You are on page 1of 10

Gerakan internet sehat dan produktif

Kode etik ini berlaku untuk akun Facebook, Twitter, Blackberry Messenger, Instagram, Path,
Google Plus, Tumblr, Flickr, Foursquare, Pinterest, Linkedin, Myspace, maupun Kakaotalk.

Di dalam dunia virtual, terdapat 10 pasal Kode Etik Media Sosial (KEMS) yang harus
netizen patuhi. Pada intinya, KEMS ini untuk mengatur tiga hal. Pertama, pencegahan tindak
kejahatan dan melindungi keselamatan pribadi. Kedua, pencegahan pelanggaran hukum di
dunia maya. Ketiga, penghargaan atas hak cipta.

Berikut uraian 10 pasal KEMS yang berlaku di era digital ini:

 Tutup informasi privasi

Tidak semua informasi bisa dibuka ke publik. Informasi tertentu, jika dibuka, sama halnya
memberi kesempatan kepada pelaku kriminal berbuat jahat. Informasi tempat tinggal atau
nomor handphone jangan dipajang di profil pribadi Facebook. Informasi seperti ini rawan
disalahgunakan oleh orang-orang yang berniat jahat.

 Postingan bebas bully

Ujaran kebencian akan berdampak hukum. Membully, menghujat, menghina, atau membuka
aib orang lain di media sosial adalah haram hukumnya. Apalagi dengan dikeluarkannya
edaran Kapolri Badrodin Haiti mengenai hate speech bernomor SE/06/X/2015, tentu menjadi
rambu-rambu bagi netizen.

Pelaku media sosial harus berpikir secara matang sebelum menyebarkan informasi. Jangan
sampai informasi yang disebar akan berdampak hukum bagi diri sendiri.

 Waspadai kejahatan cyber

Disamping memudahkan pekerjaan manusia, teknologi juga dapat disalahgunakan untuk


memuluskan aksi kejahatan siber (cyber crime). Sebab itu, jangan sampai netizen terjebak
pada kejahatan tingkat tinggi ini. Jangan sampai nomor rekening bank anda kebobolan.

Hati-hati terhadap akun yang meminta data pribadi anda. Waspadai orang yang menghubungi
Anda dengan mengatasnamakan pihak bank. Jangan mudah percaya pada pihak yang
mengaku sedang mengantar anggota keluarga Anda ke rumah sakit usai tertimpa kecelakaan.
Ia lalu meminta Anda mentransfer biaya perawatan rumah sakit.

 Selektif membaca dan/atau menshare berita

Berita yang berseliweran di media sosial belum tentu valid. Sebab itu, jangan mudah percaya
berita. Apalagi berita yang memuat informasi palsu (hoax). Ciri-ciri berita hoax diantaranya,
bernada bombastis, melebih-lebihkan, dan tidak masuk akal.

Kuncinya, harus mencari kejelasan (tabayyun) dan klarifikasi terhadap berita yang muncul.
Jangan mudah percaya. Skeptislah terhadap berita yang tersebar. Abaikan berita jika tidak
masuk akal.
 Kenali akun yang akan anda jadikan sebagai teman

Kenali pengikut (follower) Anda. Waspadai akun anonim. Kalau perlu, jangan menjadikan
orang yang tidak Anda kenal sebagai teman. Paling tidak, cek latar belakang atau profil
pribadi akun yang akan Anda add sebagai teman.

 Gunakan tata bahasa yang baik dan benar

Jika dalam berbahasa lisan, harus menggunakan bahasa yang sopan, santun, baik, dan benar,
maka sama halnya dalam menulis status. Hal ini untuk menghindari kesalahpahaman dalam
transfer pesan.

Sebab, di media sosial, ketersinggungan sangat mungkin terjadi. Penyebabnya, di medsos tak
ada tatap dan ekspresi wajah. Sebaliknya, berkomunikasi di dunia nyata, ada ekspresi wajah,
sehingga sulit untuk menyembunyikan sesuatu.

