You are on page 1of 17

TUGAS AKHIR SEMESTER FILSAFAT UMUM

MAKALAH YANG DI REFLEKSIKAN : MAKALAH POSITIVISME

A. Argumen Penulis Tentang Positivisme


Sebelum membahas lebih dalam tentang positivisme terlebih dahulu
kita harus tahu apakah positivisme itu? Positivisme berasal dari kata “positif”.
Kata positif disini sama artinya dengan faktual, yaitu apa yang berdasarkan
fakta-fakta. Menurut positivisme, pengetahuan kita tidak pernah boleh
melebihi fakta-fakta. Dengan demikian, maka ilmu pengetahuan empiris
menjadi contoh istimewa dalam bidang pengetahuan. Maka filsafat pun harus
meneladani contoh itu. Oleh karena itu pulalah positivisme menolak cabang
filsafat metafisika. Menanyakan “hakikat” benda-benda atau “penyebab yang
sebenarnya”, termasuk juga filsafat, hanya menyelidiki fakta-fakta dan
hubungan yang terdapat antara fakta-fakta. Tugas khusus filsafat adalah
mengoordinasikan ilmu-ilmu pengetahuan yang beraneka ragam coraknya.
Tentu saja, maksud positivisme berkaitan erat dengan apa yang yang dicita-
citakan oleh empirisme. Positivisme pun mengutamakan pengalaman. Hanya
saja, berbeda dengan empirisme Inggris yang menerima pengalaman batiniah
atau subjektif sebagai sumber pengetahuan , positivisme tidak menerima
sumber pengetahuan melalui pengalaman batiniah tersebut. Ia hanya
mengandalkan fakta-fakta belaka.

Istilah positivisme paling tidak mengacu pada dua hal berikut : pada
teori pengetahuan (epistemologi) dan pada teori (akal budi) manusia. Sebagai
teori tentang perkembangan sejarah manusia, istilah posivisme identik dengan
tesis comte sendiri mengenai tahap-tahap perkembangan akal budi manusia,
yang secara linier bergarak dalam urut-urutan yang tidak terputus.
Perkembangan itu bermula dari tahap mistis atau teologi

Istilah positivisme digunakan pertama kali oleh Saint Simon (sekitar


1825). Positivisme berakar pada empirisme, prinsip filosofik tentang
positivisme dikembangkan pertama kali oleh empiris Inggris Francis Bacon

[Type the company name]


1
(sekitar 1600). Tesis positivisme adalah: bahwa ilmu adalah satu-satunya
pengetahuan yang valid, dan fakta-fakta sejarah yang mungkin dapat menjadi
obyek pengetahuan. Dengan berdasarkan alasan tersebut positivisme menolak
keberadaan segala kekuatan atau subyek di belakang fakta, menolak segala
penggunaan metode diluar yang digunakan untuk menelaah fakta.

Atas kesuksesan teknologi industri abad VXIII positivisme


mengembangkan pemikiran tentang ilmu universal bagi kehidupan manusia,
sehingga berkembang etika, politik, dan agama yang positivistic. Dalam
pengembangannya ada tiga positivisme, yaitu positivisme sosial, positivisme
evolusioner, dan positivisme kritis.

1. Positivisme Sosial. Positivisme sosial merupakan penjabaran lebih jauh dari


kebutuhan masyarakat dan sejarah. Auguste Comte dan John Stuart Mill
merupakan tokoh-tokoh utama positivisme sosial.
2. Positivisme Evolusioner. Positivisme evolusioner berangkat dari phisika dan
biologi. Digunakan doktrin evolusi biologik.
3. Positivisme Kritis.
Dari ketiga positivisme diatas akan dibahas positivisme Auguste Comte
dilihat dari analisa epistimologis dan nilai etisnya terhadap sains. Menghadapi
filsafat positivisme Auguste Comte, disatu fihak orang mengatakan bahawa
filsafat tersebut tidak lebih dari sebuah metode atau pendirian saja. Sedangkan
dilain pihak orang mengatakan bahwa filsafat positivisme itu merupakan
“sistem afirmai” sebuah konsep tentang dunia dan manusia. H.J. Pos
berpendapat bahwa sejarah ilmu pengetahuan di abad ke-19 tidak dapat ditulis
tanpa positivisme Orang tidak mugkin dapat menolak kenyataan bahwa filsafat
positivisme Auguste Comte mempunyai arti dan tempat tersendiri hanya di
bidang filsafat Barat, sedang pengaruhnya tersebar luas, tidak hanya dibidang
ilmu filsafat, melainkan juga dibidang atau cabang ilmu pengetahuan lain.
Sebutan “positivisme” bagi suatu aliran filsafat muncul kembali diabad ke-20
sekarang ini, yaitu dengan hadirnya aliran filsafat positivisme abad ke-19 dan
filsafat positivisme abad ke-20.

