You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di bumi ini tersebar berbagai macam fenomena–fenomena alam yang sudah diungkap
oleh manusia maupun yang belum diungkap oleh manusia. Salah satu langkah untuk
mengungkap dan mengenali fenomena alam adalah dengan menggunakan teknologi sesuai
perkembangan zaman. Manusia sudah tidak lagi langsung terjun langsung ke lapangan guna
mengungkap fenomena alam, namun dengan perkembangan teknologi maka manusia mengenal
teknologi penginderaan jauh. Teknologi penginderaan jauh merupakan pengembangan dari
teknologi pemotretan udara yang mulai diperkenalkan pada akhir abad ke 19. Manfaat potret
udara dirasa sangat besar dalam perang dunia pertama dan kedua, sehingga cara ini dipakai
dalam eksplorasi ruang angkasa. Sejak saat itu istilah penginderaan jauh (remote sensing)
dikenal dan menjadi populer dalam dunia pemetaan sampai saat ini. Eksplorasi ruang angkasa
yang berlangsung sejak tahun 1960 an antara lain diwakili oleh satelit-satelit Gemini, Apollo,
Sputnik, Solyus. Kamera presisi tinggi mengambil gambar bumi dan memberikan informasi
berbagai gejala dipermukaan bumi seperti geologi, kehutanan, kelautan dan sebagainya.
Teknologi pemotretan dan perekaman permukaan bumi berkembang lebih lanjut dengan
menggunakan berbagai sistem perekam data seperti kamera majemuk, multispectral scanner,
vidicon, radiometer, spectrometer yang berlangsung sampai sekarang. Bahkan dalam waktu
terakhir ini alat GPS (Global Positioning System) dimanfaatkan pula untuk merekam peta
ketinggian dalam bentuk DEM (Digital Elevation Model).
Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah,
atau gejala dengan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak
langsung terhadap objek, daerah, atau gejala yang dikaji (Sutanto, 1986). Citra penginderaan
jauh merupakan gambaran yang erekam oleh kamera atau oleh sensor lainnya. Penginderaan jauh
(remote sensing) telah digunakan untuk berbagai macam keperluan, antara lain untuk keperluan
analisis dalam bidang kelautan, analisis bidang pertanian, analisis bidang pertambangan, dan lain
sebagainya. Penginderaan jauh merupakan suatu metode untuk memperoleh informasi tentang
suatu objek, areal, ataupun fenomena geografis melalui analisis data yang diperoleh dari sensor.
Perkembangan ilmu penginderaan jauh dari tahun ke tahun mengalami perkembangan yang
cukup pesat, sehingga manusia selalu akan mengembangkan kemampuannya dalam
mengembangkan ilmu tersebut, salah satunya dengan mengembangkan citra satelit agar dapat
digunakan untuk kepentingan–kepentingan lainnya yang erat kaitannya dengan perolehan
informasi suatu objek, daerah ataupun fenomena geografisnya.
BAB II JENIS – JENIS CITRA SATELIT

1. Satelit Landsat (land satelite)

Citra Landsat TM merupakan salah satu jenis citra satelit penginderaan jauh yang dihasilkan dari
sistem penginderaan jauh pasif. Landsat memiliki 7 saluran dimana tiap saluran menggunakan
panjang gelombang tertentu. Satelit landsat merupakan satelit dengan jenis orbit sunsynkron
(mengorbit bumi dengan hampir melewati kutub, memotong arah rotasi bumi dengan sudut
inklinasi 98,2 derajat dan ketinggian orbitnya 705 km dari permukaan bumi. Luas liputan per
scene 185 km x 185 km. Landsat mempunyai kemampuan untuk meliput daerah yang sama pada
permukaan bumi pada setiap 16 hari, pada ketinggian orbit 705 km (Sitanggang, 1999 dalam
Ratnasari, 2000). Fungsi dari satelit landsat adalah untuk pemetaan penutupan lahan, pemetaan
penggunaan lahan, pemetaan tanah, pemetaan geologi, dan pemetaan suhu permukaan laut.

