan lainnya dan menginisiasi timbulnya suatu proses penyakit, terjadi pada tahap
prepatogenesa maupun patogenesa. Misalnya pada kontaminasi feses dari penderita tifus
pada sumber air minum.

6
Untuk memberikan gambaran secara grafik mengenai hubungan antara agent-
host-lingkungan, seperti telah disebutkan di atas, John Gordon menggambarkannya
dengan timbangan keseimbangan. Selain itu dia juga mengemukakan bahwa penyakit
menular mengikuti konsep “biologic laws” yaitu sebagai berikut:

a. Bahwa suatu penyakit timbul karena terjadi ketidakseimbangan antara agent


penyakit tersebut dengan manusia (host).
b. Bahwa keadaan keseimbangan tersebut tergantung dari sifat alami dan
karakteristik dari agent dan pejamu (secara individual maupun kelompok).
c. Bahwa karakteristik dari agent dan pejamu, berikut interaksinya, secara langsung
berhubungan dengan dan tergantung pada keadaan alami dari lingkungan social,
fisik, ekonomi dan juga lingkungan biologis.

Pada penyakit menular, interaksi tersebut terjadi antara dua organisme hidup,
sedangkan pada penyakit tidak menular, terjadi interaksi antara satu organisme hidup,
yaitu manusia dengan agent penyakit yang tidak hidup (nonbiologis). Berikut adalah
keadaan-keadaan yang dapat terjadi pada keadaan equilibrium atau keseimbangan
ntersebut di atas:

1. Periode prepatogenesis: terjadi pada saat timbangan tersebut dalam keadaan


seimbang, yang terlihat dalam keadaan sehat.

A H

2. Periode patogenesis: keadaan seimbang terganggu sehingga timbullah suatu


penyakit.

Terdapat beberapa perubahan keseimbangan:

2.1. Perubahan pada factor agent, yaitu terdapatnya agent baru, atau jumlah agent
bertambah, terjadi mutasi dari agent, keseimbangan berubah.

A
E

Pada keadaan di atas, kemampuan agent bertambah dalam menginfeksi host,


sehingga menyebabkan timbulnya penyakit.

7
2.2. Perubahan pada factor host, yaitu bertambah banyaknya jumlah orang-orang yang
rentan terhadap suatu agent mikroorganisme tertentu, misalnya terhadap kuman
difteri.

E H

Pada keadaan ini proporsi kerentanan host dalam populasi bertambah.

2.3. Perubahan pada factor lingkungan,

2.3.1. Perubahan pada lingkungan yang menyebabkan mudahnya penyebaran dari agent.
Terjadi pada: bertambahnya kasus demam berdarah pada musim penghujan.

H
A
E

2.3.2. Perubahan pada lingkungan yang menyebabkan perubahan pada kerentanan host.
Trrjadi misalnya pada keadaan dimana infeksi saluran pernafasan bertambah
bersamaan dengan meningkatnya polusi udara.

E
H

Konsep di atas adalah suatu konsep yang dinamis. Setiap perubahan dari ketiga
titik atau faktor tersebut akan merubah keadaan keseimbangan yang ada, dan
menimbulkan bertambahnya atau berkurangnya frekuensi dari suatu penyakit. Konsep
atau model ini berkembang pada masa penyakit infeksi adalah satu-satunya (atau
terbanyak) jenis penyakit yang ada. Namun dengan berkembangnya pengetahuan, yaitu
dengan dikenalnya penyakit-penyakit non-infeksi (tak menular), maka terjadi pula
pergeseran dari pola jenis penyakit dan fokus dari epidemiologi. Perubahan tersebut
makin diikuti dengan makin diperhatikannya faktor pejamu dan lingkungan, tidak
semata-mata terhadap faktor agent (terutama agent biologis). Sehingga walaupun ilmu
epidemiologi berkembang dari studi mengenai penyakit menular, penerapannya dapat
dipakai pada penyakit tidak menular dan kesehatan secara umum. Oleh karena itu,
sekarang terdapat epidemiologi mengenai penyakit jantung, penyakit kanker, dll, dimana
pendekatannya menggunakan prinsip yang sama, yaitu dari agent, pejamu dan
lingkungan.

8
References:
1. Leavell, H.R., Clark, E., and Gurney. 1965. Preventive Medicine for the Doctor in
His Community. 3rd ed. Blackiston Division, Mc Graw-Hill Book Company, Inc.
New York.
2. Benenson, A.S. (ed). 1990. Control of Communicable Diseases in Man. 11 ed. An
official Report of the American Public Health Association, New York, N.Y.
3. U.S. Department of Health and Human Services. Agent, host, environment in
Principles of Epidemiology. Manual 1. Atlanta, Georgia.
4. Alan Dever, G.E. 1984. Epidemiology in Health Services Management. 1 st ed.
Aspen Publisher, Gaithersburg, Maryland.

You might also like