You are on page 1of 10

BAB II

PROSES UPSTREAM PADA INDUSTRI MINYAK DAN GAS BUMI

Proses upstream adalah kegiatan produksi dimana hal utama yang dilakukan dalam
upstream yaitu pencarian sumber (eksplorasi) dan ekstraksi. Kegiatan eksplorasi yaitu
mencari sumber minyak dan gas bumi dengan teknik-teknik tertentu, sedangkan ekstraksi
disini adalah proses mengeluaran oil dan gas dari dalam bumi ke permukaan. Dalam kegiatan
upstream, tidak dilakukan proses untuk mengolah minyak atau gasnya, melainkan hanya
mencari dan mengeluarkannya.

Kegiatan upstream di dalamnya mencari ladang yang mengandung minyak dan gas
baik itu di dalam bumi (daratan) ataupun di dalam air, biasanya di bawah laut. Perusahaan
yang biasa melakukan ini contohnya adalah Pertamina E&P atau Chevron dimana selaku
perusahaan pemilik, dan biasanya meminta bantuan service company untuk melakukan
pengeboran terhadap titik yang telah mereka tentukan.

2.1 Eksplorasi

Ada berbagai macam cara dalam kegiatan eksplorasi, yaitu observasi geologi, survei
gravitasi, survei magnetik, survei seismik, membor sumur uji, atau dengan educated guess
dan faktor keberuntungan. Survei gravitasi adalah metode untuk mengukur variasi medan
gravitasi bumi yang disebabkan perbedaan densitas material di struktur geologi kulit bumi.
Survei magnetik adalah metode untuk mengukur variasi medan magnetik bumi yang
disebabkan perbedaan properti magnetik dari bebatuan di bawah permukaan. Kedua survei ini
biasanya dilakukan di wilayah yang luas seperti misalnya suatu cekungan (basin). Dari hasil
pemetaan ini, metode seismik umumnya baru dilakukan. Survei seismik menggunakan
gelombang kejut (shock-wave) buatan yang diarahkan untuk melalui bebatuan menuju target
reservoir dan daerah sekitarnya. Oleh berbagai lapisan material di bawah tanah, gelombang
kejut ini akan dipantulkan ke permukaan dan ditangkap oleh alat receivers sebagai pulsa
tekanan (oleh hydrophone di daerah perairan) atau sebagai percepatan (oleh geophone di
darat). Sinyal pantulan ini lalu diproses secara digital menjadi sebuah peta akustik bawah
permukaan untuk kemudian dapat diinterpretasikan. Setelah mengevaluasi reservoir,
selanjutnya tahap mengembangkan reservoir. Yang pertama dilakukan adalah membangun
sumur (well-construction) meliputi pemboran (drilling), memasang tubular sumur (casing)
dan penyemenan (cementing). Lalu proses completion untuk membuat sumur siap digunakan.
Proses ini meliputi perforasi yaitu pelubangan dinding sumur; pemasangan seluruh pipa-pipa
dan katup produksi beserta asesorinya untuk mengalirkan minyak dan gas ke permukaan;
pemasangan kepala sumur (wellhead atau chrismast tree) di permukaan; pemasangan
berbagai peralatan keselamatan, pemasangan pompa kalau diperlukan, dan sebagainya. Jika
dibutuhkan, metode stimulasi juga dilakukan dalam fase ini. Selanjutnya well-evaluation
untuk mengevaluasi kondisi sumur dan formasi di dalam sumur. Teknik yang paling umum
dinamakan logging yang dapat dilakukan pada saat sumur masih dibor ataupun sumurnya
sudah jadi.
Gambar 2.1. Skema pengerjaan seismik di laut.

(sumber: howstuffworks.com)

2.2 Produksi

Proses produksi terjadi dalam beberapat tahap atau fase, tergantung dari karakteristik
reservoir dan fluida yang ada di dalamnya. Terdapat tiga jenis oil recovery, yaitu :

a. Laju alir dari primary production/recovery yang mencakup aliran alami (natural
flow) dan penggunaan Artificial Lift.
b. Dorongan tambahan dengan injeksi gas atau air pada tahap secondary recovery.
c. Penggunaan teknik yang lebih canggih yang dapat mengubah sifat asli minyak
untuk mendapatkan volume minyak tambahan dari enhanced or tertiary recovery.