Landsat (Land Satellites) merupakan satelit sumberdaya bumi yang paling sering digunakan.
Pada mulanya bernama ERTS-1 (Earth Resources Technology Satellite). Pertama kali
diluncurkan pada tanggal 23 Juli 1972 yang mengorbit hanya sampai dengan tanggal 6 Januari
1978. Satelit Landsat mengorbit bumi selaras matahari (sunsynchronous). Bersamaan dengan
waktu peluncuran ERTS-B tanggal 22 Juli 1975, NASA (National Aeronautic and Space
Administration) secara resmi mengubah program ERTS menjadi program Landsat (untuk
membedakan dengan program satelit oseanografi ”Seasat” yang telah direncanakan) sehingga
ERTS-1 dan ERTS-B menjadi Landsat -1 dan Landsat-2. Peluncuran Landsat -3 dilakukan pada
tanggal 5 Maret 1978.
Konfigurasi dasar satelit Landsat 1, 2, dan 3 adalah berbentuk kupu-kupu dengan tinggi
kurang lebih 3 (tiga) meter, bergaris tengah 1,5 meter dengan panel matahari yang melintang
kurang lebih 4 meter. Berat satelit Landsat kurang lebih 815 kg dan diluncurkan dengan orbit
lingkarnya pada ketinggian 920 km. Orbit satelit melalui 90 Kutub Utara dan Kutub Selatan,
mengelilingi bumi satu kali dalam 103 menit pada jarak 2.760 km di equator sehingga
menghasilkan 14 kali orbit dalam sehari. Landsat 1, 2, dan 3 diluncurkan ke orbit, melintasi
equator pada jam 9.42’ siang hari waktu setempat. Sensor Landsat meliput lebar rekaman 185
km. Landsat 1 dan 2 membawa 2 sensor, yaitu RBV (Return Beam Vidicon) dan MSS
(Multispectral Scanner). Pada Landsat-3, memiliki rancang bangun yang berbeda, yaitu ada
tambahan saluran termal (10,4 – 12,6) mm pada sensor MSS dan resolusi spasial sistem RBV
ditingkatkan dengan menggunakan sistem 2 kamera lebar (bukan multispektral). Namun saluran
termal pada Landsat-3 MSS mengalami masalah dalam pengoperasiannya, menyebabkan
kegagalan, sehingga hanya empat saluran yang dapat meyajikan data dan resolusinya 79 m.
Sensor RBV pada Landsat-3 ini membuahkan citra berspektrum lebar dengan faktor
peningkatan medan sebesar 2,6 dibandingkan RBV multispektral pada Landsat-1 dan Landsat-2.
Selanjutnya diorbitkan Landsat-4 dan Landsat-5, yang merupakan pengembangan daripada
Landsat-1, 2 dan 3. Ada beberapa kelebihan daripada Landsat-4 dan 5 dibandingkan dengan
Landsat-1, 2 dan 3, antara lain :

 stabilitas yang semakin baik,

 peningkatan sensor spasial,

 kepekaan radiometrik,

 laju pengiriman datanya lebih cepat,

 fokus penginderaan informasi pada vegetasi dan

 pengembangan sistem sensor.


Sensor pada Landsat-4 dan 5 disamping memiliki 4 sensor MSS ditambah juga dengan
sensor TM (Thematic Mapper), dan ETM (Enhanced Thematic Mapper). Landsat-4 diluncurkan
pada Juli 1982, sedangkan Landsat-5 pada Maret 1984.
Pada bulan Februari 1993, Landsat-6 diluncurkan namun mengalami kegagalan, karena
tidak mencapai orbit dan akhirnya jatuh ke laut. Landsat-6 ini telah mengalami peningkatan
pada kemampuan sensornya. Selain memiliki sensor TM dan ETM, juga ditambahkan saluran
termal (10,4-12,6 µm).
Pada Landsat-4, 5 dan 6, terjadi perubahan-perubahan mendasar dibandingkan dengan
Landsat sebelumnya antara lain :

 perubahan waktu lintas equator dari jam 9.42 menjadi jam 11.00,

 ketinggian orbit dari 920 km menjadi 705 km,

 menggunakan GPS (Global Positioning System) canggih untuk menghasilkan rekaman


letak ketinggian satelit yang tepat,

 menggunakan sistem pengirim data lintas TDRSS (Tracking Data Relay Satellite
System). Sistem ini menggunakan 2 satelit komunikasi untuk melakukan pengiriman data
dari Landsat ke stasiun bumi di seluruh dunia,

 Interval waktu pemotretan daerah yang sama yaitu 16 hari.

Kegagalan Landsat-6, menyebabkan EOSAT (Earth Observation Satellite) sebagai


operator teknis mulai mengambil langkah-langkah teknis dengan jalan mengembangkan
kemampuan Landsat-5 (seoptimal mungkin) sebelum meluncurkan Landsat-7. Langkah-langkah
yang diambil antara meliputi :

 mempertahankan orbit satelit selaras matahari (sun syncronous)

 penempatan saat lintas satelit di khatulistiwa (equator) pada “descending node” yang
dimulai pada pukul 09.00 waktu setempat (awal pengoperasiannya pada pukul 09.30)
sampai bulan Mei 1996.
EOSAT mengharapkan Landsat-5 ini dapat dipertahankan sampai dengan tahun 1997/1998.
Sistem Landsat milik Amerika Serikat ini mempunyai 5 (lima) instrumen pencitraan (imaging
instrument) atau sensor, yaitu 1) Return Beam Vidicon (RBV); 2) Multispectral Scanner
(MSS); 3) Thematic Mapper (TM), dan 4) Enhanced Thematic Mapper (ETM).

