You are on page 1of 9

TUGAS EVALUASI PROSES & HASIL

PEMBELAJARAN KIMIA
ALAT EVALUASI

Disusun Oleh:
KELOMPOK 1
Riza Gustia (A1C109020)
Janharlen P (A1C109044)
Zunarta Yahya (A1C109027)
Widi Purwa W (A1C109030)
Dewi Mutiarani (A1C109035)
Laela Ermayanti (A1C109011)
Umi kalsum (A1C109049)
Pipi siana sari ET (A1C109048)
Ahmad rozi (A1C109047)
Lara astrianda (A1C109031)
Dody eka P (A1C109045)

Dosen Pengampu : Drs. Fuldiaratman, M.Pd

PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS JAMBI
2012
ALAT EVALUASI

Dalam pengertian umum, alat adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk
mempermudah seseorang dalam melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih
efektif dan efisien. Kata ”alat” biasa juga disebut dengan istilah instrumen”. Dengan
demikian maka alat evaluasi juga dikenal dengan instrumen evaluasi. Dengan pengertian
tersebut maka alat evaluasi dikatakan baik apabila mampu mengevaluasi sesuatu yang
dievaluasi dengan hasil seperti keadaan yang dievaluasi. Secara garis besar, alat evaluasi
yang biasa digunakan dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu bukan tes (non test) dan
tes. Selanjutnya bukan tes (non test) dan tes ini juga disebut sebagai teknik evaluasi.

a. Bukan tes (non test).


Yang tergolong dalam alat ukur non test adalah:
1. Skala bertingkat (rating scale).
2. Kuesioner (questionair).
3. Daftar cocok (check list).
4. Wawancara (interview).
5. Pengamatan (observation).
6. Riwayat hidup.

Berikut keterangan dari setiap alat pengukur tersebut:


1) Skala bertingkat (rating scale).
Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil
pertimbangan. Seperti Oppenheim mengatakan: Rating gives a numerical value to some kind
of judgement, maka suatu skala selalu disajikan dalam bentuk angka. Kita dapat menilai
hampir segala sesuatunya dengan skala. Dengan maksud agar pencatatannya dapat objektif
maka penilaian terhadap penampilan atau penggambaran kepribadian seseorang disajikan
dalam bentuk skala.
2) Kuesioner (questionair).
Kuesioer sering juga dikenal sebagai angket. Pada dasarnya kuesioner adalah sebuah daftar
pertanyaan yang harus diisi orang yang akan diukur (responden). Dengan kuesioner ini orang
dapat diketahui tentang keadaan/data diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapatnya,
dan lain-lain.
Tentang macam kuesioner, dapat ditinjau dari beberapa segi.
a). Ditinjau dari segi siapa yang menjawab.
- Kuesioner langsung.
Jika kuesioner tersebut dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang akan dimintai jawaban
tentang dirinya.
- Kuesioner tidak langsung.
Adalah kuesioner yang dikirimkan oleh bukan orang yang diminta keterangannya.
b). Ditinjau dari segi cara menjawab.
- Kuesioner tertutup.
Adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pelihan jawaban lengkap pengisi hanya
tinggal memberi tanda pada jawaban yang akan dipilih.
- Kuesioner terbuka.
Adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga para pengisi bebas mengemukakan
pendapatnya. Kuesioner digunakan untuk meminta pendapat orang.

3) Daftar cocok (ceck list).


Yang dimaksud dengan daftar cocok adalah deretan pertanyaan (yang biasanya singkat-
singkat), dimana responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok di tempat
yang sudah disediakan.

