Professional Documents
Culture Documents
Pyopneumothorax
PEMBIMBING:
dr. Maulidia Ayu, Sp.B-TKV
PENYUSUN:
Vinson 120100216
Jesika Andrea S. N 120100280
Vithyaa Devendra Kumar 120100454
Rezky P. Bagaskara 120100045
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul “Pyopneumothorax”.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Maulidia
Ayu, Sp.B-TKV selaku supervisor pembimbing yang telah meluangkan waktu dan
memberi masukan dalam penyusunan laporan kasus ini sehingga penulis dapat
menyelesaikannya dengan baik.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
demi perbaikan dalam penulisan laporan kasus selanjutnya. Semoga laporan kasus ini
bermanfaat. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pleura viseral dan parietal memiliki suatu rongga tertutup yang dapat
berkembang di antara kedua lapisan pleura yang disebut rongga pleura. Rongga pleura
kanan dan kiri pada manusia merupakan rongga yang terpisah satu sama lain dan juga
terpisah dari rongga mediastinum dan rongga perikardium. Pleura viseral dan parietal
akan bertemu di bagian hilus paru yaitu daerah penetrasi saluran napas utama dan
pembuluh darah paru. Pleura mediastinum akan masuk secara lateral ke dalam hilus
paru (lung root) pada hilus paru. Pada bagian posterior dari hilus paru, pleura akan
berlanjut ke arah bawah sebagai lipatan ganda yang tipis dan dikenal sebagai ligamen
paru.2,4 Ligamen paru terletak di bagian bawah hilus paru sebagai lipatan ganda pleura
5
dan membentuk suatu ruang kosong yang memberikan ruang ekspansi untuk
pembuluh-pembuluh di hilus paru saat penurunan diafragma pada proses inspirasi.4
Cairan Pleura 6
Sejumlah cairan terdapat di antara pleura parietal dan viseral pada keadaan
normal yang berfungsi sebagai pelicin dengan rerata total volume cairan pada manusia
yang tidak merokok adalah 0,26 ± 0,1 ml/kg berat badan dan dari hasil beberapa
penelitian pada hewan bervariasi antara 0,04 – 0,2 ml/kg berat badan. Volume cairan
pleura berjumlah ±15-20 ml dengan jumlah sekitar 1700 sel/mm3 (75% makrofag, 23%
limfosit, 1% sel-sel mesotel). Volume dan karakteristik cairan pleura ditentukan oleh
kombinasi dinamika sirkulasi paru dan sistemik, drainase limfatik, gerakan mekanik
rongga toraks dan gerakan jantung.
Cairan pleura merupakan keadaan ekuilibrium produksi dan penyerapan cairan
yang konstan di rongga pleura. Cairan pleura diproduksi oleh pleura parietal dan
awalnya berasal dari sirkulasi sistemik. Sebagian besar produksi cairan pleura terjadi
pada bagian rongga pleura dengan pembuluh darah terdekat dengan permukaan
6
mesotel. Penyerapan cairan pleura umumnya terjadi melalui drainase pembuluh limfe
di bagian pleura parietal dan terjadi pada bagianpermukaan toraks, mediastinum dan
diafragma parietal. Bergantung pada lokasinya, pembuluh limfe di pleura parietal akan
memindahkan komponen cairan tertentu ke kelenjar getah bening yang berbeda dan
menuju duktus limfatikus kanan atau duktus torakikus dan berakhir masuk ke dalam
sirkulasi vena sistemik. Jika terdapat peningkatan produksi cairan pleura, kecepatan
penyerapan cairan pleura dapat meningkat dari 0,01 ml/kg berat badan/jam hingga
mencapai 0,28 ml/kg berat badan/jam.Dikutip dari 2 Volume cairan pleura akan
membentuk lapisan cairan tipis di antara pleura viseral dan pleura parietal dengan
ketebalan ±10 μm. Ketebalan ini mencegah kontak antara pleura viseral dan pleura
parietal.
7
sensoris dengan saraf interkosta mempersarafi pleura parietal costae dan bagian perifer
dari pleura parietal diafragmatika. Saat area ini terstimulasi, nyeri akan terasa di
dinding dada terdekat dan berperan dalam karakteristik nyeri dada pleuritik pada
pasien.4,5
8
2.3.2 Klasifikasi dan etiologi pneumotoraks
Pneumotoraks diklasifikasikan menjadi: 9
1. Pneumotoraks spontan
a. Pneumotoraks spontan primer
Pneumotoraks spontan primer terjadi tanpa ada riwayat penyakit paru
yang mendasari sebelumnya. Umumnya disebabkan oleh pecahnya
suatu bleb subpleura yang biasanya terdapat di daerah apeks paru.
b. Pneumothoraks spontan sekunder
Terjadi sebagai komplikasi penyakit paru yang mendasarinya. Beberapa
penyakit yang sering menjadi penyebab pneumothoraks antara lain
PPOK tipe emfisema dan tuberkulosis paru.