 Hargai kekayaan intelektual

Dalam berinternet, netizen harus menghargai segala bentuk hak kekayaan intelektual. Baik itu
tulisan, foto, maupun video. Jika men-share berita, cantumkan sumbernya. Jangan asal copy
paste.

 Jauhi tindakan asusila

Sebagai netizen yang beradab, hindari melihat, menggandakan, apalagi menyebar informasi
yang berhubungan dengan pornoaksi, pornosuara, pornoteks, pornografi, dan pornomedia.

Jangan pula terlibat dalam prostitusi online. Ajaran agama, tentu melarang hal semacam ini.
Disamping merusak mental, pornografi mendorong untuk berbuat maksiat.

 Gunakan media sosial secara wajar

Ada batasan dalam bermedia sosial. Hindari kebebasan yang kebablasan, Misalnya, media
sosial bukanlah tempat pamer kekayaan. Janganlah memposting uang yang dimiliki di media
sosial. Disamping memancing tindak kriminal, publik akan menganggap pelaku sebagai
sosok yang suka mencari sensasi dan pengakuan.

Lebih lanjut, berdoa adalah dengan jalan mengucapkan permintaan dengan lisan. Berdoa
dengan mengucap hanya akan diketahui oleh hamba dan Allah SWT.

Berdoa bukan dengan jalan menuliskan lafaz doa di media sosial. Sedangkan berdoa di media
sosial mengindikasikan adanya keinginan agar doa diketahui oleh publik. Disini, peluang riya
terbuka lebar. Padahal, doa hanya untuk Allah SWT, bukan untuk manusia. Sebab yang
mengabulkan doa adalah Dia, bukan manusia.

 Jangan terbujuk ajakan radikalisme dan terorisme

Kelompok radikalis kini aktif menjaring netizen menjadi pengikut gerakan mereka. Hal ini
disampaikan mantan deputi deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
(BNPT), Mayjen Agus Surya Bakti. Sasaran kelompok radikal ini adalah para anak muda
penggiat media sosial.

Untuk itu, TNI, Polri, Badan Intelijen Negara (BIN), dan Badan Nasional Penangulangan
Terorisme (BNPT) harus mewaspadai akun media sosial yang aktif menyebar paham
radikalisme dan terorisme. (Pemerhati medsos/Ilmaddin Husain)

Raha, Muna, Sulawesi Tenggara

Selasa, 12 Januari 2016

Muamalah Medsosiah - Kode Etik


Bermedia Sosial

Pedoman yang akan disebut sebagai “Muamalah Medsosiah” ini akan menjadi semacam "kode etik"
bagi umat Islam ketika menggunakan media sosial.

pedoman untuk memberantas berita hoax atau palsu yang beberapa bulan terakhir ini kian
mewabah dan melanggar SARA

ANTARA/Teresia May)

Sebab, medsos (media sosial) mendorong pendekatan parsitipatoris yang menjadikan setiap
orang adalah subjek dan sumber informasi. Maka, dibutuhkan kode etik untuk menghindari,
misalnya, persebaran kabar bohong,"

Media sosial adalah salah satu bentuk komunikasi digital saat ini. Memang ada ciri-ciri media
sosial yang khas yang bisa kita ketahui. Melalui media sosial, banyak orang bisa terhubung
dengan mudah. Penyebaran informasi pun relatif lebih cepat dengan adanya media sosial. Ini
adalah termasuk jenis metode komunikasi daring. Berikut ini adalah beberapa macam etika
yang perlu diperhatikan saat berkomunikasi di media sosial:

1. Selalu perhatikan penggunaan kalimat

Penggunaan kalimat merupakan bagian yang penting saat berkomunikasi menggunakan


media sosial. Kalimat-kalimat dengan susunan yang tepat, disertai tanda baca yang tepat juga
merupakan salah satu bagian yang penting supaya etika komunikasi bisa dijaga dengan baik.
Hindari menggunakan kalimat-kalimat yang tidak utuh. Kalimat yang tidak utuh bisa memicu
timbulnya ambiguitas sehingga bisa menjadi sumber dari kesalahpahaman.