[Type the company name]


2
Ketiga aliran itu kemudian berkembang lebih lanjut menjadi
positivisime modern, yang dibagi kepada dua aliran besar, yaitu positivisme
linguistik dan positivisme fungsional. Selain itu juga berkembang aliran
positivisme logik (logical positivisme) yang dikenal dengan neo positivisme.

1. Positivisme Sosial
Posivisme sosial merupakan penjabaran lebih jauh dari kebutuhan
masyarakat dan sejarah. August Comte dan John Stuart Mill merupakan
tokoh-tokoh utama positisme sosial. Sedangkan para perintisnya adalah
Saint Simon dan para penulis sosialistik dan utilitarian; yangkaryanya Juga
dekat dengan tokoh besar dalam ekonomi: Thomas Malthus dan David
Ricardo.

a. Filsafat Positivistik August Comte


August Comte (1798-1875) terkenal dengan penjenjangan
sejarah alam piker manusia, yaitu: teologi, metafisik dan positif.
Pertama, tahap teologis. Disini , peristiwa-peristiwa dalam alam
dijelaskan dengan istilah-istilah kehendak atau tingkah dewa-dewi.
Kedua, tahap metafisik. Disini, peristiwa-peristiwa tersebut dijelaskan
melalui hukum-hukum umum tentang alam. Dan ketiga, tahap positif.
Disini, peristiwa-peristiwa tersebut dijelaskan secara ilmiah. Pada
jenjang teologi, manusia memandang bahwa segala sesuatu itu hidup
dengan kemauan dan kehidupan seperti dirinya.Jenjang teologi ini
dibagi lagi kepada tiga tahap, yaitu: pertama tahap animisme
ataufetishisme, yang memandang bahwa setiap benda itu memiliki
kemauannya sendiri, kedua tahap polytheisme yang memandang
sejumlah dewa menampilkan kemauannya pada sejumlah obyek; dan
ketiga tahap monotheisms yang memandang bahwa ada satu Tuhan
yang menampilkan kemauannya pada beragam obyek. Pada jenjang
alam fikirmetafisik abstraksi kemauan pribadi berubah menjadi
abstraksi tentang sebab dan kekuatan alam semesta. Dan pada jenjang
positif, yakni yang terakhir dan tertinggi, alam fikir manusia

[Type the company name]


