Professional Documents
Culture Documents
PERCOBAAN 2
Disusun oleh:
Kelompok A/4
Mahbubah 10060316021
1438I H/2018
PERCOBAAN 2
I. Tujuan Percobaan
a) Mengukur kadar senyawa yang hilang atau menguap selama proses
pemanasan
b) Memahami cara penetapan susut pengeringan
No Alat Bahan
1. Timbangan analitis Simplisia Kunyit
2. Cawan penguap
3. Oven
Divisi : spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Curcuma
Dokumentasi
No Dokumentasi
1 Simplisia kunyit digerus sebelum
ditimbang
.
5. Masing – masing cawan kosong
ditimbang
1 40,8623 gram
2 62,4603 gram
- Penimbangan simplisia
cawan Bobot
1 2,0322 gram
2 2,0305 gram
- Sebelum pemanasan
cawan Bobot
1 42,8945 gram
2 64,4908 gram
cawan Bobot
1 42,7837 gram
2 64,3848 gram
cawan Bobot
1 42,7242 gram
2 64,3515 gram
- Setelah pemanasan ketiga
cawan Bobot
1 42,7161 gram
2 64,3292 gram
Perhitungan
Susut pengeringan
Susut pengeringan
Susut pengeringan
Rata – rata
VI. Pembahasan
Pada praktikum ini bertujuan untuk memahami cara penetapan
susut pengeringan, menetapkan besarnya susut pengeringan simplisia
sample, dan dapat mengukur kadar senyawa yang hilang atau menguap
selama proses pemanasan. Dengan prinsip metode gravimetri pemanasan
pada suhu 1000C-1050C dan penimbangan dilakukan hingga tercapai bobot
tetap.
Dalam praktikum ini, dilakukan pengukuran parameter non
spesifik berupa susut pengeringan terhadap rimpang kunyit. Dengan
menggunakan metode gravimetri, metode gravimetri sangat cocok
digunakan untuk penetapan susut pengeringan dan tidak membutuhkan
pelarut.
Dengan menghitung susut pengeringan hingga tercapai bobot
tetap,diamati pengaruh cara dan lama pengeringan pada kualitas
simplisia.Dilakukan pengeringan dengan oven pada suhu 1050C selama 15
menit. Dilakukan pada suhu 1050C agar mendapatkan hasil pengeringan
yang maksimal. Bobot pada cawan akan semakin berkurang karena adanya
pemanasan.
Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air sehingga
simplisia tidak mudah rusak dan dapat disimpan dalam waktu yang lebih
lama. Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar lebih dari 10 %,
dapat menjadi media pertumbuhan mikroba. Selain itu, dengan adanya air,
akan terjadi reaksi enzimatis yang dapat menguraikan zat aktif sehingga
mengakibatkan penurunan mutu atau perusakan simplisia. Simplisia yang
dikeringkan dengan oven, lalu Simplisia yang sudah dikeringkan
kemudian dimasukan deksikator yang fungsinya untuk mendinginkan.
Simplisia yang digunakan yaitu Curcumae Domesticae atau rimpang
kunyit.
Penentuan karakteristik dari suatu simplisia penting di lakukan
untuk mengetahui kualitas/mutu simplisia yang di gunakan. Parameter
yang biasa di tentukan antara lain penetapan kadar abu total, abu tidak
larut asam, dan abu larut air, kadar sari larut air dan sari larut etanol,
penetapan kadar air dan susut pengeringan.
Simplisia yang di gunakan sebagai bahan jamu atau fitofarmaka
harus memenuhi syarat monografi yang telah di tentukan dalam bukubuku
standar seperti materia medika indonesia (MMI), farmakope herbal
indonesia (FHI), Farmakope Indonesia (FI), dan lain-lain. Kegunaannya
adalah untuk menjaga agar mutu yang di harapkan dapat terpenuhi dengan
baik. Untuk simplisia yang baru di kenalpun perlu di tetapkan
karakteristiknya.
Simplisia merupakan bahan alam yang dipergunakan sebagai obat
yang belum mengalami pengolahan apapun juga, dan kecuali dinyatakan
lain, simplisia merupakan bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dapat
berupa simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan atau
mineral. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh,
bagian tanaman atau eksudat tanaman. Yang dimaksud eksudat tanaman
adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara
tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan
cara tertentu dipisahkan dari tanamannya. (Depkes RI, 1989)
Suatu simplisia harus memenuhi persyaratan pemerian
(makroskopik dan mikroskopik), penetapan kadar abu, penetapan kadar
abu yang tidak larut asam, penetapan kadar abu yang tidak larut air,
penetapan kadar air, penetapan susut pengeringan, penetapan kadar sari
yang larut dalam air, penetapan kadar sari yang larut dalam etanol, dan
penetapan bahan organik asing (Depkes RI, 1989).
