You are on page 1of 15

Faktor internal :

PerasaanKebutuhan
ragu dan takut
dasarmengungkapkan
manusia menurut potensi
Maslow
diriyaitu :
Ketidaktahuan
Fisiologis
potensi
Dukungan
diri. informasional
Faktor Eksternal
Rasa amanDukungan
dan
Aktualisasi
Dukungan Keluarga Dukungan
BAB
perlindungan.
penilaian
diri
dalam aktualisasi
Keluarga
II
diri pada anak usia prasekolah
Budaya Rasa cinta Dukungan
dimiliki
usia prasekolah
instrumental
dan memiliki
Lingkungan
Harga diri
Dukungan Emosional
TINJAUAN PUSTAKA
Pola asuhAktualiasai
Orang tua:diri
Praktek pengasuhan anak.
Dukungan keluarga.
A. Aktualisasi Diri Anak Usia Prasekolah
1. Pengertian
Aktualisasi diri adalah kebutuhan naluriah pada manusia untuk
melakukan yang terbaik dari apa yang dia bisa. Maslow dalam (Arinanto,
2009), menyatakan aktualisasi adalah proses menjadi diri sendiri dan
mengembangkan sifat-sifat dan potensi psikologis yang unik. Aktualisasi
akan dibantu dan dihalangi oleh pengalaman dan belajar khususnya saat usia
anak-anak. Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup
seseorang. Ketika mencapai usia tertentu (adolensi) seseorang akan
mengalami pergeseran aktualisasi dari fisiologis ke psikologi (Arianto, 2009).
Aktualisasi dapat didefinisikan sebagai perkembangan yang paling
tinggi dari semua bakat, dari semua pemenuhan kapasitas dan kualitas.
Aktualisasi juga mempermudahkan dan meningkatkan pematangan serta
pertumbuhan. Ketika individu semakin bertambah besar, maka akan semakin
berkembang. Pada saat itu juga, tekanan aktualisasi diri beralih dari segi
fisiologis ke segi psikologis. Bentuk tubuh dan fungsinya telah mencapai
tingkat perkembangan dewasa, sehingga perkembangan selanjutnya berpusat
pada kedewasaan (Aryanto, 2008).
Menurut Abraham Maslow dalam konsep Hirarki kebutuhan Maslow,
manusia didorong oleh kebutuhan-kebutuhan dasar yang dibawa sejak lahir.
Kebutuhan ini tersusun dalam tingkatan-tingkatan dari yang terendah sampai
tertinggi. Kebutuhan paling rendah dan paling kuat harus terpenuhi terlebih
dahulu sebelum pemenuhan kebutuhan yang selanjutnya. Kebutuhan tertinggi
dalam teori Maslow adalah kebutuhan aktualisasi diri. Aktualisasi diri adalah
tahap pencapaian oleh seorang manusia terhadap apa yang dimulai disadari
pada dirinya. Semua manusia akan mengalami fase tersebut, hanya saja
sebagian manusia terjebak pada nilai-nilai atau ukuran-ukuran pencapaian
dari tahap yang dikemukakan oleh teori Maslow. Jika seorang manusia dapat
cepat melampaui tiap tahapan awal dan segera mencapai tahapan akhir yaitu
aktualisasi diri, maka dia memiliki kesempatan mengenal dirinya yang
sebenarnya (Arianto, 2009).

8
2

Abraham Maslow seorang psikologi modern membagi kebutuhan dasar


manusia menjadi 5 komponen kebutuhan , dimana kebutuhan aktualisasi diri
sangat dipengaruhi oleh tahap-tahap kebutuhan dasar yang lain. Kebutuhan
tersebut meliputi:
a. Kebutuhan fisiologis (physiological), meliputi kebutuhan akan pangan,
pakaian dan tempat tinggal maupun kebutuhan biologis.
b. Kebutuha keamanan dan keselamatan (safety), meliputi kebutuhan akan
keamanan kerja, kemerdekaan dari rasa takut dan tekanan, dari lingkungan
atau kejadian yang mengancam.
c. Kebutuhan rasa memiliki, sosial dan kasih sayang (social), meliputi
kebutuhan akan persahabatan, berkeluarga, berkelompok, interaksi, dan
kasih sayang.
d. Kebutuhan akan penghargaan (esteem), meliputi kebutuhan akan hargi
diri, status, prestasi, respek, dan penghargaan dari pihak lain.
e. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization), meliputi kebutuhan akan
memenuhi keberadaan diri (self fulfillment) melalui memaksimalkan
penggunaan kemampuan dan potensi diri.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa aktualisasi diri
merupakan suatu proses menjadi diri sendiri dengan mengembangkan
sifat-sifat dan potensi individu sesuai dengan keunikannya yang ada untuk
menjadi kepribadian yang utuh.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri
Anak yang mampu mengaktualisasikan dirinya sangat memahami
bahwa ada eksistensi atau hambatan lain baik dari dalam atau dari luar
keberadaannya sendiri yang mengendalikan perilaku dan tindakan untuk
melakukan sesuatu.

