You are on page 1of 14

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI BAHAN ALAM

PERCOBAAN 2

PENETAPAN SUSUT PENGERINGAN

Disusun oleh:

Kelompok A/4

Sari Nur Hayati Hidayah 10060316018

Siti Sundari 10060316019

Destini Amalia Rahman 10060316020

Mahbubah 10060316021

Ilham Januar 10060316029

Asisten : Zainab Z Azzahra, S.Farm

Tanggal praktikum: 1 maret 2018

Tanggal pengumpulan: 07 maret 2018

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT B

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

1438I H/2018
PERCOBAAN 2

PENETAPAN SUSUT PENGERINGAN

I. Tujuan Percobaan
a) Mengukur kadar senyawa yang hilang atau menguap selama proses
pemanasan
b) Memahami cara penetapan susut pengeringan

II. Prinsip Percobaan


a) Menggunakan metode gravimetric, pada pemanasan sushu 100-
105OC didasarkan pada metode pengeringan
b) Besarnya senyawa yang hilang selama pemanasan dihitung
terhadap bobot awal sampel
c) Pengukuran bobot dilakukan hingga tercapai bobot tetap

III. Alat Dan Bahan

No Alat Bahan
1. Timbangan analitis Simplisia Kunyit

2. Cawan penguap

3. Oven

IV. Prosedur Percobaan


Diatur oven pada suhu pengeringan yang digunakan
(105oC). dipanaskan cawan penguap pada suhu pengeringan selama 15
menit, ditara. Ditimbang simplisia sebanyak 2 gram dalam cawan
penguap yang sudah ditara, diratakan permukaan simplisia.
Dimasukkan cawan berisi simplisia ke dalam oven, dipanaskan pada
suhu pengeringan selama 15 menit. Didinginkan cawan dalam
eksikator sehingga suhu kamar, ditimbang. Dilakukan penetapan
hingga diperoleh bobot tetap.
V. Data Pengamatan
Nama daerah : kunyit

Divisi : spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Bangsa : Zingiberales

Suku : Zingiberaceae

Marga : Curcuma

Spesies : Curcuma longa Linn.

Sinonim : Curcuma domestica Val.

 Dokumentasi

No Dokumentasi
1 Simplisia kunyit digerus sebelum
ditimbang

2 Simplisia kunyit ditimbang sebanyak


2 gram

3 Ditimbang cawan dipanaskan dalam


oven dengan suhu 105o C
4 Cawan kosong diletakkan dalam
desikator selama 5 menit

.
5. Masing – masing cawan kosong
ditimbang

6. Dimasukkan masing – masing


simplisia didalam kedua cawan lalu
dilakukan pemanasan ke 1,2, dan 3
dalam oven selama 15 menit dan
dilakukan