2. Pneumothorakstraumatik non iatrogenik
Terjadi sebagai akibat trauma, baik trauma tumpul maupun trauma tajam di
dinding dada.
3. Pneumotoraks iatrogenik
Terjadi akibat tindakan medis karena kesalahan/komplikasi tindakan tersebut,
misalnya pada tindakan parasentesis dada, biopsi pleura, dll
4. Pneumotoraks katamenial (catamenial/ monthly penumotoraks)
Pneumotoraks yang terjadi sehubungan dengan siklus menstruasi.
2.4 Patofisiologi 10
Hidropneumotoraks dapat terjadi karena pneumotoraks yang berlangsung lama
kemudian timbul cairan atau karena udara masuk dengan tidak sengaja (iatrogenik) saat
dilakukan fungsi pada efusi pleura atau karena suatu proses infeksi kuman yang
menghasilkan gas.
9
2. Terjadi peningkatan :
a. permeabilitas kapiler (radang dan neoplasma)
b. tekanan hidrostatik di pembuluh darah ke jantung atau vena pulmonalis
(gagal jantung kiri)
c. tekanan negatif intra pleura (atelektasis)
2.5 Diagnosis
2.5.1 Anamnesis
Biasanya ditemukan anamnesis yang khas, yaitu rasa nyeri pada dada seperti
ditusuk, disertai sesak nafas dan kadang-kadang disertai dengan batuk-batuk. Berat
ringannya perasaan sesak nafas ini tergantung dari derajat penguncupan paru, dan
apakah paru dalam keadaan sakit atau tidak. Pada penderita dengan PPOK,
10
pneumotoraks yang minimal sekali pun akan menimbulkan sesak nafas yang hebat.
Sakit dada biasanya datang tiba-tiba seperti ditusuk-tusuk setempat pada sisi paru yang
terkena, kadang-kadang menyebar ke arah bahu, hipokondrium dan skapula. Rasa sakit
bertambah waktu bernafas dan batuk. Batuk-batuk biasanya merupakan keluhan yang
jarang bila tidak disertai penyakit paru lain; biasanya tidak berlangsung lama dan tidak
produktif. Keluhan-keluhan tersebut di atas dapat terjadi bersama-sama atau sendiri-
sendiri, bahkan ada yang tidak mempunyai keluhan sama sekali.6,8
2. Radiologi
Gambaran radiologi hidropneumotoraks merupakan perpaduan antara
gambaran radiologi dari efusi pleura dan pneumothoraks. Gambaran tersebut
meliputi pergeseran mediastinum, air fluid level datar, garis mendatar karena
adanya udara di atas cairan,ruang pleura sangat translusen dengan
11
tidak tampaknya gambaran pembuluh darah paru, biasanya tampak
garis putih tegas membatasi pleura visceralis yang membatasi paru
yang kolaps, tampak gambaran semiopak homogen menutupi paru bawah,
dan penumpukan cairan di dalam cavum pleura yang menyebabkan sudut
costofrenikus menumpul. Pada hidropneumothoraks tidak ditemukan garis
Ellis-Damoisseaux (batas atas cairan berupa garis lengkung dengan ujung
lateral atas ke medial penderita pada posisi duduk).
Penatalaksanaan 10,11
Penatalaksanaan hidropneumotoraks meliputi:
1. Observasi
2. Pemberian O2
3. Torakosintesis
4. Pemasangan Water Sealed Drainage (WSD)
Pemasangan WSD dilakukan untuk mengalirkan udara dan atau cairan dari
dalam rongga pleura untuk mempertahankan tekanan negatif rongga pleura.
Pemasangan WSD dilakukan pada ICS 5 linea mid aksilaris pada hemitoraks
yang terkena. Untuk WSD dicabut apabila ketika pasien disuruh untuk batuk,
undulasi cairan pada botol WSD sudah tidak terdapat lagi. Untuk mengevaluasi
keberhasilan WSD dalam mengembangkan paru, maka dilakukan pemeriksaan
rontgen kembali.