a. Internal
Faktor internal ini merupakan bentuk hambatan yang berasal dari dalam
diri anak yang meliputi :
3

1) Ketidaktahuan akan potensi diri


2) Perasaan ragu dan takut mengungkapkan potensi diri, sehingga
potensinya terhambat untuk berkembang. Potensi merupakan modal
yang perlu diketahui, digali dan dimaksimalkan. Perubahan pada diri
seseorang dapat dimaksimalkan dengan baik jika dapat mengetahui
potensi yang ada dalam diri kemudian dapat mengarahkan kepada
tindakan yang tepat dan teruji (Fadlymun, 2009)
b. Eksternal
Faktor eksternal merupakan hambatan yang berasal dari luar diri sesorang
seperti:
1) Budaya masyarakat yang tidak mendukung upaya aktualisasi diri
berupa pengembangan potensi anggota dalam masyarakat karena
perbedaan karakter setiap individu dalam kehidupan yang nyata
terkadang lingkungan kurang menunjang aktualisasi individu yang
dianggap berbeda dalam kelompok masyarakat.
2) Faktor Lingkungan
Lingkungan masyarakat juga berpengaruh dalam pencapaian
aktualisasi diri (Asmadi, 2008). Lingkungan merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan
perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-
psikologis (Sudrajat, 2008)
3) Pola Asuh
Pengaruh keluarga dalam pembentukan aktualisasi diri anak sangatlah
besar. Banyak faktor dalam keluarga yang ikut berpengaruh dalam
proses perkembangan anak. Salah satu faktor dalam keluarga yang
mempunyai peran penting dalam pengaktualisasian diri adalah praktik
pengasuhan anak terutama saat usia prasekolah (Borwn, 2001).
Aktualisasi diri merupakan kemampuan seseorang untuk
mengatur diri sendiri sehingga bebas dari berbagai tekanan, baik dari
dalam atau dari luar diri. Kemampuan seseorang membebaskan
potensi yang dimiliki dari tekanan internal maupun eksternal dalam
4

pengaktualisasian dirinya pada lingkungan dan orang lain


menunjukkan bahwa orang tersebut telah mencapai kematangan diri.
Kematangan diri menunjukkan individu tersebut telah mencapai
aktualisasi diri secara penuh. Proses aktualisasi diri dalam individu
disebabkan adanya dua kekuatan yang saling tarik-menarik dan akan
selalu saling mempengaruhi satu dalam diri manusia itu sendiri
sepanjang perjalanan hidup manusia. Kekuatan yang satu mengarah
kepada pertahanan diri, sehingga muncul rasa takut salah atau tidak
percaya diri, takut menghadapi risiko terhadap keputusan yang akan
diambil, mengagungkan masa lalu dengan mengabaikan masa
sekarang dan mendatang, ragu-ragu dalam mengambil keputusan dan
bertindak. Sementara kekuatan yang lain adalah kekuatan yang
mengarah pada keutuhan diri yang diwujudkan dengan adanya potensi
diri yang dimiliki, sehingga muncul kepercayaan diri dan penerimaan
diri secara penuh (Asmadi, 2008).
Faktor- faktor baik dari internal dan eksternal yang sangat
mempengaruhi tercapainnya tingkatan aktualisasi diri pada anak,
dimana faktor internal yang datang dari dalam diri seseorang seperti
ketidaktahuan potensi diri dan perasaan takut dan ragu
mengungkapkan potensi diri yang dapat mengakibatakan
terhambatnya pembentukan kebutuhan dasar manusia yang paling
tinggi yaitu aktualisasi diri. Sedangkan faktor dari luar (eksternal)
yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap aktualisasi diri yaitu,
budaya masyarakat yang berbeda karakter yang dapat menghambat
potensi seseorang. Lingkungan masyarakat baik secara fisik dan
psikologis yang dapat menunjang pembentukan aktualisasi diri. Pola
asuh orang tua dalam hal ini orang tua memiliki peranan penting
dalam pembentukan aktualisasi pada anak, dimana pada saat usia
anak-anak sangat bergantung pada orang yang dianggap lebih dewasa.
Pola asuh orang tua yang diberikan termasuk dalam dukungan
keluarga dalam pembentukan aktualisasi diri pada anak, jika seorang
5