7. Diletakkan kedua cawan yang berisi


simplisia didalam desikator selama 5
menit dilakukan pada tahap ke 1,2,
dan 3

Ditimbang kedua cawan yang berisi


simplisia dilakukan pada tahap ke 1,2,
dan 3

 Penimbangan Bobot cawan

- Penimbangan cawan kosong


cawan Bobot

1 40,8623 gram

2 62,4603 gram

- Penimbangan simplisia

cawan Bobot

1 2,0322 gram

2 2,0305 gram

Bobot cawan + simplisia

- Sebelum pemanasan

cawan Bobot

1 42,8945 gram

2 64,4908 gram

- Setelah pemanasan pertama

cawan Bobot

1 42,7837 gram

2 64,3848 gram

- Setelah pemanasan kedua

cawan Bobot

1 42,7242 gram

2 64,3515 gram
- Setelah pemanasan ketiga

cawan Bobot

1 42,7161 gram

2 64,3292 gram

 Perhitungan

Susut pengeringan

 Susut pengeringan cawan 1

Bobot awal : 42,8945 – 40,8623 = 2,0322


Bobot akhir ; 42,7162 – 40,8623 = 1,8538

Susut pengeringan

 Susut pengeringan cawan 2


Bobot awal : 64,4908 – 62,4603 = 2,0305
Bobot akhir : 64,3292 – 62,4603 = 1,8689

Susut pengeringan

 Rata – rata

VI. Pembahasan
Pada praktikum ini bertujuan untuk memahami cara penetapan
susut pengeringan, menetapkan besarnya susut pengeringan simplisia
sample, dan dapat mengukur kadar senyawa yang hilang atau menguap
selama proses pemanasan. Dengan prinsip metode gravimetri pemanasan
pada suhu 1000C-1050C dan penimbangan dilakukan hingga tercapai bobot
tetap.
Dalam praktikum ini, dilakukan pengukuran parameter non
spesifik berupa susut pengeringan terhadap rimpang kunyit. Dengan
menggunakan metode gravimetri, metode gravimetri sangat cocok
digunakan untuk penetapan susut pengeringan dan tidak membutuhkan
pelarut.
Dengan menghitung susut pengeringan hingga tercapai bobot
tetap,diamati pengaruh cara dan lama pengeringan pada kualitas
simplisia.Dilakukan pengeringan dengan oven pada suhu 1050C selama 15
menit. Dilakukan pada suhu 1050C agar mendapatkan hasil pengeringan
yang maksimal. Bobot pada cawan akan semakin berkurang karena adanya
pemanasan.
Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air sehingga
simplisia tidak mudah rusak dan dapat disimpan dalam waktu yang lebih
lama. Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar lebih dari 10 %,
dapat menjadi media pertumbuhan mikroba. Selain itu, dengan adanya air,
akan terjadi reaksi enzimatis yang dapat menguraikan zat aktif sehingga
mengakibatkan penurunan mutu atau perusakan simplisia. Simplisia yang
dikeringkan dengan oven, lalu Simplisia yang sudah dikeringkan
kemudian dimasukan deksikator yang fungsinya untuk mendinginkan.
Simplisia yang digunakan yaitu Curcumae Domesticae atau rimpang
kunyit.
Penentuan karakteristik dari suatu simplisia penting di lakukan
untuk mengetahui kualitas/mutu simplisia yang di gunakan. Parameter
yang biasa di tentukan antara lain penetapan kadar abu total, abu tidak
larut asam, dan abu larut air, kadar sari larut air dan sari larut etanol,
penetapan kadar air dan susut pengeringan.
Simplisia yang di gunakan sebagai bahan jamu atau fitofarmaka
harus memenuhi syarat monografi yang telah di tentukan dalam bukubuku
standar seperti materia medika indonesia (MMI), farmakope herbal
indonesia (FHI), Farmakope Indonesia (FI), dan lain-lain. Kegunaannya
adalah untuk menjaga agar mutu yang di harapkan dapat terpenuhi dengan
baik. Untuk simplisia yang baru di kenalpun perlu di tetapkan
karakteristiknya.
Simplisia merupakan bahan alam yang dipergunakan sebagai obat
yang belum mengalami pengolahan apapun juga, dan kecuali dinyatakan
lain, simplisia merupakan bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dapat
berupa simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan atau
mineral. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh,
bagian tanaman atau eksudat tanaman. Yang dimaksud eksudat tanaman
adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara
tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan
cara tertentu dipisahkan dari tanamannya. (Depkes RI, 1989)