5. Operatif
a. Pleurodesis
Dilakukan dengan merekatkan pleura parietal dan pleuran viseral.
b. Torakoskopi
Torakoskopi merupakan suatu tindakan untuk melihat langsung ke dalam
rongga toraks menggunakanalat bantu torakoskop. Torakoskopi bisa untuk
diagnosis maupun untuk terapi.
c. Torakotomi
12
BAB 3
STATUS PASIEN
Anamnesis
Keluhan Utama : Sesak Napas
Telaah : Hal ini sudah dialami oleh pasien sejak ± 1 bulan yang lalu dan
memberat sejak ± 2 minggu yang lalu. Sesak napas berhubungan
dengan aktivitas namun tidak berhubungan dengan perubahan
cuaca. Nafas berbunyi tidak dijumpai. Riwayat napas berbunyi
juga disangkal oleh pasien. Pasien juga mengeluhkan batuk yang
sudah dialami sekitar 1 bulan yang lalu dan tidak berdahak.
Batuk berdarah disangkal oleh os. Selain itu, os juga
mengeluhkan adanya nyeri dada sebelah kanan yang sudah
dialami sejak 1 bulan yang lalu. Nyeri terasa seperti ditusuk-
tusuk dan menjalar ke punggung. Os juga merasakan demam.
Penurunan nafsu makan dijumpai dan BB os telah turun sekitar
8 kg dalam 1 bulan terakhir ini. Sebelum pasien dirawat di RS
13
USU, pasien sudah dirawat selama 2 minggu di RS Elisabeth dan
menurut pengakuan keluarga, os didiagnosa dengan paru-paru
bocor oleh dokter RS Elisabeth. Os juga sudah menjalani
pemasangan thoraks drain selama 2 minggu. Pasien merupakan
perokok aktif dengan rata-rata menghabiskan satu bungkus
rokok per hari. Riwayat OAT, HT, DM disangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit Terdahulu : Tidak Jelas
Riwayat Penggunaan Obat : Tidak Jelas
Riwayat Pekerjaan : Pasien bekerja di pabrik sepatu, terpapar dengan
biomass (+)
Status Presens
Sensorium : Compos Mentis
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Frekuensi nadi : 104 x/menit
Frekuensi nafas : 30 x/menit
Suhu : 38.2oC
SpO2 : 99% dengan O2 3L/I via NC
Status Generalisata
Kepala
Mata : konjungtiva palpebra inferior pucat (-/-),sklera ikterik (-/-)
refleks cahaya (+/+), pupil isokor Ø3 mm/ 3 mm
Telinga : dalam batas normal
Hidung : dalam batas normal
Tenggorokan : dalam batas normal
Mulut : dalam batas normal
Leher : dalam batas normal
Thorax
Paru : Inspeksi : Asimetris, ketinggalan bernapas pada paru kanan.
Penggunan otot bantu nafas (+)
Palpasi : Stem fremitus kanan < Stem fremitus kiri
14
Perkusi : Redup di lapangan paru kanan, sonor di paru kiri
Auskultasi : SP = menghilang di lapangan paru kanan
ST = Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung :Batas Jantung
Batas Atas : Intercosta III
Batas Kiri : Intercosta V, 1 cm lateral linea mid-
clavicular sinistra
Batas Kanan : Intercosta II LPSD
Auskultasi : S1 normal, S2 normal, Murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : simetris, distensi (-)
Palpasi : soepel, hepar/lien/renal tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Genitalia : Laki-laki, sesuai status lokalisata
Ekstremitas : Atas : oedem (-), sianosis (-)
Bawah : oedem (-), sianosis (-)
Status Lokalisata
Regio Thoraks
Inspeksi : Gerakan pernapasan asimetris
Palpasi : Stem fremitus kanan < stem fremitus kiri
Perkusi : Redup di lapangan paru kanan
Auskultasi : Suara pernapasan : menghilang di lapangan paru kanan
Suara tambahan : ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (21/08/2018)
Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin (HGB) 13,8 14–17 g/dl
Eritrosit (RBC) 4,75 x106 (4,4 – 5,9) x106/µl
15
Leukosit (WBC) 14.870 3.800–10.600 /µl
Hematokrit 40 43–49
Trombosit (PLT) 189 x103 150–440 x103
KIMIA DARAH
Analisa Gas Darah
pH 7,48 7,37 – 7,45
pCO2 31,4 33-44 mmHg
pO2 124 71-104 mmHg
HCO3 23 22-29 mmol/L
BE 0,4 (-2) – 3 mmol/L
O2 Saturasi 99 94-98 %
ELEKTROLIT
Natrium (Na) 135 mEq/L 135–155 mEq/L
Kalium (K) 3,39 mEq/L 3,5–5,0 mEq/L
Klorida (Cl) 98 mEq/L 96–106 mEq/L
16
Aorta baik. Mediastinum superior tidak melebar.
