You are on page 1of 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semua sel mengambil oksigen yang akan digunakan dalam


bereaksi dengan senyawa-senyawa sederhana dalam mitokondria sel untuk
menghasilkan senyawa-senyawa yang kaya energi, air, dan
karbondioksida. senyawa yang kaya energi tersebut digunakan dalam
aktivitas yang menggunakan energi. Pertukaran oksigen dan
karbondioksida antara sel-sel tubuh serta lingkungan disebut
pernapasan (Syaifuddin, 2006).
Oksigen dibawa ke jaringan-jaringan, dan karbondioksida dibawa
dari jaringan-jaringan ke dalam darah. Fungsi sistem pernapasan adalah
untuk memungkinkan ambilan oksigen dari udara kedalam darah, dan
memungkinkan karbondioksida terlepas dari darah ke udara bebas.
Perpindahan gas dari satu tempat ke tempat lain bergantung sepenuhnya
pada perbedaan tekanan gas yang ada antara satu tempat dengan tempat
yang lain. Suatu gas selalu berdifusi dari tempat bertekanan tinggi menuju
tempat yang tekanannya lebih rendah (Syaifuddin, 2006).
Atmosfer mengandung oksigen pada tekanan 150 mmHg dan
hampir tidak ada karbondioksidanya. Sedangkan jaringan mengandung
oksigen pada tekanan 40 mmHg dan karbondioksida dengan tekanan 46
mmHg. Tekanan ini berbeda karena pertukaran gas.Kecepatan dimana gas-
gas ini bertukaran tergantung pada luasnya pemajanan darah terhadap
udara di dalam paru-paru (Syaifuddin, 2006).
Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis waktu
dalam keadaan tertidur, istilah pernapasan yang lazim igunakan mencakup
dua proses yaitu pernapasan yaitu pernapasan luar(eksterna)merupakan
penyerapan O2 dan pengeluaran CO2 dari tubuh secarah keseluruhan serta

1
dalam pernapasandalam (interna) merupakan penggunaan O2 dan
pembentukan CO2 oleh sel – sel serta pertukaran gas(paru) dan sebuah
pompa ventilasi paru.Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam
pemasukan udara (inspirasi) dan pengeluaran udara ekspirasi maka
mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam yaitu pernapasan dada
dan pernapasan perut. Organ yang berperan dalam sistem pernapasan yaitu
hidung, pharynx, laring, trakhea, bronkus, bronkeolus, alveoli, dan paru-
paru.
Pada sistem pernapasan juga terdapat keseimbangan asam dan basa
dalam tubuh sangat penting untuk mempertahankan proses kehidupan.
Kadar kimia asam basa sukar dipisahkan dengan konsentrasi ion H +.
Konsentrasi ion H+ dalam berbagai larutan dapat berubah dan perubahan
ini dapat disebabkan oleh berbagai macam gangguan fungsi sel.
Hampir semua reaksi biokimia di dalam tubuh kita tergantung dari
pemeliharaan konsentrasi ion hidrogen yang fisiologis. Konsentrasi ion
hidrogen harus diatur secara ketat karena perubahan dari konsentrasi ion
hidrogen ini menyebabkan disfungsi organ yang luas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang diatas, rumusan masalah yang kami


angkat yaitu :

1. Apa saja Organ Pernafasan?

2. Bagaimana Proses Terjadinya Pernafasan?

3. Bagaimana Fisiologi Pernafasan?

4. Bagaimana Keseimbangan Asam Basa Respirasi?

5. Apa saja Kimia Asam Basa?

6. Bagaimana Pengaturan Keseimbangan Asam Basa?

2
7. Bagaimana bila tejadi Ketidakseimbangan Asam Basa Respirasi?

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui sistem pernafasan dan asam basa

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui Organ Pernafasan

b. Untuk mengetahui Proses Terjadinya Pernafasan

c. Untuk mengetahui Fisiologi Pernafasan

d. Untuk mengetahui Keseimbangan Asam Basa Respirasi

e. Untuk mengetahui Kimia Asam Basa

f. Untuk mengetahui Pengaturan Keseimbangan Asam Basa

g. Untuk mengetahui Ketidakseimbangan Asam Basa Respirasi

D. Manfaat

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :

1. Memberikan informasi dan pengetahuan tentang Organ Pernafasan

2. Memberikan informasi dan pengetahuan tentang Proses Terjadinya


Pernafasan .

3. Memberikan informasi dan pengetahuan tentang Fisiologi Pernafasan

4. Memberikan informasi dan pengetahuan tentang Keseimbangan Asam


Basa Respirasi.

5. Memberikan informasi dan pengetahuan tentang Kimia Asam Basa

3
6. Memberikan informasi dan pengetahuan tentang Pengaturan
Keseimbangan Asam Basa

7. Memberikan informasi dan pengetahuan tentang Ketidakseimbangan


Asam Basa Respirasi

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. ORGAN PERNAFASAN

1. HIDUNG

Hidung atau nasal merupakan saluran udara yang pertama,


mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung
(septum nasi). Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk
menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk ke dalam lubang
hidung (Syaifuddin, 2006).
Di bagian depan berhubungan keluar melalui nares (cuping hidung)
anterior dan di belakang berhubungan dengan bagian atas farings
(nasofaring). Masing-masing rongga hidung dibagi menjadi bagian
vestibulum, yaitu bagian lebih lebar tepat di belakang nares anterior,
dan bagian respirasi (Graaff, 2010).
Menurut Pearce (2007) permukaan luar hidung ditutupi oleh kulit
yang memiliki ciri adanya kelenjar sabesa besar, yang meluas ke dalam
vestibulum nasi tempat terdapat kelenjar sabesa, kelenjar keringat, dan
folikel rambut yang kaku dan besar. Rambut ini berfungsi menapis
benda-benda kasar yang terdapat dalam udara inspirasi.
Terdapat 3 fungsi rongga hidung :
a. Dalam hal pernafasan = udara yang di inspirasi melalui rongga
hidung akan menjalani 3 proses yaitu penyaringan (filtrasi),
penghanatan, dan pelembaban.
b. Ephithelium olfactory = bagian meial rongga hidung memiliki
fungsi dalam penerimaan bau.
c. Rongga hidung juga berhubungan dengan pembentukan suara-
suara fenotik dimana ia berfungsi sebagai ruang resonasi.