3
mengadakan pencarian pada ilmu absolut, mencari kemauan terakhir
atau sebab pertama. Ilmu pengetahuan positif model Comte
adalahrasionalisme Descartes dan ilmu pengetahuan alam seperti yang
dikembangkan oleh Galileo Galilei, Isaac Newton dan Francis Bacon.
Comte menyebutkan ada enam ilmu pokok yaitu: matematika,
astronomi, fisika, kimia, biologi dan sosiologi. Comte adalah tokoh
aliran positivisme yang paling terkenal. Kamu positivis percaya
bahwa masyarakat merupakan bagian dari alam dimanametode-
metode penelitian empiris dapat dipergunakan untuk menemukan
hukum-hukum sosial memasyarakatan. Aliran ini tentunya mendapat
pengaruh dari kaum empiris dan mereka sangat optimis dengan
kemajuan dari revolusi Perancis.Pendiri filsafat positivis yang
sesungguhnya adalah Henry de Saint Simon yang menjadi guru
sekaligus teman diskusi Comte. Menurut Simon untuk memahami
sejarah orang harus mencari hubungan sebab akibat, hukum-hukum
yang menguasai proses perubahan. Mengikuti pandangan 3 tahap dari
Turgot, Simon juga merumuskan 3 tahap perkembangan masyarakat
yaitu tahap Teologis, (periode feodalisme), tahap metafisis (periode
absolutisme dan tahap positif yang mendasari masyarakat industri
Comte menuangkan gagasan positivisnya dalam bukunya the Course
of Positivie Philosoph, yang merupakan sebuah ensiklopedi mengenai
evolusi filosofis dari semua ilmu dan merupakan suatu pernyataan
yang sistematis yang semuanya itu tewujud dalam tahap akhir
perkembangan. Perkembangan ini diletakkan dalam hubungan statika
dan dinamika, dimana statika yang dimaksud adalah kaitan organis
antara gejala-gejala ( diinspirasi dari de Bonald), sedangkan dinamika
adalah urutan gejala-gejala (diinspirasi dari filsafat sehjarah
Condorcet). Bagi Comte untuk menciptakan masyarakat yang adil,
diperlukan metode positif yang kepastiannya tidak dapat digugat.
Metode positif ini mempunyai 4 ciri, yaitu: Metode ini diarahkan pada
fakta-fakta, metode ini diarahkan pada perbaikan terus menerus dari

[Type the company name]


4
syarat- syarat hidup, metode ini berusaha ke arah kepastian, metode
ini berusaha ke arah kecermatan.

Metode positif juga mempunyai sarana-sarana bantu yaitu


pengamatan, perbandingan, eksperimen dan metode historis. Tiga
yang pertama itu biasa dilakukan dalam ilmu-ilmu alam, tetapi metode
historis khusus berlaku bagi masyarakat yaitu untuk mengungkapkan
hukum-hukum yang menguasai perkambangan gagasan-gagasan.

b. Positivisme Jeremy Bentham dan John Stuart Mill.


Jeremy Bentham (1748-1832) dan John Stuart Mill (1806-
1873) adalah dua orang tokoh yang memberikan landasan positivisme.
Menurut keduanya ilmu yang valid adalah ilmu yang dilandaskan
pada fakta. Etik tradisional vang dilandaskan pada moral, diganti
dengan etik yang dilandaskan pada motif perilaku, pada kepatuhan
manusia terhadap aturan. Sebagat seorangut ilitarian Mill menolak
kekuasaan absolute dari agama. Mill berpendapat bahwakebebasan
manusia itu bagaikan a sacred fortress (benteng suci) yang aman dari
penyusupan otoritas apapun.Wawasan yang menjadi marak pada,
akhir abad 20 ini. Sistem positivis dipergunakan Mill untuk segala
ilmu, baik logika, psikologi maupun etika.
2. Positivisme Evolusioner
Positivisme evolusioner berangkat dari fisika dan biologi.
Digunakan doktrin evolusi biologik. Konsep evolusi Spencer diilhami
konsep evolusi biologi. Dalam konsepnya, evolusi merupakan proses dari
sederhana ke kompleks, Pengetahuan manusia menurut Spencer terbatas
pada kawasan fenomena. Agama yang otentik mengunakan kawasan
yang penuh misteri, yang tak diketahui, yang tak terbatas, hal mana yang
fenomena tunduk kepada misteri. Sebagai perintis sosiologi, Spencer
berpendapat bahwa sosiologi merupakan disiplin ilmu teoritik yang
mendeskripsikan perkembangan masyarakat manusia. Pandangan
tersebut diterima oleh sosiolog positivistik seperti Emile Durkheim,

[Type the company name]


5
Spencer, dan selanjutnya positivist lainnya menerima penafsiran evolusi
yang bersifat hal dan abstrak yang materialistik ataupun kesadaran yang
spritualistik. Agama sering melihat materi dan ruh sebagai dua yang
dualistik. Haeckel memandang bahwa hal dan kesadaran itu
menampilkan sifat yang berbeda, tetapi mengenai substansinva yang
satu, monistik. Berbeda dengan Lombrosso yangberpendapat bahwa
perilaku kriminal itu bersifat positivistik biologik deterministik.

