You are on page 1of 40

SKENARIO 3

RETARDASI MENTAL

Seorang anak perempuan usia 8 tahun, dibawa konsultasi ke seorang psikolog dengan
keluhan kesulitan belajar, terutama belajar membaca dan menulis, dalam berbicara sehari
hari tak mengalami banyak kesulitan. Klien mampu merawat diri seperti mandi, berpakaian
dan bab/bak, tetapi dalam keterampilan akademis ia banyak mendapatkan masalah sehingga
ia terpaksa tinggal kelas, karena nilai raportnya jauh dibawah rerata kelas. Dari hasil tes
psikologik diperoleh nilai Intellegence Quotien (IQ) 65, yang menunjukkan klien
menyandang Retardasi Mental Ringan. Oleh spikolog klien disarankan untuk mengikuti
pendidikan di Sekolah Luar Biasa (SLB), dengan pertimbangan biladi sekolah umum klien
akan banyak mengalami kesulitan dalam proses belajarnya.n

Dari riwayat kehidupan sosial, klien berasal dari keluarga dengan tingkat sosial ekonomi
rendah, menempati rumah kontrakan yang sempit, ditempati oleh tujuh anggota keluarga.
Sebagai anak bungsu dari lima bersaudara, klien lebih banyak diasuh oleh kakak
perempuannya yang paling tua; kedua orang tua bekerjam ayah buruh kasar dan ibu buruh
cuci, sehingga pemberian makan pada usia balita tidak sesuai dengan kebutuhan nutrisi,
padahal di usia tersebut adalah periode penting bagi pertumbuhan terutama sel sel otak.

Orangtua klien sebetulnya tidak mampu untuk memasukan anaknya ke SLB berhubung
biayanya yang tidak terjangkau untuk ukuran keluarga klien yang tergolong kaum duafa,
tetapi dengan tekad yang kuat akhirnya keluarga ini mendapat bantuan dari Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak mengelola Zakat-Infak-Shodaqoh (ZIS), dari
kewajiban orang tua klien memasukan anaknya ini ke SLB sebagai tanggung jawab dan
wujud dari kewajiban orang tua kepada anak untuk mendapatkan pendidikan khusus yang
dilanjutkan dengan pendidikan ketrampilan, agar klien dapat hidup mandiri, tidak
tergantung dengan orang lain.

STEP 2
1
MANDIRI

STEP 3

2
SASARAN BELAJAR

TIU 1 : Memahami dan Menjelaskan Retardasi Mental


1.1. Definisi
1.2. Epidemiologi
1.3. Etiologi
1.4. Klasifikasi
1.5. Manifestasi Klinis
1.6. Diagnosis dan Pemeriksaan
1.7. Penatalaksanaan
1.8. Pencegahan
1.9 Prognosis

TIU 2 : Gizi Pada Anak dan Remaja

TIU 3 : Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak

TIU 1 Memahami dan Menjelaskan Retardasi Mental

3
1.1 Definisi Retardasi Mental

Menurut WHO, retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi. Carter
CH mengatakan retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang
rendah yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap
tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal. Menurut Crocker AC 1983,
retardasi mental adalah apabila jelas terdapat fungsi intelegensi yang rendah, yang disertai
adanya kendala dalam penyesuaian perilaku, dan gejalanya timbul pada masa perkembangan.
Sedangkan menurut Melly Budhiman, seseorang dikatakan retardasi mental, bila memenuhi
kriteria sebagai berikut :

1. Fungsi intelektual umum dibawah normal


2. Terdapat kendala dalam perilaku adaptif sosial
3. Gejalanya timbul dalam masa perkembangan yaitu dibawah usia 18 tahun.

Retardasi mental ialah keadaan dengan intelegensia yang kurang (subnormal) sejak
masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan
mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utama ialah intelegensi yang
terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo = kurang atau sedikit dan fren =
jiwa) atau tuna mental.
Retardasi mental bukan suatu penyakit walaupun retardasi mental merupakan hasil dari
proses patologik di dalam otak yang memberikan gambaran keterbatasan terhadap intelektual
dan fungsi adaptif. Retardasi mental dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau
gangguan fisik lainnya.
Hasil bagi intelegensi (IQ = “Intelligence Quotient”) bukanlah merupakan satu-
satunya patokan yang dapat dipakai untuk menentukan berat ringannya retardasi mental.
Sebagai kriteria dapat dipakai juga kemampuan untuk dididik atau dilatih dan kemampuan
sosial atau kerja. Tingkatannya mulai dari taraf ringan, sedang sampai berat, dan sangat berat.