5
Menurut Graaff (2010) pada potongan frontal, rongga hidung
berbentuk seperti buah alpukat, terbagi dua oleh sekat (septum
mediana). Dari dinding lateral menonjol tiga lengkungan tulang yang
dilapisi oleh mukosa, yaitu:
a. Konka nasalis superior,
b. Konka nasalis medius,
c. Konka nasalis inferior, terdapat jaringan kavernosus atau jaringan
erektil yaitu pleksus vena besar, berdinding tipis, dekat permukaan.
Diantara konka-konka ini terdapat 3 buah lekukan meatus yaitu
meatus superior (lekukan bagian atas), meatus medialis (lekukan bagian
tengah dan meatus inferior (lekukan bagian bawah). Meatus-meatus
inilah yang dilewati oleh udara pernafasan, sebelah dalam terdapat
lubang yang berhubungan dengan tekak, lubang ini disebut koana.
Dasar dari rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas, keatas
rongga hidung berhubungan dengan beberapa rongga yang disebut
sinus paranasalis, yaitu sinus maksilaris pada rongga rahang atas, sinus
frontalis pada rongga tulang dahi, sinus sfenoidalis pada rongga tulang
baji dan sinus etmodialis pada rongga tulang tapis (Syaifuddin, 2006).
Pada sinus etmodialis, keluar ujung-ujung saraf penciuman yang
menuju ke konka nasalis. Pada konka nasalis terdapat sel-sel
penciuman, sel tersebut terutama terdapat di bagianb atas. Pada hidung
di bagian mukosa terdapat serabut-serabut syaraf atau respektor dari
saraf penciuman disebut nervus olfaktorius (Syaifuddin, 2006).
Disebelah belakang konka bagian kiri kanan dan sebelah atas dari
langit-langit terdapat satu lubang pembuluh yang menghubungkan
rongga tekak dengan rongga pendengaran tengah, saluran ini disebut
tuba auditiva eustaki, yang menghubungkan telinga tengah dengan
faring dan laring. Hidung juga berhubungan dengan saluran air mata
disebut tuba lakminaris (Syaifuddin, 2006).
Fungsi hidung, terdiri dari :
a. Bekerja sebagai saluran udara pernafasan

6
b. Sebagai penyaring udara pernafasan yang dilakukan oleh bulu-bulu
hidung
c. Dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa
d. Membunuh kuman-kuman yang masuk, bersama-sama udara
pernafasan oleh leukosit yang terdapat dalam selaput lendir
(mukosa) atau hidung.

2. FARING

Tekak atau faring merupakan tempat persimpangan antara jalan


pernapasan dan jalan makanan. Terdapat dibawah dasar tengkorak,
dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.
Hubungan faring dengan organ-organ lain keatas berhubungan dengan
rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama koana. Ke
depan berhubungan dengan rongga mulut, tempat hubungan ini
bernama istmus fausium. Ke bawah terdapat dua lubang, ke depan
lubang laring, ke belakang lubang esofagus (Syaifuddin, 2006).
Dibawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga dibeberapa
tempat terdapat folikel getah bening. Perkumpulan getah bening ini
dinamakan adenoid. Disebelahnya terdapat 2 buah tonsilkiri dan kanan
dari tekak. Di sebelah belakang terdapat epiglottis (empang tenggorok)
yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan
makanan (Syaifuddin, 2006).
Menurut Graaff (2010) Faring dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Nasofaring, yang terletak di bawah dasar tengkorak, belakang dan
atas palatum molle. Pada bagian ini terdapat dua struktur penting
yaitu adanya saluran yang menghubungkan dengan tuba eustachius
dan tuba auditory. Tuba Eustachii bermuara pada nasofaring dan
berfungsi menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi
membrane timpani. Apabila tidak sama, telinga terasa sakit. Untuk

7
membuka tuba ini, orang harus menelan. Tuba Auditory yang
menghubungkan nasofaring dengan telinga bagian tengah.
b. Orofaring merupakan bagian tengah farings antara palatum lunak
dan tulang hyodi. Pada bagian ini traktus respiratory dan traktus
digestif menyilang dimana orofaring merupakan bagian dari kedua
saluran ini. Orofaring terletak di belakang rongga mulut dan
permukaan belakang lidah. Dasar atau pangkal lidah berasal dari
dinding anterior orofaring, bagian orofaring ini memiliki fungsi
pada system pernapasan dan system pencernaan. refleks menelan
berawal dari orofaring menimbulkan dua perubahan makanan
terdorong masuk ke saluran cerna (oesophagus) dan secara
stimulant, katup menutup laring untuk mencegah makanan masuk
ke dalam saluran pernapasan. Orofaring dipisahkan dari mulut oleh
fauces. Fauces adalah tempat terdapatnya macam-macam tonsila,
seperti tonsila palatina, tonsila faringeal, dan tonsila lingual.
c. Laringofaring terletak di belakang larings. Laringofaring merupakan
posisi terendah dari farings. Pada bagian bawah laringofaring
system respirasi menjadi terpisah dari sitem digestif. Udara melalui
bagian anterior ke dalam larings dan makanan lewat posterior ke
dalam esophagus melalui epiglottis yang fleksibel.