Penetapan persyaratan simplisia menurut (WHO,1998) meliputi
cara pengambilan sampel, penetapan bahan organik asing, pemeriksaan
makroskopik dan mikroskopik, penetapan bahan yang dapat terekstraksi,
penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu yang tidak larut asam,
penetapan kadar abu yang larut air, dan penetapan kadar air.
Gravimetri adalah metode analisis kuantitatif untuk menentukan
berat dari suatu unsuratau senyawa unsur dengan cara memisahkan unsur
tersebut dengan persenyawaannya, kemudian ditimbang atau proses
isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu.
Tujuanpercobaan gravimetri adalah untuk memisahkan analit dari
pengganggupengganggunya, untuk mengetahui kadar air pada sampel.
Prinsip percobaan gravimetri yaitu berdasarkan penguranganberat sampel,
sebelum dipanaskan dan sesudah dipanaskan.Metode gravimetric
merupakan metode standar yang memiliki akurasi yang sangat tinggi.
Namun metode ini harus dilakukan di laboratorium sehingga
penerapannya membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak untuk
mendapatkan satu nilai kadar air tanah. Kebutuhan akan metode
pengukuran tidak langsung menjadi sangat mendesak sebab banyaknya
waktu dan tanaga yang dibutuhkan metode gravimetri (Underwood,1980).
Pada dasarnya pemisahan zat dilakukan dengan cara sebagai
berikut : mula-mula cuplikan zat dilarutkan dalam pelarut yang sesuai, lalu
ditambahkan zat pengendap. Endapan yang terbentuk disaring, dicuci,
dikeringkan, dan dipijarkan dan setelah kering ditimbang. Kemudian
jumlah zat ditimbang. Kemudian jumlah zat ditentukan dihitung dari faktor
stoikiometrinya. Hasilnya disajikan sebagai bobot zat dalam cuplikan
semula (Rivai, 1995).
Salah satu cara untuk mengendalikan mutu simplisia adalah dengan
melakukan standarisasi simplisia. Standarisasi diperlukan agar dapat
diperoleh bahan baku yang seragam yang akhirnya dapat menjamin efek
farmakologi tanaman tersebut. Standarisasi simplisia mempunyai
pengertian bahwa simplisia yang akan digunakan untuk obat sebagai
bahan baku harus memenuhi persyaratan tertentu. Parameter mutu
simplisa meliputi susut pengeringan, kadar air, kadar abu, kadar abu tidak
larut asam, kadar sari larut air, kadar sari. Dalam percobaan kali ini
dilakukan proses penetapan susut pengeringan dari suatu simplisia.
Penetapan susut pengeringan merupakan suatu metode penetapan
kadar senyawa yang mudah menguap (seperti minyak atsiri) dan air yang
terdapat didalam suatu simplisia. Adapun susut pengeringan adalah
persentase senyawa yang menghilang selama proses pemanasan (tidak
hanya menggambarkan air yang hilang, tetapi juga senyawa menguap lain
yang hilang). Pengukuran sisa zat dilakukan dengan pengeringan pada
temperatur 105°C selama 30 menit atau sampai berat konstan
dandinyatakan dalam persen (metode gravimetri) (Dirjen, 1995).
Oleh karena itu, presentase susut pengeringan akan selalu lebih
besar dibandingkan dengan kadar air karena pada susut pengeringan
senyawa yang mudah menguap juga terhitung.
Dalam percobaan kali ini, digunakan simplisia rimpang kunyit tanaman
dari spesies Curcuma longa Linn. Tanaman ini merupakan salah satu
tanaman obat asli Indonesia yang mempunyai manfaat dan kegunaan yang
cukup banyak dalam menanggulangi berbagai penyakit dan bagian yang
sering dimanfaatkan sebagai obat adalah rimpang; untuk, antikoagulan,
antiedemik, menurunkan tekanan darah, obat malaria, obat cacing, obat
sakit perut, memperbanyak ASI, stimulan, mengobati keseleo, memar dan
rematik. Kurkuminoid pada kunyit berkhasiat sebagai antihepatotoksik.
KLASIFIKASI TUMBUHAN
Divisi : spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Curcuma