You are on page 1of 2

Pembukaan

Suluk : “ Yen wong urip mung keloro-loro, Gunane opo ono swargo..”
Semaaarrr Badranaya…cek..cekk…cekkk….
Eeeee… Begegeg ugek-ugek mel-mel sak ndulito..Lolee…loleee…
Cerita ini berawal dari sejarah “masuknya agama islam di bumi nusantara”. Islam ditengarai masuk
ke nusantara dibawa oleh para saudagar dari Negara Arab pada tahun 674-M bersamaan dengan masa
peralihan kekhalifahan dari sayyidina Ali bin Abi Thalib R.A ke bani Umayah. Tercatat pada tahun
674-M di tanah jawa ada sebuah kerajaan yang bernama Kalingga di jepara, yang dipimpin oleh ratu
Sima yang telah memeluk agama islam. Ratu Sima membuat peraturan Kalingga yang memuat
ketetapan hukum. Sang Ratu menegakkan hukum dengan bijaksana “Tanpa pandang bulu” terbukti
dia bahkan memotong kaki anaknya sendiri yang kedapatan mencuri.

Namun ada satu faktor yg harus kita ketahui pada kenyataannya berdasarnya study sejarah dan bukti-
bukti yang ada “Islam berkembang di Indonesia tidak gampang”, ada jeda waktu -+ 800 th islam tidak
dapat berkembang di nusantara. Bahkan pada awal abad ke 10 pernah ada rombongan kaum lor dari
Persia mereka datang ke nusantara dan tinggal di kudus. Ada catatan sejarah bahwa sultan al-gabah
dari negara rum (persia) mengirim 20.000 keluarga muslim ke jawa (yang disebut kaum lor tadi)
digambarkan semuanya mati terbunuh tinggal 200 keluarga. Eeeee… cek…cekk….cekkkk..

Gatot kaca-gatot kaca……, bumi gonjang ganjing langit………..Eyang Aku datang eyangggg….
Eeek’ Gatot kaca… Ada apa Eyang….coba kamu ceritakan kejadian apa yang telah kamu saksikan
tadi…..Eyaannngg… Aku melihat ada 20.000 warga muslim dari Negara Persia yang datang dengan
berbondong-bondong ke pulau jawa eyaannngggg. Mereka disebut kaum lor dan sekarang bermukim
di daerah kudus. Tapi rupa-rupanya para petinggi kerajaan mencuri mereka dan mengganggap
kedatangan mereka sebagai sebuah ancaman, sehingga para pejabat kerajaan berencana untuk
menumpas kaum lor tersebut eyaannnggg. Saat ini para prajurit dan bala tentara pasukan elit telah
disiapkan, dan aku menyaksikan para prajurit itu sedang berlatih perang di tanah lapang sana
eyannnggggg…Ooh kalu begitu tunggu apa lagi…..Gatot kaca…Gatot kaca…saat ini juga
berangkatlah kesana lihat peristiwa apa lagi yang akan terjadi disana…… Sendiko dawuh
eyanngggg…….. Mangkat!
Ki Dalang menangis gerung-gerung sambil memukuli tubuhnya.. Aku tidak tahun menyaksikan
pembantaian itu….Mayat bergelimpangan dan membusuk, bau anyir darah yang membasahi bumi,
kenapa warga muslim itu ditumpas…dimusnahkan…? Kenapa.., heeh…heeehh..ada tragedy
kemanusiaan ini sehingga para generasi selama bertahun-tahun menjadi takut pada kekuasaan….
Kenapa mereka dibunuh…hu..huuuh kenapa…. GEMBULLLLL.

Dagelan Gito-Gati
Eh…ehh… siapa itu kok berani-beraninya bermain diatas panggung…eh..ini panggung pertunjukan
ditonton oleh banyak orang…tuh lihat…. Ayooh saja turun..kalau bermain di luar saja…. Eh kalian
pemainnya… ngak percaya.. namamu siapa….coba saya cek dulu…ki Dalang buka kepeannya dulu
… eh ladalah nama kalian kok ngak ada…ini sutradaranya yang geblek apa yaa…. Ooh sutradaranya
saya ya…ya sudah kalau gitu silakan…asal mainnya yang bagus lho….

Syieh Subakir
Peristiwa pembantaian itu dilaporkan dan sultan al-gabah marah, beliau berpikir bagaimana di tanah
jawa ini bisa dihuni oleh orang muslim lalu beliau mengirimkan orang2 yang dianggap memiliki
karomah, kemampuan khusus yakni para auliya’ disitulah salah satu tokoh yang dikenal numbali
tanah jowo yaitu syieh Subakir (alias Aji Soko) cicit dari Salman Al-Farisi seorang sahabat nabi yang
menjadi arsitek perang khondak.

