You are on page 1of 19

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO I BLOK BIOMATERIAL DAN TEKNOLOGI


KEDOKTERAN GIGI
SEMESTER GENAP

Oleh Kelompok Tutorial 2 :


Ketua :Ananda Regina (161610101014)
Sekretaris :Najuwa Hana (161610101009)
Anggota : Nina Raditya (161610101010)
Afifah Rizki (161610101011)
Rosi Latifa (161610101012)
Oksalani Cahaya (161610101013)
Devi Komala (161610101015)
Lisa Wahyu (161610101016)

Dosen Tutorial : drg. Erawati Wulandari, M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2018
Skenario 1

Gipsum

Mahasiswa semester IV Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember


sedang melakukan skill lab manipulasi gipsum. Pelaksanaan skill lab kali ini terbagi
dalam 3 kelompok. Kelompok I manipulasi gipsum plaster of paris, kelompok II
manipulasi gipsum dental stone, dan kelompok III manipulasi gipsum dental stone
hight strength. Semua tahapan manipulasi mulai pencampuran, initial setting sampai
final setting harus dilakukan dengan benar agar hasilnya tidak porous. Catat setting
time untuk masing-masing gipsum tanpa penambahan bahan retarder dan bahan
akselerator
STEP 1 (Clarifying unfamiliar terms)

1. Gipsum:
Hasil tambang berupa mineral, kristal bening, berwarna merah, atau coklat
karena tambahan lain misal tanah. Kandungan gipsum dalam kadokteran gigi
adalah kalsium sulfat dihidrat yang melalui proses kalsinansi menjadi kalsium
sulfat hemihidrat.
2. Plaster of paris:
Bahan yang apabila dipanaskan dalam bejana dengan temperatur 110⁰C-
120⁰C menghasilkan β hemihidrat yang akan kehilangan 3-4 persen kadar air,
bisa lunak dan mudah hancur.
3. Bahan retarder
Bahan tambahan gipsum untuk memperlambat terjadinya setting time dan
memperlambat ikatan campuran gipsumum, seperti gula, sukrosa, sodium
glukonat, bahan aditif, natrium sitrat, boraks, kalium sitrat. Cara kerja bahan
retarder akan diserap inti kristal akan meracuni inti kristal sehingga kelarutan
tdk sempurna, terjadi perlambatan campuran gipsumum.
4. Akselerator
Bahan tambahan yang ditambahkan dalam gipsum agar untuk mempercepat
setting time. Mempercepat ikatan campuran, contoh : CaCL2, NaNO3,
Na2SO4, K2SO4.
5. Setting time
Waktu yang diperlukan menjadi keras yang dihitunng sejak gipsum
bercampur dengan air
6. Final setting
Kelanjutan initial setting, bahan lebih kaku, lebih keras, ekspensif thermis dan
panasnya berakhir
7. Porous
Bentukan lubang yang terjadi karena gelembung udara pada adonan
gipsumum.
8. Initial setting
Permulaan setting time ditandai dengan air campuran gipsum tidak mengalir,
loss of gloss, tidak dapat hancur, tapi bisa dipotong dgn pisau

STEP 2 (Problem definition)

1. Apa saja tipe gipsum?


2. Apa saja sifat yang dimiliki gipsum?
3. Bagaimana syarat gipsum yang baik digunakan dalam kedokteran gigi?
4. Bagaimana proses gipsum menjadi setting?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi manipulasi gipsum?
6. Bagaimana aplikasi gipsum dalam kedokteran gigi?
7. Apa saja faktor yang menyebabkan porous dan bagaimana
menanggulanginya?
8. Apakah gipsum bisa didaur ulang?

STEP 3 (Brainstorming)

1. Tipe gipsum berdasarkan ADA No. 25:


1) Impression plaster (tipe I) : terdiri dari plaster of paris, jarang digunakan
untuk mencetak karena tidak terlalu kaku, terbatas digunakan untuk
cetakan akhir atau rahang edontolus, tidak elastis dan mudah patah,
karateristiknya pengerasan atau setting time cepat atauu pendek, kekuatan
kompression rendah.