3. LARING

Pangkal Tenggorokan (laring) merupakan saluran udara dan


bertindak sebagai pembentukan suara terletak di depan bagian faring
sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea
dibawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah
empang tenggorok yang disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-
tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan
menutupi laring (Syaifuddin, 2006).
Laring terdiri dari 5 tulang rawan antara lain:

8
a. Kartilago tiroid (1 buah) depan jakun sangat jelas terlihat pada pria.
b. Kartilago ariteanoid (2 buah) yang berbentuk beker
c. Kartilago krikoid (1 buah) yang berbentuk cincin
d. Kartilago epiglotis (1 buah).
Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian
epiglotis yang dilapisi oleh sel epitelium berlapis (Syaifuddin, 2006).
Proses pembentukan suara :
Terbentuknya suara merupakan hasil dari kerjasama antara
rongga mulut, rongga hidung, laring, lidah dan bibir. Pada pita suara
palsu tidak terdapat otot, oleh karena itu pita suara ini tidak dapat
bergetar, hanya antara kedua pita suara tadi dimasuki oleh aliran udara
maka tulang rawan gondok dan tulang rawan bentuk beker tadi diputar.
Akibatnya pita suara dapat mengencang dan mengendor dengan
demikian sela udara menjadi sempit atau luas (Syaifuddin, 2006).
Pergerakan ini dibantu pula oleh otot-otot laring, udara yang dari
paru-paru dihembuskan dan menggetarkan pita suara. Getaran itu
diteruskan melalui udara yang keluar – masuk. Perbedaan suara
seseorang bergantung pada tebal dan panjangnya pita suara. Pita suara
pria jauh lebih tebal daripada pita suara wanita (Syaifuddin, 2006).

4. TRAKEA

Batang Tenggorokan (trakea) merupakan lanjutan dari laring


yang terbentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan
yang berbentuk seperti kuku kuda. Panjang trakea 9-11 cm dan
dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot
polos. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar
yang disebut sel bersilia hanya bergerak kearah luar (Syaifuddin,
2006).
Trakea terletak di depan saluran esofagus, mengalami
percabangan di bagian ujung menuju ke paru-paru. Yang memisahkan

9
trakea menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina. Dinding-dinding
trakea tersusun atas sel epitel bersilia yang menghasilkan lendir. Lendir
ini berfungsi untuk penyaringan lanjutan udara yang masuk, menjerat
partikel-partikel debu, serbuk sari dan kontaminan lainnya. Sel silia
berdenyut akan menggerakan mukus ini naik ke faring yang dapat
ditelan atau dikeluarkan melalui rongga mulut. Hal ini bertujuan untuk
membersihkan saluran pernapasaan (Graaff, 2010).

5. BRONKUS

Bronkus terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri, bronkus


lobaris kanan ( 3 lobus) dan bronkus lobaris kiri ( 2 bronkus). Bronkus
lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus
lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental. Bronkus segmentalis
ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang
dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki arteri, limfatik dan
saraf (Syaifuddin, 2006).
a. Bronkiolus
Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus.
Bronkiolus mengandung kelenjar submukosa yang memproduksi
lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi
bagian dalam jalan nafas.
b. Bronkiolus terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis
(yang mempunyai kelenjar lendir dan silia).
c. Bronkiolus respiratori
Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respirstori.
Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara
lain jalan nafas konduksi dan jalan udara pertukaran gas.
d. Duktus alveolar dan sakus alveolar

10
Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus
alveolar dan sakus alveolar. Dan kemudian menjadi alvioli.

6. PARU – PARU

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar


terdiri dari gelembung (gelembung hawa atau alveoli). Gelembug
alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas
permukaannya kurang lebih 90 m². Pada lapisan ini terjadi pertukaran
udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah.
Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah
(paru-paru kiri dan kanan) (Syaifuddin, 2006).
Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus
(belahan paru), lobus pulmo dekstra superior, lobus media, dan lobus
inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru kiri, terdiri dari
pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri
dari belahan yang kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10
segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, dan 5 buah segmen
pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah
segmen pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus medialis, dan 3
buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi
lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus (Syaifuddin,
2006).
Di antara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh
jaringan ikat yang berisi pembuluh darah getah bening dan saraf, dan
tiap lobulus terdapat sebuah bronkiolus. Di dalam lobulus, bronkiolus
ini bercabang-cabang banyak sekali, cabang ini disebut duktus alveolus.
Tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara
0,2-0,3 mm (Syaifuddin, 2006).
Letak paru-paru di rongga dada datarannya menghadap ke
tengah rongga dada atau kavum mediastinum. Pada bagian tengah

11
terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak
jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura
dibagi menjadi 2 yaitu, yang pertama pleura visceral (selaput dada
pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru-paru.
Kedua pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah
luar. Antara keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa) sehingga
paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan
(eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaanya (pleura),
menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada
gerakan bernapas (Syaifuddin, 2006).
Persyarafan penting dalam aksi pergerakan pernapasan disuplai
melalui N. Phrenicus dan N. Spinal Thoraxic. Nervus Phrenicus
mempersyarafi diafragma, sementara N.Spinal Thoraxic mempersyarafi
intercosta. Di samping syaraf-syaraf tersebut, paru juga dipersyarafi
oleh serabut syaraf simpatis dan para simpatis (Pearce, 2007).
Di dalam paru terdapat peredaran darah ganda. Darah yang
miskin oksigen dari ventrikel kanan masuk ke paru melalui arteri
pulmonalis. Selain system arteri dan vena pulmonalis, terdapat pula
arteri dan vena bronkialis, yang berasal dari aorta, untuk memperdarahi
jaringan bronki dan jaringan ikat paru dengan darah kaya oksigen.
Ventilasi paru (bernapas) melibatkan otot-otot pernapasan, yaitu
diafragma dan otot-otot interkostal. Selain ini ada otot-otot pernapasan
tambahan eperti otot-otot perut (Graaff, 2010).
Menurut Pearce (2007) volume udara pernafasan terdiri dari:
a. Volume Tidal (VT) : Volume udara yang keluar masuk paru-paru
sebagai akibat aktivitas pernapasan biasa (500 cc).
b. Volume Komplemen (VK) : Volume udara yang masih dapat
dimasukkan secara maksimal ke dalam paru-paru setelah inspirasi
biasa (1500 cc)