4) Wawancara (interview).
Wawancara adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari
responden dengan jalan tanya jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini
responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan. Pertanyaan
hanya diajukan oleh subjek evaluasi.
Wawancara dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
- Wawancara bebas, dimana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan
pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh subjek evaluasi.
- Wawancara terpimpin, dilakukan oleh subjek evaluasi dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun terlebih dahulu. Jadi dalam hal ini responden pada
waktu menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah dipersiapkan.
5) Pengamatan (observation).
Pengamatan adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara
teliti serta pencatatan secara sistematis.
Ada 2 macam observasi:
- Observasi partisipan, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat, tetapi dalam pada itu
pengamat memasuki dan mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati.
- Observasi sistematik, yaitu observasi dimana faktor-faktor yang diamati sudah didaftar
secara sistematis dan sudah diatur menurut kategorinya. Berbeda dengan observasi partisipan,
maka dalam observasi sistematik ini pengamat berada diluar kelompok.

6) Riwayat hidup.
Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa
kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup, maka subjek evaluasi akan dapat menarik
suatu kesimpulan tentang kepribadian, keabiasaan, dan sikap dari objek yang dinilai.

b. Tes.
Dalam kenyataannya ada bermacam-macam rumusan berkaitan dengan tes.
Di dalam bukunya yang berjudul Evaluasi Pendidikan, Drs. Amir Daien Indrakusuma
mengatakan demikian:
”Tes asalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data
atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh
dikatakan tepat dan cepat”.
Selanjutnya, di dalam bukunya; Teknik-teknik Evaluasi, Muchtar Bukhori mengatakan:
”Tes adalah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil
pelajaran tertentu pada seorang murid atau kelompok murid”.
Definisi selanjutnya adalah definisi yang dikutipkan dari Webster’s Collegiate.
Tes = any series of questions or exercises or other means of measuring the skill, knowledge,
intelligence, capacities of aptitudes or an individual or group.
Yang kurang lebih artinya sebagai berikut:
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur
ketrampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu
atau kelompok.
Dari beberapa kutipan dan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tes merupakan suatu alat
pengumpul informasi tetap jika dibandingkan dengan alat-alat yang lain, tes ini bersifat lebih
resmi karena penuh dengan batasan-batasan.

Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, maka dibedakan atas adanya 3 macam
tes, yaitu:
1. Tes diagnostik.
2. Tes formatif.
3. Tes sumatif.

Berikut keterangan masing-masing tes diatas:


1. Tes diagnostik.
Adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga
berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat.

2. Tes formatif.
Dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu
program tertentu. Dalam kedudukannya seperti ini tes formatif dapat juga dipandang sebagai
tes diagnostik pada akhir pelajaran. Evaluasi formatif atau tes formatif diberikan pada akhir
setiap program. Tes ini merupakan post-test atau tes akhir proses.
Evaluasi formatif mempunyai manfaat, baik bagi siswa, guru, maupun program itu
sendiri.
a. Manfaat bagi siswa.
- Digunakan untuk mengetahui apakah siswa menguasai bahan program secara menyeluruh.
- Merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa.
Denga n mengetahui bahwa tes yang dikerjakan sudah menghasilkan skor yang tinggi sesuai
dengan yang diharapkan maka siswa merasa mendapat ”anggukan kepala” dari guru, dan ini
merupakan suatu tanda bahwa apa yang sudah dimiliki merupakan pengetahuan yang sudah
benar. Dengan demikian maka pengetahuan itu akan bertambah membekas diingatan. Di
samping itu, tanda keberhasilan suatu pelajaran akan memperbesar motivasi siswa untuk
belajar lebih giat, agar dapat mempertahankan nilai yang sudah baik itu atau akan
memperoleh yang lebih baik lagi.
- Usaha perbaikan.
Dengan umpan balik (feed back) yang diperoleh setelah melakukan tes, siswa mengetahui
kelemahan-kelemahannya. Bahkan dengan teliti siswa mengetahui bab atau bagian dari bahan
yang mana yang belum dikuasainya. Dengan demikian, akan ada motivasi untuk
meningkatkan penguasaan.
- Sebagai diagnosis.
Bahan pelajaran yang sedang dipelajari oleh siswa merupakan serangkaian pengetahuan,
ketrampilan, atau konsep. Dengan mengetahui hasil tes formatif, siswa dengan jelas dapat
mengetahui bagian mana dari bahan pelajaran yang masih dirasakan sulit.

b. Manfaat bagi guru.