1. 2 Epidemiologi Retardasi Mental

Prevalensi retardasi mental sekitar 1 % dalam satu populasi. Di indonesia 1-3 persen
penduduknya menderita kelainan ini.4 Insidennya sulit di ketahui karena retardasi metal
kadang-kadang tidak dikenali sampai anak-anak usia pertengahan dimana retardasinya masih
dalam taraf ringan. Insiden tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak umur 10 sampai
14 tahun. Retardasi mental mengenai 1,5 kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan
dengan perempuan.

1.3 Etiologi Retardasi Mental

4
Penyebab kelainan mental ini adalah faktor keturunan (genetik) atau tak jelas sebabnya
(simpleks). keduanya disebut retardasi mental primer. Sedangkan faktor sekunder disebabkan
oleh faktor luar yang berpengaruh terhadap otak bayi dalam kandungan atau anak-anak.

Retardasi mental menurut penyebabnya, yaitu :

1. Akibat infeksi dan/atau intoksikasi. Dalam Kelompok ini termasuk keadaan retardasi
mental karena kerusakan jaringan otak akibat infeksi intrakranial, karena serum, obat
atau zat toksik lainnya.
2. Akibat rudapaksa dan atau sebab fisik lain. Rudapaksa sebelum lahir serta juga
trauma lain, seperti sinar x, bahan kontrasepsi dan usaha melakukan abortus dapat
mengakibatkan kelainan dengan retardasi mental. Rudapaksa sesudah lahir tidak
begitu sering mengakibatkan retardasi mental.
3. Akibat gangguan metabolisme, pertumbuhan atau gizi. Semua retardasi mental yang
langsung disebabkan oleh gangguan metabolisme (misalnya gangguan metabolime
lemak, karbohidrat dan protein), pertumbuhan atau gizi termasuk dalam kelompok ini.
Ternyata gangguan gizi yang berat dan yang berlangsung lama sebelum umur 4 tahun
sangat mempengaruhi perkembangan otak dan dapat mengakibatkan retardasi mental.
Keadaan dapat diperbaiki dengan memperbaiki gizi sebelum umur 6 tahun, sesudah
ini biarpun anak itu dibanjiri dengan makanan bergizi, intelegensi yang rendah itu
sudah sukar ditingkatkan.
4. Akibat penyakit otak yang nyata (postnatal). Dalam kelompok ini termasuk retardasi
mental akibat neoplasma (tidak termasuk pertumbuhan sekunder karena rudapaksa
atau peradangan) dan beberapa reaksi sel-sel optak yang nyata, tetapi yang belum
diketahui betul etiologinya (diduga herediter). Reaksi sel-sel otak ini dapat bersifat
degeneratif, infiltratif, radang, proliferatif, sklerotik atau reparatif.
5. Akibat penyakit/pengaruh pranatal yang tidak jelas. Keadaan ini diketahui sudah ada
sejak sebelum lahir, tetapi tidak diketahui etiologinya, termasuk anomali kranial
primer dan defek kogenital yang tidak diketahui sebabnya.
6. Akibat kelainan kromosom. Kelainan kromosom mungkin terdapat dalam jumlah atau
dalam bentuknya.
7. Akibat prematuritas. Kelompok ini termasuk retardasi mental yang berhubungan
dengan keadaan bayi pada waktu lahir berat badannya kurang dari 2500 gram
dan/atau dengan masa hamil kurang dari 38 minggu serta tidak terdapat sebab-sebab
lain seperti dalam sub kategori sebelum ini.
8. Akibat gangguan jiwa yang berat. Untuk membuat diagnosa ini harus jelas telah
terjadi gangguan jiwa yang berat itu dan tidak terdapat tanda-tanda patologi otak.
9. Akibat deprivasi psikososial. Retardasi mental dapat disebabkan oleh fakor-faktor
biomedik maupun sosiobudaya.

1.4 Klasifikasi Retardasi Mental

Menurut nilai IQ-nya (dikutip dari Swaiman 1989) :

5
Nilai IQ

Sangat superior 130 atau lebih

Superior 120-129

Diatas rata-rata 110-119

Rata-rata 90-110

Dibawah rata-rata 80-89

Retardasi mental borderline 70-79

Retardasi mental ringan (mampu didik) 52-69

Retardasi mental sedang (mampu latih) 36-51

Retardasi mental berat 20-35

Retardasi mental sangat berat Dibawah 20

Yang disebut retardasi mental apabila IQ dibawah 70, retardasi mental tipe ringan masih
mampu didik, retardasi mental sedang mampu latih, sedangkan retardasi mental tipe berat dan
sangat berat memerlukan pengawasan dan bimbingan seumur hidupnya.