12
c. Volume Suplemen (VS) : Volume udara yang masih dapat
dihembuskan secara maksimal dari dalam paru-
paru setelah melakukan ekspirasi biasa (1500 cc)
d. Volume Residu (VR) : Volume udara yang selalu tersisa di dalam
paru-paru setelah melakukan ekspirasi sekuat-kuatnya (1000 cc)
e. Kapasitas Vital (KV) : Volume udara yang dapat dihembuskan
sekuat-kuatnya setelah melakukan inspirasi sekuat-kuatnya (KV =
VT + VK + VS) 3500 cc
f. Kapasitasi Total (KT) : Volume total udara yang dapat tertampung
di dalam paru-paru (KT = KV + VR) 4500 cc

B. PROSES TERJADINYA PERNAFASAN

Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar


yang mengandung oksigen serta menghembuskan udara yang banyak
mengandung karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh.
Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut
ekspirasi. Jadi, dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara oksigen yang
ditarik dan udara masuk kedalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah
secara osmosis. Kemudian CO2 dikeluarkan melalui traktus respiratorius
(jalan pernapasan) dan masuk kedalam tubuh melalui kapiler-kapiler vena
pulmonalis kemudian massuk ke serambi kiri jantung (atrium sinistra)
menuju ke aorta kemudian ke seluruh tubuh (jaringan-jaringan dan selsel),
di sini terjadi oksidasi (pembakaran). Sebagai sisa dari pembakaran adalah
CO2 dan dikeluarkan melalui peredaran darah vena masuk ke jantung
(serambi kanan atau atrium dekstra) menuju ke bilik kanan (ventrikel
dekstra) dan dari sini keluar melalui arteri pulmonalis ke jaringan paru-
paru. Akhirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel dari alveoli. Proses
pengeluaran CO2 ini adalah sebagian dari sisa metabolisme, sedangkan sisa
dari metabolisme lainnya akan dikeluarkan melalui traktus urogenitalis dan
kulit (Syaifuddin, 2006).

13
Setelah udara dari luar diproses, di dalam hidung masih terjadi
perjalanan panjang menuju paru-paru (sampai alveoli). Pada laring
terdapat epiglotis yang berguna untuk menutup laring sewaktu menelan,
sehingga makanan tidak masuk ke trakhea, sedangkan waktu bernapas
epiglotis terbuka, begitu seterusnya. Jika makanan masuk ke dalam laring,
maka akan mendapat serangan batuk, hal tersebut untuk mencoba
mengeluarkan makanan tersebt dari laring (Syaifuddin, 2006).
Terbagi dalam 2 bagian yaitu inspirasi (menarik napas) dan
ekspirasi (menghembuskan napas). Bernapas berarti melakukan inpirasi
dan eskpirasi secara bergantian, teratur, berirama, dan terus menerus.
Bernapas merupakan gerak refleks yang terjadi pada otot-otot pernapasan.
Refleks bernapas ini diatur oleh pusat pernapasan yang terletak di dalam
sumsum penyambung (medulla oblongata). Oleh karena seseorang dapat
menahan, memperlambat, atau mempercepat napasnya, ini berarti bahwa
refleks bernapas juga dibawah pengaruh korteks serebri. Pusat pernapasan
sangat peka terhadap kelebihan kadar CO2 dalam darah dan kekurangan
dalam darah. Inspirai terjadi bila muskulus diafragma telah mendapat
rangsangan dari nervus frenikus lalu mengerut datar (Syaifuddin, 2006).
Muskulus interkostalis yang letaknya miring, setelah ,mendapat
rangsangan kemudian mengerut dan tulang iga (kosta) menjadi datar.
Dengan demikian jarak antara sternum (tulang dada) dan vertebra semakin
luas dan melebar. Rongga dada membesar maka pleura akan tertarik, yang
menarik paru-paru sehingga tekanan udara di dalamnya berkurang dan
masuklah udara dari luar (Syaifuddin, 2006).
Ekspirasi, pada suatu saat otot-otot akan kendor lagi (diafragma
akan menjadi cekung, muskulus interkostalis miring lagi) dan dengan
demikian rongga dan dengan demikian rongga dada menjadi kecil kembali,
maka udara didorong keluar. Jadi proses respirasi atau pernapasan ini
terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-
paru (Syaifuddin, 2006).

14
Berdasarkan organ yang terlibat dalam peristiwa inspirasi dan
ekspirasi, orang sering menyebut pernapasan dada dan pernapasan perut.
Sebenarnya pernapasan dada dan pernapasan perut terjadi secara
bersamaan. Untuk lebih jelasnya perhatikan uraian dibawah ini;
1. Pernapasan Dada
Pernapasan dada terjadi karena otot antartulang rusuk berkontraksi
sehingga rusuk terangkat dan akibatnya volume rongga dada membesar.
Membesarnya rongga dada ini membuat tekanan dalam rongga dada
mengecil dan paru-paru mengembang. Pada saat paru-paru
mengembang, tekanan udara di luar lebih besar daripada di dalam
paruparu, akibatnya udara masuk. Sebaliknya, saat otot antartulang
rusuk berelaksasi, tulang rusuk turun. Akibatnya, volume rongga dada
mengecil sehingga tekanan di dalamnya pun naik. Pada keadaan ini
paru-paru mengempis sehingga udara keluar.
2. Pernapasan Perut
Pernapasan perut ini terjadi karena gerakan diafragma. Jika otot
diafragma berkontraksi, rongga dada akan membesar dan paru-paru
mengembang. Akibatnya, udara akan masuk ke dalam paru-paru. Saat
otot diafragma relaksasi, diafragma kembali ke keadaan semula. Saat
itu, rongga dada akan menyempit, mendorong paru-paru sehingga
mengempis. Selanjutnya, udara dari paru-paru akan keluar.