2. Satelit SPOT (systeme pour I’observation de la terre)

Merupakan satelit milik perancis yang mengusung pengindera HRV (SPOT1,2,3,4) dan HRG
(SPOT5). Satelit ini mengorbit pada ketinggian 830 km dengan sudut inklinasi 80 derajat. satelit
SPOT memiliki keunggulan pada sistem sensornya yang membawa dua sensor identik yang
disebut HRVIR (haute resolution visibel infrared). Masing-masing sensor dapat diatur sumbu
pengamatanya kekiri dan kekanan memotong arah lintasan satelit merekam sampai 7 bidang
liputan. Fungsi dari satelit SPOT adalah untuk akurasi monitoring bumi secara global. Salah satu
contoh citra satelit SPOT dapat dilihat gambar dibawah ini

Satelit ini milik Perancis, dengan karekteristik :


Orbit : sinkron putaran matahari
Ketinggian : 832 km Inklasi : 9807’
Spot sudah mengorbitkan 5 buah satelit. SPOT 1,2,3 merupakan seri 1 disusul SPOT-4
merupakan seri II, yang terbaru adalah SPOT-5. Pemerintah Indonesia melalui LAPAN,
telah diberi hak untukmelakukan akuisisi data SPOT-4 melalui satsiun bumi yang
berlokasi di Parepare, Sulawesi selatan.
Sumber : titikcerah.wordpress.com
Saat ini SPOT sudah meluncurkan lagi satelit sumber daya alam yaitu SPOT-5. Pada satelit ini
sensor digunakan lebih baik dibandingkan SPOT sebelumnya.

SPOT merupakan sistem satelit observasi bumi yang mencitra secara optis dengan resolusi
tinggi dan diopersikan di luar angkasa. Sistem satelit SPOT terdiri dari serangkaian satelit dan
stasiun pengontrol denga cangkupan kepentingan yaitu, kontrol dan pemograman satelit,
produksi citra, dan distribusinya.

SPOT yang merupakan singkatan dari Satellite Pour l’Observtion de la Terre dijalankan oleh
Spot Image yang terletak di Prancis. Sistem ini dibentuk olen CNES (Biro Luar Ankgasa milik
Prancis) pada tahun 1978.

Tujuan dibentuk SPOT adalah ;

1. Untuk meningkatkan pengetahuan dan pengelolaan kebumian melalui eksplorasi sumber


daya bumi.

2. Mendeteksi dan meramalkan fenomena-fenomena klimatologi dan oseanografi

3. Mengawasi aktivitas manusia dan fenomena alam.

Orbit SPOT
Orbit SPOT adalah orbit polar, circular, sun syncrhonous dan berfase. Sudut inklinasi dari bidang
orbitalnya dikombinasikan dengan rotasi bumi di seputaran poros kutub sehingga satelitnya
dapat berpindah ke tiap titik di permukaan bumi dalam 26 hari.

Orbitnya memiliki ketingggian 832 km di atas permukaan air laut dengan inklinasi 98,7o dan
bervelosi sejumah 14 kali per hari.

Jenis Satelit SPOT

SPOT 1 diluncurkan pada 22 Februari 1986 dengan dilenkapi sistem pencitraan 10 pankromatik
dan kemampuan resolusi gambar multispektral pada tingkat 20 meter. Ditinggalkan Satelit jenis
ini mulai ditingglakan pada 31 Desember 1990 karena diluncurkannya satelit SPOT jenis baru .

SPOT 2 diluncurkan pada 22 Januari 1990 dan masih tetap digunakan

SPOT 3 diluncurkan pada 26 September 1993. Berhenti difungsikan pada 14 November 1997.

SPOT 4 diluncurkan pada 24 Maret 1998. Memiliki kemajuan yang cukup besar dari satelit
sebelumnya , SPOT – 1 ,2,dan 3. Perubahan yang utama adalah modifikasi dari HRV (High
Resolution Visible) menjadi High Resolution Visible and Infrared Instrument (HRVIR).
Sehingga memiliki kemampuan tambahan dalam mendeteksi gelombang tengah inframerah (1.58
– 1.75 microm) untuk keperluan survei geologi, survei vegetasi dan survei tutupan salju.

SPOT 5 diluncurkan pada 4 Mei 2002 dengan kemampuan resolusi tinggi yang berkisar pada
level 2,5 meter , 5 meter, dan 10 meter.