Ditinjau dari gejalanya, maka Melly Budhiman membagi :

a) Tipe klinik
Tipe ini mudah dideteksi sejak dini, karena kelainan fisis maupun mentalnya cukup
berat. Penyebab sering kelainan organik. Kebanyakan anak ini perlu perawatan yang
terus menerus da kelainan ini dapat terjadi pada kelas sosial tinggi ataupun rendah.
Orang tua dar si anak yang menderiita retardasi mental tipe ini cepat mencari
pertolongan karena mereka melihat sendiri kelainan pada anaknya.

b) Tipe sosialbudaya
Biasanya baru diketahui setelah anak masuk sekolah dan ternyata tidak dapat
mengikuti pelajaran. Penampilannya seperti anak normal, sehingga disebut juga
retardasi enam jam. Karena begitu mereka keluar sekolah, mereka dapat bermain
seperti anak-anak yang normal lainnya. Tipe ini kebanyakan berasal dari golongan
sosial ekonomi rendah. Orang tua dari anak tipe ini tidak melihat adanya kelainan
pada anaknya, mereka mengetahui kalau anaknya retardasi dari gurunya atau dari
psikolog, karena anaknya gagal beberapa kali tidak naik kelas. Pada umumnya anak
tipe ini mempunyai taraf IQ golongan borderline dan retardasi mental ringan.
Klasifikasi retardasi mental menurut DSM-IV-TR yaitu :
1. Retardasi mental berat sekali
IQ dibawah 20 atau 25. Sekitar 1 sampai 2 % dari orang yang terkena retardasi
mental.
2. Retardasi mental berat
6
IQ sekitar 20-25 sampai 35-40. Sebanyak 4 % dari orang yang terkena retardasi
mental.
3. Retardasi mental sedang
IQ sekitar 35-40 sampai 50-55. Sekitar 10 % dari orang yang terkena retardasi mental.
4. Retardasi mental ringan
IQ sekitar 50-55 sampai 70. Sekitar 85 % dari orang yang terkena retardasi mental.
Pada umumnya anak-anak dengan retardasi mental ringan tidak dikenali sampai anak
tersebut menginjak tingkat pertama atau kedua disekolah.

1. Retardasi ringan (IQ 55-65 hingga 70)

Anak tersebut tidak selalu dibedakan dari anak-anak normal sebelum mulai bersekolah di
usia remaja akhir biasanya anak-anak tersebut dapat mempelajari keterampilan akademik
yang kurang lebih sama dengan level kelas 6. Ketika dewasa, anak-anak tersebut mampu
melakukan pekerjaan yang tidak memerlukan keterampilan atau dibalai karya, dirumah
penampungan, meskipun anak-anak tersebut mungkin membutuhkan bantuan dalam
masalah social dan keuangan. Anak-anak tersebut bias menikah dan mempunyai anak.

2. Retardasi sedang (IQ 35-40 hingga 50-55)

Anak-anak ini memiliki kelemahan fisik dan difungsi neurologis yang menghasilkan
keterampilan motorik yang normal, seperti memegang dan mewarnai didalam garis, dan
keterampilan motorik kasar, seperti berlari dan memanjat. Anak-anak ini mampu dengan
banyak bimbingan dan latihan, berpergian sendiri di daerah lokal yang tidak asing bagi
mereka, banyak yang tinggal di institusi penampungan, namun sebagian besar hidup
tergantung bersama keluarga atau dalam rumah-rumah bersama yang disupervisi.

3. Retardasi berat (IQ 20-25 hingga 35-40)

Anak-anak tersebut memiliki abnormalitas fisik sejak lahir dan keterbatasan dan
pengendalian sensorik motor. Sebagian besar dimasukkan dalam institusi penampungan
yang membutuhkan bantuan dan supervisi terus-menerus, orang dewasa yang mengalami
retardasi parah dapat berperilaku ramah. Namun biasanya hanya dapat berkomunikasi
secara singkat di level yang sangat konkret. Anak-anak tersebut hanya mampu
melakukan sedikit aktivitas secara mandiri dan sering kali terlihat lesu karena kerusakan
otak yang parah menjadikan anak tersebut relative pasif dan kondisi kehidupan mereka
hanya memberikan sedikit stimulasi. Anak tersebut mampu melakukan pekerjaan yang
sangat sederhana dengan supervisi yang terus-menerus.

4. Retardasi sangat berat (IQ dibawah 20-25)

Anak tersebut membutuhkan supervisi total dan seringkali harus diasuh sepanjang hidup
anak tersebut. Sebagian besar memiliki abnormalitas fisik berat serta kerusakan
neurologis dan tidak dapat berjalan sendiri kemanapun.
Penyebab spesifik dari retardasi mental yaitu penyebab biologis. Yang dapat
diklasifikasikan yaitu faktor genetik, penyakit infeksi, kecelakaan, dan bahaya lingkungan.

