You are on page 1of 16

JOURNAL READING

KARAKTERISTIK KASUS GONORE DAN SIFILIS DIANTARA

KELOMPOK ETNIS ROMA DI BELGRADE, SERBIA

Disusun Oleh:

Teda Faahila 1210312106

Muhammad Ridwan 1740312102

Syaika Amelia Zahra

Preseptor :

Dr. dr. Sri Lestari, Sp.KK (K), FAADV, FINSDV

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

2018
Abstrak

Latar belakang: Kelompok etnik Roma merupakan kelompok minoritas terbesar

dan terpinggirkan di Eropa, diyakini rentan terhadap infeksi menular seksual.

Tujuan : Tujuan studi ini adalah untuk menginvestigasi frekuensi dan

karakter gonore dan sifilis pada populasi Roma di Belgrade.

Metode : Data didapatkan dari the City Institute for Skin and Venereal

Diseases tempat dimana semua kasus gonore dan sifilis dirujuk

Hasil : Selama periode 2010-2014 infeksi menular seksual lebih banyak

ditemukan pada etnik Roma dibanding dengan sisa populasi Belgrade. Persentase

rata-rata etnik Roma yang terkena sifilis dan gonore masing-masing 9.6% dan

13.5%, Persentase etnik Roma pada populasi total Belgrade adalah 1.6%. Etnik

Roma dengan sifilis dan gonore lebih banyak ddiderita oleh laki-laki (75%), usia

terbanyak pada 20-29 tahun (43.4%), tidak menikah (64.5%), dengan pendidikan

sekolah dasar atau lebih rendah (59.2%), tidak bekerja (80.3%), dan heteroseksual

(89.5%). Sebanyak 10,5% dari etnik Roma adalah pekerja seks dan 68.4% tidak

mengetahui sumber infeksinya. Perbedaan signifikan antara kasus etnikRoma dan

kasus etnik lain di Belgrade dalam semua karakteristik yang diamati sesuai

dengan perbedaan antara populasi Roma dan populasi total di Serbia.

Kesimpulan : Studi ini mengonfirmasi kerentananan populasi Roma terhahap

infeksi menular seksual.


Pendahuluan

Roma merupakan kelompok minoritas terbesar dan paling rentan di Eropa. Total

sekitar 7-9 juta etnik Roma tinggal di Eropa dan diperkirakan 70% dari mereka

tinggal di Negara Eropa Tengah dan Timur membentuk Uni Soviet. Menurut

sesnsus populasi pada tahun 2011 jumlah total dari etnik Roma yang diakui di

Serbia adalah 147,604 yang merupakn 2.05% dari populasi Serbia. Etnik Roma

yang diakui Serbia paling banyak berpusat di Belgrade, ibukota dan kota terbesar,

dengan penduduk 27,325 atau 18.5% dari jumlah total dan 1.6% dari populasi

total Belgrade.

Kelompok minoritas Roma merupakan kelompok paling rentan dan terpinggirkan

dibidang kesehatan karena kemiskinan ekstrim, higine yang kurang, nutrisi yang

buruk, kondisi hidup yang tidak layak, tingkat pengangguran yang tinggi dan

tingkat pendidikan yang kurang. Diskriminasi dalam mendapat pelayanan

kesehatan memberi dampak negative pada kesehatan mereka. Etnik Roma juga

dalam resiko tinggi terhadap infeksi menular seksual karena perilaku seks yang

beresiko. Berdasarkan pengamatan pada remaja etnik Roma (usia 15-24 tahun) di

Serbia selama tahun 2010, prevalensi perilaku seks beresiko cukup tinggi

terutama pada laki-laki. Di Belgrade, diluar remaja laki-laki Roma, 36.2% telah

melakukan hubungan seks sebelum usia 15 tahun, 53.9% mempunyai lebih dari

satu pasangan seks dalam setahun, 11.5% telah bekerja sebagai pekerja seks, dan

4% dilaporkan telah melakukan seks anal dengan laki-laki lainya. Infeksi menular

seksual merupakan penyebab utama penyakit akut, infertilitas, kecacatan jangka

panjang dan kematian dengan masalah medis dan psikologi yang serius. Gonore

dan sifilis merupakan penyakit kelamin yang disebabkan bakteri dan pelaporannya
diwajibkan di Serbia. . Selama peridoe 2010-2014 insiden sifilis di Belgrade