SPOT – 5

Sistem satelit obserbasi SPOT – 5 berhasilkan diluncurkan oleh Ariane 4 dari Guaina Spaace
Centre di Kouro pada tengah malam 3-4 Mei 2002 dengan tujuan untuk memastikan kelanjutan
pelayanan terhadap kebutuhan informasi pencitraan dan untuk meningkatkan kualitas data dan
citra melalui tindakan antisipatif terhadap kebutuhan pasar.
SPOT -5

Dibandingkan dengan satelit obeservasi sebelumnya, SPOT – 5 memberikan perubahan


kemajuan yang besar yang memberikan solusi citra dengan biaya yang efektif. Resolusi pada
sistem satelit obeservasi ini meningkat hingga 5 meter dan 2,5 meter dan sudut pandang yang
lebar (wide imagin swath), dimana mencakup 60 x 60 km atau 60 x 120 km dalam insturmen
mode kembar. SPOT -5 memberikan perpaduan yang ideal antara resolusi yang tinggi dan juga
jarak pandang yang luas.

SPOT – 5 dilengkapi dengan 2 buah instrumen geometrikal yang berosolusi tinggi, High
Resolution Geometric (HRG) yang menawarkan citra beresolusi tinggi pada 2 mode, yaitu
resolusi hingga kisaran 2,5 – 5 meter pada mode panchromatic, dan resolusi hingga kisaran 10
meter pada multispectral mode.

SPOT – 5 juga memiliki instrumen pencitraan HRS (High Resolution Stereoscopic), yaitu
kemampuan untuk menangkap citra stereopair secara serentak untuk keperluan citra relief peta.
Instrumen ini dioperasikan dalam mode panchromatic, sehingga beresolusi tinggi dengan 2
kamera yang ditempatkan pada bagian depan dan belakang satelit. Kemampuan instrumen HRS
ini sangat menguntungkan karena dapat mencitra area yang luas hanya dalam satu pencitraan.
Pasangan stereo yang didapat dapat digunakan dalam berbagai aplikasi 3D terrain modeling dan
Computer Environments seperti Flight Simulator Databases, Pipeline Corridors, dan Mobile
Phone Network Planning.

Citra satelit SPOT – 5 baik digunakan baik dalam keperluan pembuatan peta berksala sedang
(1:25 000 dan 1: 10 000) , perencanaan desa dan kota, eksplorasi minyak dan gas, dan
manajemen bencana alam.

Karakteristik
SPOT – 5 tetap menggunakan beberapa karakteristik yang digunakan oleh pendahulunya, yaitu :

1. Memiliki orbit circular , polar, sun synchronous, dan berfase.

2. Instrumen medan pandang (FOV) dengan lebar petak 60 x 2 km sepanjang lintasan


satelit.

3. Memiliki kemampuan pandang lateral (bercabang) dan oblique (miring), dengan sudut ±
27o terhadap bidang vertikal.

SPOT – 5 Satellite Sensor

Launch Date May 3, 2002


Launch Vehicle Ariane 4
Launch Location Guiana Space Centre, Kourou, French Guyana
Orbital Altitude 822 kilometers
Orbital Inclination 98.7°, sun-synchronous
Speed 7.4 Km/second (26,640 Km/hour)
Equator Crossing
10:30 AM (descending node)
Time
Orbit Time 101.4 minutes
Revisit Time 2-3 days, depending on latitude
Swath Width 60 Km x 60 Km to 80 Km at nadir
Metric Accuracy < 50m horizontal position accuracy (CE90%)
Digitization 8 bits
Pan: 2.5m from 2 x 5m scenesPan: 5m (nadir)MS: 10m (nadir)SWI: 20m
Resolution
(nadir)
Pan: 480-710 nmGreen: 500-590 nmRed: 610-680 nmNear IR: 780-890
nm
Image Bands
Shortwave IR: 1,580-1,750 nm

Pencitraan SPOT-5 mempunyai 3 band + 1 band infra red

Band Panjang GelombangResolusi Spektral


B1 0,50 – 0,59 µm 10m x 10m
B2 0,61 – 0,68 µm 10m x 10m
B3 0,79 – 0,89 µm 10m x 10m
SW IR1,58 – 1,75 µm 20m x 20m

Penggunaan SPOT – 5 di Indonesia

Di Indonesia penggunaan citra satelit beresolusi tinggi seperti yang dimilki SPOT – 5 dipakai
dalam kepentingan kegiatan survei toponim pulau-pulau. Selain itu citra tersebut baik dalam
pembuatan profil pulau-pulau di Indonesia. Saat ini para ahli Badan Riset Kelautan dan
Perikanan (BRKP), Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), tengah mengkaji penerapan
data Shuttle Radar Topograhpy Mission (SRTM) yang diusung oleh pesawat ulang alik
(spaceshuttle) Endeavour pada tahun 2000.