- Mengetahui sampai sejauh mana bahan yang diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa.
Hal ini akan menentukan pula apakah guru itu harus mengganti cara menerangkan (strategi
mengajar) atau tetap dapat menggunakan cara (strategi) yang lama.
- Mengetahui bagian-bagian mana yang belum bisa dipahami oleh siswa. Apabila bagian
yang belum dikuasai kebetulan merupakan bahan prasyarat bagi bagian pelajaran yang lain,
maka bagian itu harus diterangkan lagi, dan barangkali memerlukan cara atau media lain
untuk mengganggu kelancaran pemberian bahan pelajaran selanjutnya, dan siswa akan
semakin tidak dapat menguasainya.
- Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang akan diberikan.

c. Manfaat bagi program.


Setelah diadakan tes formatif maka diperoleh hasil. Dari hasil tersebut dapat diketahui:
- Apakah program yang telah diberikan merupakan program yang tepat, dalam arti sesuai
dengan kecakapan anak.
- Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-pengetahuan prasyarat yang belum
diperhitungkan.
- Apakah diperlukan alat, sarana, dan prasarana untuk mempertinggi hasil yang akan
dicapai.
- Apakah metode, pendekatan, dan alat evaluasi yang digunakan sudah tepat.

3. Tes sumatif.
Evaluasi sumatif atau tes sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok
program yang lebih besar. Dalam pelaksanaannya, tes formatif dapat disamakan dengan
ulangan harian, sedangkan tes sumatif ini dapat desamakan dengan ulangan umum yang
dilaksanakan pada tiap akhir semester.

Ada beberapa manfaat tes sumatif, dan 3 diantarannya yang terpenting adalah:
- Untuk menentukan nilai.
Apabilates formatif terutama digunakan untuk memberikan informasi demi perbaikan
penyampaian, dan tidak digunakan untuk memberikan nilai atau tidak digunakan untuk
penentuan kedudukan seorang siswa di antara teman-temannya (grading), maka nilai dari tes
sumatif ini digunakan untuk menentukan kedudukan siswa.
- Untuk menentukan dapat atau tidaknya seorang siswa mengikuti kelompok dalam
menerima program berikutnya. Dalam kepentingan seperti ini maka tes sumatif berfungsi
sebagai tes prediksi.
- Untuk mengisi catatan kemajuan belajar siswa yang akan berguna bagi orang tua siswa,
pihak bimbingan dan penyuluhan di sekolah, dan pihak-pihak lain apabila siswa tersebut akan
pindah ke sekolah lain.