2.2.1 Primary Recovery

Natural Flowing

Pada tahap ini, kita memanfaatkan perbedaan tekanan antara letak reservoir dengan
permukaan yang dapat mengangkan minyak secara alami (natural flow). Pengangkatan secara
alami memanfaatkan gaya alami dari driving reservoir mechanism, yaitu :

1. Solution Gas Drive


Ketika tahap produksi sedang berlangsung dan tekanan reservir berkurang, gas akan
keluar dari dalam minyak dalam bentuk bubble dan menyebar, sehingga dapat
mendorong minyak dari batuan ke sumur. Recovery factor untuk mekanisme ini
adalah 5 – 30%.
Gambar 2.2. Ilustrasi Solution Gas Drive
Sumber: SLB, 2011
2. Free Gas Cap Drive
Apabila tekanan reservoir berada di bawah bubble point (minyak tak jenuh) ketika
minyak pertama kali ditemukan dan diproduksi, akan ada gas cap. Dengan adanya
penurunan tekanan karena memproduksi minyak, gas cap akan menyebar, membuat
minyak terdorong ke titik dengan tekanan paling rendah. Recovery factor untuk
mekanisme ini adalah 20 – 40%.

Gambar 2.3. Ilustrasi Free Gas Cap Drive


Sumber: SLB, 2011

3. Water Drive
Apabila di dalam sebuah formasi terdapat minyak yang terjebak dalam jumlah yang
sangat bayak, air yang berkontak dengan minyak di bagian bawah akan masuk ke
reservoir pores menggantikan miyak yang ada di dalamnya sehingga minyak akan
terdorong ke sumur. Tipe mekanisme ini adalah yang terbaik, dimana recovery
factornya sebesar 35 – 75%.

Gambar 2.4. Ilustrasi Water Drive


Sumber: SLB, 2011

4. Gravity Drive
Tipe mekanisme ini terjadi pada semua reservoir. Namun, mekanisme ini tidak efektif
jika dibandingkan dengan tipe mekanisme lainnya. Tipe ini paling efektif untuk
reservoir yang memiliki permeabilitas tinggi dengan thick oil column

Untuk oil recovery, bisa menggunakan kombinasi dari drive mechanism diatas, namun untuk
gas recovery hanya dapat menggunakan free gas cap atau water drive.

Artificial Lift

Artificial lift adalah metode untuk mengangkat hidrokarbon, umumnya minyak bumi, dari
dalam sumur ke atas permukaan. Ini biasanya dikarenakan tekanan reservoirnya tidak cukup
tinggi untuk mendorong minyak sampai ke atas ataupun tidak ekonomis jika mengalir secara
alamiah. Selain itu, terdapatnya air dalam formasi akan menyebabkan water breakthrough
(air masuk ke daerah permeabel dimana seharusnya area ini dimasuki oleh minyak) sehingga
proses produksi minyak kurang efektif. Maka dari itu, perlu digunakan juga artificial lift
untuk memproduksi hidrokarbon.

1. Sucker Rod Pump atau Beam Pumping


Menggunakan prinsip katup searah (check valve), pompa ini akan mengangkat fluida
formasi ke permukaan. Karena pergerakannya naik turun seperti mengangguk, pompa
ini terkenal juga dengan julukan pompa angguk. Komponen pada alat ini ada plunger
dan valve (standing valve dan traveling valve) yang dapat mengubah gerak naik-turun
menjadi gerak vertikal satu arah ke atas.
2. Electric Submersible Pump
Pada ESP, terdapat motor yang dapat menghasilkan panas akibat gerakannya. Pompa
didesain untuk melewatkan fluida dengan motor agar panasnya dapat ditrasnfer ke
fluida sehingga dapat menurunkan viskositas fluida yang akan diambil. ESP cocok
digunakan untuk mengangkat fluida bervolume besar dan mampu digunakan untuk
sumur miring.
3. Progressive Cavity Pump
PCP memanfaatkan rotor berupa batang spiral dan juga stator sebagai wadahnya yang
juga berbentuk spiral. Rotor berputar sehingga mampu mengangkat fluida. Adapun
motor drive sebagai prime mover (penggerak) berada di permukaan yang
menggerakkan rotor di lubang sumur. Pompa (rotor dan stator) berada di bawah
lubang perforasi untuk memastikan bahwa pompa berada di bawah fluid level untuk
mengantisipasi loss flow yang terjadi. Fluida mengalir ke dalam stator dan terus
mengalir melalui tubing hingga ke permukaan.
4. Gas Lift
Gas lift memiliki prinsip menginjeksikan gas melalui valve yang terletak di annulus
antara tubing dengan casing. Dengan injeksi gas inert tersebut, maka GLR di tubing
bertambah. Dengan bertambahnya GLR, fluida di dalam tubing menjadi lebih ringan,
sehingga minyak lebih mudah terangkat. Terdapat 2 jenis gas lift, yaitu:
- Intermittent : injeksi gas pada periode tertentu.
- Continuous : injeksi gas secara terus menerus.
Gas lift cocok digunakan apabila:
 Sumur directional ataupun horizontal
 Reservoir yang juga memproduksikan gas, sehingga gas yang terproduksi
dapat dipakai untuk injeksi melalui gas lift
 Gas lift cocok untuk masalah kepasiran, karena gas lift valve terletak di
annulus, bukan di dalam tubing
 Laju produksi minyak dari reservoir ke lubang sumur besar
5. Hydraulic Pump
Alat ini identik dengan sucker rod pump¸ yang membedakan adalah alat ini digerakan
oleh tekanan hidraulik dari fluida yang dipompa ke dalam sumur. Terdapat dua
pompa, yaitu:
- Pompa yang berada di permukaan untuk menginjeksi power oil or fluid
bertekanan tinggi
- Parallel-free pump: power fluid menyebabkan uostroke dan adanya tekanan
membuat downstroke atau dengan casing-free pump: power fluid diinjeksikan ke
bawah melalui tubing string dan produced liquid mengalir ke atas melalui anulus
casing-tubing.