Citra satelit SPOT – 5 pun diterpakan dalam pembuatan citra 3 dimensi untuk survei toponim
dan profil pulau-pulau di Indonesia. Dari ketinggian 826 km SPOT – 5 merekam profil tiga
dimensi dengan menggunakan instrumen High Resolution Stereoschopic (HRS) yang
diopersikan dalam mode pancromatic sehingga resolusi dapat mencapai 2.5 meter. Pasangan foto
yang didapat membentuk suatu relief peta bersifat 3 dimensi. Setiap benda berukuran 2, 5 x 2,5
m di permukaan bumi dapat dipantau dari satelit SPOT – 5.

Contoh citra satelit SPOT – 5 Gambar 2. Citra


Satelit SPOT – 5 Kota Makassar. Ketelitian resolusi hingga 10 meter. Mode Color
Courtesy : Spot Image 2005.

3. Satelit ASTER (advanced spaceborne emission and reflecton radiometer)

Satelit yang dikembangkan negara Jepang dimana sensor yang dibawa terdiri dari VNIR, SWIR,
dan TIR. Satelit ini memiliki orbit sunshyncronus yaitu orbit satelit yang menyelaraskan
pergerakan satelit dalam orbit presisi bidang orbit dan pergerakan bumi mengelilingi matahari,
sedemikian rupa sehingga satelit tersebut akan melewati lokasi tertentu di permukaan bumi
selalu pada waktu lokal yang sama setiap harinya. Ketinggian orbitnya 707 km dengan sudut
inklinasi 98,2 derajat. Salah satu contoh citra satelit ASTER dapat dilihat pada gambar dibawah
ini.
Citra Satelit GeoEye merupakan salah satu citra satelit yang memiliki resolusi yang tinggi dan mulai
populer dalam beberapa tahun terakhir di Indonesia. Citra satelit yang mulai dikenal sejak
peluncurannya, tepat pada tanggal 6 september 2008, peluncuran tersebut dilakukan oleh Vanderburg
Air Force California. Sebagai salah satu citra satelit yang mendunia, sudah jelas citra satelit ini
menawarkan hal yang mampu memukau siapa pun penggunanya, citra satelit ini menawarkan citra
permukaan bumi dengan tingkat kedetilan yang bisa dibilang luar biasa, serta tingkat akurasi setelah
dibandingkan dengan citra satelit yang memiliki resolusi tinggi lainnya, citra satelit GeoEye memiliki
tingkat akurasi yang cukup tinggi. Berbicara tentang hal ini, tentu tidak heran jika banyak pihak yang
memanfaatkan kelebihan yang ada pada citra satelit GeoEye.

4. Satelit QUICKBIRD

Merupakan satelit resolusi tinggi dengan resolusi spasial 61 cm, mengorbit pada ketinggian 450
km secara sinkron matahari, satelit ini memiliki dua sensor utama yaitu pankromatik dan
multispektral. Quickbird diluncurkan pada bulan oktober 2001 di California, AS. Quickbird
memiliki empat saluran (band). Fungsi dari satelit QUICKBIRD adalah untuk mendukung
aplikasi kekotaan, pengenalan pola permukiman, perluasan daerah terbangun, menyajikan variasi
fenomena yang tekait dengan kota, dan untuk lahan pertanian, terkait dengan umur, kesehatan,
dan kerapatan tanaman semusim, sehingga seringkali dipakai untuk menaksir tingkat produksi
secara regional. Salah satu contoh citra satelit QUICKBIRD dapat dilihat pada gambar dibawah
ini.

QUICKBIRD merupakan salah satu satelit sumber daya milik kerja sama Amerika Serikat
dan Hitachi Jepang, yang diluncurkan pada tangggal 18 oktober 2001. Satelit ini memunyai
kemampuan setara dengan QUICKBIRD adalah IKONOS (milik Amerika). Karektirisrik dari
satelit
QUICKBIRD adalah :
Orbit : sinkron putaran matahari
Ketinggian : 800 km
Sumber : atlas.blogspot.com
Citra QUICKBIRD membuktikan bahwa kualitas dan teknologi indera di bidang satelit semakin
maju, bahkan bila dibandingkan dengan citra foto udara yang diambil dengan wahana pesawat
terbang,
citra QUICKBIRD lebih membetikan informasi.
Kegunaan citra QUICKBIRD : Untuk mendukung aplikasi perkotaan, Pengenalan pola
permukiman, Perluasan daerah terbangun, Menyajikan variasi fenomena
yang terkait dengan kota, Untuk lahan pertanian, terkait dengan umur, kesehatan, dan kerapatan
tanaman semusim, sehingga seringkali dipakai untuk menaksir tingkat produksi secara regional.