1. Penyakit gen resesif


Salah satu penyakit gen resesif yaitu fenilketonuria (PKU) , bayi saat lahir normal, tidak
lama kemudian mengalami defisiensi enzim hati, yaitu fenilalaninhidroksilase. Enzim
7
tersebut dbutuhkan untuk mengubah fenilalanin, suatu asam amino yang terkandung dalam
protein menjadi tirosin, suatu asam amino yang penting bagi produksi hormone epinephrine.
Karena defisiensi enzim ini, fenilalanin dan derifatnya asam fenilpiruvik tidak dapat terpecah
dan justru menumpuk didalam cairan tubuh. Penumpukan ini akhirnya menyebabkan
kerusakan otak yang tidak diperbaiki karena asam amino yang tidak termetabolisasi
menghambat proses myelinasi, yaitu pembungkusan akson-akson, neuron, yang penting bagi
transimsi impuls-impuls dengan cepat sekaligus merupakan transmisi informasi. Neuron-
neuron pada lobus frontalis, merupakan daerah yang berperan dalam banyak fungsi mental,
seperti pengambilan keputusan yang rasional. Sehingga menyebabkan retardasi mental
menjadi sangat berat.

2. Penyakit infeksi
Ibu hamil yang sedang mengalami penyakit infeksi seperti rubella (campak jerman),
syphilis, herpes, dll, yang merupakan infeksi kehamilan yang dapat menyebabkan cacat fisik
dan retardasi mental pada janin. Penyakit infeksi dapat mempengaruhi perkembangan otak
anak setelah lahir.

3. Kecelakaan
Beberapa kecelakaan pada umumnya yang terjadi pada masa kanak-kanak yang dapat
menyebabkan berbagai cedera otak dalam tingkat yang bervariasi dan retardasi mental.

4. Bahaya lingkungan
Beberapa polutan lingkungan dapat menyebabkan keracunan dan retardasi mental. Salah
satu jenis polutan semacam itu adalah merkuri, yang masuk kedalam dengan mengonsumsi
ikan yang mengandung merkuri. Polutan yang lain yaitu timah, kabut asap, dan asap buangan
kendaraan bermotor yang ditimbulkan oleh pembakaran bensin, sehingga menyebabkan
kerusakan ginjal, dan otak, serta anemia, retardasi mental, kejang-kejang, dan kematian.

1.5 Manifestasi Klinis

Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan
fisik yang merupakan stigmata kongenital, yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah
ke suatu sindrom penyakit tertentu. Di bawah ini beberapa kelainan fisik dan gejala yang
sering disertai retardasi mental, yaitu (Swaiman, 1989):

1. Kelainan pada mata:


1.1. Katarak
- Sindrom Cockayne
- Sindrom Down
- Sindrom Lowe
- Kretin
- Galactosemia
- Rubela pranatal, dll.

1.2. Bintik cherry-merah pada daerah makula


- Mukolipidosis
- Penyakit Tay-Sachs
- Penyakit Niemann-Pick

1.3. Korioretinitis
8
- Lues kongenital
- Rubela pranatal
- Penyakit sitomegalo virus

1.4. Kornea keruh


- Lues kongenital
- Sindrom Hurler
- Sindrom Hunter
- Sindrom Lowe, dll.

2. Kejang
2.1. Kejang umum tonik klonik
- Defisiensi glikogen sinthetase
- Hiperlisinemia
- Hipoglikemia, terutama yang disertai glycogen storage disease I, III, IV, dan
VI.
- Phenyl ketonuria
- Sindrom malabsorbsi methionin, dll.
2.2. Kejang pada masa neonatal
- Arginosuccinic asiduria
- Hiperammonemia I dan II
- Laktik asidosis, dll

3. Kelainan kulit
Bintik cafe-au-lait
- Ataksia-telengiektasia
- Sindrom Bloom
- Neurofibromatosis
- Tuberous sclerosis

4. Kelainan rambut
4.1. Rambut rontok
- Familial laktik asidosis dengan necrotizing ensefalopati
4.2. Rambut cepat memutih
- Atrofi progresif serebral hemisfer
- Ataksia telangiektasia
- Sindrom malabsorbsi methionin
4.3. Rambut halus
- Hipotiroid
- Malnutrisi

5. Kepala
- Mikrosefali
- Makrosefali
 Hidrosefalus
 Mucopolisakaridase
 Efusi subdural

6. Perawakan pendek
9
- Kretin
- Sindrom Prader-Willi

7. Distonia
- Sindrom Hallervorden-Spaz

Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai berikut:
1. Retardasi mental ringan
Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari
mereka ini termasuk dalam tipe sosial budaya, dan diagnosis dibuat setelah anak
beberapa kali tidak naik kelas. Golongan ini ternasuk mampu didik, artinya selain
dapat diajar baca tulis bahkan bisa sampai kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih keterampilan
tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang
normal. Tetapi pada umumnya mereka ini kurang mampu menghadapi stres, sehingga
tetap membutuhkan bimbingan dari keluarganya.