Alat ukur yang baik, yaitu alat ukur yang memiliki sifat- sifat sebagai berikut:
a. Alat ukur tersebut harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Kalau ingin
mengukur IQ hendaknya menggunakan tes IQ dan kalau ingin mengukur sikap hendaknya
menggunakan tes sikap.
b. Alat ukur tersebut harus mempunyai taraf konsistensi yang tinggi, pengukuran yang
berulang-ulang dalam kondisi yang sama, dan menggunakan alat ukur yang sama, harus
menghasilkan ukuran yang sama. Alat ukur menjadi tidak reliabel kalau pengukuran yang
berulang-ulang dalam kondisi yang sama dan alat ukur yang sama menghasilkan ukuran yang
berbeda.
c. Alat ukur tersebut harus mampu mengukur keseluruhan komponen atau aspek yang
membangun konsep tertentu yang diukur. Bila konsep yang diukur terdiri dari aspek A, B, C,
dan D, maka keempat aspek tersebut harus dapat terukur semuanya.
d. Alat ukur tersebut bersifat netral atau "apa adanya", tidak mengandung prasangka dan tidak
berusaha "menggiring" jawaban. Misalnya alat ukur sikap; pertanyaannya harus benar-benar
netral tidak mengarahkan pada sikap tertentu, positif ataupun negatif.
e. Alat ukur hendaknya dapat digunakan dengan "gampang"; kapan saja dan di mana saja,
dalam artian tidak terlalu terikat oleh kondisi dan situasi.
C. Prosedur penggunaan alat pengukuran dalam evaluasi pembelajaran.
Adapun prosedur penggunaan alat pengukuran dalam evaluasi pembelajaran yaitu :
1. Tujuan utama kegiatan pengukuran dalam evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui
apakah kompetensi dasar yang seharusnya dicapai dalam serangkaian pembelajaran sudah
dikuasai siswa atau belum.
2. Untuk menentukan ketepatan aspek yang hendak diukur untuk suatu kompetensi perlu
disusun prosedur penilaian yang biasanya dituangkan dalam kisi-kisi pengukuran, seperti:
a) Menetapkan aspek yang hendak diukur.
b) Alat penilaian, seperti tes prestasi belajar, dan pengumpulan dokumen.
c) Menentukan teknik pengukurannya, seperti tes tertulis, lisan, dan perbuatan.
d) Menentukan bentuk soal atau tugas dengan pedoman penyekorannya.
3. Pengumpulan informasi dapat dilakukan dalam suasana resmi maupun tidak resmi, di
dalam atau di luar kelas, menggunakan waktu khusus misalnya untuk penilaian aspek sikap
atau nilai dengan tes atau nontes atau terintregasi dalam seluruh kegiatan belajar mengajar
(diawal, tengah, akhir). Di sekolah sering digunakan istilah tes untuk kegiatan Penilaian
Berbasis Kelas dengan alasan kepraktisan, karena tes sebagai alat ukur sangat praktis
digunakan untuk melihat prestasi siswa dalam kaitannya dengan tujuan yang telah ditentukan.
4. Bila informasi tentang hasil belajar siswa telah terkumpul dengan jumlah yang memadai,
maka guru perlu membuat keputusan terhadap prestasi siswa:
a) Apakah siswa telah mencapai tujuan pembelajaran seperti yang telah ditetapkan?
b) Apakah siswa telah memenuhi syarat untuk maju ke tingkat lebih lanjut?
c) Apakah siswa harus mengulang bagian-bagian tertentu?
d) Apakah siswa harus memperoleh cara lain sebagai pendalaman?
e) Apakah siswa perlu menerima pengayaan?
f) Pengayaan apa yang perlu diberikan?
g) Apakah perbaikan dan pendalaman program atau kegiatan pembelajaran, pemilihan
bahan atau buku ajar, dan penyusunan silabus telah memadai?
5. Merencanakan alat penilaian yang sesuai meliputi:
a) mengidentifikasi kompetensi dan indikator yang ada dalam kurikulum,
b) menentukan jenis tagihan dan bentuk alat penilaian yang relevan dengan indikator,
c) menjabarkan indikator menjadi soal/ pedoman penyekoran (rubrik),
d) megumpulkan data dengan alat penilaian,
e) menganalisis data, dan
f) mengambil simpulan dan keputusan. Secara rinci langkah penilaian untuk
mengetahui pencapaian kompetensi tersebut diuraikan berikut.
6. Menentukan kompetensi dasar yang akan dinilai
7. Merinci aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang akan berkaitan dengan
kompetensi dan indikator kompetensi dalam kurikulum. Hal ini ditempuh karena tidak semua
indikator pada kurikulum sudah bersifat rinci. Guru perlu merinci lagi atau menambahkan
indikator yang ada dalam kurikulum. Dalam kurikulum BI, indikator pengetahuan dan
keterampilan telah terdapat pada kurikulum. Indikator sikap belum terdapat pada indikator
sehingga guru perlu menganalisis aspek life skill yang akan dinilai. Dari hasil pengamatan,
terdapat beberapa indikator yang sudah cukup rinci dan ada indikator yang masih umum,
sehingga guru perlu menganalisis lagi indikator yang sesuai dengan konstruk kompetensi
dasar. Dari indikator yang sudah rinci tersebut direncanakan berbagai informasi yang akan
dikumpulkan beserta alat penilaiannya dan waktu pengumpulannya.

You might also like