2) plaster model (tipe II) : digunakan untuk laboratorium, untuk membuat


model cetakan yang tidak bergigi, hasil kalsinasi dri kalsium sulfat β
hemihidrat dapat mengkontrol setting time, partikel lebih besar dan tidak
beraturan, dengan lubang kapiler. Ekspansi lebih tinggi dri tipe I dan
biasanya digunakan sebagi model studi.
3) Dental stone (tipe III) : paling ideal, kekuatan dan ketahanan tinggi,
umumnya untuk pembuatan gigi tiruan dan lebih kuat dri tipe II, α
hemihidrat tambahan pewarna, α hemihidrat ini lebih kecil dan teratur,
partikel kecil ini butuh air yang dikit dalam campuran. Lebih kuat dan
tahan abrasi, harga murah.

4) Dental stone high strength (tipe IV) : cocok untuk pola malam restorasi,
die inlay, mahkota , dan jembatan gigi tiruan

5) Dental Stone, High Strength , High Expansion : (tipe V) : model kerja


dalam pembuatan gigi tiruan berbasis logam, proses pembuatan sama
seperti tipe IV, tapi kandungan garam lebih dikit sehingga meningkatkan
kekuatan ekspansi, digunakan sebagai die untuk pembuatan logam campur
dimana logam campur memiliki pengerutan tinggi dibanding daripada
logam mulia konvensional.

2. Sifat yang dimiliki gipsum:


 Kekuatan kompresi : mengukur kekutan gipsum itu sendiri. Kekuatan
tekan hancur berhubungan langsung dengan kepadatan dan massa gipsum.
 Kekuatan tarik (tensille strength) : untuk mebuat piranti restorasi
membutuhkan kekuatan tarik yang lebih besar dripada model studi,
kelenturan agar model tidak cenderung patah
 Memiliki kekerasan dan ketahanan terhadap abrasi
 Dapat memeberi detail permukaan yg tajam
 Sifat fisis : putih, kelabu, coklat, transparan, tergantung sama mineral lain
yang bercampur di gipsumnya
3. Syarat gipsum yang baik digunakan dalam kedokteran gigi:
a. Sifat mekanis harus baik
b. Detail halus dan batas tajam
c. Stabilitas dimensional yang baik
d. Kompatibel dengan bahan cetak
e. Murah dan mudah digunakan
4. Proses gipsum menjadi setting:
Gipsum bahan cetak yang berbahan dasar kalsium sulfat hemihidrat
adri kalsinansi, awalnya dicampur dengan air, awalnya kalsium sulfat
hemihidrat berubah jadi kalsium sulfat dehidrat, pencampuran dilakukan
selama 30 detik. Perubahan ini akan berlangsung terus samapi menjadi lebih
padat, meskipun padat masih dikatakan lemah dengan flow rendahg (initial
setting, 8 – 10 menit) sampai semua hemihidrat berubah jadi dihidrat (final
setting, satu jam, gypsum sudah bisa dilepas dri cetakan tanpa perubahan
fraktur ). Perubahan ini saat proses pengadukan, dihidrat berubah jadi partikel
kristal kecil yang merubah nukleasi disekitarnya. Pencampuran ada dua,
manual dan menggunakan vacum mixer.
5. Faktor yang mempengaruhi manipulasi gipsum:
 Pemilihan gypsum harus sesuai dengan aplikasi yang akan dibuat.
 Perbandingan air dan bubuk (W :P) harus sesuai, plaster of paris (100 gr/ 50-
60 ml), dental stone (100 gr/ 22-35 ml). Apabila lebih banyak air akan lebih
cepat setting tapi lunak.
 Pengadukan samapi tahap initial dan final setting harus benar selama 1 menit
sampai halus dan homogen.
 Pemberian separator (vaselline) agar mudah dilepas.
 Penyimpanan : ditempat yang tertutup agar tidak terkontaminasi, sifat gypsum
panas jika terpapar panas mudah rapuh.
 Kebersihan agar tidak terkontaminasi, dan tidak porous, koloid (darah, saliva,
dkk) yang terpapar memperlambat setting.
 Semakin tinggi temperatur semakin cepat setting time, pengaukan juga
mempengaruhi.
6. Aplikasi gipsum dalam kedokteran gigi:
a. Pembuatan model gigi atau die
b. Digunakan sebagai bahan cetak
c. Mounting : gips pada articulator
d. Packing : pengisian mould yang terbuang dari gips
e. Bahan tanam : dipakai jika gypsum ditambah dengan silica
7. Faktor yang menyebabkan porous dan bagaimana menanggulanginya:
 Terjadi pada saat proses pengadukan, rasio air dan bubuk harus seimbang
sehingga tidak ada kelebihan air dan bubuk. Kecepatan pengadukan, mangkok
harus parabolik agar pengadukannya cepat sehingga tidak terjadi pengendapan
udara pada adonannya.
 Teknik pencampurannya yaitu air kemudian bubuk,teknik ini berfungsi untuk
mencegah terjebaknya udara didalam adonan
 Kontak permukaan partikel dalam gipsum tidak sama jika penambahan bubuk
dilakukan berulang yang menyebabkan kristalisasi tidak sama.
8. Gipsum dapat didaur ulang, karena reaksi dehidrasi parsial dan rehidrasi sulfat
hemihidrat bersifat yang reversible. Pada saat dipanaskan dengan suhu 200⁰C
akan kehilangan 1, 5 gr mol dri 2 gr mol air . Dan akan diubah jadi sulfat
hemihidrat jika ditambah air sifatnya akan kembali menjadi kalsium sulfat
dehidrat (karena sifatnya reversible). Gipsum dapat didaur ulang setelah
setting. Namun kelemahannya gipsum daur ulang tingkat kekerasan dan
kekuatan lebih lemah.
STEP 4 (Mapping)