2. Retardasi mental sedang


Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka ini
mampu latih tetapi tidak mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat
sampai kelas 2 SD saja, tetapi dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu
misalnya pertukangan, pertanian, dll. Dan apabila bekerja nanti mereka ini perlu
pengawasan. Mereka juga perlu dilatih bagaimana mengurus diri sendiri. Kelompok
ini juga kurang mampu menghadapi stres dan kurang dapat mandiri, sehingga
memerlukan bimbingan dan pengawasan.

3. Retardasi mental berat


Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini. Diagnosis
mudah ditegakkan secara dinim karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga
berdasarkan keluhan dari orang tua dimana anak sejak awal sudah terdapat
keterlambatan perkembangan motorik dan bahasa. Kelompok ini termasuk tipe klinik.
Mereka dapat dilatih higiene dasar saja dan kemampuan berbicara yang sederhana,
tidak dapat dilatih keterampilan kerja, dan memerlukan pengawasan dan bimbingan
sepanjang hidupnya.

4. Retardasi mental sangat berat


Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik. Diagnosis dini mudah
dibuat karena gejala baik mental dan fisik sangat jelas. Kemampuan berbahasanya
sangat minimal. Mereka ini seluruh hidupnya tergantung pada orang di sekitarnya.

Ciri lain

Survei telah mengenali sejumlah ciri klinis yang lebih sering terjadi pada orang
dengan retardasi mental dibandingkan populasi umum. Ciri-ciri tersebut, yang dapat terjadi
tersendiri atau sebagai bagian dari gangguan mental, adalah hiperaktivitas, toleransi frustrasi
yang rendah, agresi, ketidakstabilan afektif, perilaku motorik stereotipik berulang, dan
perilaku melukai diri sendiri tampaknya lebih sering dan lebih kuat dengan semakin beratnya
retardasi mental. Seringkali sulit memutuskan apakah ciri klinis di atas adalah gangguan

10
mental komorbid atau sekuela langsung dari keterbatasan perkembangan yang disebabkan
oleh retardasi mental.

1.6 Diagnosis dan Pemeriksaan Retardasi Mental

Diagnosis

Diagnosis didasarkan atas kerusakan otak. Dapat terjadi mulai saat anak dilahirkan
atau mula mula berkembang normal lalu terhambat akibat kelainan yang mengganggu otak.
Observasi klinis mengenai fungsi sekarang, termasuk prestasi dalam pelajaran, keterampilan
motorik, dan kematangan emosional dan sosial. Dilakukan Pemeriksaan psikologis.

WHO memakai pembagian atas dasar psikologis yaitu : borderline ( IQ 68 – 85), mild
(53 – 67), moderate ( 36 – 51), severe (20 – 35), profound (kurang dari 20)

Untuk mendiagnosa retardasi mental dengan tepat, perlu diambil anamnesa dari orang
tua dengan teliti mengenai kehamilan, persalinan dan perkembangan anak. Bila mungkin
dilakukan juga pemeriksaan psikologik, bila perlu diperiksa juga di laboratorium, diadakan
evaluasi pendengaran dan bicara. Observasi psikiatrik dikerjakan untuk mengetahui adanya
gangguan psikiatrik disamping retardasi mental.

Tingkat kecerdasan intelegensia bukan satu-satunya karakteristik, melainkan harus


dinilai berdasarkan sejumlah besar keterampilan spesifik yang berbeda. Penilaian tingkat
kecerdasan harus berdasarkan semua informasi yang tersedia, termasuk temuan klinis, prilaku
adaptif dan hasil tes psikometrik. Untuk diagnosis yang pasti harus ada penurunan tingkat
kecerdasan yang mengakibatkan berkurangnya kemampuan adaptasi terhadap tuntutan dari
lingkungan sosial biasa sehari-hari. Pada pemeriksaan fisik pasien dengan retardasi mental
dapat ditemukan berbagai macam perubahan bentuk fisik, misalnya perubahan bentuk kepala:
mikrosefali, hidrosefali, dan sindrom down. Wajah pasien dengan retardasi mental sangat
mudah dikenali seperti hipertelorisme, lidah yang menjulur keluar, gangguan pertumbuhan
gigi dan ekspresi wajah tampak tumpul.