C. FISIOLOGI PERNAFASAN

Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan.


Manusia sangat membutukan okigen dalam hidupnya, kalau tidak
mendapatkan oksigen selama 4 menit akan mengakibatkan kerusakan
pada otak yang tidak dapat diperbaiki lagidan bisa menimbulkan
kematian. Kalau penyediaan oksigen berkurang akan menimbulkan
kacau pikiran dan anoksia serebralis (Syaifuddin, 2006).
1. Pernapaan paru

15
Pernapasan paru adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida
yang terjadi pada paru-paru. Pernapasan melalui paru-paru atau
pernapasan eksterna, oksigen diambil melalui mulut dan hidung
pada waktu bernapas yang oksigen masuk melalui trakea sampai ke
alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonar. Alveoli
memisahkan okigen dari darah, oksigen menembus membran,
diambil oleh sel darah merah dibawa ke jantung dan dari jantung
dipompakan ke seluruh tubuh. Di dalam paru-paru karbondioksida
merupakan hasil buangan yang menembus membran alveoli. Dari
kapiler darah dikeluarkan melalui pipa bronkus berakhir sampai
pada mulut dan hidung (Syaifuddin, 2006). Empat proses yang
berhubungan dengan pernapasan pulmoner :
a. Ventilasi pulmoner, gerakan pernapasan yang menukar udara
dalam alveoli dengan udara luar.
b. Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen
masuk ke seluruh tubuh, karbondioksida dari seluruh tubuh
masuk ke paru-paru.
c. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan
jumlah yang tepat, yang bisa dicapai untuk semua bagian.
d. Difusi gas yang menembus membran alveoli dan kapiler
karbondioksida lebih mudah berdifusi dari pada oksigen.
Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi
ketika konsentrasi dalam darah mempengaruhi dan merangsang
pusat pernapasan terdapat dalam otak untuk memperbesar
kecepatan dalam pernapasan, sehingga terjadi pengambilan O2 dan
pengeluaran CO2 lebih banyak. Darah merah (hemoglobin) yang
banyak mengandunng oksigen dari seluruh tubuh masuk ke dalam
jaringan, mengambil karbondioksida untuk dibawa ke paru-paru
dan di paru-paru terjadi pernapasan eksterna (Syaifuddin, 2006)
2. Pernapasan sel
a. Transpor gas paru-paru dan jaringan

16
Selisih tekanan parsial antara O2 dan CO2 menekankan bahwa
kunci dari pergerakangas O2 mengalir dari alveoli masuk ke
dalam jaringan melalui darah, sedangkan CO2 mengalir dari
jaringan ke alveoli melalui pembuluh darah. Akan tetapi jumlah
kedua gas yang ditranspor ke jaringan dan dari jaringan secara
keseluruhan tidak cukup bila O2 tidak larut dalam darah dan
bergabung dengan protein membawa O2 (hemoglobin).
Demikian juga CO2 yang larut masuk ke dalam serangkaian
reaksi kimia reversibel (rangkaian perubahan udara) yang
mengubah menjadi senyawa lain. Adanya hemoglobin
menaikkan kapasitas pengangkutan O2 dalam darah sampai 70
kali dan reaksi CO2 menaikkan kadar CO2 dalam darah mnjadi
17 kali (Syaifuddin, 2006).
b. Pengangkutan oksigen ke jaringan
Sistem pengangkutan O2 dalam tubuh terdiri dari paru-paru
dan sistem kardiovaskuler. Oksigen masuk ke jaringan
bergantung pada jumlahnya yang masuk ke dalam paru-paru,
pertukaran gas yang cukup pada paru-paru, aliran darah ke
jaringan dan kapasitas pengangkutan O2 dalam darah.Aliran
darah bergantung pada derajat konsentrasi dalam jaringan dan
curah jantung. Jumlah O2 dalam darah ditentukan oleh jumlah
O2 yang larut, hemoglobin, dan afinitas (daya tarik)
hemoglobin (Syaifuddin, 2006).

Transpor oksigen melalui beberapa tahap (Pearce, 2007) yaitu :


a. Tahap I : oksigen atmosfer masuk ke dalam paru-paru. Pada
waktu kita menarik napas tekanan parsial oksigen dalam
atmosfer 159 mmHg. Dalam alveoli komposisi udara berbeda
dengan komposisi udara atmosfer tekanan parsial O2 dalam
alveoli 105 mmHg.

17
b. Tahap II : darah mengalir dari jantung, menuju ke paru-paru
untuk mengambil oksigen yang berada dalam alveoli. Dalam
darah ini terdapat oksigen dengan tekanan parsial 40 mmHg.
Karena adanya perbedaan tekanan parsial itu apabila tiba pada
pembuluh kapiler yang berhubungan dengan membran alveoli
maka oksigen yang berada dalam alveoli dapat berdifusi masuk
ke dalam pembuluh kapiler. Setelah terjadi proses difusi
tekanan parsial oksigen dalam pembuluh menjadi 100 mmHg.
c. Tahap III : oksigen yang telah berada dalam pembuluh darah
diedarkan keseluruh tubuh. Ada dua mekanisme peredaran
oksigen dalam darah yaitu oksigen yang larut dalam plasma
darah yang merupakan bagian terbesar dan sebagian kecil
oksigen yang terikat pada hemoglobin dalam darah. Derajat
kejenuhan hemoglobin dengan O2 bergantung pada tekanan
parsial CO2 atau pH. Jumlah O2 yang diangkut ke jaringan
bergantung pada jumlah hemoglobin dalam darah.
d. Tahap IV : sebelum sampai pada sel yang membutuhkan,
oksigen dibawa melalui cairan interstisial lebih dahulu.
Tekanan parsial oksigen dalam cairan interstisial 20 mmHg.
Perbedaan tekanan oksigen dalam pembuluh darah arteri (100
mmHg) dengan tekanan parsial oksigen dalam cairan
interstisial (20 mmHg) menyebabkan terjadinya difusi oksigen
yang cepat dari pembuluh kapiler ke dalam cairan interstisial.
e. Tahap V : tekanan parsial oksigen dalam sel kira-kira antara 0-
20 mmHg. Oksigen dari cairan interstisial berdifusi masuk ke
dalam sel. Dalam sel oksigen ini digunakan untuk reaksi
metabolism yaitu reaksi oksidasi senyawa yang berasal dari
makanan (karbohidrat, lemak, dan protein) menghasilkan H2O,
CO2 dan energi.
3. Reaksi hemoglobin dan oksigen