meningkat 182.2% dari 2.25% per 100.000 pada tahun 2010 menjadi 4.4 per

100.000 pada tahun 2014. Insiden gonore meningkat 226.2% dari 2.56 per

100.000 pada tahun 2010 menjadi 5.79% per 100.000 pada tahun 2014.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menyajikan kasus gonore dan sifilis di Roma

yang berobat di the City Institute for Skin and Venereal Diseases di Belgrade

selama periode 2010-2014, dan untuk menggambarkan karakteristik

demografisnya. Laporan mengenai sifilis dan gonore diwajibkan di Serbia, dan di

Belgrade semua kasus yang dilaporkan akan diobati di Institut tersebut yang

merupakan pusat perawatan eksklusif.Terdapat kemungkinan beberap pasien yang

di rujuk ke tempat praktik dokter swasta, tetapi pada kasus ini biasanya tidak

dilaporkan. Kami juga membandingkan kasus gonore dan sifilis untuk

mengidentifikasi kebutuhan yang berbeda untuk pencegahan, diagnosis, skrining,

atau tindakan kesehatan masyarakat lainnya untuk penyakit yang mengenai

populasi Roma ini.

Metode

Pasien dengan gejala infeksi menular seksual dirujuk ke City Institute for Skin and

Veneral Disease in Belgrade, oleh layanan primer antara Januari 2010 dan

Desember 2014. Diagnosa mereka (gonore dan sifilis dini) diketahui pada

kunjungan pertamanya. Semua diagnosis didasarkan pada anamnesis dan

pemeriksaan fisik dan dikonfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium. Definisi

kasus dari gonore dam sifilis sejalan dengan definisi kasus STD Surveillance,

sebuah definisi terbaru untuk gonore dan sifilis. Untuk gonore dibutuhkan isolasi
diplokokus gram negatif intraseluler dengan kultur dari spesimen klinis (swab

uretra diambil dari laki-laki atau swab endoservikal diambil dari perempuan).

Ketentuan untuk sifilis adalah: untuk sifilis primer (SP), ulkus dan treponema

reaktif (Treponema pallidum hemagglutinatiion assay-TPHA) dan nontroponema

(Veneral Disease Research Laboratory-VDRL) dibutuhkan tes serologi; untuk

sifilis sekunder (SS) manifestasi klinis pada tahap ini dengan tes titer troponema

dan nontroponema ≥4; untuk sifilis laten dinites troponema dan nontroponema

reaktif dan diikuti oleh kriteria berikut dalam 12 bulan terakhir; tercatat

serokonversi atau empat kali lipat atau lebih peningkatan titer dari tes troponema,

tercatat serokonversi dari tes troponema, riwayat gejala yang konsisten dengan

diagnosis SP atau SS, secara seksual terpapa dengan orang dengan SP, SS atau

sifilis laten dini, dan seks pertama dalam 12 bulan terakhir.

Data pada karakteristik demografi dasar pasien di Roma (umur, jenis kelamin,

status perkawinan, pendidikan, status pekerjaan) diringkas secara retrospektif dari

catatannya. Data mengenai kemungkinan sumber infeksi dan orientasi seksual,

didapatkan dari formulir resmi untuk pemberitahuan sifilis dan gonore, juga

dianalisis.

Pada analisis data, proporsi dibandingkan dengan menggunakan tes χ2 dan tes

Fisher semua p-value berdasarkan tes twotailed, dan p<0.05 dikatakan signifikan.

Naskah ditinjau dan diterima oleh penulis penanggung jawab dari City Institute

for Skin and Veneral Disease di Belgrade.


Hasil

Frekuensi sifilis dan gonore diantara etnik Roma dan etnik lainnya di populasi

Belgrade diambil bersamaan dan diperlihatkan di Tabel 1. Selama periode 2010-

2014 etnik Roma berjumlah 3.4% sampai 17.1% (rata-rata 9.6%) dari subjek

yang teregistrasi dengan sifilis dan 11.7% sampai 18.8% (rata-rata 13.5%) dari

pasien yang teregistrasi dengan gonore. Berdasarkan persentase etnik Roma pada

populasi total Belgrade yang berkisar 1.6% dari sifilis dan gonore memiliki

frekuensi yang lebih besar daripada populasi lain di Belgrade.