Kriteria diagnostik retardasi mental menurut DSM-IV-TR yaitu :

1. Fungsi intelektual yang secara signifikan dibawah rata-rata. IQ kira-kira 70 atau


dibawahnya pada individu yang dilakukan test IQ.
2. Gangguan terhadap fungsi adaptif paling sedikit 2 misalnya komunikasi, kemampuan
menolong diri sendiri, berumah tangga, sosial, pekerjaan, kesehatan dan keamanan.
3. Onsetnya sebelum berusia 18 tahun

Deteksi tumbuh kembang sebagai upaya deteksi dini

Masa lima tahun pertama merupakan masa terbentuknya dasar-dasar kepribadian manusia,
kemampuan penginderaan, berpikir, ketrampilan berbahasa dan berbicara, bertingkah laku
sosial dan sebagainya. Sedangkan masa yang paling menentukan dalam proses tumbuh
kembang seorang anak ialah masa di dalam kandungan ibunya dan kira-kira setahun
sesudahnya. Pada saat itu sel-sel otak sedang tumbuh dan menyempurnakan diri secara pesat
sekali untuk kemudian bertambah sedikit demi sedikit sampai anak berusia 5 tahun (Hutt,
11
1979). Pengertian deteksi dini kelainan tumbuh kembang balita menurut direktorat bina
kesehatan keluarga (1988) merupakan upaya penjaringan yang dilaksanakan secara terpadu
untuk menemukan penyimpangan tumbuh kembang dan mengetahui serta mengenal faktor
resiko baik fisik, biomedik maupun psikososial pada balita. Kegunaan deteksi dini ini adalah
untuk mengetahui penyimpangan tumbuh kembang pada balita secara dini, sehingga upaya
pencegahan, upaya stimulasi dan upaya penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan
dengan indikasi yang jelas sedini mungkin pada masa kritis proses pertumbuhan dan
perkembangan. Alat untuk melakukan deteksi dini berupa tes penyaring yang distandardisasi
oleh direktorat bina kesehatan keluarga (1988) untuk menjaring anak yang mempunyai
kelainan dan mereka yang normal. Macam-macam tes tersebut adalah:

 Deteksi resiko keluarga. Tes ini membantu dalam menilai keadaan keluarga apakah
keluarga tersebut memerlukan bantuan dan perhatian khusus atau tidak. Tes skrining
ini hanya dilakukan sekali saja.
 Berat badan menurut tinggi badan anak. Pengukuran berat badan anak berdasarkan
tinggi badan anak adalah cara lain yang digunakan untuk menilai status gizi anak.
Pengukuran ini dilaksanakan untuk mengetahui tumbuhnya fisik anak yang tidak
dipisahkan dengan perkembangan non fisik.
 Pengukuran lingkar kepala anak. Pengukuran lingkar kepala anak adalah cara untuk
mengetahui perkembangan otak anak. Biasanya besar tengkorak mengikuti
perkembangan otak, sehingga bila ada hambatan pada perkembangan tengkorak,
maka perkembangan otak juga terhambat.kepala anak adalah untuk mengetahui fisik
anak yang tidak dipisahkan dengan perkembangan non fisik.ak.tau tidak. untuk
 Pengukuran pra skrining perkembangan. Kuesioner pra skrining perkembangan anak
adalah suatu pertanyaan singkat yang ditujukan kepada orang tua dari anak dan
dipergunakan sebagai alat untuk melakukan skrining pendahuluan perkembangan
anak usia 3 bulan sampai 6 tahun. Bagi setiap golongan umur terdapat 10 pertanyaan
untuk orang tua dan pengasuh anak.
 Kuesioner perilaku anak pra sekolah. Kuesioner perilaku anak pra sekolah adalah
sekumpulan kondisi-kondisi perilaku yang digunakan untuk mendeteksi secara dini
kelainan perilaku anak pra sekolah (3-6).
 Tes daya lihat dan tes kesehatan mata bagi anak sekolah. Tes ini digunakan untuk
memeriksa ketajaman daya lihat serta kelainan mata pada golongan 3-6 tahun.
 Tes daya dengar anak. Tanpa pendengaran yang baik anak tidak dapat belajar
berbicara atau mengikuti pelajaran disekolah dengan baik. Karena itu penting sekali
untuk mengetahui daya dengar anak sedini mungkin.

Kepribadian manusia, kemampuan penginderaan, berpikir, ketrampilan mendeteksi kelainan


tumbuh kembang dilakukan pada anak sampai usia 6 tahun. Dengan deteksi dini diharapkan
anak yang menderita retardasi mental dapat secara dini diketahui terutama untuk retardasi
mental yang genetik, retardasi mental fungsional. dokter yang berada di tempat yang jauh
dari fasilitas lengkap maka diperlukan cara yang praktis untuk menegakkan diagnosis
retardasi mental. Diagnosis praktis dapat diartikan diagnosis yang berdasarkan observasi
wajah, bentuk dan deformitas kongenital dan interograsi genetik.

12
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan adalah kesan global : diperhatikan wajah dan tubuh,
mikrocepali, makrocepali, monolismus, tengkorak semanggi, kraniostenosis, sindroma turge-
weber, tuberosklerosis, kranium bifidum okultum, gargoilismus (Sidharta, 1979).