Trakea di tengah. Hilus tidak menebal.
Tampak area lusen avaskuler dengan fluid level pada hemitoraks kanan dengan
WSD terpasang.
Tampak konsolidasi paru kanan.
Pada posis lateral sinus anterio-posterior dan hemidiafragma kanan terselubung
disertai fluid level.
Kesimpulan: Hidropneumothoraks kanan dengan WSD terpasang dan
suspek kolaps paru kanan dengan infeksi.
Saran: CT scan thoraks dengan kontras IV.
17
Paru kanan bawah tampak kollaps.
Kesimpulan:
Hidropneumothoraks disertai peluritis kanan dengan WSD terpasang.
Proses spesifik dengan kollaps paru kanan terutama lobus bawah.
Diagnosis
Piopneumothoraks Dekstra ec susp TB Paru + Chest Tube Insertion + WSD
Penatalaksanaan
1. O2 3L/I via nasal canule
2. IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/i
3. Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
4. Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam
5. Parasetamol Tab 3x 500mg
6. N-asetil sistein 3x200 mg
Rencana
1. CT scan thoraks
2. Kultur sputum di ruangan
3. Konsul spesialis bedah toraks kardiovaskular
Foto Klinis
18
BAB 4
FOLLOW UP
19
pada paru - Chest fisioterapi
kanan, - Nebul pulmicort/ 8
SP: melemah di jam
lapangan paru
kanan. ST:
Rhonki (-/-),
Wheezing (-/-)
Drain: 280 cc,
pus, undulasi
(+)
02/03/18 Sesak napas Sens: CM Piopneumothoraks - Konservatif
(-), nyeri TD: 120/80 dekstra d/t TB paru - Chest Fisioterapi
dada (-), mmHg on WSD - Nebul pulmicort/ 8
demam (-) RR: 20 x/i jam
HR: 80 x/i - Terapi lain sesuai
Temp: 36, 8C TS paru
Thorax:
Bronkovaskular
(+/+), Rh (-/-),
Wh (-/-), BJ I, II
(+), murmur (-),
gallop (-)
04/03/18 Sesak napas Sens: CM Piopneumothoraks - Konservatif
(-), nyeri TD: 120/80 dekstra ec TB paru - Chest Fisioterapi
dada (-), Thoraks: on WSD - Nebul pulmicort /8
demam (-) I: Punctum jam
maximum tidak - Terapi lain sesuai
terlihat TS paru
P: Dada
20
mengembung
simetris (+),
punctum
maximum
teraba di sela
iga 4
P: Batas
jantung tidak
melebar, sonor
(+/+)
A: Vesikuler
(+/+),
Wheezing (-/-),
Rhonki (-/-)
BJ I,II (+),
murmur (-),
gallop (-)
05/03/18 Sesak napas Sens: CM Piopneumothoraks - Konservatif
(-), nyeri TD: 120/80 dekstra ec TB paru - Chest Fisioterapi
dada (-), mmHg on WSD - Nebul pulmicort /8
demam (-) RR: 21 x/i jam
HR: 89 x/i - Terapi lain sesuai
Temp: 36,9 C TS paru
Thoraks:
I: Punctum
maximum tidak
terlihat
P: Dada
mengembung
21
simetris (+),
punctum
maximum
teraba di sela
iga 4
P: Batas
jantung tidak
melebar, sonor
(+/+)
A: Vesikuler
(+/+),
Wheezing (-/-),
Rhonki (-/-)
BJ I,II (+),
murmur (-),
gallop (-)
Drain:
undulasi (+),
produksi (+)
pus 200 cc
22
Foto Thoraks (5/03/2018)
23
BAB 5
DISKUSI KASUS
NO TEORI KASUS
24
Terjadi akibat tindakan medis karena
kesalahan/komplikasi tindakan
tersebut, misalnya pada tindakan
parasentesis dada, biopsi pleura, dll
4. Pneumotoraks katamenial
(catamenial/ monthly penumotoraks)
Pneumotoraks yang terjadi
sehubungan dengan siklus menstruasi.
GI
2 DIAGNOSIS Anamnesis
25
Batuk-batuk biasanya
merupakan keluhan yang
jarang bila tidak disertai
penyakit paru lain; biasanya
tidak berlangsung lama dan
tidak produktif. Keluhan-
keluhan tersebut di atas dapat
terjadi bersama-sama atau
sendiri-sendiri, bahkan ada
yang tidak mempunyai keluhan
sama sekali
Pada pemeriksaan fisik
Paru :
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : Asimetris, paru
Tanda pemeriksaan fisik terdiri dari kanan ketinggalan bernafas,
tanda-tanda pneumothoraks diatas penggunaan otot bantu pernafasan
cairan. (+)
26
d) Auskultasi : suara nafas yang
melemah, sampai menghilang.