18
Dinamika reaksi hemoglobin sangat cocok untuk mengangkut O2.
Hemoglobin adalaah protein yang terikat pada rantai polipeptida,
dibentuk porfirin dan satu atom besi ferro. Masing-masing atom
besi dapat mengikat secara reversible (perubahan arah) dengan satu
molekul O2. Besi berada dalam bentuk ferro sehingga reaksinya
adalah oksigenasi bukan oksidasi (Syaifuddin, 2006).
4. Transpor karbondioksida
Kelarutan CO2 dalam darah kira-kira 20 kali kelarutan O2 sehingga
terdapat lebih banyak CO2 dari pada O2 dalam larutan sederhana.
CO2 berdifusi dalam sel darah merah dengan cepat mengalami
hidrasi menjadi H2CO2 karena adanya anhydrase (berkurangnya
sekresi kerigat) karbonat berdifusi ke dalam plasma. Penurunan
kejenuhan hemoglobin terhadap O2 bila darah melalui kapiler-
kapiler jaringan.Sebagian dari CO2 dalam sel darah merah beraksi
dengan gugus amino dari protein, hemoglobin membentuk
senyawa karbamino (senyawa karbondioksida). Besarnya kenaikan
kapasitas darah mengangkut CO2 ditunjukkan oleh selisih antara
garis kelarutan CO2dan garis kadar total CO2 di antara 49 ml
CO2 dalam darah arterial 2,6 ml dalah senyawa karbamino dan 43,8
ml dalam HCO2 (Syaifuddin, 2006).

D. KESEIMBANGAN ASAM BASA RESPIRASI

Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan konsentrasi


ion H bebas dalam cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4; pH
darah arteri 7,45 dan darah vena 7,35. Jika pH <7,35 dikatakan asidosi,
dan jika pH darah >7,45 dikatakan alkalosis. Ion H terutama diperoleh
dari aktivitas metabolik dalam tubuh. Ion H secara normal dan
kontinyu akan ditambahkan ke cairan tubuh dari 3 sumber, yaitu:

1. Pembentukkan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi


menjadi ion H dan bikarbonat.

19
2. Katabolisme zat organik
3. Disosiasi asam organik pada metabolisme intermedia, misalnya
pada metabolisme lemak terbentuk asam lemak dan asam laktat,
sebagian asam ini akan berdisosiasi melepaskan ion H.
Fluktuasi konsentrasi ion H dalam tubuh akan mempengaruhi
fungsi normal sel, antara lain:

1. perubahan eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis terjadi depresi


susunan saraf pusat, sebaliknya pada alkalosis terjadi
hipereksitabilitas.
2. mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh
3. mempengaruhi konsentrasi ion K
Bila terjadi perubahan konsentrasi ion H maka tubuh berusaha
mempertahankan ion H seperti nilai semula dengan cara:

1. mengaktifkan sistem dapar kimia


2. mekanisme pengontrolan pH oleh sistem pernafasan
3. mekasnisme pengontrolan pH oleh sistem perkemihan
Ada 4 sistem dapar:

1. Dapar bikarbonat; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel


terutama untuk perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat
2. Dapar protein; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan
intrasel
3. Dapar hemoglobin; merupakan sistem dapar di dalam eritrosit
untuk perubahan asam karbonat
4. Dapar fosfat; merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan
cairan intrasel.
Sistem dapat kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-
basa sementara. Jika dengan dapar kimia tidak cukup memperbaiki
ketidakseimbangan, maka pengontrolan pH akan dilanjutkan oleh
paru-paru yang berespon secara cepat terhadap perubahan kadar ion H
dalam darah akinat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat

20
pernafasan, kemudian mempertahankan kadarnya sampai ginjal
menghilangkan ketidakseimbangan tersebut. Ginjal mampu meregulasi
ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan menskresikan ion H
dan menambahkan bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki
dapar fosfat dan amonia.

E. KIMIA ASAM BASA

1. Skala pH
Peningkatan H+ membuat larutan bertambah asam dan
penurunannya membuat bertambah basa. Karena H+ ada dalam
jumlah yang kecil, maka para ahli kimia menggunakan skala pH
sebagai cara untuk menyatakan H+.
pH adalah logaritma negatif dari kadar ion hidrogen (pH= -log
H+). Dengan demikian H+ sebesar 0,0000001 g/L sama dengan 10-
7
g/L, sama dengan pH 7. Jadi pH berbanding terbalik dengan H+.
jika H+ meningkat maka ph menurun, demikian juga jika
H+ menurun, maka pH meningkat. pH yang rendah berarti larutan
iru lebih asam, sedangkan jika pH yang tinggi berarti larutan itu
lebih alkali atau basa. pH rata-rata dari darah atau cairan
ekstraseluler adalah sedikit basa yaitu 7,4. Batas normal dari pH
darah yaitu dari 7,38-7,42.
2. Asam
Asam adalah substansi yang mengandung 1 atau lebih H+ yang
dapat dilepaskan dalam larutan. Dua tipe asam yang dihasilkan
oleh proses metabolik dalam tubuh adalah menguap dan tak
menguap (volatile dan nonvolatile). Asam volatile dapat berubah
antara bentuk cairan maupun gas.
CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3-