Tanda-tanda khas sering terdapat pada pertumbuhan ontogenik yang terganggu seperti
anophtalmus, bibir sumbing, daun telinga yang berkedudukan rendah, katarak pada bayi,
palatum durum yang terlalu tinggi, sindaktili, polidaktili, adenoma sebaseum, telapak tangan
yang gemuk dan lebar dengan jari-jari yang pendek, beberapa jari kaki yang lebar,
eritroderma ikhtioform, neurofibromatosis (Sidharta, 1979).

Diagnosis banding

Kelainan ini harus dibedakan dengan anak penyakit pada alat pendengaran atau
penglihatan , afasia, psikosis, kelainan pada proses belajar spesifik (disleksia), kelainan
konstitusi, gangguan emosional.

Anak-anak dari keluarga yang sangat melarat dengan deprivasi rangsangan yang berat
(retardasi mental ini reversibel bila diberi rangsangan yang baik secara dini). Kadang-kadang
anak dengan gangguan pendengaran atau penglihatan dikira menderita retardasi mental.
Mungkin juga gangguan bicara dan “cerebral palsy” membuat anak kelihatan terbelakang,
biarpun intelegensianya normal. Gangguan emosi dapat menghambat kemampuan belajar
sehingga dikira anak itu bodoh. “early infantile” dan skizofrenia anak juga sering
menunjukkan gejala yang mirip retardasi mental.

Pemeriksaan :

 Mata : katarak , bintik cherry merah, korioretinitis , mornea keruh.


 Kejang : Umum tonik klonik menyebabkan phenilketonuria , kejang masa neonatal
menyebabkan laktik asidosis.
 Kulit : terdapat bintik ataksia.
 Rambut : rontok, cepat memutih , halus.
 Kepala : mikrosefali,makrosefali.
 Perawakan pendek.
 Distonia.

Pemeriksaan penunjang

Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita


retardasi mental ( Shonkoff JP, 1992 ) :

13
1. Kromosomal Kariotipe

 Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas.

 Anamnesis ibu tercemar zat – zat teratogen.

 Terdapat beberapa kelainan kongenital.

 Genitalia abnormal.

2. EEG ( Elektro Ensefalogram )

 Gejala kejang yang dicurigai.

 Kesulitan mengerti bahasa yang berat.

3. CT ( Cranial Computed Tomography ) / MRI ( Magnetic Resonance Imaging )

 Pembesaran kepala yang progesif.

 Tuberous sclerosis.

 Dicurigai kelainan otak yang luas.

 Kejang lokal.

 Dicurigai adanya tumor intrakranial.

4. Titer virus untuk infeksi yang kongenital.

 Kelainan pendengaran tipe sensorineural.

 Neonatal hepatosplenomegali.

 Petechie pada periode neonatal.

 Chorioretinitis

 Mikroptalmia.

 Kalsifikasi intracranial.

 Mikrosefali.

5. Serum Asam Urat ( Uric Acid Serum ).

 Choreoatetosis.

 Gout.

14
 Sering Mengamuk.

6. Laktat dan Piruvat Darah.

 Asidosis Metabolik.

 Kejang Mioklonik.

 Kelemahan yang progresif.

 Ataksia.

 Degenerasi retina.

 Opthalmoplegia.

 Episode seperti stroke yang berulang

7. Plasma Asam Lemak Rantai Sangat Panjang.

 Hepatomegali.

 Tuli.

 Kejang dini dan hipotonia.

 Degenerasi retina.

 Opthalmoplegia.

 Kista pada ginjal.

8. Serum Seng ( Zn )

 Acrodermatitis.

9. Logam Berat dalam Darah.

 Anamnesis adanya pika.

 Anemia.

10. Serum Tembaga ( Cu ) dan Ceruloplasmin.

 Gerakan yang involunter.

 Sirosis.

15
 Cincin kayser – Fleischer.

11. Serum Asam Amino / Asam Organik.

 Kejang yang tidak diketahui sebabnya pada bayi.

 Gagal tumbuh.

 Bau yang tidak biasa pada air seni / kulit.

 Warna rambut yang tidak biasa.

 Mikrosefali.

 Asidosis yang tidak diketahui sebabnya.

12. Plasma Amonia.

 Muntah – muntah dengan asidosis metabolik.

13. Analisa Enzim Lisozom pada Lekosit / Biopsi Kulit.

 Kehilangan fungsi motorik dan kognitif.

 Atrofi N. Optikus.

 Degenerasi retina.

 Serebelar ataksia yang berulang.

 Mioklonus.

 Hepatosplenomegali.

 Kulit yang kasar dan lepas – lepas.

 Kejang.

 Pembesaran kepala yang dimulai setelah umur 1 tahun.