2. Berhati-hati saat menggunakan huruf

Menggunakan huruf dengan benar juga menjadi bagian dari etika komunikasi di media sosial.
Mudahnya, selalu gunakan huruf yang wajar. Menulis sesuatu di media sosial dengan
menggunakan huruf kapital semua bisa memberikan kesan marah, kecewa dan menantang.
Sebaliknya, menggunakan huruf yang cenderung kecil semua akan menandakan seseorang
terlalu abai dan tidak serius mengenai informasi yang sedang akan ia bagikan. Oleh
karenanya, penggunaan huruf yang sesuai dan wajar bisa menunjang etika yang baik saat
berkomunikasi.

3. Perhatikan pemilihan warna huruf

Warna huruf juga penting untuk diperhatikan. Beberapa media sosial biasanya memberikan
fitur ini untuk menambah keragaman dari jenis tulisan yang akan diberikan seseorang.
Menggunakan warna huruf merah dengan tulisan yang tebal bisa memiliki kesan menantang
dan marah. Persepsi orang yang berbeda-beda ini menjadi alasan mengapa penulisan huruf
dengan warna yang standar menjadi penting.

4. Pemilihan simbol dan ikon yang tepat

Dalam media sosial, banyak sekali simbol dan ikon yang seringkali disertakan dalam sebuah
informasi atau tulisan. Ada dikenal simbol emoji atau sticker dan lain sebagainya. Manakala
akan menggunakan simbol tersebut, pastikan simbol yang digunakan juga tepat.

Menggunakan simbol wajah cemberut pada tulisan juga akan membangun persepsi orang
dengan kuat. Oleh karena itu, berhati-hati dalam menggunakan simbol dan ikon adalah
penting. Bila perlu, justru hindari menggunakan simbol atau ikon sehingga tulisan dan
informasi yang kita buat lebih bersifat netral.

5. Menggunakan bahasa yang sesuai

Bahasa yang sesuai di sini adalah menunjukkan bagaimana tata krama kita saat
berkomunikasi dengan orang lain. Perhatikan dengan siapa kita berbicara. Jangan sampai
keluar bahasa-bahasa yang kurang sopan pada orang tertentu sehingga etika dalam
komunikasi ini menjadi hilang. Pastikan ini juga menjadi salah satu hal yang diperhatikan
saat menggunakan media sosial. Ada efek media sosial yang bisa saja tergantung dari hal ini.

Sponsors Link

6. Memberikan respon dengan segera

Saat dihubungi melalui media sosial, pastikan kita juga memberikan respon dengan segera.
Menunda-nunda untuk memberikan respon atau bahkan mengabaikannya akan memberikan
kesan yang jelek. Apalagi sekarang ini banyak sekali media sosial yang juga sudah
melengkapi fitur pemberitahuan bahwa pesan yang disampaikan sudah dibaca oleh penerima
pesan.

7. Memberikan informasi yang memiliki referensi jelas

Ini adalah poin paling penting dari hampir semua poin yang membahas mengenai etika dalam
menggunakan komunikasi media sosial. Informasi yang disebarkan tanpa referensi yang jelas
akan menimbulkan efek berantai terhadap setiap orang.
Hal ini bisa mengundang kesimpang-siuran berita yang tentu saja sangat tidak diharapkan.
Istilah yang mungkin kita kenal saat ini adalah berita hoax. Bahkan, hal ini bisa diperkarakan
pula di hukum bila penyebaran informasi palsu tersebut memang disengaja. Ada pengaruh
media sosial yang bisa berfungsi secara cepat dalam hal penyebaran info.

8. Tidak memancing pertentangan

Terakhir, hindari melakukan komunikasi yang memancing pertentangan melalui media sosial.
Mengingat persepsi orang yang berbeda terhadap paparan informasi, maka kita juga harus
memperhatikan hal ini supaya terhindar dampak negatif dari media sosial.