Laksamana Ceng Ho
Laksamana Ceng Ho bersama juru tulis yang bernama Ma Huan datang di tuban Tahun 1433-M. Ma
Huan mencatat bahwa sepanjang pantai utara jawa dihuni warga China muslim, dan warga Arab,
Persian Muslim dan menurut Ma Huan penduduk pribumi hampir semuanya kafir mereka
menyembah batu, pohon, roh. Mulai tahun 674-M – 1433-M (-+800 th) pribumi belum bisa menerima
islam secara massal.

Wali dari Campa


Hingga kemudian datanglah seorang wali dari negri Campa (Vietnam selatan) bersama rombongan
satu keluarga yaitu Syieh Ibrahim As-Samarqundi bersama 2 orang putranya (Ali Murtadho dan Ali
Rahmat) tahun 1440-M. Raden Rahmat inilah yg kelak dikenal dengan nama sunan Ampel. Sunan
Ampel ini yang kelak memiliki anak Sunan Bonang, Sunan Drajat serta memiliki murid Sunan Giri,
raden Patah dan seterusnya lalu membentuk wali songo pada tahun 1470-M. Sejak itu wali songo
mulai berdakwah sehingga islam dapat berkembang dan diterima oleh penduduk pribumi secara
massal. Masyarakat sangat suka dengan metode dakwah wali songo yang sangat menarik dan
kreatif….wali songo menciptakan alat musik gamelan, membuat wayang kulit sebagai seni
pertunjukan yang merakyat..kemudian membuat tembang-tembang mocopat dan lagu gending jawa,
seperti tombo ati, ilir-ilir, dll. (Menyanyi lagu ilir-ilir).

Upacara Mo Limo dan Srada


Agama tantrayana adalah agama yang dianut oleh raja2 di nusantara dengan sektenya yaitu bairawa
tantra, agama tersebut memuja dewi bumi, dewi sri, dewi durga, dewi pertiwi, dewa kundalini, dsb.
Mereka ini kalau melakukan ritual ibadah membuat lingkaran yg namanya kesetra. Lingkaran ini
disebut upacara panca makara atau upacara mo limo, lima M : Mamsya, Madsya, Madya, Maituna,
Mudra, Mamsa itu daging, madsya itu ikan yg hidup di air, madya itu arak/minuman keras, Maituna
itu pesta sex, dan Mudra ini semedi. Dalam upacaya penganut aliran ini membentuk lingkaran laki2
perempuan dlm keadaan telanjang bulat dan di tengah lingkarang ada aneka macam makanan dari
daging/mamsa, ikan/madsya dan arak/madya itu mereka makan pesta besar, setelah puas makan
minum mereka melakukan maituna bersetubuh rame-rame dan setelah nafsu perut dan nafsu syahwat
terlampiaskan mereka baru melakukan mudra/semedi. Kalau tingkatannya sudah tinggi mamsa itu
yang asalnya daging hewan diganti daging manusia, madsya asalnya ikan air tawar diganti ikan suro
atau ikan hiu, madya dari arak diganti darah manusia.

Sunan Bonang Membuat Upacara Tandingan


Di musium nasional dipajang patung raja adityawarman tingginya 3m berdiri diatas tengkorak2
manusia. Beliau itu adalah pendeta bairawa tantra pengamal ajaran mo limo. Patung itu diambil dari
batu prasasti suro asu. Prasasti tersebut menceritakan bagaimana adityawarman itu dilantik menjadi
pendeta bairawa tantra dengan nama wisesa dairani, penguasa bumi. Dia digambarkan berdiri diatas
tumpukan mayat, meminum darah manusia sambil ketawa2.

Itulah kenapa sunan bonang akhirnya melarang masyarakat melakukan upacara Mo Limo bahkan
beliau membuat upacara tandingan. Sunan bonang mengadakan upacara serupa membentuk lingkaran
tetapi anggotanya semuanya laki2 di tengahnya ada makanan yang ritualnya diganti berdo’a bersama
itulah acara yang kemudian dikenal dengan istilah kenduri/slametan.. Ini Metode dakwah wali songo
dan cara wali songo mengislamkan penduduk pulau jawa dan akhirnya berkembang ke seluruh
nusantara dengan tanpa unsur kekerasan sama sekali. Dan itu diterima bahkan disambut dengan
antusias oleh masyarakat luas.

Gatot Kaca Masuk Islam


Menyaksikan cara penyampaian wali songo yang kreatif dan bijaksana di dalam berdakwah mengajak
masyarakat untuk masuk agama islam, saya menjadi tertarik dan sangat simpati eyannggggg….Aku
juga kepingin masuk islam eyaannnggg….Tolonglah Aku eyanggg…bimbinglah Aku agar Aku bisa
menjadi penganut agama yang mulia ini eyaannnnggg.... Oh nger kalau tekadmu sudah mantap untuk
memeluk agama islam, sekarang terimalah jimat suci Jamut Kalimodho…..Aku sudah siap
eyaannngg….Asyhadu Allaa ilaha illalloh wa ….. Gatot Kaca masuk Islam….Cekk…
ceekkkk….ceekkkk.ceekkkkk……ceekkkkk….

You might also like