3. Positivisme Kritis
Yang termasuk tokoh-tokoh positivisme kritis adalah Ernst Mach,
Richard Avenarius, Karl Pearson dan JosephPetzoldt. Richard Avenarius
dan Ernst Mach, dua tokoh yang dianggap sebagai pelopor kaum
neopositivisme,mencoba memberikan fundamen bagi kepastian filsafat
dengan derajat kepastian yang sama dengan ilmu pasti. Caranya adalah
dengan menggunakan metode matematik yang dikombinasikan dengan
eksperimen. Penggunaan proposisi matematik ini dapat menjauhkan
filsafat dari segala suasana perasaan, subyektivitas dan metafisika
(Beerling, 1994: 96). Di akhir abad 19 positivisme menampilkan bentuk
yang lebih kritis dalambeberapa karya Mach dan Avenarius, yang lebih
dikenal dengan empiriocritistme. Bagi keduanya fakta adalah satu-satunva
unsuruntuk membangun realitas. Realitas baginya adalah sejumlah
rangkaian hubungan beragam hal indrawi yang relative stabil. Unsur
indrawi itu bisa berupa fisik dan bisa pula psikis. Dengan demikian
sesuatu itu adalah serangkaian relasi indrawi, dan pemikiran kita adalah
persepsi kita atau representasi dari sesuatu itu.

Konsep hukum menurut positivisme klasik merupakan relasi konstan


sejumlah fakta, sedangkan menurut Kad Pearson merupakan suatu
deskripsi tentang dunia luar, bukan persepsi. Sementara Mach memandang
hukum sebagai preskripsi tentang fenomena yang diharapkan.

[Type the company name]


6
Segaris dengan Marc, Joseph Petzoldt mengajukan konsep law of
univocal determanition sebagai pengganti prinsip kausalitas. Menurut
Petzoldt hukum ini memungkinkan orang memilih kondisi mana yang
diperhat ikan lebih efektif terhadap determinasi suatu fenomena. Pearsen
menyimpulkan hukum ilmiah adalah hukum yang hanya memberi efek
logis dan tidak perlu sampai kepada efek fisik.

4. Positivisme Linguistik
Yang mula-mula mengembangkan positivisme linguistikpada awal
abad 20 adalah de Saussure. Dia mengaplikasikan sistem logika yang
menggunakan bahasasebagai sistem logika untuk pengembangan ilmu.
Sistem logika bahasa ini disebutsebagai second order of logic yang pada
era sekarang dikenal dengan positivisme linguistik.

5. Positivisme Fungsional
Positvisme fungsional yang merupakan positivisme modem,
masih tetap menggunakan paradigma kuatitaif matematik yang
diasumsikan isomorphic dengan ilmu pengetahuan alam. Disebut
positivisme fungsional karena ia mengadopsi analogi biologik dan analogi
mekanik dalam menelaah manusia. Sistem biologik dan sistem mekanik
dipakai untuk memahami prilaku manusia.

6. Positivisme Logik (Neopositivisme)


Positivisme modern dikembangkan oleh filosof abad 20 dan
dikenal sebagai positivistik logik. Yang memberi nama positivisme logik
adalah A.E. Blumberg danHerbert Feigel pada tahun 1932. Nama laindari
empirisme logik adalah neopositivisme. Tradisi kelompok Wina yang
empiristik mengembangkan terus diskusinya. MoritzSchlik dan Rudolph
Camap ikut bergabungpula, dan mereka menjadi tokoh sentralnya.Perlu
dicatat di sini bahwa kelompok Winaini minoritas di Eropa; yang dominan
adalah tradisi Jerman yang menganut idealism Kant.