5. Satelit IKONOS

Ikonos adalah satelit resolusi spasial tinggi yang diluncurkan bulan september 1999. merekam
data multispektral 4 kanal pada resolusi 4 m. Ketinggian orbitnya 681 km. Citra resolusi tinggi
sangat cocok untuk analisis detil, misalnya wilayah perkotaan tapi tidak efektif apabila
digunakan untuk analisis yang bersifat regional. Fungsi dari satelit IKONOS adalah untuk
pemetaan topografi dari skala kecil hingga menengah, menghasilkan peta baru, memperbaharui
peta topografi yang sudah ada, dan mengoptimalkan penggunaan pupuk dan herbisida. Salah satu
contoh citra satelit IKONOS dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Ikonos adalah satelit milik Space Imaging (USA) yang diluncurkan bulan September 1999 dan
menyediakan data untuk tujuan komersial pada awal 2000. Ikonos adalah satelit dengan resolusi
spasial tinggi yang merekam data multispektral 4 kanal pada resolusi 4 m (citra berwarna) dan
sebuah kanal pankromatik dengan resolusi 1 m (hitam-putih). Ini berarti Ikonos merupakan
satelit komersial pertama yang dapat membuat image beresolusi tinggi.
Kegunaan satelit IKONOS adalah : pemetaan topografi dari skala kecil hingga menengah,
memperbaruhi peta topografi yang sudah ada dan menghasilkan peta baru

6. Satelit GeoEye

GeoEye-1 merupakan Satelit pengamat Bumi yang pembuatannya disponsori oleh Google dan
National Geospatial-Intelligence Agency (NGA) yang diluncurkan pada 6 September 2008 dari
Vandenberg Air Force Base, California, AS. Satelit ini mampu memetakan gambar dengan
resolusi gambar yang sangat tinggi dan merupakan satelit komersial dengan pencitraan gambar
tertinggi yang ada di orbit bumi saat ini. Salah satu contoh citra satelit geoeye dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.
7. Terra

Terra adalah sebuah citra satelit yang merupakan sebuah spectrometer citra beresolusi tinggi
yang dapat mengamati tempat yang sama di permukaan bumi setiap hari. Fungsi dari citra satelit
ini adalah untuk pengamatan vegetasi, radiasi permukaan bumi, pendeteksian tutupan lahan,
pendeteksian kebakaran hutan, dan pengkuran suhu permukaan bumi. Salah satu contoh citra
satelit TERRA dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Terra (EOS AM-1) adalah satelit penelitian multinasional NASA di orbit sun-synchronous di
sekitar bumi. Satelit ini adalah bagian dari Earth Orbiting System.

Nama Terra datang dari bahasa Latin yang berarti bumi. Satelit ini diluncurkan dari Vandenberg
Air Force Base pada 18 Desember 1999, diterbangkan dengan roket Atlas IIAS dan mulai
mengumpulkan data pada 24 Februari 2000.
Terra membawa muatan yang terdiri dari lima sensor jarak jauh yang didesain untuk memantau
keadaan lingkungan bumi dan perubahan-perubahan yang terjadi pada iklim.

Instrumen yang dibawa itu diantaranya:

 ASTER (Advanced Spaceborne Thermal Emission and Reflection Radiometer)

 CERES (Clouds and the Earth's Radiant Energy System)

 MISR (Multi-angle Imaging SpectroRadiometer)

 MODIS (Moderate-resolution Imaging Spectroradiometer)

 MOPITT (Measurements of Pollution in the Troposphere

8. The Indian Remote Sensing (IRS)

IRS adalah sistem satelit untuk meyediakan informasi manajemen sumberdaya alam yang
berharga. Fungsi dari citra satelit ini adalah untu perencanaan perkotaan dan manajemen
bencana. Salah satu contoh citra satelit IRS dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Indian Remote Sensing satellites (IRS) adalah serangkaian satelit observasi bumi, dibangun,
diluncurkan dan dikelola oleh Indian Space Research Organisation. Seri IRS menyediakan
berbagai layanan penginderaan jauh untuk India.

Mengikuti keberhasilan penerbangan satelit demonstrasi Bhaskhar dan Bhaskara-2 yang


diluncurkan pada tahun 1979 dan 1981, masing-masing, India mulai mengembangkan program
Remote Sensing (IRS) satelit India untuk mendukung perekonomian nasional di bidang
pertanian, sumber daya air, kehutanan dan ekologi, geologi, gudang air, perikanan laut dan
pengelolaan pesisir.

Akuisisi data satelit dan pengolahan

National Remote Sensing Centre (NRSC) di Hyderabad adalah lembaga nodal untuk penerimaan,
arsip, pengolahan dan penyebaran data penginderaan jauh di negeri ini. NRSC memperoleh dan
memproses data dari semua satelit penginderaan jauh India seperti Cartosat-1, Cartosat-2,
Resourcesat-1, IRS-1D, Oceansat-1 dan Teknologi Percobaan Satelit serta satelit asing seperti
Terra, NOAA dan ERS.