Populasi

Type Fungsi Sifat Syarat

Cara Memanipulasi Faktor-faktor

Setting Time

Aplikasi di Kedokteran Gigi

STEP 5 (Learning objective)


1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi gipsum.
2. Mahasiswa mampu mengkaji sifat gipsum, tipe gipsum, komposisi gipsum,
serta aplikasi gipsum dalam bidang kedokteran gigi.
3. Mahasiswa mampu mengkaji syarat gipsum yang baik digunakan.
4. Mahasiswa mampu mengkajimanipulasi gipsum, dan reaksi setting gipsum.
5. Mahasiswa mampu mengkaji faktor yang mempengaruhi manipulasi gipsum
dan reaksi setting gipsum.

STEP 7 (Reporting/Generalisation)

1. Definisi gipsum
Gipsum adalah mineral yang ditambang dari berbagai belahan dunia.
Secara kimiawi, gipsum yang dihasilkan untuk tujuan kedokteran gigi adalah
Kalsium Sulfat Dihidrat (CaSO4.2H2O) murni (Ireland,2014). Gipsum
kedokteran gigi diproduksi dengan cara mengkalsinasi kalsium sulfat dihidrat.
Kalsinasi merupakan proses pemanasan gipsum untuk mengeluarkan air dan
mengubah kalsium sulfat dihidrat menjadi kalsium sulfat hemihidrat
(CaSO4.½H2O). Berdasarkan metode kalsinasi, berbagai bentuk hemihidrat
dapat diperoleh. Bentuk-bentuk yang dapat diperoleh antara lain α-hemihidrat,
α-hemihidrat modifikasi dan β-hemihidrat. (CaSO4)2H2O (Anusavice, 2003).