anak diasuh dengan pola yang baik dan sesuai dengan tingkat
perkembangannya maka seorang anak akan berkembang sesuai
dengan pola asuh yang diharapkan orang tua. Akan tetapi jika orang
tua menerapkan pola asuh yang tidak sesuai seperti pola asuh yang
terlalu keras dan memaksa akan mengakibatkan anak menjadi seorang
yang takut dalam menunjukkan potensi dan mengungkapkan apa yang
menjadi keinginannya, karena anak takut jika apa yang mereka
lakukan dianggap salah dan akan mendapatkan hukuman.
Tidak hanya pola asuh yang menjadi unsur dukungan keluarga,
pemenuhan kebutuhan fisik, kasih sayang, pengakuan dalam keluarga,
pemberian pujian saat anak melakukan hal baik juga merupakan
bentuk dukungan keluarga. Aktualisasi diri dapat terbentuk berawal
dari keluarga sehingga anak yang memiliki aktualiasi diri yang positif
akan terbentuk individu yang memilki kepribadian yang baik saat
anak mulai mengenal dunia luar. Orang tua memiliki peran dan besar
dalam proses aktualisasi diri pada anak yaitu mendampingi anak dan
membantu anak dalam mewujudkan potensi-potensi yang dimiliki
anak. Dukungan orang tua yang diberikan pada anak sangat
diperlukan dalam menumbuhkan aktualisasi diri pada anak, maka
apapun yang menjadi kekuatan dan kelemahan anak yang dimiliki
oleh seorang anak, dan sebagai orangtua sudah menjadi tugasnya
untuk mendukung segala potensi yang dimiliki anak agar tercapai
proses aktualisasi diri pada anak secara optimal sejak dini.
3. Karakteristik Aktualisasi Diri
Seorang yang telah mencapai aktualisasi diri dengan optimal akan
memiliki kepribadian yang berbeda dengan manusia pada umumnya. Menurut
Maslow pada tahun 1970 (Kozier dan Erb, 2001), ada beberapa karakteristik
yang menunjukkan seorang mencapai aktualisasi diri. Karakteristik tersebut
anatara lain:
a. Penerimaan terhadap dirinya sendiri dan orang lain
6

Orang yang telah mengaktualisasikan dirinya akan melihat orang lain


seperti melihat dirinya sendiri yang penuh dengan kekurangan dan
kelebihan. Sifat tersebut akan membentuk rasa toleransi yang tinggi
terhadap orang lain serta kesabaran yang tinggi dalam menerima diri
sendiri dan orang lain.
b. Kesadaran sosial
Orang yang mampu mengaktualisasikan diri, jiwanya diliputi oleh
perasaan empati, iba, kasih sayang dan ingin membantu orang lain.
Perasaan ingin membantu selalu ada walaupun orang lain berperilaku
jahat terhadap dirinya. Dorongan ini akan memunculkan kesadaran sosial
dimana ia memiliki rasa untuk bermasyarakat dan menolong orang lain.
c. Hubungan interpersonal
Orang yang mampu mengaktualisasikan diri mempunyai kecenderungan
untuk menjalin hubungan yang baik dengan orang lain. Ia dapat menjalin
hubungan dengan rasa cinta dan penuh kasih sayang.
Hubungan interpersonal ini tidak didasari oleh tendensi pribadi yang
sesaat , namun dilandasi oleh perasaan cinta, kasih sayang, dan kesabaran
meskipun orang tersebut tidak cocok dengan masyarakat sekitarnya.
d. Kreativitas
Sikap kreatif merupakan karakteristik lain yang dimiliki oleh orang yang
mengaktualisasikan diri. Kretivitas ini di wujudkan dalam
kemampuannya melakukan inovasi-inovasi yang potensi, asli, tidak
dibatasi oleh lingkungan maupun orang lain.
e. Mengintegrasikan sarana dan tujuan
Seseorang yang teraktualisasi melihat saran dapat menjadi tujuan, karena
kepuasan dan kesenangan yang ditimbulkannya. Aktivitas yang
dilakukan seseorang yang dapat mencapai aktualisasinya untuk
mendapatkan kepuasan dan kesenangan. Menyenangi apa yang dilakukan
sekaligus melakukan apa yang disenangi, membuat hidup bebas dari
paksaan, terasa nyaman dan penuh dengan rekreasi dalam aktivitasnya.
4. Aktualisasi diri pada anak-anak
7