Itulah beberapa macam etika yang perlu kita perhatikan. Jangan sampai media sosial yang
fungsinya membantu setiap orang untuk saling terhubung justru memicu permasalahan akibat
etika yang tidak diperhatikan. Dengan menggunakan komunikasi yang tepat, maka kita bisa
memanfaatkan media sosial dengan lebih baik. Masih ada banyak lagi sebenarnya etika yang
perlu diperhatikan, namun setidaknya beberapa poin tadi bisa menjadi etika komunikasi di
media sosial yang paling dasar yang bisa mulai kita terapkan

Ilustrasi risiko hukum penggunaan media sosial. BAS


BERITA TERKAIT

 Siapa Saja Bisa Diadukan: Mereka yang Terjerat UU ITE


 Harapan Pelaku E-commerce Indonesia Pasca UU ITE Baru
 Pro dan Kontra Arah Kebijakan UU ITE Baru
 2 PP Pelaksana UU ITE Ini Krusial, Harus Segera Dibuat Pemerintah!
 Konsep Right to be Forgotten Tak Berlaku untuk Produk Jurnalistik?

Sejak UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) hadir, pengguna media
sosial banyak yang khawatir. Undang-undang ini pada awalnya untuk melindungi kepentingan Negara,
publik, dan swasta dari kejahatan siber (cyber crime). Saat itu ada 3 pasal mengenai defamation
(pencemaran nama baik), penodaan agama, dan ancaman online.

Semula, ketiga pasal itu dimaksudkan untuk menangkap para penjahat siber. Namun, kini malah lebih
sering dipakai untuk mengkriminalisasikan warga yang memanfaatkan internet dan media sosial untuk
menyampaikan keluhan, opini, isi pikirannya, berpolemik, hingga menyampaikan kritik kepada pimpinan
daerah.

Berdasarkan data Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFEnet), sepanjang 2016 ada lebih
dari 200 pelaporan ke polisi atas dasar tuduhan pencemaran nama baik, penodaan agama, dan ancaman,
yang berbasiskan UU ITE. SAFENET juga mencatat munculnya 4 (empat) pola pemidanaan baru yaitu:
aksi balas dendam, barter hukum, membungkam kritik dan terapi kejut yang sangat berbeda, jika tidak
dapat disebut menyimpang dari tujuan awal ketika UU ITE dibentuk. (Baca Juga: Lewat Pengadilan,
Cara Terbaik Blokir Situs)
Sumber data: SAFEnet

Kini, UU No. 18 Tahun 2008 telah diubah dengan UU No.19 Tahun 2016. Undang-undang yang disahkan
pada Oktober 2016, itu dinilai tak jauh beda dengan UU sebelumnya. Soalnya, salah satu hasil revisi
adalah menyatakan bahwa pemerintah, dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informatika
(Kemenkominfo) dapat melakukan pemblokiran terhadap situs-situs tertentu.

“Terakhir pemerintah melalui Kemenkominfo memblokir aplikasi Bigo Live lantaran dianggap
mengandung nudity,” kata Regional Coordinator SAFEnet, Damar Juniarto.

Menurutnya, revisi UU ITE bukan terhadap hal-hal yang penting yang seharusnya direvisi. Malahan, kata
Damar, Kemenkominfo memasukkan pasal lain, seperti right to be forgotten. Dia mengatakan, pasal itu
sebelumnya tidak ada dalam revisi UU ITE, tapi muncul dalam pembahasan di DPR. (Baca Juga: Dinilai
Radikal, Kominfo Blokir 22 Website)

Damar mempertanyakan untuk apa dan siapa pasal tersebut karena di luar negeri, pasal itu berhubungan
dengan hak privasi seseorang. Sementara Indonesia tidak memiliki UU Privasi, artinya melampaui pasal
right to be forgotten.
Pasal lain yang berpengaruh terhadap kehidupan media sosial adalah pemblokiran. Menurut Damar, pasal
mengenai pemblokiran berpotensi abuse lantaran pemerintah memiliki wewenang penuh untuk melakukan
pemblokiran tersebut.