2. Sifat gipsum, tipe gipsum, komposisi gipsum, serta aplikasi gipsum dalam
bidang kedokteran gigi
a. Sifat gipsum
 Sifat fisik gipsum
Warna : putih, kuning, abuabu, merah, atau coklat karena tambahan
lain misal tanah.
Bentuk mineral : kristalin,serabut dan massif.
Permukaan keras dan mengkilap.
Konduktivitasnya rendah.
 Sifat kimia gipsum
Kelarutannya dalam air 2,1 gr tiap liter air pada suhu 40o C ;
1,8 gr tiap liter air pada suhu 0o C ; 1,9 gr tiap liter pada suhu 70o-90o
C. Kelarutannya bertambah dengan penambahan HCl atau HNO3
(Anusavice, 2003).
Saat mengeras, suhu gipsum cukup tinggi untuk
menghilangkan kadar airnya, gips berubah menjadi kalsium sulfat
hemihidrat yaitu (CaSO4)2H2O. Apabila kalsium sulfat hemihidrat
dicampur dengan air, maka akan terjadi reaksi kimia :
(CaSO4)2 H2O + 3H2O 2CaSO4 2H2O + 3900 kal/gmol
(Anusavice, 2003).
Reaksi yang terjadi exothermic yang menghasilkan panas. Bila
1 gmol kalsium sulfat hemihidrat bereaksi dengan 1,5 gmol air (H2O),
maka akan dihasilkan 1 gmol kalsium sulfat dihidrat dan panas yang
dikeluarkan sebesar 3900 kalori (Anusavice, 2003).
 Sifat mekanik gipsum
1. Kekuatan tekan (Compressive strength)
Kekuatan tekan adalah apabila benda diberi beban sedikit demi
sedikit secara sekuensial sampai jadi patah. Kekuatan tekan
gipsum dibagi menjadi dua macam, yaitu kekuatan basah dan
kekuatan kering. Kekuatan basah adalah kekuatan yang diperoleh
bila kelebihan air yang dibutuhkan untuk hidrasi hemihidrat.
Kekuatan kering adalah kekuatan yang diperoleh bila kelebihan air
dikeringkan. Kekuatan kering 2 kali atau lebih dibandingkan
kekuatan basah (Anusavice, 2003). Kekuatan kompresi gips
merupakan faktor penting dalam menentukan kekerasan dan daya
tahan abrasi gips. Kekuatan kompresi dipengaruhi oleh rasio air-
bubuk yang digunakan. Semakin sedikit air yang digunakan maka
semakin besar kekuatan kompresi yang dihasilkan (Anusavice,
2003).
2. Kekuatan tarik (Tensile strength)
Kekuatan tarik adalah apabila suatu benda diberi tarikan
sampai menjadi patah. Gipsum harus mempunyai kekuatan tarik
yang cukup agar tahan terhadap daya yang mengenainya. Daya
rentang gips keras dua kali lebih besar dari pada gips lunak baik
dalam keadaan basah maupun kering. Kekuatan tarik penting
untuk menahan dari kekuatan lateral seperti dalam pelepasan
model (Craig dan Power, 2002).
3. Kekerasan permukaan dan daya tahan abrasi (Surface hardness
and abrassive ressistance)
Kekerasan permukaan gipsum berhubungan dengan kekuatan
tekan hancur gipsum. Daya tahan terhadap abrasi maksimal
didapat pada saat gips mencapai daya strength. Gips keras
merupakan gips yang memiliki daya tahan abrasi tinggi (McCabe,
2014).
4. Detail reproduksi (Reproduction of Detail)
Detail reproduksi adalah gipsum dapat mengisi cetakan secara
detail tanpa terjadi bentukan porositas atau gelembung udara.
Jumlah gelembung udara dapat diminimalisir dengan vibrasi untuk
meningkatkan reproduksi detail dari model yang dihasilkan (Craig
dan Power, 2002).
b. Tipe, komposisi, dan pengunaan gipsum dalam kedokteran gigi
 Klasifikasi berdasarkan proses terbentuknya:
1. Gipsum Alam: yaitu merupakan mineral hidrous sulfat yang
mengandung dua molekul air dengan rumus kimia CaSO4.2H2O
,dimana jenis batuannya adalah satinspar,alabaster,gypsite dan
selenit.Dengan warna bervariasi dari putih kekuningan hingga abu-
abu.
a. Batuan gipsum yang berbentuk granular dan buram,mengandung