Aktualisasi diri pada anak-anak adalah masa yang sangat awal bagi
seseorang untuk dikatakan hidup sebagai manusia. Maka kebutuhan yang
paling awal terpenuhi sebelum mencapai pada kebutuhan aktualisasi diri
adalah kebutuhan fisik. Bagi seorang anak kebutuhan tersebut sangat besar
karena tuntutan fisiknya harus terpenuhi, hal ini berlaku untuk tahap-tahap
selanjutnya. termasuk pada tahap kebutuhan selanjutnya (Fitri, 2009).
Ketika seorang anak dianggap memiliki prestasi yang ditunjukkan, hal
tersebut belum tentu dapat dikatakan seorang anak sudah memasuki
pencapaian sikap aktualisasi, terkadang seorang ketika ditanyakan apakah dia
senang saat memenangkan suatu kompetisi, dia akan menjawab senang.
Kemungkinan anak tersebut mengalami pencapaian kebutuhan yang lain yaitu
kebutuhan yang berada di bawah kebutuhan aktualisasi diri. Jika
menampilkan diri seorang anak dalam rangka memenuhi kebutuhan fisik,
maka saat menang akan mendapatkan hadiah untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, Saat anak menampilkan diri maka seorang anak dapat memenuhi
kebutuhan akan cinta dari lingkungannya, maka anak telah hidup dalam
lingkungan yang tidak menghargai keberadaannya, kecuali ketika seorang
anak tampil. Padahal sudah menjadi kewajiban orangtua untuk menghargai
potensi maupun kekurangan dalam kondisi apapun.
Seorang anak memiliki kebebasan dalam penentuan potensi yang
dimiliki dan bebas untuk menunjukkan potensi yang dimilki tanpa harus ada
paksaan dari pihak yang lain, yang nantinya saat beranjak dewasa seorang
akan memiliki rasa senang dan kepuasan dalam hidupnya (Fitri, 2009).
5. Cara Mengukur tingkat aktualisasi diri pada anak usia prasekolah
Seorang anak dapat dilihat apakah dia bisa dikatakan tercapai proses
aktualisasi diri adalah dengan dilihat dari bagaimana seorang anak
berperilaku dalam kehidupan sosialnya dan keberanian seorang anak dalam
hal mengungkapkan apa yang menjadi keinginanya. Menurut Rosanti (2011)
seorang anak dapat dikatakan terpenuhi proses aktualisasi diri yaitu dengan
melihat perkembangan anak sebagai berikut :
8

a. Anak dapat menunjukkan sikap mandiri dalam melakukan


kegiatan.
b. Anak mulai mampu untuk berbagi, menolong dan membantu
teman-temannya.
c. Seorang anak mulai bisa menunjukkan antusiasme dalam
melakukan permainan yang kompetitif secara positif.
d. Seorang anak dapat menunjukkan sikap pengendalian perasaan.
e. Anak dapat juga dapat memahami dan mengikuti peraturan-
peraturan dalam suatu permainan.
f. Jika seorang anak diminta untuk tampil ke depan seorang anak
mampu melaksanakan tanpa ada perasaan ragu dan melakukan dengan
sikap percaya diri.
g. Seorang anak mampu untuk menjaga dirinya sendiri dari
lingkungan sekitar. Misalnya anak tidak terpengaruh dengan teman yang
lain berbuat yang negatif dan dapat melanggar aturan-aturan yang
berlaku dalam lingkungan masyarakat.
h. Seorang anak dapat menghargai pendapat dan mendengarkan
temannya saat bermain bersama.
i. Seorang anak dapat mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata
sifat yang sederhana ( baik, senang, nakal, pelit, baik hati, berani dan
jelek)
j. Seorang anak dapat mengungkapkan alasan terhadap sesuatu yang
diinginkan dan jika anak tidak setuju.
k. Seorang anak dapat menunjukkan secara optimal potensi-potensi
yang dimiliki seorang anak tanpa ada rasa tekanan dari pihak lain
l. Anak dapat menunjukkan inovasi-inovasi yang sederhana
kreativitas yang dimilki.
m. Dari uraian-uraian di atas merupakan sikap yang dapat
dikategorikan unsur pembentukan sikap aktualisasi diri pada anak. Jika
seorang dapat melakukan sikap-sikap tersebut maka tercapailah seorang
anak dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang paling atas yang
9