Tabel 1-Jumlah kasus sifilis dan gonore di Roma dan kelompok etnik lain pada
populasi Belgrade yang terdaftar di City Institute for Skin and Veneral Disease,
Belgrade, 2010-2014.
Tahun Jumlah Roma (%) Jumlah kelompok Total
etnis lain (%)
Kasus Sifilis
2010 3 (9.7) 28 (90.3) 31
2011 1 (3.4) 28 (96.6) 29
2012 6 (17.1) 29 (82.9) 35
2013 3 (10.3) 26 (89.7) 29
2014 4 (7.4) 50 (92.6) 54
Total 17 (9.6) 161 (90.4) 178

Kasus Gonore
2010 5 (12.5) 35 (87.5) 40
2011 9 (18.8) 39 (81.2) 48
2012 14 (14.9) 89 (85.1) 94
2013 16 (11.7) 121 (88.3) 137
2014 15 (12.6) 104 (87.4) 119
Total 59 (13.5) 379 (86.5) 438

Roma dengan sifilis dan gonore lebih banyak pada laki-laki (75%) dan mayoritas

berumur 20-29 tahun (43.4%), tidak pernah menikah (64.5%), pendidikan setara

sekolah dasar atau lebih rendah (59.2%), tidak bekerja (80.3%), dan heteroseksual

(89.5%). Diantara mereka 10.5% merupakan pekerja seks komersial dan 68.4%

tidak diketahui sumber infeksi (Tabel 2). Terdapat perbedaan yang signifikan

antara kasus Roma dan kasus lain pada semua karakteristik yang diamatai (Tabel

2). Kasus Roma lebih muda, pendidikan lebih rendah, lebih banyak yang menikah

dan pengangguran. Diantara kasus Roma lebih banyak pekerja seks fan persentase

yang lebih besar tidak diketahui sumber infeksinya. Meskipun perempuan

merupakan minoritas diantara semua kasus, diantara kasus Roma lebih banyak

perempun dibandingkan dengan kasus lain. Roma lebh sedikit menyatakan dirinya

sebagai homoseksual.
Tabel 2- Karakteristik kasus sifilis dan gonore di Roma dan kelompok etnis
lainnya pada populasi Belgrade yang terdaftar di City Institute for Skin and
Veneral Disease, Belgrade, 2010-2014.
Karakteristik Kasus sifilis dan gonore, jumlah p valuea
(%)
Roma Etnis lain
Jenis kelamin 0.030
Laki-laki 57 (75.0) 458 (84.8)
Perempuan 19 (25.0) 82 (15.2)

Umur, tahun <0.001


≤15 5 (6.6) 1 (0.2)
16-19 14 (18.4) 16 (3.0)
20-29 33 (43.4) 168 (31.3)
30-39 14 (18.4) 249 (46.1)
40-49 10 (13.2) 60 (11.1)
50-59 0 (0.0) 29 (5.4)
60+ 0 (0.0) 17 (3.1)

Status pernikahan <0.001


Tidak pernah menikah 49 (64.5) 444 (82.2)
Menikah 27 (35.5) 81 (15.0)
Bercerai 0 (0.0) 15 (2.8)

Pendidikan <0.001
≤SD 45 (59.2) 44 (8.1)
SMP 31 (40.8) 432 (80.0)
SMA 0 (0.0) 64 (11.8)

Status pekerjaan <0.001


Pekerja 15 (19.7) 279 (51.7)
Pengangguran 61 (80.3) 149 (27.6)
Pelajar 0 (0.0) 94 (17.4)
Pensiunan 0 (0.0) 18 (3.3)

Orientasi seksual <0.001


Heteroseksual 68 (89.5) 344 (63.7)
Homoseksual 8 (10.5) 196 (36.3)

Pekerja seks <0.001


Yab 8 (10.5) 1 (0.2)
Tidak 68 (89.5) 539 (99.8)