[Type the company name]


7
Positivisme Logis (disebut juga sebagai empirisme logis,
empirisme rasional, dan juga neo-positivisme) adalah sebuah filsafat yang
berasal dari Lingkaran Wina pada tahun 1920-an. Positivisme Logis
berpendapat bahwa filsafat harus mengikuti rigoritas yang sama dengan
sains. Filsafat harus dapat memberikan kriteria yang ketat untuk
menetapkan apakah sebuah pernyataan adalah benar, salah atau tidak
memiliki arti sama sekali.

lingkaran Wina (Vienna Circle) adalah tonggak monumen sejarah


bagi para filsuf yang ingin membentuk 'unified science', yang mempunyai
program untuk menjadikan metode-metode yang berlaku dalam ilmu pasti-
alam sebagai metode pendekatan dan penelitian ilmu-ilmu kemanusiaan,
termasuk di dalamnya filsafat. Gerakan para filsuf dalam Lingkaran Wina
ini disebut oleh sejarah pemikiran sebagai Positivisme Logik. Meskipun
aliran ini mendapat tantangan luas dari berbagai kalangan, tapi gaung
pemikiran yang dilontarkan oleh aliran positivisme logik masih terasa
hingga saat sekarang ini.

Perkembangan filsafat ilmu, berawal di sekitar abad 19,


diperkenalkan oleh sekelompok ahli ilmu pengetahuan alam yang berasal
dari Universitas Wina. Kemudian filsafat ilmu dijadikan mata ajaran di
universitas tersebut. Para ahli tersebut tergabung dalam kelompok diskusi
ilmiah yang dikenal sebagai lingkaran Wina (Wina circle). Kelompok
Wina menginginkan adanya unsur pemersatu dalam ilmu pengetahuan.
Dan unsur pemersatu tersebut harus beracuan pada bahasa ilmiah dan cara
kerja ilmiah yang pasti dan logis. Dan pemersatu tersebut adalah filsafat
ilmu. Lingkaran Wina adalah suatu kelompok yang terdiri dari sarjana-
sarjana ilmu-ilmu pasti dan alam di Wina, ibukota Austria. Kelompok ini
didirikan oelh Moritz Schlick pada tahun 1924, namun pertemuan-
pertemuannya sudah berlangsung sejak tahun 1922, dan berlangsung terus
menerus sampai tahun 1938. Anggota-anggotanya antara lain: Moritz

[Type the company name]


8
Schlick (1882-1936), Hans Hahn (1880-1934), Otto Neurath (1882-1945),
Hans Reichenbach (1891-1955), dan Victor Kraft (1880-1975)

Aguste Comte telah menunjukkan bahwa didalam perkembangan jiwa


manusia, baik secara individual maupun secara keseluruhan, terdapat suatu
kemajuan. Dan kemajuan itu akan dicapai, pada saat perkembangan datang
pada saat yang disebut positif. Aguste Comte berpendapat bahwa “hukum”
perkembangan itu dapat dijabarkan dari kecenderungan umat manusia yang
selalu berusaha agar dirinya dapat terus-menerus dapat memperbaiki sifat dan
keadaannya. Dalam pada itu, apa yang dimaksud dengan kemajuan disini, di
samping kemajuan dalam kehidupan bermasyarakat, juga dalam kemajuan ilmu
pengetahuan atau”scientific knowledge”.

Aguste Comte kemudian membagi ilmu pengetahuan yang bersifat


spekulatif atau teoritis tadi ke dalam ilmu pengetahuan yang abstrak atau umum
dan ilmu pengetahuan yang konkret atau kusus. Untuk membuktikan adanya
kemajuan yang telah dicapai manusia dalam ilmu pengetahuannya, Aguste
Comte menempuh cara dengan mengadakan penggolongan (klasifikasi) ilmu
pengetahuan.

Aguste Comte mengakui bahwa tujuan ilmu pengetahuan itu pada


akhirnya mengarah kepada pencapaian kekuasaan, sebagaimana semboyan
mengatakan ”knowladge is power” namun kita tidak boleh melupakan bahwa
disamping itu masih terdapat tujuan lain yang lebih tinggi, yaitu bahwa ilmu
pengetahuan memberi kepuasan kepada manusia melalui pengenalan hukum-
hukum gejala (fenomena) alam semesta, dan dengan mengenal hukum-hukum
gejala tadi, manusia akan mampu meramalkan, dan bahkan mampu pula
merubah alam itu untuk kepentingannya

Jadi, dapat disimpulkan bahwa aliran positivisme itu sendiri


merupakan sebuah peristiwa aktual, yang benar-benar terjadi dan konkret,
yang dikaji adalah sebuah aliran yang melihat sesuatu itu benar-benar terjadi
di dalam realita dan di konstruksikan dengan melalui pemikiran manusia.