Sedangkan Pasal 27 ayat (3) menurut Damar, tidak begitu pengaruh dengan dunia media. Ia berpandangan,
pemerintah dan Komisi I DPR mengurangi sifat represi dari pasal ini dengan mengurangi jumlah orang
ditahan sebelum melalui proses pengadilan. (Baca Juga: Kewenangan Kemenkominfo Diperluas di UU
ITE, Blokir Situs Dianggap Arogan)

“Artinya hanya bagian kecil dari revisi undang-undang ini. Pengurangan risiko pada penahanan itu apakah
berdampak banyak pada kasus-kasus itu ternyata tidak terlalu banyak. Ternyata itu trennya enam kali
perbulan pelaporan. Apakah trennya akan mengurangi saya kira tidak, yang terkurangi hanya orang
tertahan,” ujar Damar.

Damar juga mengaku cemas mengenai adanya Pasal 40 mengenai pemblokiran. Soalnya, sejak lama
masyarakat sipil sudah meminta bahwa kewenangan filter dan blokir melalui mekanisme pengadilan.
Menurutnya, itu adalah cara yang lebih fair dan adil. Dengan adanya Pasal 40, kata Damar, artinya
kewenangan penuh pemblokiran dimungkinkan hanya berdasarkan pendapat pemerintah.

“Itukan berarti menutup kemungkinan suara lain atau pertimbangan lain yang bisa saja benar. Meski yang
masuk ke dalam muatan yang dilarang adalah terorisme, prornografi, tapi berdasarkan pengalaman
sebelumnya dimasukkan juga LGBT, Papua yang tidak masuk ke dalam muatan yang dilarang. Artinya,
ada kemungkinan pasal ini di-abuse sangat besar,” tuturnya.

Tak Perlu Khawatir


Ketua Umum Indonesia Cyber Law Community (ICLC), Teguh Arifiyadi, berpendapat perubahan UU ITE
sangat membantu masyarakat yang menggunakan media sosial. Menurutnya, di dalam UU ITE yang baru
telah dijelaskan bagaimana cara menggunakan media sosial yang benar.

Dengan adanya UU ITE yang baru, kata Teguh, sudah sepatutnya masyarakat memahami hal apa saja yang
tidak boleh ditulis dan dibagikan (share) melalui media sosial. Masyarakat juga harus bijak dalam
menggunakan media sosial dengan berpikir ulang atas informasi apa yang ingin dibagikan ke orang lain
yang nantinya akan dibagikan juga oleh orang lain tersebut.

“Seharusnya tak perlu ada yang dikhawatirkan oleh masyarakat, terutama pengguna media sosial,” ujar
Teguh.

Hal yang sama diungkapkan dosen Ilmu Hukum Universitas Bina Nusantara, Bambang Pratama.
Menurutnya, perubahan UU ITE tak menakutkan. Sebaliknya, ia menilai perubahan UU ITE justru
memberi kelonggaran kepada masyarakat dikarenakan dua hal, yaitu, pertama, delik aduan yang semua
orang tidak bisa melaporkan dan, kedua, tidak ada penahanan.

“Perubahan UU ITE tidak menakutkan, sebaliknya perubahan ini melonggarkan masyarakat. Tapi saya
takut dengan banyaknya isu SARA (penistaan agama), pasal ini dibawa-bawa untuk menakuti
masyarakat,” katanya.

Bambang mengatakan, dilihat dari perkembangan teknologi saat ini, sudah sepatutnya masyarakat terutama
pengguna media sosial untuk bijak dalam menyebarluaskan informasi. Sebagus apapun UU dibuat, kata
Bambang, tak akan berpengaruh tanpa adanya kesadaran hukum dari masyarakat. Untuk itu, Bambang
memberikan beberapa tips agar masyarakat bijak dan tidak tergelincir dalam menggunakan media sosial.