sedikit dolomite,batu kapur,dari kadar CaSO4 76%
b. Gipsit
2. Gipsum Sintesis : yaitu gipsum yang diperoleh dengan memproses air
laut dan air kawah yang banyak yang mengandung sulfat dengan
menambahkan unsure kalsium ke dalamnya dan sumber lainnya adalah
gipsum sebagai produk sampingan pembuatan asam fosfat,asam
sulfat,dan asam nitrat . (Sentono, 1992)
 Menurut spesifikasi American Dental Association (ADA) No. 25:
1) Impression Plaster (Tipe I)
Gips tipe I (Impression Plaster) memiliki kalsium sulfat hemihidrat
terkalsinasi sebagai bahan utamanya dan ditambahkan kalsium sulfat,
borax dan bahan pewarna. Gips tipe ini jarang digunakan untuk mencetak
dalam kedokteran gigi sebab telah digantikan oleh bahan yang tidak
terlalu kaku seperti hidrokoloid dan elastomer, sehingga gips tipe I
terbatas digunakan untuk cetakan akhir, atau wash, untuk rahang
edentulous (Anusavice, 2003).
2) Model Plaster (Tipe II)
Gips tipe II (Model Plaster) terdiri dari kalsium sulfat terkalsinasi/ β-
hemihidrat sebagai bahan utamanya dan zat tambahan untuk mengontrol
setting time. β- hemihidrat diperoleh dari proses pemanasan di ketel
terbuka dengan suhu 110°-120°C, terdiri dari partikel kristal ortorombik
yang lebih besar dan tidak beraturan dengan lubang-lubang kapiler
sehingga partikel β-hemihidrat menyerap lebih banyak air bila
dibandingkan dengan α-hemihidrat. Pada masa sekarang, gips tipe II
digunakan terutama untuk pengisian kuvet dalam pembuatan gigitiruan
dan sebagai model studi (Anusavice, 2003).
3) Dental Stone (Tipe III)
Gips tipe III (Dental Stone) terdiri dari hidrokal/ α-hemihidrat dan zat
tambahan untuk mengontrol setting time, serta zat pewarna untuk
membedakannya dengan bahan dari plaster yang umumnya berwarna
putih. α-hemihidrat diperoleh dari proses pemanasan di autoklaf dengan
tekanan uap 120°-130°C terdiri dari partikel yang lebih kecil dan teratur
dalam bentuk batang atau prisma dan bersifat tidak poreus sehingga
membutuhkan air yang lebih sedikit ketika dicampur bila dibandingkan
dengan β-hemihidrat. Gips tipe III ideal digunakan untuk membuat
model kerja yang memerlukan kekuatan dan ketahanan abrasif yang
tinggi seperti pada konstruksi protesa dan model ortodonsi. Kekuatan
kompresi gips tipe III berkisar antara 20,7 MPa (3000 psi) – 34,5 MPa
(5000 psi) (Anusavice, 2003).
4) Dental Stone, High-Strength (Tipe IV)
Gips tipe IV (Dental Stone, High Strength) terdiri dari densit yang
memiliki bentuk partikel kuboidal dengan daerah permukaan yang lebih
kecil sehingga partikelnya paling padat dan halus bila dibandingkan
dengan β-hemihidrat dan hidrokal. Gips tipe IV sering dikenal sebagai
die stone sebab gips tipe IV ini sangat cocok digunakan untuk membuat
pola malam dari suatu restorasi, umumnya digunakan sebagai dai pada
inlay, mahkota dan jembatan gigi tiruan (Anusavice, 2003).
5) Dental Stone, High Strength, High Expansion (Tipe V)
Adanya penambahan terbaru pada klasifikasi produk gipsum ADA
dikarenakan terdapat kebutuhan dental stone yang memiliki kekuatan
serta ekspansi lebih tinggi. Pembuatan gips tipe V sama seperti gips tipe
IV namun gips tipe V memiliki kandungan garam lebih sedikit untuk
meningkatkan setting ekspansinya (Mc Cabe dkk, 2008). Gips tipe V
umumnya digunakan sebagai dai untuk pembuatan bahan logam campur
yang memiliki pengerutan tinggi. Bahan ini umumnya berwarna biru atau
hijau dan merupakan produk gipsum yang paling mahal (Anusavice,
2003).