Sumber infeksi <0.001


Diketahui 24 (21.6) 314 (58.1)
Tidak diketahui 52 (68.4) 226 (41.9)
a
Berdasarkan tes chi square atau tes Fisher
b
Semua pasien yang menyatakan dirinya pekerja seks adalah wanita
Beberapa karakteristik dari kasus sifilis dan gonore diantara semua populasi Roma

diperlihatkan pada Tbel 3. Dibandingkan dengan pasien gonore, pasien dengan

sifilis secara signifikan lebh banyak yang homoseksual (23.5% vs. 64%, p<0.05)

dan pekerja seks (35.3% vs. 3.4%, p<0.0001), dan lebih banyak tidak diketahui

sumber infeksinya (88.2% vs. 62.7%,p<0.05). Pasien dengan sifilis juga lebih tua

dibandingkan pasien dengan gonore, tapi perbedaan ini berada pada garis batas

signifikan (p=0.054)-Tabel 3. Sifilis primer didiagnosis pada empat kasus, sifilis

sekunder diluar empat kasus tersebut, dan sembilan kasus diklasifikasikan sebagai

sifilis laten dini.


Tabel 3- Karakteristik kasus sifilis dan gonore diantara etnis Roma pada Belgrade
yang terdaftar di City Institute for Skin and Veneral Disease, Belgrade, 2010-
2014.
Karakteristik Kasus sifilis Kasus gonore p valuea
(n=17) Jumlah (n=59) Jumlah
(%) (%)

Jenis kelamin 0.080


Laki-laki 10 (58.8) 47 (79.7)
Perempuan 7 (41.2) 12 (20.3)

Umur, tahun 0.054


≤15 0 (0.00) 5 (8.5)
16-19 5 (29.4) 9 (15.2)
20-29 4 (23.5) 29 (49.2)
30-39 3 (17.7) 11 (18.6)
40-49 5 (29.4) 5 (8.5)

Status pernikahan 0.550


Tidak pernah menikah 12 (70.6) 37 (62.7)
Menikah 5 (29.4) 22 (37.3)

Pendidikan 0.601
≤SD 11 (64.7) 34 (57.6)
SMP 6 (35.3) 25 (42.4)

Status pekerjaan 0.348


Pekerja 2 (11.8) 13 (22.0)
Pengangguran 15 (88.2) 46 (78.0)

Orientasi seksual 0.047


Heteroseksual 13 (76.5) 55 (93.2)
Homoseksual 4 (23.5) 4 (6.4)

Pekerja seks <0.001


Yab 6 (35.3) 2 (3.4)
Tidak 11 (64.7) 57 (96.6)

Sumber infeksi 0.046


Diketahui 2 (11.8) 22 (37.3)
Tidak diketahui 15 (88.2) 37 (62.7)
a
Berdasarkan tes chi square atau tes Fisher
b
Semua pasien yang menyatakan dirinya pekerja seks adalah wanita

Diskusi
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa pada tahun

2008 terdapat 10,6 juta kasus sifilis dan 106,1 juta kasus gonorea pada orang

dewasa di seluruh dunia.8 Sifilis dan gonore ditransmisikan melalui kontak

seksual (yaitu genital-genital, genital-anorektal, oro-genital atau oro-anal). Selain

itu, sifilis memiliki tingkat transmisi yang lebih tinggi daripada gonorea dan dapat

juga ditularkan melalui darah atau melalui transmisi secara vertikal dari ibu yang

terinfeksi kepada bayinya.9 Setiap gangguan dapat diikuti oleh komplikasi serius.