[Type the company name]


9
ciri-ciri dari positivisme yaitu:
1. Bisa diamati
2. Bisa di ulang-ulang / berkelanjutan
3. Bisa di ukur atau terukur
4. Bisa di uji
5. Bisa di ramalkan atau di prediksi
Kelemahan dan kelebihan aliran positivisme
1. Kelebihan
a. Bisa membuktikan sesuatu secara pasti, jelas, faktual, konkret,
dan pasti.
b. Bisa mendorong kemampuan berfikir yang kreatif dan inovatif
c. Bisa menggali sesuatu secara teknologi
2. Kelemahan
a. Mengancam nilai-nilai spiritual manusia
b. Akan merusak sisi kemanusiaan (karena segala sesuatu akan
diukur hanya secara kasat mata)
c. Mengangkat posisi rasional kepada kedudukan yang lebih
tinggi.
B. Pendapat penulis mengenai positivisme

Setelah memahami apa yang di maksud dengan positivisme, dapat kita


lihat bahwa dalam perkembangannya postivisme terdiri dari, positivisme
sosial, positivisme evolusioner, positivisme kritis. Ketiga positivisme diatas
dibahas dalam positivisme Auguste Comte dilihat dari analisa epistimologis
dan nilai etisnya terhadap sains. Menghadapi filsafat positivisme Auguste
Comte, disatu fihak orang mengatakan bahawa filsafat tersebut tidak lebih dari
sebuah metode atau pendirian saja. Sedangkan dilain pihak orang mengatakan
bahwa filsafat positivisme itu merupakan “sistem afirmai sebuah konsep
tentang dunia dan manusia. Aguste Comte telah menunjukkan bahwa didalam
perkembangan jiwa manusia, baik secara individual maupun secara
keseluruhan, terdapat suatu kemajuan. Kemajuan itu akan dicapai, pada saat

[Type the company name]


10
perkembangan datang, pada saat yang disebut positif. Positivisme berakar
pada empirisme. Positivisme adalah: bahwa ilmu adalah satu-satunya
pengetahuan yang valid dan fakta-fakta sejarah yang mungkin dapat menjadi
obyek pengetahuan. Dengan demikian positivisme menolak keberadaan segala
kekuatan atau subyek dibelakang fakta, menolak segala penggunaan metode
diluar yang digunakan untuk menelaah fakta. Aguste Comte adalah tokoh
aliran positivisme, pendapat aliran ini adalah indera amatlah penting dalam
memperoleh pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan
diperkuat dengan eksperimen. Bila dilihat dari nilai etisnya terhadap sains
maka dapat dinyatakan bahwa apabila pradigma positivisme maka objeknya
empiris macam pengetahuannya menunjukkan sains dan dapat diukur dengan
logis dan bukti empiris.
Dalam bidang ilmu sosiologi, antropologi, dan bidang ilmu sosial lainnya,
istilah positivisme sangat berkaitan erat dengan istilah naturalisme dan dapat
dirunut asalnya ke pemikiran Auguste Comte pada abad ke-19. Comte
berpendapat, positivisme adalah cara pandang dalam memahami dunia dengan
berdasarkan sains. Penganut paham positivisme meyakini bahwa hanya ada
sedikit perbedaan (jika ada) antara ilmu sosial dan ilmu alam, karena
masyarakat dan kehidupan sosial berjalan berdasarkan aturan-aturan, demikian
juga alam.
Positivisme berakar pada empirisme. Positivisme adalah: bahwa ilmu
adalah satu-satunya pengetahuan yang valid, dan fakta-fakta sejarah yang
mungkin dapat menjadi obyek pengetahuan. Dengan demikian positivisme
menolak keberadaan segala kekuatan atau subyek di belakang fakta, menolak
segala penggunaan metode diluar yang digunakan untuk menelaah fakta.
Aguste Comte adalah tokoh aliran positivisme, pendapat aliran ini
adalah indera amatlah penting dalam memperoleh pengetahuan, tetapi harus
dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen. Karena
kekurangan inderawi dapat dikoreksi dengan eksperimen. Paham positivisme
muncul karena beberapa sebab yang melatar belakanginya diantaranya:

[Type the company name]


11
1. Ketidakpuasan terhadap dominasi positivisme, terutama terhadap latar
belakangnya yang naturalistik dan deterministik.