Tips Menggunakan Medsos agar Terhindar dari Risiko Hukum:

1. Pahami regulasi yang ada.


2. Tegakan etika ber-media sosial.
3. Cek terlebih dahulu kebenaran informasi yang akan dibagikan (share) ke publik.
4. Lebih berhati-hati bila ingin memposting hal-hal atay data yang bersifat pribadi.
5. Belajar dari penyedia jasa, seperti google untuk menjalani peran menjadi intermediary liability.

Kode Etik dalam Berkomunikasi di Era Media Sosial

Sekarang Ini informasi semakin menjadi lebih mudah untuk didapatkan melalui media
apapun. Disusul dengan kemajuan teknologi serta internet yang mempermudah kita untuk
mendapatkan sebuah informasi penting dari barbagai subjek. Dizaman ini masyarakat lebih
cenderung mencari berbagai informasi melalui internet yang dapat diakses dimanapun dan
kapanpun. Namun sering kali diberbagai artikel pada sebuah media elektronik yang ada di
internet blog, website, email, facebook, twitter dan masih banyak lagi, ditemukan sebuah
artikel atau berita tidak mentaati kode etik penulisan pada artikel yang ditulis. Padahal dalam
penulisan di media online dibutuhkan ketaatan dalam mematuhi kode etik yang sudah
ditetapkan. Menulis artikel di internet tidaklah sebebas apa yang di pikirkan. Internet atau
dunia maya juga mempunyai aturan-aturan dan sopan santun yang harus dipahami seperti,
tidak menyinggung suatu golongan atau kelompok maupun individu. Sering sekali seseorang
menulis semaunya di blog, mengirimkan email atau pesan, maupun mempublish dokumen-
dokemen seperti gambar, video, tulisan dan bentuk-bentuk lainnya tanpa memikirkan aturan
dan etika.
Etika di internet dikenal dengan istilah Netiquette (Network Etiquette), yaitu
semacam tatakrama dalam menggunakan internet. Etika lebih erat kaitannya dengan
kepribadian masing-masing. Jadi tidak semua pengguna internet menaati aturan tersebut.
Namun ada baiknya jika kita mengetahui dan menerapkannya. Etika yang baik menulis di
internet merupakan pendapat atau opini pribadi seseorang mengenai aturan atau sopan santun
menulis di dalam dunia maya.
Indonesia sendiri memiliki peraturan perundang-undangan yang mengatur apa saja
yang dilarang dalam menulis di internet dan yang patut di perhatikan. Dari hasil penelitian
diketahui bahwa undang-undang transaksi elektonik yang telah disahkan pada tahun 2008
yaitu UU ITE pada BAB VII pasal 27 ayat satu sampai empat dan pasal 28 ayat satu dan dua
yang berbunyi,
Pasal 27:
(1) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmikan
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang
memiliki muatan yang melanggar kesusilaan.
(2) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang
memiliki muatan perjudian
(3) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang
memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.
(4) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang
memiliki muatan pemerasan dan./atau pengancaman
Pasal 28:
(1) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan
menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik.
(2) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk
menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat
tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA).

Berikut adalah beberapa etika menulis di Internet:


1. Tidak Mengandung Unsur SARA , maksudnya adalah didalam tulisan tidak boleh ada
tindakan dan pandangan yang didasarkan pada sentimen identitas yang menyangkut
keturunan,agama,kebangsaan atau kesukuan dan golongan. Karena diinternet kita tidak hanya
berhubungan dengan komputer, tetapi juga dengan banyak orang yang memiliki berbagai
macam suku,ras,dan agama.

2. Biasakan Mencantumkan Sumber Tulisan, kita harus membiasakan menuliskan sumber atau
referensi tulisan karena dengan itu secara tidak lansung kita telah memberikan penghargaan
kepada sang penulis dalam membuat suatu artikel. Untuk itu budayakanlah hal ini, agar kita
tidak tergolong orang-orang PLAGIAT.