9. Satelit ALOS

Jepang menjadi salah satu negara yang paling inovatif dalam pengembangan teknologi
satelit penginderajaan jarak jauh setelah diluncurkannya satelit ALOS (Advaced Land Observing
Satellite) pada tanggal 24 Januari 2006. ALOS adalah satelit pemantau lingkungan yang busa
dimanfaatkan untuk kepentingan kartografi, observasi wilayah, pemantauan bencana alam dan
survey sumberdaya alam.

10 . Satelit WorldView
Satelit WorldView-2 adalah satelit generasi terbaru dari Digitalglobe yang diluncurkan pada
tanggal 8 Oktober 2009. Citra Satelit yang dihasilkan selain memiliki resolusi spasial yang tinggi
juga memiliki resolusi spectral yang lebih lengkap dibandingkan produk citra sebelumnya.
Resolusi spasial yang dimiliki citra satelit WorldView-2 ini lebih tinggi, yaitu : 0.46 m – 0.5 m
untuk citra pankromatik dan 1.84 m untuk citra multispektral. Citra multispektral dari
WorldView-2 ini memiliki jumlah band sebanyak 8 band, sehingga sangat memadai bagi
keperluan analisis-analisis spasial sumber daya alam dan lingkungan hidup.

11. Satelit NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration)


Satelit NOAA merupakan satelit meterologi generasi ketiga milik ”National Oceanic and
Atmospheric Administration” (NOAA) Amerika Serikat. Munculnya satelit ini untuk
menggantikan generasi satelit sebelumnya, seperti seri TIROS (Television and Infra Red
Observation Sattelite, tahun 1960-1965) dan seri IOS (Infra Red Observation Sattelite, tahun
1970-1976). Konfigurasi satelit NOAA adalah pada ketinggian orbit 833-870 km, inklinasi
sekitar 98,7 ° – 98,9 °, mempunyai kemampuan mengindera suatu daerah 2 x dalam 24 jam
(sehari semalam).
National Oceanic and Atmospheric Administration. Satelit berorbit sinkron matahari milik
NOAA, Amerika Serikat yang misi utamanya adalah pemantauan cuaca. Satelit NOAA
dikembangkan dari seri satelit TIROS (Television and Infrared Observation ). Satelit TIROS
kemudian digantikanmenjadi TOS (TIROS Operational System) yang kemudian menjadi seri
ESSA (Environmental Science Service Administration). ESSA kemudian dikembangkan menjadi
seri ITOS (Improved TIROS Operational System) disusul seri NOAA. Seri satelit NOAA terdiri
dari generasi I (TIROS-N/NOAA 1-5), generasi II (Advanced TIROS-N/ATN/NOAA 6-14) dan
generasi III (NOAA K, L, M). Pengindera yang diusung satelit ini pada umumnya adalah
AVHRR (pengembangan dari VHRR) dan TOVS (TIROS Operational Vertical Sounder). Setiap
satelit biasanya juga masih mendapatkan tambahan perangkat pengindera lain sesuai dengan
misi.

2. TIGA PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA PENGINDERAAN JAUH


1.ENVI

ENVI (The Environment For Visualizing Images) merupakan suatu system pengolahan citra
digital penginderaan jauh yang revolusioner dibuat oleh Research System, Inc (RSI).

Kegunaan lain ENVI dirancang untuk berbagai kebutuhan spesifik yang menggunakan data
penginderaan jauh dari satelit dan pesawat terbang. ENVI menyediakan data visualisasi yang
menyuluruh dan analisa untuk citra dalam berbagai ukuran dan tipe, semuanya dalam suatu
lingkungan yang mudah dioperasikan dan inovatif untuk digunakan.

ENVI menggunakan Graphical User Interface (GUI). Format data raster danAscii (text) sebagai
header file. Data raster disimpan sebagai ‘binary stream of bytes’ berupa format Band Sequential
(BSQ), Band Interleaved by Pixel (BIP) dan Band Interleaved by Line (BIL). ENVI juga
mendukung berbagai tipe format lainnya seperti : byte, interger, long interger, floating-point,
double-precision, complex,dan double-precision complex.

ENVI PenginderaanJauh

ENVI memiliki tiga jendela utama yaitu The Main Display Window untuk menampilkan semua
tampilan citra dalarn full resolution yang dibatasi oleh kotak pada scroll, The Scroll Window
untuk menampilkan seluruh citra pada file, dan The Zoom Window untuk menampilkan
perbesaran dari main display window yang dibatasi oleh kotak pada window. ENVI
penginderaanjauh memiliki beberapa menu utama diantaranya adalah : File Management,
Display Management, Interactive Display Functions, Basic Tools, Classification, Transform,
Filters, Spectral Tools, Map Tools, Vector Tools, Topographic Tools, Radar Tools.

2. ILWIS

ILWIS sebagai salah satu aplikasi FOSS GIS merupakan singkatan dari Integrated Land and
Water Information System.Perangkat lunak ini digunakan untuk analisis geografis dengan jenis
data berupa vector dan raster.ILWIS ini dirancang International Institute for Aerospace Survey
and Earth Sciences (ITC), Enschede, Belanda.