2. Reaksi terhadap kepercayaan akan apa yang disebut sebagai kemajuan


(progres) abad ke-19.

3. Timbul reaksi terhadap pengertian mengenai perkembangan yang telah


menjadi

mitos yang mencakup segala-galanya

Bila dilihat dari nilai etisnya terhadap sains maka dapat dinyatakan bahwa
apabila pradigma positivisme maka objeknya empiris macam pengetahuannya
menunjukkan sains dan dapat diukur dengan logis dan bukti empiris.
C. Analisis Penulis terhadap aliran Positivisme

Dengan memahami ajaran-ajaran Auguste Comte yang tercakup dalam


satu aliran filsafat yang ia sendiri memberikan namanya yaitu filsafat
positivisme. Pandangan positivisme ini, yang secara garis besar dapat
digambarkan sebagai berikut:

1. Ketidakpuasan terhadap dominasi positivisme, terutama terhadap


latar belakangnya yang naturalistik dan deterministik.
2. Reaksi terhadap kepercayaan akan apa yang disebut sebagai
kemajuan (progres) abad ke-19.
3. Timbul reaksi terhadap pengertian mengenai perkembangan yang
telah menjadi mitos yang mencakup segala-galanya.

Aguste Comte adalah tokoh aliran positivisme, pendapat aliran in


adalah indera amatlah penting dalam memperoleh pengetahuan, tetapi harus
dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen. Karena
kekurangan inderawi dapat dikoreksi dengan eksperimen Melihat dari
pernyataan Aguste Comte di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Comte
lebih menekankan pada pengamatan dan diperjelas dengan eksperimen.

[Type the company name]


12
Dari deskriptif ringkas di atas mengenai positivisme, maka dapat kita
analisis sebenarnya positivisme mempunyai beberapa kelebihan dan
kekurangan, yaitu antara lain :

1. Kelebihan Positivisme

a. Positivisme lahir dari faham empirisme dan rasional, sehingga kadar


dari faham ini jauh lebih tinggi dari pada kedua faham tersebut.

b. Hasil dari rangkaian tahapan yang ada didalamnya, maka akan


menghasilkan suatu pengetahuan yang mana manusia akan mempu
menjelaskan realitas kehidupan tidak secara spekulatif, arbitrary,
melainkan konkrit, pasti dan bisa jadi mutlak, teratur dan valid.

c. Dengan kemajuan dan dengan semangat optimisme, orang akan


didorong untuk bertindak aktif dan kreatif, dalam artian tidak hanya
terbatas menghimpun fakta, tetapi juga meramalkan masa depannya.

d. Positivisme telah mampu mendorong lajunya kemajuan disektor fisik


dan teknologi.

e. Positivisme sangat menekankan aspek rasionali-ilmiah, baik pada


epistemology ataupun keyakinan ontologik yang dipergunakan sebagai
dasar pemikirannya.
2. Kelemahan Positivisme

a. Analisis biologik yang ditransformasikan ke dalam analisis sosial


dinilai sebagai akar terpuruknya nilai-nilai spiritual dan bahkan nilai-
nilai kemanusiaan. Hal ini dikarenakan manusia tereduksi ke dalam
pengertian fisik-biologik.
b. Akibat dari ketidak percayaannya terhadap sesuatu yang tidak dapat
diuji kebenarannya, maka faham ini akan mengakibatkan banyaknya
manusia yang nantinya tidak percaya kepada Tuhan, Malaikat, Setan,
surga dan neraka. Padahal yang demikian itu didalam ajaran agama

[Type the company name]