(a) (b)
Gambar: (a). Gambaran bentuk kristal dental plaster. (b). Gambaran bentuk
kristal dental stone. Sumber : Anusavice KJ. Phillips Science Of Dental
Material. 11th Ed, 2003; hal. 256 – 257.

Produk gipsum dugunakan terutama untuk replika struktur mulut.


Replika ini disebut dengan model, cast dan die. Setiap replika memiliki tujuan
khusus(Steward, 2013).
a. Model studi
Digunakan untuk rencana perawatan dan mengamati kemajuan perawatan.
b. Cast
Cast lebih akurat daripada model studi. Cast itu merupakan replika lebih
dari 1 gigi seperti kuadran atau lengkung penuh.
c. Die
Replika gigi tunggal. Biasanya bisa dilepas.

Gambar I. Die (kiri), Model kerja dan cast (kanan). (Steward, Marcia. 2013. Clinical Aspect of Dental
Material:Theory, Practice and Cases-4th ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer
business.)

3. Syarat gipsum yang baik digunakan


 Sifat mekanis baik, artinya harus kuat sehingga tidak mudah rusak atau tergores
selama proses pembuatan piranti restorasi atau saat ukir malam, dll.
 Dapat mereproduksi detail yang halus dengan batas yang tajam.
 Memiliki stabilitas dimensional yang baik (menunjukkan perubahan dimensi
yang sangat kecil saat setting dan hendaknya cukup stabil).
 Kompatibel dengan bahan cetak, tidak terjadi interaksi antara permukaan
cetakan dengan permukaan model, die.
 Murah dan mudah dipergunakan (Sulastri, 2017).

4 Manipulasi dan reaksi setting time gipsum

Plaster atau gips hendaknya dicampur dengan air atau larutan PE dengan
perbandingan 100gr dengan 50 sampai 60ml. Harus dijaga agar tidak terbentuk
gelembung udara sewaktu mengaduk karena gelembung ini dapat muncul di
permukaan dan dapat menyebabkan ketidaktepatan hasil cetakan (Combe,1992).
Tahap tahap manipulasi gipsum:

1. Pemilihan
Untuk proses awal, harus dilakukan pemilihan gips berdasarkan aplikasi yang
akan dibuat. Sebagai contoh dental plaster dipilih karena rendahnya kebutuhan fisik
dan biaya yang digunakan dalam proses manipulasi. Namun ada kalanya kita memilih
dental stone karena dibutuhkan kekuatan dan akurasi yang bagus dalam working
castnya. Di beberapa instansi, sebuah kombinasi yang terdiri dari satu atau lebih
produk gipsum sangat cocok karena dapat mengurangi pengeluaran biaya.
2. Menakar dan Menimbang
Pengukuran dapat menggunakan alat silinder pengukuran. Rasio powder dan air
mempengaruhi kekuatan stone sehingga jumlah air harus serendah mungkin.
Perbandingan air dan bubuk gipsum (W/P ratio) (McCabe, 2014):
- Tipe 1
w/p ratio 3:4 yaitu sama dengan 50-75 ml air : 100 gram bubuk gipsum.
- Tipe 2
w/p ratio 1:2 yaitu sama dengan 45-50 ml air : 100 gram bubuk gipsum.
- Tipe 3
w/p ratio 1:3 yaitu sama dengan 28-30 ml air : 100 gram bubuk gipsum.
- Tipe 4
w/p ratio 1:4 yaitu sama dengan 22-24 ml air : 100 gram bubuk gipsum.
- Tipe 5
w/p ratio 1:5 yaitu sama dengan 18-22 ml air : 100 gram bubuk gipsum
3. Pengadukan
Dalam melakukan pengadukan perlu dihindari terjadinya gelembung karena
dapat menyebabkan porous.Dalam melakukan pengadukan menggunakan spatula dan
bowl. Air dituangkan dahulu pada bowl lalu disusul dengan powder sedikit demi
sedikit sambil diaduk.Bowl yang benar harus lentur sehingga dapat divibrasi dengan
tangan.
Dari awal pengadukan hingga pengerasan memerlukan waktu.Waktu pengadukan
(± 1 menit),dari awal penambahan bubuk dan air (Anusavice, 2003).
4. Setting time
Setting time adalah waktu yang diperlukan gips untuk menjadi keras dan dihitung
sejak gips kontak dengan air. Setting time terdapat dua tahap yaitu:
a. Initial setting time
Setelah pengadukan selama 1 menit, waktu kerja mulai dihitung. Pada masa
ini, adonan gips dituang ke dalam cetakan dengan bantuan vibrator mekanis.
Ketika viskositas dari adonan meningkat, daya alir akan berkurang dan gips akan
kehilangan tampilan mengkilatnya (loss of gloss). Loss of gloss tersebut
menandakan bahwa gips sudah mencapai setting awalnya. Pada saat setting awal
dicapai, bahan gips tidak boleh dikeluarkan dari cetakan. Selain itu, pada reaksi
pengerasan ini terdapat reaksi eksoterm (Anusavice, 2003)..
b. Final setting
Reaksi kimia selesai dan model terasa dingin kemudian dilakukan penanganan
model.Jika ingin gips lebih lunak,maka diberi air mengalir dan bukan di
rendam.Pemberian air ini bertujuan agar gips tidak menjadi keras,karena pada
saat direndam di air terjadi reaksi higroskopik. Pertumbuhan kristal yang terjadi
menjadi lebih cepat sehingga ekspansi pengerasan dapat lebih besar bila produk
gipsum dibiarkan mengeras di dalam air. (Combe,1992).
 Reaksi setting time pada gipsum:

Kalsium sulfat hemihidrat + air  kalsium sulfat dihidrat + panas

Rekasi kimia = (CaSO4)2. H2O2 + 3H2O  2CaSO4.2H2O + panas

Proses yang terjadi saat setting time:

1) Kalsium sulfat hemihidrat larut dan bereaksi dengan air membentuk kalsium
sulfat dihidrat .
2) Terjadi presipitasi kristal kalsium sulfat dihidrat  bahan menjadi kaku tetapi
tidak keras, dapat diukir tapi tidak dapat dibentuk, ekspansi thermis dan panas
berlangsung, secara visual ditandai dengan loss of gloss (hilangnya
kemengkilatan/timbulnya kemuraman)  INITIAL SETTING
3) Bahan keras, kaku, eksapansi thermis dan panas sudah berakhir, dan gips
dapat dilepas dari cetakan tanpa distorsi/patah  FINAL SETTING