Gonore gervon yang tidak diobati pada wanita dapat menyebabkan penyakit

radang panggul, kehamilan ektopik dan infertilitas.10 Sifilis adalah infeksi

sistemik dan dapat menyebabkan komplikasi pada sistem kardiovaskular dan

neurologis. Jika tidak diobati selama kehamilan, sifilis dapat menyebabkan janin

lahir mati atau kelahiran preterm dan menyebabkan infeksi kongenital pada bayi.11

Sifilis juga dapat meningkatkan risiko penularan dan akuisisi HIV dengan

menyebabkan ulkus kelamin.12

Seperti yang telah disebutkan kejadian sifilis dan gonorea meningkat di

Beograd selama periode 2010-2014. Kedua sifilis dan gonore lebih sering terjadi

pada populasi Roma dibandingkan dengan populasi Belgrade lainnya. Tidak ada

data awal tentang frekuensi gonore pada populasi di Roma dan di Beograd, namun

dalam sebuah penelitian yang dilakukan di kota ini pada tahun 2012 sebanyak 207

remaja Roma berusia 15-24 tahun, prevalensi sifilis adalah 1%.13 Menurut

Gyarmathy et Al. prevalensi sifilis pada etnis Roma di Budapest adalah 2% .14

Sebanyak 286 diuji penyakit menular seksual di Sofia, 21,7% memiliki setidaknya

satu penyakit; 4,5% menderita gonore dan 3,5% mengalami sifilis.15 Studi lain di

Bulgaria mengungkapkan bahwa 3,7% orang di Roma menderita gonore dan tidak
ada sifilis yang terdeteksi.16 Menurut hasil studi kohort retrospektif pada

kelompok di Roma yang dilakukan di Camp de la Bota, Barcelona, kejadian AIDS

adalah 104 kasus per 100.000 orang/tahun yang tidak sesuai lagi.17

Dalam penelitian ini, populasi Roma berbeda secara signifikan dari kasus

lain yang terdaftar di Beograd dalam semua karakter yang diamati. Mereka lebih

muda, kurang berpendidikan dan lebih banyak pengangguran, yang sesuai dengan

perbedaan antara populasi di Roma dan jumlah penduduk Serbia. Menurut data

dari sensus 2011, usia rata-rata populasi Serbia adalah 42,2 tahun dan populasi

Roma berusia 27,8 tahun.2 Penduduk Roma yang tinggal di kota-kota lebih muda

karena migrasi penduduk muda Roma ke pemukiman perkotaan. Menurut data

yang sama, 15,1% orang Roma buta huruf dan sekitar 80% memiliki riwayat

pendidikan sekolah dasar yang tidak lengkap atau lengkap 2.5% dan 32% dari

keseluruhan populasi Serbia. Pengangguran di Roma tiga kali lipat lebih tinggi

daripada jumlah populasi Serbia. Di negara-negara Eropa Timur, orang-orang

Roma ditemukan berada di antara yang paling miskin, dengan tingkat pendidikan

yang sangat rendah dan dengan tingkat pengangguran yang tinggi.15 Knezevic

mengatakan bahwa penduduk Roma di Belgrade adalah kelompok etnis yang

"paling rentan, memisahkan diri, kebanyakan hidup dalam kecaman, tidak

menunjukkan minat untuk memperbaiki posisi sosial mereka ".18 Dalam situasi

seperti itu, tidak mengherankan bahwa 10,5% kasus di Roma, dan hanya 0,2%

dari kasus lainnya, menyatakan diri mereka sebagai pekerja seks, yang sebagian

dapat menjelaskan mengapa persentase kasus di Roma secara signifikan lebih

besar tidak diketahui sumber infeksinya. Kasus di Roma secara signifikan lebih

mungkin menjadi pekerja seks yang dapat menjelaskan kehadiran perempuan pada
kasus di Roma (25%) dibandingkan kasus lainnya (15,2%). Menurut Sipeti'c et al.

pekerja seksual Roma di Serbia memiliki hubungan seksual pertama secara

signifikan lebih sering sebelum usia 14, 38,5% di antaranya tidak pernah atau

tidak menggunakan kondom dengan pasangan seks komersial mereka dan hampir

20% memiliki IMS dalam enam bulan terakhir.19 Mereka sangat kurang

pengetahuan tentang sarana penularan HIV juga.