Suatu simplisia harus memenuhi persyaratan pemerian
(makroskopik dan mikroskopik), penetapan kadar abu, penetapan kadar
abu yang tidak larut asam, penetapan kadar abu yang tidak larut air,
penetapan kadar air, penetapan susut pengeringan, penetapan kadar sari
yang larut dalam air, penetapan kadar sari yang larut dalam etanol, dan
penetapan bahan organik asing (Depkes RI, 1989).
Penetapan persyaratan simplisia menurut (WHO,1998) meliputi
cara pengambilan sampel, penetapan bahan organik asing, pemeriksaan
makroskopik dan mikroskopik, penetapan bahan yang dapat terekstraksi,
penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu yang tidak larut asam,
penetapan kadar abu yang larut air, dan penetapan kadar air.
Gravimetri adalah metode analisis kuantitatif untuk menentukan
berat dari suatu unsuratau senyawa unsur dengan cara memisahkan unsur
tersebut dengan persenyawaannya, kemudian ditimbang atau proses
isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu.
Tujuanpercobaan gravimetri adalah untuk memisahkan analit dari
pengganggupengganggunya, untuk mengetahui kadar air pada sampel.
Prinsip percobaan gravimetri yaitu berdasarkan penguranganberat sampel,
sebelum dipanaskan dan sesudah dipanaskan.Metode gravimetric
merupakan metode standar yang memiliki akurasi yang sangat tinggi.
Namun metode ini harus dilakukan di laboratorium sehingga
penerapannya membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak untuk
mendapatkan satu nilai kadar air tanah. Kebutuhan akan metode
pengukuran tidak langsung menjadi sangat mendesak sebab banyaknya
waktu dan tanaga yang dibutuhkan metode gravimetri (Underwood,1980).
Pada dasarnya pemisahan zat dilakukan dengan cara sebagai
berikut : mula-mula cuplikan zat dilarutkan dalam pelarut yang sesuai, lalu
ditambahkan zat pengendap. Endapan yang terbentuk disaring, dicuci,
dikeringkan, dan dipijarkan dan setelah kering ditimbang. Kemudian
jumlah zat ditimbang. Kemudian jumlah zat ditentukan dihitung dari faktor
stoikiometrinya. Hasilnya disajikan sebagai bobot zat dalam cuplikan
semula (Rivai, 1995).
Salah satu cara untuk mengendalikan mutu simplisia adalah dengan
melakukan standarisasi simplisia. Standarisasi diperlukan agar dapat
diperoleh bahan baku yang seragam yang akhirnya dapat menjamin efek
farmakologi tanaman tersebut. Standarisasi simplisia mempunyai
pengertian bahwa simplisia yang akan digunakan untuk obat sebagai
bahan baku harus memenuhi persyaratan tertentu. Parameter mutu
simplisa meliputi susut pengeringan, kadar air, kadar abu, kadar abu tidak
larut asam, kadar sari larut air, kadar sari. Dalam percobaan kali ini
dilakukan proses penetapan susut pengeringan dari suatu simplisia.
Penetapan susut pengeringan merupakan suatu metode penetapan
kadar senyawa yang mudah menguap (seperti minyak atsiri) dan air yang
terdapat didalam suatu simplisia. Adapun susut pengeringan adalah
persentase senyawa yang menghilang selama proses pemanasan (tidak
hanya menggambarkan air yang hilang, tetapi juga senyawa menguap lain
yang hilang). Pengukuran sisa zat dilakukan dengan pengeringan pada
temperatur 105°C selama 30 menit atau sampai berat konstan
dandinyatakan dalam persen (metode gravimetri) (Dirjen, 1995).
Oleh karena itu, presentase susut pengeringan akan selalu lebih
besar dibandingkan dengan kadar air karena pada susut pengeringan
senyawa yang mudah menguap juga terhitung.
Dalam percobaan kali ini, digunakan simplisia rimpang kunyit tanaman
dari spesies Curcuma longa Linn. Tanaman ini merupakan salah satu
tanaman obat asli Indonesia yang mempunyai manfaat dan kegunaan yang
cukup banyak dalam menanggulangi berbagai penyakit dan bagian yang
sering dimanfaatkan sebagai obat adalah rimpang; untuk, antikoagulan,
antiedemik, menurunkan tekanan darah, obat malaria, obat cacing, obat
sakit perut, memperbanyak ASI, stimulan, mengobati keseleo, memar dan
rematik. Kurkuminoid pada kunyit berkhasiat sebagai antihepatotoksik.