disebut aktualisasi diri. Anak yang sudah tercapai aktualissi dirinya akan
mempermudah untuk mengetahui potensi-potensi yang dimiliki sejak
dini dan menjadi seorang yang lebih matang dalam hal perkembangan
saat dewasa kelak. Semakin cepat seorang anak mencapai kebutuhan
aktualisasi diri maka anak tersebut memiliki kesempatan mengenal
dirinya sendiri yang sebenarnya lebih cepat dari anak-anak yang lain.
B. Dukungan Keluarga
1. Definisi
Menurut Friedmen (2001) dukungan keluarga adalah sikap, tindakan
dan penerimaan kelurga terhadap anggotanya. Keluarga juga berfungsi
sebagai sistem pendukung bagi anggotanya dan anggota keluarga memandang
bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan
dengan bantuan jika diperlukan.
Dukungan keluarga adalah suatu proses hubungan antara keluarga
dengan lingkungan sosial keluarga tersebut bersifat reprokasitas (sifat dan
hubungan timbal balik), advis atau umpan balik (kuantitas dan kualitas
komunikasi) serta keterlibatan emosional ke dalam intimasi dan kepercayaan
dalam hubungan sosial (Kane, 2001).
Dukungan keluarga adalah komunikasi verbal dan nonverbal, saran,
bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang
akrab dengan subyek yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-
orang yang akrab dengan subyek di dalam lingkungan sosial atau berupa
kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau
berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini seseorang merasa
memperoleh dukungan secara emosional merasa lega karena mendapat
perhatian, saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya (Kuncoro,
2002).
Dukungan keluarga adalah keberadaan, kesedian, kepedulian, dari
orang-orang yang dapat diandalkan, serta dapat menghargai dan saling
menyayangi (Serason, 2002).
2. Jenis dukungan Keluarga
10

Dalam suatu keluarga terdapat 4 dukungan yang harus dilakukan pada


anggotanya yaitu:
a. Dukungan informasional
Keluarga berfungsi sebagai kolektor dan disseminator informasi tentang
dunia yang dapat digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah.
Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stresor
karena informasi yang diberikan dapat menyambungkan aksi sugesti yang
khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat,
usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.
b. Dukungan penilaian
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing
dan menengahi masalah serta sebagai sumber validator identitas anggota
keluarga, diantaranya memberikan support, pengakuan, penghargaan dan
perhatian.
c. Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit
diantaranya bantuan langsung dari orang yang diandalkan seperti tenaga,
sarana dan materi. Manfaat dukungan ini adalah mendukung pulihnya
energi atau atau setamina dan semangat yang menurun selain itu individu
merasa bahwa masih ada perhatian atau kepedulian dari lingkungan
terhadap anggotanya yang sedang mengalami kesulitan atau penderitaan.
d. Dukungan emosional
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan
pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Manfaat dari
dukngan ini adalah secara emosinal menjamin nilai-nilai individu (baik
pria maupun wanita) akan selalu terjaga kerahasiannya dari keingintahuan
orang lain. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang
diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian dan
mendengarkan serta didengarkan. Hal tersebut efek-efek penyangga dan
utama dari dukungan sosial terhadap pertumbuhan dan perkembangan bisa
menjadi fungsi yang bersamaan (Wiils, 2003).
11

3. Sumber Dukungan Keluarga


Menurut Root dan Dooley dalam Kuncoro (2002) ada 2 sumber dukungan
keluarga yaitu natural dan artifisial. Dukungan keluarga natural diterima
sesorang melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan dengan
orang-orang yang berada di sekitarnya misal anggota keluarga (ibu, ayah,
saudara dan kerabat) teman dekat. Dukungan keluarga bersifat non formal
sedangkan dukungan keluarga artifisial adalah dukungan keluarga yang
dirancang ke dalam kebutuhan primer seseorang misalnya dukungan kelurga
akibat bencana alam melalui berbagai macam sumbangan sehingga sumber
dukungan keluarga natural memiliki berbagai berbedaan jika dibandingkan
dengan dukungan keluarga artifisial perbedaan tersebut terletak pada:
1) Keberadaan sumber dukungan keluarga natural bersifat apa adanya
tanpa dibuat-buat sehingga mudah diperoleh dan bersifat spontan.
2) Sumber dukungan keluarga yang natural mempunyai kesesuaian
dengan nama yang berlaku tentang kapan sesuatu harus diberikan.
3) Sumber dukungan keluarga natural berakar dari hubungan yang
telah lama.
4) Sumber dukungan natural mempunyai keragaman dalam
penyampaian dukungan mulai dari dukungan secara fisik dan
dukungan secara moral.
5) Sumber dukungan keluarga natural terbebas dari beban dan
psikologis.
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga
Menurut Purnawan (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan
keluarga adalah:
a. Faktor Internal
1) Tahap perkembangan
Dukungan keluarga dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini
adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap
rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap
perubahan yang dalam anggotanya yang bebeda-beda.
12