Bila dada penderita digoyang
pada waktu melakukan
auskultasi maka akan terdengar
kocakan air
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
1.Pemerikasaan laboratorium
Pemeriksaan analisis cairan efusi yang Hb/Ht/Leu/Plt
diambil lewat torakosentesis. 13,8/40/14.870/189.000
2. Radiologi pH/pCO2/pO2/HCO3/BE
Gambaran radiologi
7,48/31,4/124/23/0,4
hidropneumotoraks merupakan
perpaduan antara gambaran radiologi Na/K/Cl
dari efusi pleura dan pneumothoraks. 135/3,39/98
Gambaran tersebut meliputi
pergeseran mediastinum, air fluid level
datar, garis mendatar karena adanya Foto Thorax
udara di atas cairan, ruang pleura -Jantung sulit dinilai
sangat translusen dengan tidak
-Aorta baik. Mediastinum superior
tampaknya gambaran pembuluh darah
paru, biasanya tampak garis putih tegas tidak melebar.
membatasi pleura visceralis yang -Trakea di tengah. Hilus tidak
membatasi paru yang kolaps, tampak
menebal.
gambaran semiopak homogen
-Tampak area lusen avaskuler
menutupi paru bawah, dan
penumpukan cairan di dalam cavum dengan fluid level pada hemitoraks
pleura yang menyebabkan sudut kanan dengan WSD terpasang.
costofrenikus menumpul. Pada
-Tampak konsolidasi paru kanan.
hodropneumothoraks tidak ditemukan
garis Ellis-Damoisseaux (batas atas -Pada posis lateral sinus anterio-
cairan berupa garis lengkung dengan posterior dan hemidiafragma kanan
ujung lateral atas ke medial penderita terselubung disertai fluid level.
pada posisi duduk).
Kesimpulan:
27
Hidropneumothoraks kanan
dengan WSD terpasang dan
suspek kolaps paru kanan
dengan infeksi.
Saran: CT scan thoraks dengan
kontras IV.
3 PENATALAKSANAAN Tatalaksana :
1. O2 3L/I via nasal canule
Penatalaksanaan hidropneumotoraks
2. IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/i
meliputi:
3. Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
6. Observasi 4. Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam
5. Parasetamol Tab 3x 500mg
7. Pemberian O2
6. N-asetil sistein 3x200 mg
8. Torakosintesis
9. Pemasangan Water
Sealed - Telah dilakukan pemasangan
Drainage (WSD) WSD di sebelah kanan pada ICS 5-
6 sebelumnya di RS Elisabeth
Pemasangan WSD dilakukan untuk
mengalirkan udara dan atau cairan dari
Rencana :
dalam rongga pleura untuk
- CT Scan Thoraks
mempertahankan tekanan negatif
rongga pleura. Pemasangan WSD - Kultur sputum
dilakukan pada ICS 5 linea mid
- Konsul spesialis bedah toraks
aksilaris pada hemitoraks yang
kardiovaskular
terkena. Untuk WSD dicabut apabila
ketika pasien disuruh untuk batuk,
28
undulasi cairan pada botol WSD sudah - Rujuk ke spesialis bedah thoraks
tidak terdapat lagi. Untuk kardio vaskular
mengevaluasi keberhasilan WSD
dalam mengembangkan paru, maka
dilakukan pemeriksaan rontgen
kembali.
5. Tindakan operatif
d. Pleurodesis
e. Torakoskopi
f. Torakotomi
29
BAB 6
KESIMPULAN
Tn. EG, laki-laki usia 26 tahun datang ke RS USU dengan keluhan sesak napas
yang sudah dialami sekitar 1 bulan ini dan memberat 2 minggu yang lalu. Pasien
sebelumnya telah dirawat di RS Elisabeth selama 2 minggu dan menurut pengakuan
keluarga, os didiaganosa dengan paru-paru bocor dan sudah dipasang chest tube selama
2 minggu. Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang,
pasien didiagnosa dengan Piopneumothoraks Dekstra ec susp TB Paru + Chest Tube
Insertion + WSD dan diberi tatalaksana di IGD berupa:
1. O2 3L/I via nasal canule
2. IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/i
3. Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
4. Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam
5. Parasetamol Tab 3x 500mg
6. N-asetil sistein 3x200 mg
Rencana
1. CT scan thoraks
2. Kultur sputum di ruangan
3. Konsul spesialis bedah toraks kardiovaskular
30
DAFTAR PUSTAKA
31