2.2.2 Secondary Recovery

Tahap ini merupakan tahap kedua dari proses produksi minyak, dimana akan
diinjeksikan air atau gas untuk mengangkat sisa minyak yang masih berada dalam reservoir.

Waterflooding

Waterflooding adalah proses pengambilan sisa minyak di dalam reservoir (5 – 50%)


dengan menginjeksikan air melalui sumur injeksi ke reservoir yang masih terdapat
kandungan minyak yang tertinggal pada saat primary recovery. Air yang diinjeksikan harus
memenuhi syarat berikut:

 Cocok untuk formasi produksi


 Tidak menyebabkan reaksi yang dapat menurunkan permeabilitas formasi
 Tidak mengandung :
- Suspended solids yang dapat menyumbat pori – pori batuan.
- Bahan organik yang dapat membentuk lumpur.
- Oksigen untuk mencegah korosi.
Ket. Δ = Sumur injeksi air , ο = sumur produksi

Gambar 2.5. Water Injection Pattern

Sumber: SLB, 2011

Well Stimulation

Stimulasi sumur (well stimulation) adalah proses perbaikan sumur untuk meningkatkan
produktifitas sumur yang mengalami penurunan produksi yang disebabkan oleh adanya
kerusakan formasi (formation damage) di sekitar lubang sumur. Metode stimulasi dapat
dikategorikan tiga macam yang semuanya memakai fluida khusus yang dipompakan ke
dalam sumur.

1. Acidizing
Dilakukan untuk meningkatkan permeabilitas dengan melarutkan material di formasi
atau material yang menyumbat pori – pori batuan.
 Asam yang digunakan:
1. HF : untuk limestone dan dolostone
2. HCl : untuk sandstone
3. HF + HCl : untuk batuan yang terbentuk akibat suhu tinggi
 Teknik pengasaman:
1. Matrix acidizing : Asam diinjeksikan ke formasi pada tekanan di bawah
tekanan rekah dengan tujuan agar reaksi asam menyebar ke formasi secara
radial. Metode ini digunakan baik untuk batuan karbonat maupun
sandstone. Metode ini akan berhasil untuk sumur dengan damage sejauh 1-
2 ft
2. Acid fracturing : Digunakan hanya untuk karbonat, kenaikan produksi
diakibatkan oleh kenaikan permeabilitas sampai jauh melampaui zone
damagenya akibat tekanan tinggi.
3. Acid washing : Untuk melarutkan material atau scale sekitar sumur,
meliputi pipa atau juga perforasinya.
 Acid Additives:
1. Surfaktan  memperkecil tegangan permukaan.
2. Supending agent  mencegah terjadinya endapan dari butiran yang tidak
larut dalam asam, seperti feldspar, quartz, dan clay.
3. Sequestering agent  menghimpun ion besi dan mencegah agar tidak
terjadi pengendapan dalam larutan sisa.
4. Corrosion inhibitor  meminimalkan terjadinya korosi pada logam
karena bereaksi dengan asam.
5. Diverting agent  agar asam terdistribusi secara merata sepanjang interval
perforasi yang diasamkan.
6. Retarder agent  memberikan pengontrolan pada laju reaksi asam,
sehingga spending time menjadi lebih lama, terutama untuk volume asam
yang besar.
7. Demulsifier agent  memecah emulsi yang terbentuk karena reaksi fluida
formasi dengan asam.

2. Explosive Fracturing
Pada metode ini, digunakan bahan peledak seperti nitrogliserin untuk memperbesar
kavitasi batuan. Metode ini sudah tidak digunakan lagi karena dapat merusak
lingkungan.

3. Hydraulic Fracturing
Proses stimulasi sumur yang dilakukan dengan cara merekahkan formasi hidrokarbon
melalui fluida tertentu (frac fluid) yang dipompa dengan laju dan tekanan tertentu (di
atas fracture pressure formasi).