Seperti yang diduga, Roma dan semua kasus sifilis dan gonore lainnya

lebih sering terjadi pada pria. Gender menentukan pola perilaku seksual berisiko

IMS, dengan laki-laki merupakan kelompok yang paling sering terkena

dampaknya, namun tidak hanya di kalangan kasus di Roma, setidaknya tidak di

Serbia. Secara tradisional, pria memiliki, lebih atau kurang, kebebasan seksual

yang lebih besar dibandingkan wanita. Dalam penelitian ini, kami tidak memiliki

data tentang perilaku seksual yang berisiko, seperti usia hubungan seksual

pertama, jumlah pasangan seksual, frekuensi penggunaan kondom, dan

sebagainya, yang dapat membantu untuk lebih memahami perbedaannya. Seperti

yang telah dinyatakan, sebuah penelitian yang dilakukan di Serbia di kalangan

pemuda Roma telah menunjukkan bahwa perilaku seksual berisiko, seperti debut

seksual awal, beberapa pasangan seks dan kurangnya penggunaan kondom yang

konsisten sangat sering terjadi dan angka kejadian ini lebih tinggi pada remaja

muda Roma di Serbia daripada remaja Serbia secara umum.4 Dalam penelitian

yang sama, pengetahuan terkait HIV lebih rendah di kalangan pemuda Roma.

Studi yang dilakukan di Bulgaria juga melaporkan perilaku seksual berisiko tinggi

di antara pria Roma.16,20 Menurut hasil mereka, 59% pria Roma memiliki

beberapa pasangan seks, dan lebih dari 52% dari mereka melaporkan hubungan
seksual tanpa kondom dengan pasangan biasa atau dengan banyak pasangan

selama tiga bulan. Dalam penelitian yang dilakukan di Budapest, 82% orang

Roma tidak menggunakan kondom dengan pasangan utama mereka.14 Temuan

kami yang secara signifikan menurunkan persentase kasus di Roma daripada

kasus lain menyatakan bahwa mereka homoseksual sesuai dengan penelitian

lainnya. Meskipun sangat sedikit pria Roma yang mengidentifikasi orientasi

seksual mereka sebagai homoseksual 51,9% dan 59% di antaranya melaporkan

kegiatan seks sesama jenis.16,20 Hampir dua pertiga pria yang melakukan

hubungan seks tanpa kondom dengan pria lain menerima uang atau barang

berharga dengan imbalan seks dan sebagian besar (94,1%) dilaporkan menjadi

pasangan insertif.16

Dalam penelitian ini, membandingkan kasus gonorea pada orang Roma

dengan kasus sifilis secara bermakna lebih cenderung menjadi homoseksual,

pekerja seks, dan lebih sering tidak mengetahui sumber infeksi mereka, yang

sesuai dengan fakta bahwa sifilis lebih banyak sering dilaporkan di antara pria

yang berhubungan seks dengan pria dan pekerja seksual, di seluruh dunia.8

Pengujian rutin untuk sifilis harus didorong dan ditawarkan kepada pekerja seks

di Roma dan LSL.

Keistimewaan pada analisis kami adalah keakuratan data. Hal ini wajar

untuk mengasumsikan bahwa kejadian kedua penyakit ini diabaikan, karena ada

kemungkinan beberapa pasien tidak mengunjungi dokter dan beberapa dokter

tidak melaporkan semua kasus tersebut. Kenyataan bahwa beberapa pasien bisa

pergi ke dokter swasta, yang karena harganya mahal mungkin lebih terjangkau
oleh pasien yang bukan etnis Roma dan setidaknya sebagiannya menjelaskan

lebih banyak pernyataan tentang kasus di Roma pada Institute.

Kesimpulannya, penelitian ini mengkonfirmasi kerentanan populasi Roma

terhadap IMS. Sifilis dan gonore lebih sering terjadi pada kelompok orang Roma

dibandingkan dengan populasi lainnya di Beograd selama periode 2010-2014.

Konsekuensi dari upaya pemerintah untuk memperbaiki status ekonomi penduduk

Roma dan untuk mempercepat integrasi sosial mereka tidak dapat diharapkan

segera. Tampaknya hanya penerapan berbagai model pendidikan kesehatan yang

dapat memberikan hasil yang baik dalam pencegahan IMS secara relatif cepat.

Pesan pengurangan risiko yang menargetkan populasi Roma lebih penting dari

sebelumnya. Selain itu, distribusi kondom dan promosi harus menjadi bagian

penting dari konseling mereka.

You might also like