21
Karena karbondioksida adalah gas yang dapat dikeluarkan melalui
paru-pau, maka karbondioksida sering disebut sebagai asam
volatile.
Semua sumber-sumber lain dari H+ dianggap sebagai nonvolatile.
Asam-asam nonvolatiletak dapat berubah bentuk menjadi gas
untuk bisa dieksresi oleh paru-paru, tapi harus dieksresikan melalui
ginjal. Sekitar 20.000 mmol asam karbonat dan 80 mmol asam
nonvolatile diproduksi oleh tubuh setiap hari dan dikeluarkan
melalui paru-paru dan ginjal secara terpisah.
3. Basa
Kebalikan dari asam, basa adalah substansi yang dapat menangkap
atau bersenyawa dengan ion hidrogen dari sebuah larutan. Basa
yang kuat, seperti natrium hidroksida (NaOH), terurai dengan
mudah dalam larutan dan bereaksi kuat dengan asam. Basa yang
lemah, seperti natrium bikarbonat (NaHCO3), hanya sebagian
terurai dalam larutan dan kurang bereaksi kuat dengan asam.
Henderson- hesecbach eqitasion menggambarkan hubungan antara
pH, PaO2 dan PaCO2.
Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan
keseimbangan asam-basa darah:
a. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar
dalam bentuk amonia.
Ginjal memiliki kemampuan untuk mengatur jumlah asam atau
basa yang dibuang, yang biasanya berlangsung selama
beberapa hari.
b. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah
sebagai pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-
tiba dalam pH darah. Suatu penyangga ph bekerja secara
kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu
larutan penyangga pH yang paling penting dalam darah
adalah bikarbonat.

22
c. Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam
kesetimbangan dengan karbondioksida (suatu komponen
asam). Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran
darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih
sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk ke
dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak
karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.
d. Pembuangan karbondioksida.

e. Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari


metabolisme oksigen dan terus menerus yang dihasilkan oleh
sel. Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan di paru-
paru karbondioksida tersebut dikeluarkan
(dihembuskan). Pusatpernafasan di otak mengatur jumlah
karbondioksida yang dihembuskan dengan mengendalikan
kecepatan dan kedalaman pernafasan. Jika pernafasan
meningkat, kadar karbon dioksida darah menurun dan darah
menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar
karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih
asam Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan,
maka pusat pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH
darah menit demi menit.

F. PENGATURAN KESEIMBANGAN ASAM BASA

Mekanisme homeostatik yang luar biasa mempertahankan pH


plasma, suatu indikator konsentrasi ion hidrogen (H +) dalam rentang
normal yang sempit antara 7,35-7,45. Mekanisme ini mencakup
aktivitas bufer kimia, ginjal, dan paru-paru. Pada tinjauan ulang, pH
didefinisikan sebagai konsentrasi H+, makin banyak ion hidrogen,
makin asam suatu larutan dan makin rendah pH. Rentang pH yang

23
sesuai dengan kebutuhan hidup (6,8-7,8) menggambarkan perbedaan
sebesar sepuluh kali lipat pada konsentrasi ion hidrogen dalam plasma.

1. Bufer Kimia
Bufer kimia merupakan substansi yang mencegah perubahan besar
dalam ph cairan tubuh dengan membuang atau melepaskan ion-ion
hidrogen, bufer dapat bekerja dengan cepat untuk mencegah
perubahan yang berlebihan dalam konsentrasi ion hidrogen.
Sistem bufer utama tubuh adalah sistem bufer bikarbonat- asam
karbonik. Normalnya ada 20 bagian bikarbonat(HCO3-) untuk satu
bagian asam karbonik (H2CO3). Jika rasio ini berubah, maka nilai
pH akan berubah. Rasio inilah yang penting dalam
mempertahankan ph, bukan nilai absolutnya. Perawat harus
mengingat bahwa karbondioksida merupakan asam potensial, jika
CO2 dilarutkan dalam air, ia akan berubah menjadi asam karbonik
(CO2 + H2O = H2CO3). Karena itu, ketika karbondioksida
ditingkatkan, kandungan asam karbonat juga meningkat dan
sebaliknya.
Sistem bufer lain yang kurang penting adalah cairan ekstraseluler
termasuk fosfat anorganik dan protein plasma. Bufer intraseluler
termasuk protein, fosfat organik dan anorganik, dan dalam sel
darah merah, hemoglobin.

2. Ginjal
Ginjal mengatur kadar bikarbonat dalam cairan ekstraseluler, ginjal
mampu meregenerasi ion-ion bikarbonat dan juga mereabsorbsi
ion-ion ini dari sel-sel tubulus ginjal. Dalam keadaan asidosis
respiratorik, dan kebanyakan kasus asidosis metabolik, ginjal
mengeksresikan ion-ion hidrogen dan menyimpan ion-ion
bikarbonat untuk membantu mempertahankan keseimbangan.
Dalam keadaan alkalosis metabolik dan respiratorik, ginjal

24
mempertahankan ion-ion bikarbonat untuk membantu
mempertahankan keseimbangan. Ginjal jelas tidak dapat
mengkompensasi asidosis metabolik yang diakibatkan oleh gagal
ginjal. Kompensasi ginjal untuk ketidakseimbangan secara relatif
lambat (dalam beberapa jam atau hari).