2) Pendidikan atau Tingkat Pengetahuan


Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh
variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang
pendidikan dan pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan
membentuk cara berfikir seseorang untuk kemampuan untuk
memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat aktualisasi
pada anak dan anggota keluarganya dan pengetahuan tentang tingkat
perkembangan kebutuhan yang berhubungan dengan aktualisasi diri.
3) Faktor psikologis
Psikologis juga merupakan faktor yang berpengaruh dalam dukungan
keluarga terhadap anggota keluarganya terutama anak pada usia
prasekolah. Adapun yang dapat dilakukan oleh keluarga dalam
dukungan psikologis sebagai sumber penguatan emosional seorang
anak. Dimana pada usia prasekolah anak masih memiliki psikologis
yang masih labil dan memerlukan dukungan untuk keluarga.
4) Faktor Spritual
Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani
kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan
hubungan dengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari
harapan dan arti dalam hidup.
b. Faktor Eksternal
1) Praktik dalam Keluarga
Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan mempengaruhi
anggotanya dalam pencapaian pengembangan kebutuhan dasarnya
yaitu kebutuhan aktualisasi.
2) Faktor sosioekonomi
Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan pengetahuan dan
cara berpikir seseorang untuk lebih meningkatkan kebutuhan
dasarnya. Seseorang biasanya akan mencari dukungan dan persetujuan
dari kelompok sosialnya, hal ini akan mempengaruhi keyakinan dan
cara pemenuhan peningkatan dasar yaitu aktualisasi diri. Semakin
13

tinggi tingkat ekonomi suatu keluarga biasanya akan lebih cepat untuk
memenuhi setiap tingkatan kebutuhan dasar sehingga cepat sampai
pada tingkatan terakhir yaitu kebutuhan aktualisasi diri.
3) Faktor Budaya
Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiasaan
kelaurga dalam memberikan dukungan termasuk bagaimana cara
pemberian dukungan untuk pencapaian pada tingkat kebutuhan dasar
yaitu aktualisasi diri.
5. Cara mengukur Dukungan Keluarga
Menurut Smet (2000) cara untuk mengukur dukungan keluarga dapat dilihat
dengan ciri-ciri dukungan yaitu :
a. Informatif, yaitu dengan cara memberikan dukungan infomasi yang
diperlukan oleh keluarganya seperti pemberian nasehat, pengarahan, ide-
ide atau informasi lainnya.
b. Perhatian sosial, dukungan tersebut dapat ditunjukan berupa dukungan
simpati, empati, cinta, kepercayaan dan penghargaan.
c. Bantuan Instrumental, anggota keluarga bersedia menolong secara
langsung jika salah satu dari anggotanya mengalami kesulitan. Misalnya
dengan cara menyediakan peralatan yang lengkap dan obat-obatan yang
dibutuhkan anggota keluarganya.
d. Bantuan penilaian, pemberian penilaian positif dan negatif yang
pengaruhnya sangat berarti seperti pujian jika anggotanya melakukan
tindakan yang benar dan teguran saat anggotanya melakukan kesalahan.
14

C. Kerangka Teori

1.

Skema 2. 1 Kerangka Teori


Sumber : Asmadi, ( 2008 ).
15

D. Kerangka Konsep

Varibel Independen Variabel Dependen

Skema 2. 2 Kerangka Konsep

E. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi, variabel independen
dan variabel dependen . Variabel independen penelitian ini yaitu dukungan
keluarga, sedangkan aktualisasi diri sebagai variabel dependen.
F. Hipotesa Penelitian
Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis dalam penelitian adalah “Ada
hubungan antara dukungan keluarga dengan aktualisasi diri pada anak usia
prasekolah di TK ABA 31 Ngaliyan Semarang”.
G. Jadwal Penelitian
Terlampir.

You might also like