KLASIFIKASI TUMBUHAN

Nama daerah : kunyit

Divisi : spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Zingiberales

Suku : Zingiberaceae

Marga : Curcuma

Spesies : Curcuma longa Linn.

Sinonim : Curcuma domestica Val.

Adapun dalam praktiknya, prosedur awal yang dilakukan ialah


merajang simplisia menjadi bagian yag lebih kecil dimana tujuannya agar
proses pengeringan di dalam oven dapat maksimal. Adapun percobaan ini
dilakukan secara duplo yang tujuannya untuk perbandingan bobot akhir
simplisia. Hal itu karena dalam penetapan susut pengeringan krus atau
cawan penguap serta simplisia harus berada pada bobot konstan yang
merupakan manifestasi dari keakuratan susut pengeringan akhir yang
didapat. Dimana bobot konstan ialah dalam 2 kali penimbangan
berturutturut, perbedaannya maksimal 0,5 mg, penimbangan dilakukan
setelah zat dikeringkan lagi selama 1 jam (Materia Medika Indonesia,
1989).
Oleh karena itu, sebelum simplisia dikeringkan, cawan penguap
terlebih dahulu dikeringkan selama satu jam didalam oven dengan suhu
105o C yang bertujuan untuk mengurangi kadar air yang terjerap di dalam
cawan sehingga tidak akan mengganggu pada saat perhitungan susut
pengeringan.
Pada dasarnya pengeringan cawan menggunakan oven tersebut
harus dilakukan berulang agar diperoleh bobot tetap, namun karena
keterbatasan waktu, pengeringan cawan penguap hanya dilakukan
sekali.Setelah cawan sudah dikeringkan selama 15 menit maka terlebih
dahulu dimasukkan kedalam eksikator yang bertujuan untuk mendinginkan
cawan dengan adanya silica gel pada bagian bawah eksikator.
Setelah cawan penguap dikeringkan, dimasukkan 2 gram simplisia
halus dan dilakukan pengeringan selama 15 menit di dalam oven pada
suhu 105o C yang bertujuan untuk menghilangkan bagian air dan
senyawasenyawa lainnya yang mudah menguap (termasuk minyak atsiri)
didalam simplisia sehingga dapatditentukan kadar susut pengeringan dari
simplisia kunyit tersebut.
Setelah dilakukan pengeringan, cawan berisi simplisia tersebut
didinginkan di dalam eksikator yang tujuannya untuk menurunkan suhu
akibat pemanasan pada suhu tinggi selama berada di oven. Adapun di
bagian dasar eksikator tersebut terdapat silica gel dimana silica gel ini
berfungsi untuk menyerap molekul air yang berasal dari uap panas dari
cawan. Pendinginan ini dilakukan karena penimbangan akhir bobot
simplisia tidak boleh dilakukan pada suhu tinggi (segala jenis bahan atau
alat tidak boleh ditimbang dalam keadaan panas).
Adapun perlakuan tersebut diatas (pengeringan, pendinginan, dan
penimbangan) dilakukan dua kali yang tujuannya untuk memperoleh bobot
konstan simplisia sehingga didapatkan hasil yang lebih akurat. Perlu
diingat kembali, agar hasil penetapan susut pengeringan tepat dan berjalan
maksimal, baik sampel maupun cawan harus berada dalam bobot konstan.
Jadi, apabila setelah dikeringkan dua kali belum diperoleh bobot konstan,
lakukan pengeringan kembali hingga diperoleh bobot konstan. Dalam
percobaan kali ini, pengeringan simplisia hanya dilakukan dua kali
mengingat waktu yang diberikan cukup singkat.
Berdasarkan penimbangan kedua cawan terhadap simplisia yang
telah dikeringkan,diperoleh bahwa presentase susut pengeringan simplisia
kunyit ialah 8,7786 % pada cawan 1 dan 7,9586 % pada cawan 2. Hal
tersebut sesuai dengan teori dimana nilai susut pengeringan lebih besar
dari pada kadar air yang terkandung didalam simplisia kunyit.
VII. Kesimpulan

Pemanasan dalam oven pada suhu 105oC menyebabkan senyawa


yang terkandung dalam kunyit menguap sehingga bobot berkurang.
Berdasarkan penimbangan kedua cawan terhadap simplisia yang telah
dikeringkan,diperoleh bahwa presentase susut pengeringan simplisia
kunyit ialah 8,7786 % pada cawan 1 dan 7,9586 % pada cawan 2. Hal
tersebut sesuai dengan teori dimana nilai susut pengeringan lebih besar
dari pada kadar air yang terkandung didalam simplisia kunyit.

VIII. Daftar Pustaka

1. Depkes RI. 1989. Materia Medika Indonesia jilid V. Jakarta: Direktorat


Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan.
2. Dirjen POM.1995. Farmakope Indonesia edisi IV.Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.h.dvii
3. Rivai Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: Penerbit UI Press.
4. Sinaga, E. 2008.Amomum cardamomum Willd.Pusat Penelitian dan
5. Pengembangan Tumbuhan Obat.UNAS. Jakarta.
6. Underwood, A. L dan R. A. Day.1980. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi
Keempat. Jakarta: Erlangga.
7. Utami,DT. 2013. Tinjauan Pustaka dalam http://ejournal.
uajy.ac.id/1253/3/2BL0 1090.pdf.Diunduh pada tanggal 5 Maret 2018.

You might also like