3. Tidak Berisi Konten-Konten Pornografi, masalah yang gencar dialami oleh bangsa kita
adalah kasus-kasus pelecehan seksual yang sering terjadi akhir-akhir ini. Dengan itu sangat
tidak diperkanankan untuk mencantumkan konten pornografi kedalam tulisan,karena dapat
mempengaruhi karakter banyak orang.

4. Tulisan Harus Faktual, tulisan harus berdasarkan fakta yang ada, jangan sampai yang tidak
ada menjadi ada. Karena hal tersebut dapat menyabkan pembodohan massal.

5. Menggunakan EYD Yang Baik dan Benar, untuk memudahkan pembaca kita harus
memperhatikan EYD dengan baik dan benar. Sehingga para pembaca senang dan menikmati
dalam membaca artikel kita.

6. Harus Mempunyai Tujuan Yang Jelas, penulis harus mempunyai tujuan jelas, untuk apa
penulis menulis tulisan tersebut. Apakah untuk memberikan informasi baik kepada orang
banyak atau sebaliknya malah merugikan orang banyak. Maka dari itu ada baiknya sebelum
menulis kita perhatikan terlebih dahulu tujuannya.

7. Menghindari dan tidak mempublikasikan informasi yang berisi instruksi untuk melakukan
perbuatan melawan hukum (illegal) positif di Indonesia dan ketentuan internasional
umumnya.

8. Tidak menampilkan segala bentuk eksploitasi terhadap anak-anak dibawah umur.

9. Tidak mempergunakan, mempublikasikan dan atau saling bertukar materi dan informasi yang
memiliki korelasi terhadap kegiatan pirating, hacking dan cracking.

10. Tidak berusaha atau melakukan serangan teknis terhadap produk, sumberdaya (resource) dan
peralatan yang dimiliki pihak lain.

11. Menghormati etika dan segala macam peraturan yang berlaku dimasyarakat internet
umumnya dan bertanggungjawab sepenuhnya terhadap segala muatan/ isi situsnya.
12. Untuk kasus pelanggaran yang dilakukan oleh pengelola, anggota dapat melakukan teguran
secara langsung.

13. Gunakan bahasa yang sopan, baik dan benar pada saat menulis sebuah artikel atau berita
disebuah media online. Karena internet tersambung dengan akses yang mencakup seluruh
dunia. Dimana artikel yang kita muat di internet akan dibaca oleh siapapun dari berbagai
kalangan masyarakat diseluruh dunia. Apabila kita tidak menggunakan bahasa yang sopan
maka cara pandang orang terhadap kita akan berdampak buruk pada pribadi serta lingkungan
kita sendiri dan janganlah menyingkat sebuah kata dalam pengetikan suatu artikel.

14. Gunakan huruf kapital seperlunya. Jika kita menuliskan dengan menggunkan huruf kapital
secara dominan, kata yang tertulis dapat berarti lain bagi seseorang yang membacanya.

Sebenarnya hal yang paling sederhana yang dapat dilakukan pada saat menulis di
dunia maya adalah meningkatkan kehati-hatian. Pikirkan kembali apa yang akan ditulis di
dalam internet, jangan sampai sesuatu yang ditulis menyinggung suatu golongan tertentu
ataupun individu karena jika telah menulis di internet tulisan tersebut akan dilihat oleh
masyarakat luas tidak hanya di Indonesia bahkan seluruh dunia. Untuk itu dalam menulis
haruslah dipikirkan tujuan yang hendak dicapai dari tulisan tersebut dan siap menanggung
resiko dari apa yang ditulis.

Sumber:
http://team88-wawasansosial.blogspot.com/2011/11/kode-etik-pengguna-internet.html
http://gitarachmawati.blogspot.com/2013/10/etika-dan-kode-etik-menulis-di-internet.html
http://erlitabebbyaprilianti.blogspot.com/2013/09/pentingnya-kode-etik-dalam-
penulisan_28.html

You might also like