Tahapan umum dari well stimulation adalah:

1. Wellbore cleanup : Fluida treatment dipompakan hanya ke dalam sumur, tidak sampai
ke formasi. Tujuan utamanya untuk membersihkan lubang sumur dari berbagai
macam kotoran, misalnya deposit asphaltene, paraffin, penyumbatan pasir, dan
lainnya. Fluida yang digunakan umumnya campuran asam karena sifatnya yang
korosif.
2. Matrix stimulation : Fluida diinjeksikan ke dalam formasi hidrokarbon tanpa
memecahkannya. Fluida yang dipakai juga umumnya campuran asam. Fluida ini akan
“memakan” kotoran di sekitar lubang sumur dan membersihkannya sehingga fluida
hidrokarbon akan mudah mengalir masuk ke dalam lubang sumur.
3. Fracturing : fluida diinjeksikan ke dalam formasi dengan laju dan tekanan tertentu
sehingga formasi akan pecah atau merekah. Pada hydraulic fracturing, fracturing
sluury yang terdiri dari fluida+proppant (mirip pasir) digunakan untuk menahan
rekahan formasi agar tetap terbuka. Sementara pada acid fracturing, fluida campuran
asam digunakan untuk melarutkan material formasi di sekitar rekahan sehingga
rekahan tersebut menganga terbuka. Rekahan ini akan menjadi semacam jalan tol
berkonduktivitas tinggi dimana fluida hidrokarbon dapat mengalir dengan lebih
optimum masuk ke dalam sumur.

2.2.3 Enhanced Oil Recovery

EOR merupakan teknik lanjutan untuk mengangkat minyak jika berbagai teknik dasar
sudah dilakukan tetapi hasilnya tidak seperti yang diharapkan atau tidak ekonomis. Injeksi air
akan optimum pada gravitasi sekitar 17 – 38oAPI. Minyak dengan viskositas yang lebih
tinggi memiliki gravitasi yang lebih rendah sehingga sulit untuk bergerak. Maka, solusi yang
tepat adalah dengan menurunkan viskositas minyak. Ada tiga macam teknik EOR yang
umum, yaitu:

1. Miscible Gas Drive


Injeksi gas ke reservoir yang dapat larut dalam minyak. Gas yang digunakan adalah
CO2, nitrogen, dan LPG. Pada proses injeksi gas CO2, seringkali terjadi breakthrough
dimana gas masuk ke daerah permeabilitas yang seharusnya dimasuki oleh minyak.
Untuk mengatasinya, dapat menggunakan water alternating gas.

2. Chemical Flooding
Menginjeksikan bahan kimia berupa surfactant atau bahan polimer untuk mengubah
properti fisika dari minyak ataupun fluida yang dipindahkan. Tipe chemical flooding
yang paling sering digunakan adalah alkaline chemical flood dan micellar-polymer
flood. Metode ini hanya dapat digunakan untuk sandstone karena karbonat dapat
mengabsorpsi surfaktan.
Tahapan dari chemical flooding:
 Injeksi air
 Injeksi surfaktan untuk menurunkan tegangan permukaan minyak sehingga
dapat mengeluarkan minyak dari pori – pori dan membentuk microemulsions.
 Injeksi polimer untuk mengeluarkan microemulsions dan minyak ke sumur
produksi.

3. Thermal Recovery
Menginjeksikan fluida bertemperatur tinggi ke dalam formasi untuk menurunkan
viskositas minyak sehingga mudah mengalir. Dengan menginjeksikan fluida tersebut,
diharapkan juga tekanan reservoir akan naik dan minyak akan terdorong ke arah
sumur produksi. Teknik – teknik yang digunakan adalah:
 Cyclic Steam Injection (huff n puff)
Langkahnya :
1. Periode injeksi: injeksi panas ke minyak
2. Soak period (huff): sumur ditutup beberapa hari agar panas dapat membuat
viskositas minyak berkurang.
3. Periode produksi (puff): mengambil minyak dari sumur
 Steamflood : injeksi uap air panas.
 Steam Assisted Gravity Drainage : adanya gaya gravitasi yang membuat
heavy oil yang sudah diinjeksi panas pada lapisan atas, akan pindah ke lapisan
bawah karena viskositasnya sudah berkurang.
 Fireflood (In-Situ Combustion)
Hasil recovery bisa mencapai 30 – 40%.
Tipe :
1. Forward Combustion : injeksi api dan udara panas satu arah ke dalam
sumur.
2. Dry Combustion : injeksi udara panas.
3. Wet Combution : injeksi air dan udara panas baik secara bersamaan
ataupun bergantian.

You might also like