3. Paru-paru
Paru-paru, dibawah kendali medula otak, mengendalikan
karbondioksida, dan karena itu juga mengendalikan kandungan
asam karbonik dari cairan ekstraseluler. Paru-paru melakukan hal
ini dengan menyesuaikan ventilasi sebagai respons terhadap
jumlah karbon dioksida dalam darah. Kenaikan dari tekanan parsial
karbondioksida dalam darah arteri (PaCO2) merupakan stimulan
yang kuat untuk respirasi. Tentu saja, tekanan parsial
karbondioksida dalam darah arteri (PaCO2) juga mempengaruhi
respirasi. Meskipun demikian, efeknya tidak sejelas efek yang
dihasilkan oleh PaCO2.
Pada keadaan asidosis metabolik, frekuensi pernapasan meningkat
sehingga menyebabkan eliminasi karbon dioksida yang lebih besar
(untuk mengurangi kelebihan asam). Pada keadaan alkalosis
metabolik , frekuensi pernapasan diturunkan, dan menyebabkan
penahanan karbondioksida ( untuk meningkatkan beban asam).

G. KETIDAKSEIMBANGAN ASAM BASA RESPIRASI

Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian


ph tersebut, bisa menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam
keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis. Asidosis adalah
suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak mengandung asam (atau
terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan
menurunnya pH darah. Alkalosis adalah suatu keadaan pada saat darah

25
terlalu banyak mengandung basa (atau terlalu sedikit mengandung
asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah.

Efek Fisiologis Alkalosis


Alkalosis meningkatkan afinitas Hb terhadap oksigen dan pergeseran
kurva disosiasi ke kiri, menyebabkan Hb lebih sulit melepaskan
oksigen ke jaringan. Pertukaran H+keluar sel dengan K+ ekstraseluler
yang masuk ke dalam sel menyebabkan hipokalemia. Alkalosis
meningkatkan jumlah binding site kalsium pada protein plasma,
menurunkan ionisasi plasma, sehingga menyebabkan depresi sirkulasi
dan iritabilitas neuromuscular. Alkalosis respiratori menurunkan
cerebral blood flow, meningkatkan resistensi vascular sistemik dan
presipitasi vasospasme koroner. Pada pulmonal, alkalosis respiratori
meningkatkan tonus otot polos bronkus (bronkokonstriksi) namun
menurunkan rsistensi vascular pulmonal
Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih
merupakan suatu akibat dari sejumlah penyakit. Terjadinya asidosis
dan alkalosis merupakan petunjuk penting dari adanya masalah
metabolisme yang serius. Asidosis dan alkalosis dikelompokkan
menjadi metabolik atau respiratorik, tergantung kepada penyebab
utamanya. Asidosis metabolik dan alkalosis metabolik disebabkan oleh
ketidakseimbangan dalam pembentukan dan pembuangan asam atau
basa oleh ginjal. Asidosis respiratorik atau alkalosis respiratorik
terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kelainan pernafasan.

26
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Organ Pernafasan yaitu hidung laring faring trakea bronkus dan


paru – paru. Jenis pernafasan ada dua yaitu pernafasan dada dan
pernafasan perut.

Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar


yang mengandung oksigen serta menghembuskan udara yang banyak
mengandung karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh.
Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut
ekspirasi. Jadi, dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara oksigen yang
ditarik dan udara masuk kedalam darah dan CO 2 dikeluarkan dari darah
secara osmosis. Kemudian CO2 dikeluarkan melalui traktus respiratorius
(jalan pernapasan) dan masuk kedalam tubuh melalui kapiler-kapiler vena
pulmonalis kemudian massuk ke serambi kiri jantung (atrium sinistra)
menuju ke aorta kemudian ke seluruh tubuh (jaringan-jaringan dan selsel),
di sini terjadi oksidasi (pembakaran).

Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan. Manusia


sangat membutukan okigen dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan
oksigen selama 4 menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang
tidak dapat diperbaiki lagidan bisa menimbulkan kematian. Kalau
penyediaan oksigen berkurang akan menimbulkan kacau pikiran dan
anoksia serebralis

Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan konsentrasi


ion H bebas dalam cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4; pH darah
arteri 7,45 dan darah vena 7,35. Jika pH <7,35 dikatakan asidosi, dan jika

27
pH darah >7,45 dikatakan alkalosis. Ion H terutama diperoleh dari
aktivitas metabolik dalam tubuh.

Peningkatan H+ membuat larutan bertambah asam dan


penurunannya membuat bertambah basa. Karena H+ ada dalam jumlah
yang kecil, maka para ahli kimia menggunakan skala pH sebagai cara
untuk menyatakan H+. Asam adalah substansi yang mengandung 1 atau
lebih H+ yang dapat dilepaskan dalam larutan. Dua tipe asam yang
dihasilkan oleh proses metabolik dalam tubuh adalah menguap dan tak
menguap (volatile dan nonvolatile). Asam volatile dapat berubah antara
bentuk cairan maupun gas. Kebalikan dari asam, basa adalah substansi
yang dapat menangkap atau bersenyawa dengan ion hidrogen dari sebuah
larutan.

Mekanisme homeostatik yang luar biasa mempertahankan pH


plasma, suatu indikator konsentrasi ion hidrogen (H +) dalam rentang
normal yang sempit antara 7,35-7,45. Mekanisme ini mencakup aktivitas
bufer kimia, ginjal, dan paru-paru. Pada tinjauan ulang, pH didefinisikan
sebagai konsentrasi H+, makin banyak ion hidrogen, makin asam suatu
larutan dan makin rendah pH. Rentang pH yang sesuai dengan kebutuhan
hidup (6,8-7,8) menggambarkan perbedaan sebesar sepuluh kali lipat pada
konsentrasi ion hidrogen dalam plasma.

Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian ph


tersebut, bisa menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam
keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis. Asidosis adalah
suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak mengandung asam (atau
terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya
pH darah. Alkalosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak
mengandung basa (atau terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang
menyebabkan meningkatnya pH darah.

28
B. Saran

Saran dalam makalah ini sangat diperlukan untuk memperbaiki


lebih baik dalam proses pembelajaran.

29

You might also like