Model Data ILWIS

Dalaman alisis keruangan geografis, representasi obyek muka bumi dapat diwakili dengan
symbol berupa:

 Simboltitik

Kenampakan-kenampakan geografi yang tidak memiliki dimensi (0 D) seperti titik ketinggian,


lokasikota, pelabuhan, mercusuar, lokasitambang, dll, dinyatakan dengan symbol titik.

 Simbolgaris
Kenampakan-kenampakan geografis yang berdimensi satu (1D) sepertijalan, sungai, jalan KA,
jalur penerbangan, arah angin, dll, dinyatakan dengan symbol garis.
 Simbol area
Kenampakan-kenampakan geografis yang berdimensi dua (2D) seperti area HPH, perkebunan,
wilayah administrasi, dll, dinyatakan dengan simbol area.
Kenampakan symbol titik, garis dan area dalam GIS digambarkan dalam model data vektordan
raster.
 Data Vektor
Data GIS pada suatu obyek spasial yang didefinisikan dengan koordinat (X,Y) dimana
kenampakan spasial dalam data jenis ini disimpan dalam bentuk label atau kode tertentu.
 Data Raster
Data GIS yang dibangun dan disimpan dalam bentuk piksel yang merupakan elemen terkecil
suatu gambar.
 KomponenDasar ILWIS
Duahal yang termasuk dalam kategori konsep dasar ILWIS meliputi:
1. ILWIS Window, meliputi: main window, map window, table window, pixel info
window
2. ILWIS Object, meliputi: data object, container object, service object, dan Special
Object
Berikutpemaparannya :
1. ILWIS WINDOW
 Main Window
Lembarini terdapat menu bar, command line, catalog, operation tree, operation list, navigator,
standard toolbar, object selection bar, dan Status bar
 Map Window
Di ILWIS, data yang berbentuk vector dan raster dengan symbol obyek yang diwakili titik, garis
dan polygon ditampilkan dalam map window. Data vector dengan symbol titik dikenal dengan
istilah point map, selanjutnya data vector dengan symbol garis dikenal dengan istilah segment
map, sedangkan data vector dengan symbol polygon dikenal dengan istilah polygon map. Untuk
data raster dikenal dengan istilah raster map, yang isinya berupa data citra satelit ataupun data
image hasil scan.

 Table Window

Data yang berbentuk tabular (tabel), di ILWIS ditampilkan dalam Table Window. Ditampilkan
dalam bentuk baris dan kolom.Disini terdapat informasi mengenai data spasial/data
atribut.ILWIS User dapat melakukan editing dan kalkulasi area di Table Window.

 Pixel Info window

Berisi informasi mengenai kelas (class), ID (Identifier), ataupun nilai


(value).Untuk menampilkan informasi pixel suatu obyek di ILWIS adalah dengan
meletakkan kursor pada map window, selanjutnya pilih open pixel information pada file.

2. ILWIS OBJECT
 Data Object

Data Object dalam ILWIS meliputi data spasial dan data atribut. Data spasial meliputi data
vektor yang direpresentasikan dalam point map (titik), segmentmap (garis), polygon map
(polygon/area) serta data raster yang dipresentasikan dengan raster map. Data spasial ini dapat di
edit di map window. Untuk data atribut yang berbentuk table dapat dibuat dan di edit di table
window.

 Container Object

Daftar yang berisikan referensi sejumlah data object. Secara umum, keseluruhan data yang
masuk Container Object berbentuk ASCII atau kode script pemrograman komputer.Bagian-
bagian yang masuk Container Object meliputi: map list, object collection, layout, annotation
text, graph dan map view.

 Service Object

Aksesoris yang melengkapi kinerja data object .Service Object inimeliputi: coordinate system,
georeference, domain, dan representation.

 Special Object

Fasilitas khusus yang memberikan informasi data object dalam mendukung pemberian informasi
spasial. Special Object meliputi: histogram, sample sets,2-dim tables, matrices, filters, function,
scripts dan stereo pairs.

3.ER MAPPER

R Mapper 7.1 adalah salah satu software (perangkat lunak) yang digunakan untuk mengolah data
citra atau satelit penginderaan jauh.Masih banyak perangkat lunak lain yang dapat digunakan
untuk mengolah data citra, diantaranya :Idrisi, ERDAS Imagine, PCIdan lain-lain. Masing-
masing perangkat lunak mempunyai 3 keunggulan dan kelebihan sendiri.

ER Mapper 7.1dapat di jalankan pada workstation dengan sistem UNIX dan komputer PC
(personal computer) dengan system operasi Windows 9x danWindows NT . (ER Mapper,1995).

You might also like