13
adalah benar kebenarannya dan keberadaannya. Hal ini ditandai pada
saat paham positivistik berkembang pada abad ke 19, jumlah orang
yang tidak percaya kepada agama semakin meningkat.
c. Manusia akan kehilangan makna, seni atau keindahan, sehingga
manusia tidak dapat merasa bahagia dan kesenangan itu tidak ada.
Karena dalam positivistic semua hal itu dinafikan.
d. Hanya berhenti pada sesuatu yang nampak dan empiris sehingga tidak
dapat menemukan pengetahuan yang valid.
e. Positivisme pada kenyataannya menitik beratkan pada sesuatu yang
nampak yang dapat dijadikan obyek kajiaannya, di mana hal tersebut
adalah bergantung kepada panca indera. Padahal perlu diketahui
bahwa panca indera manusia adalah terbatas dan tidak sempurna.
Sehingga kajiannya terbatas pada hal-hal yang nampak saja, padahal
banyak hal yang tidak nampak dapat dijadikan bahan kajian.
f. Hukum tiga tahap yang diperkenalkan Comte mengesankan dia
sebagai teorisi yang optimis, tetapi juga terkesan lincah-seakan setiap
tahapan sejarah evolusi merupakan batu pijakan untuk mencapai
tahapan berikutnya, untuk kemudian bermuara pada puncak yang
digambarkan sebagai masyarakat positivistic. Bias teoritik seperti itu
tidak memberikan ruang bagi realitas yang berkembang atas dasar
siklus-yakni realitas sejarah berlangsung berulang-ulang tanpa titik
akhir sebuah tujuan sejarah yang final.

Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam


sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas
yang berkenaan dengan metafisik. Tidak mengenal adanya spekulasi, semua
didasarkan pada data empiris.Sesungguhnya aliran ini menolak adanya
spekulasi teoritis sebagai suatu sarana untuk memperoleh pengetahuan
(seperti yang diusung oleh kaum idealisme khususnya idealisme Jerman
Klasik).

[Type the company name]


14
Positivisme merupakan empirisme, yang dalam segi-segi tertentu
sampai kepada kesimpulan logis ekstrim karena pengetahuan apa saja
merupakan pengetahuan empiris dalam satu atau lain bentuk, maka tidak ada
spekulasi dapat menjadi pengetahuan. Terdapat tiga tahap dalam
perkembangan positivisme, yaitu:
1. Tempat utama dalam positivisme pertama diberikan pada Sosiologi,
walaupun perhatiannya juga diberikan pada teori pengetahuan yang
diungkapkan oleh Comte dan tentang Logika yang dikemukakan oleh
Mill. Tokoh-tokohnya Auguste Comte, E. Littre, P. Laffitte, JS. Mill dan
Spencer.
2. Munculnya tahap kedua dalam positivisme – empirio-positivisme –
berawal pada tahun 1870-1890-an dan berpautan dengan Mach dan
Avenarius. Keduanya meninggalkan pengetahuan formal tentang obyek-
obyek nyata obyektif, yang merupakan suatu ciri positivisme awal. Dalam
Machisme, masalah-masalah pengenalan ditafsirkan dari sudut pandang
psikologisme ekstrim, yang bergabung dengan subyektivisme.
3. Perkembangan positivisme tahap terakhir berkaitan dengan lingkaran
Wina dengan tokoh-tokohnya O.Neurath, Carnap, Schlick, Frank, dan
lain-lain. Serta kelompok yang turut berpengaruh pada perkembangan
tahap ketiga ini adalah Masyarakat Filsafat Ilmiah Berlin. Kedua
kelompok ini menggabungkan sejumlah aliran seperti atomisme logis,
positivisme logis, serta semantika. Pokok bahasan positivisme tahap
ketiga ini diantaranya tentang bahasa, logika simbolis, struktur
penyelidikan ilmiah dan lain-lain.

[Type the company name]


15
DAFTAR PUSTAKA
Muhadjir, Noeng, Filsafat Ilmu., Yogyakarta: Rakesarasin, 2001

Riyanto, Earyani Fajar, Filsafat Ilmu., Yogyakarta: Integrasi Interkoneksi


Press, 2011

Soyomukti, Nurani, Pengantar Filsafat Umum., Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,


2011

Wibisono, Koento, Arti Perkembangan Menurut Filsafat Positivisme Aguste


Comte., Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1982

[Type the company name]


16

You might also like