5 Faktor yang mempengaruhi manipulasi gipsum dan reaksi setting time


gipsum
a. Perbandingan air dan serbuk: Semakin banyak air yang digunakan maka
nukleus dalam volume yang terjadi semakin kecil/sedikit sehingga setting
timenya menjadi panjang (Anusavice, 2003).
b. Waktu pengadukan : Semakin lama dan semakin cepat plaster tercampur
maka setting time akan semakin pendek. Beberapa material gips akan
membentuk kristal secara cepat saat serbuk berkontak dengan air. Dalam
pengadukan : terbentuk kristal, dan pada waktu yang bersamaan terjadi
pemecahan kristal oleh karena spatulasi sehingga pembentukan nukleus kristal
semakin meningkat, dan setting time akan menjadi pendek (Anusavice, 2003).
c. Temperatur: Walaupun secara umum kenaikan temperatur akan mempercepat
reaksi tetapi pada pencampuran gip temperatur akan memberikan efek yang
berbeth. Apabila temperatur air sampai dibawah 50°C maka akan sedikit
mempercepat setting time. tetapi apabila temperatur air lebih dan 50°C akan
berlaku sebagai redarder. Apabila temperatur mendekati 100°C maka tidak
akan ada reaksi yang terjadi (Anusavice, 2003).
d. Penyimpanan: Gips dapat menyerap air dan lingkungan. Kelembaban dan
tempat yang dekat dengan sumber air akan berpengaruh buruk pada
powdernya. Hal ini akan mempengaruhi waktu setting, sehingga gips
sebaiknya disimpan dalam kontainer tertutup (Anusavice, 2003).
e. Kontaminasi: Apabila kalsinasi tidak komplit sehingga terdapat partikel
gipsum atau pabrik memang menambahkan partikel gipsum maka setting
timenya akan diperpendek oleh karena potensial nukleus untuk kristalisasi
meningkat (Anusavice, 2003).
f. Bahan tambahan: Metode paling praktis dan efektif dalam mengontrol setting
time adalah dengan menambahkan berbagai material kimia pada pencampuran
plaster atau stone. Apabila material tambahan memperpendek setting time
dinamakan accelerator, sedangkan untuk memperpanjang setting time
dinamakan retarder. Retarder biasanya berefek dengan membentuk lapisan
permukaan pada hemihidrat sehingga kelarutamiya menumn dan pada kristal
gipsum untuk menghambat pertumbuhan kristal. contohnya: gelatin, lem,
garam. sitrat, asetat dan borat. Accelerator mempengaruhi kelarutan
hemihidrat. Garam dalam konsentrasi kecil at mempercepat setting time tetapi
apabila konsentrasinya besar menjadi retarder. Contoh material accelerator :
Potassium sulfat dipakai dengan konsentrasi lebih dan 2 atau 3 persen
(Anusavice, 2003).

Tabel Karakteristik Gipsum. Sumber : Anusavice KJ. Phillips Science Of


Dental Material. 11th Ed, 2003; hal. 170
DAFTAR PUSTAKA

Annusavice, Kenneth J. 2003. Philips: buku ajar ilmu bahan kedokteran gigi.
Jakarta:EGC
Combe, EC. 1992. Sari Dental Material. Penerjemah: Slamet Tarigan. Jakarta:Balai
Pustaka
Craig, R.Power, J. 2002. Restorative Dental Materials: 11thEdition. London: The CV
Mosby Co.
Ireland, Robert. 2014. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC.

McCabe, JF. 2014. Bahan Kedokteran Gigi Ed. 9. Jakarta: EGC

McCabe JF, Walls AWG. Applied dental materials. 9th ed. Oxford: Blackwel
Publishing Ltd; 2008, p. 32

Sentono Kunrat, Toton, 1992. Diktat Gypsum Jakarta. Elisa. 2011. Biomaterial
Kedokteran Gigi. Diakses dari http://elisa.ugm.ac.id [Diakses pada 27
Februari 2015]
Subeqi, Danang, Helal Soekartono, dan Endanus Harijanto. 2012. Combined design
of mechanic electrical spatulating with vibration tool for gypsum. Jurnal
PDGI. Vol. 61, No. 3, September-Desember 2012. Hal. 92-95.

Sulastri, Siti. 2017. Dental Material. Pusat Pendidikan SDM Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI.

Steward, Marcia. 2013. Clinical Aspect of Dental Material:Theory, Practice and


Cases-4th ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer
business.

You might also like