1.7 Penatalaksanaan Retardasi Mental

Penatalaksanaannya adalah multidimensi dan sangat individual. Tetapi perlu diingat


bahwa tidak setiap anak penaganan multidisiplin merupakan jalan terbaik. Sebaiknya dibuat
rancangan suatu strategi pendekatan bagi setiap anak secara individual untuk
mengembangkan potensi anak tersebut seoptimal mungkin. Untuk itu perlu melibatkan
16
psikolog untuk menilai perkembangan mental anak terutama kemampuan kognitifnya, dokter
anak untuk memeriksa perkembangan fisiknya, menganalisis penyebab dan mengobati
penyakit atau kelainan yang mungkin ada. Juga kehadiran dari pekerja social kadang-kadang
diperlukan untuk menilai situasi keluarganya. Atas dasar itu maka dibuatlah strategi terapi.
Psikiater bila anaknya menunjukkan kelainan tingkah laku atau bila orang tuanya
membutuhkan dukungan terapi keluarga. Ahli rehabilitasi medis bila diperlukan untuk
merangsang perkembangan motorik dan sensoriknya. Ahli terapi wicara untuk memperbaiki
gangguan bicaranya atau untuk merangsang perkembangan bicaranya. Serta diperlukan guru
pendidikan luar biasa untuk anak-anak yang retardasi mental ini.

Pada orang tuanya perlu diberikan penerangan yang jelas mengenai keadaan anaknya
dan apa yang dapat diharapkan dari terapi yang diberikan. Kadang-kadang diperlukan waktu
yang lama untuk meyakinkan orang tua mengenai keadaan anaknya maka perlu konsultasi
pula dengan psikolog atau psikiater. Disamping itu diperlukan kerja sama yang baik antara
guru dan orang tuanya, agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam strategi penanganan anak
disekolah dan dirumah. Anggota keluarga lainnya juga harus diberi pengertian agar anak
tidak diejek atau dikucilkan. Disamping itu, masyarakat perlu diberikan penerangan tentang
retardasi mental agar mereka dapat menerima anak tersebut dengan wajar.
Anak dengan retardasi mental memerlukan pendidikan khusus yang sesuaikan dengan
taraf IQ-nya. Mereka digolongkan yang mampu didik untuk golongan retardasi mental ringan
dan yang mampu latih untuk anak dengan retardasi mental sedang. Sekolah khusus untuk
anak retardasi mental ini adalah SLB-C. Di sekolah ini diajarkan juga keterampilan-
keterampilan dengan harapan mereka dapat mandiri di kemudian hari. Di ajarkan pula
tentang baik-buruknya suatu tindakan tertentu sehingga mereka diharapkan tidak memerlukan
tindakan yang tidak terpuji, seperti mencuri, merampas, kejahatan seksual dan lain-lain.

Semua anak yang retardasi mental ini juga memerlukan perawatan seperti
pemeriksaan kesehatan yang rutin, imunisasi dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya.
Anak-anak ini juga disertai dengan kelainan fisik yang memerlukan penangan khusus.
Misalnya pada anak yang mengalami infeksi pranataldengan cytomegalovirus akan
mengalami gangguan pendengaran yang progresif walaupun lambat, demikian pula anak
dengan sindrom Down dapat timbul gejala hipotiroid. Masalah nutrisi juga perlu mendapat
perhatian.

Latihan dan Pendidikan

Pendidikan anak dengan retardasi mental secara umum ialah:


1) Mempergunakan dan mengembangkan sebaik-baiknya kapasitas yang ada.
2) Memperbaiki sifat-sifat yang salah atau yang anti sosial.
3) Mengajarkan suatu keahlian (skill) agar anak itu dapat mencari nafkah kelak.

Latihan diberikan secara kronologis dan meliputi :


1) Latihan rumah: pelajaran-pelajaran mengenai makan sendiri, berpakaian sendiri,
kebersihan badan.
2) Latihan sekolah: yang penting dalam hal ini ialah perkembangan sosial.
3) Latihan teknis: diberikan sesuai dengan minat, jenis kelamin dan kedudukan sosial.

17
4) Latihan moral: dari kecil anak harus diberitahukan apa yang baik dan apa yang tidak
baik. Agar ia mengerti maka tiap-tiap pelanggaran disiplin perlu disertai dengan
hukuman dan tiap perbuatan yang baik perlu disertai hadiah.

Para peneliti berusaha mencegah retardasi mental ringan pada anak-anak yang berisiko
mengalaminya karena kondisi serta kekurangan dengan memberikan pelatihan khusus
prasekolah dan berbagai kesempatan social. Anak-anak yang mengalami retardasi mental
yang berat dapat ditinggal dirumah atau dirumah perawatan yang dilengkapi dengan layanan
pendidikan khusus dan psikologis. Hanya orang-orang yang mengalami retardasi mental yang
berat dan sangat beat serta mempunyai cacat fisik yang cenderung tinggal di berbagai
institusi mental.

1.8 Pencegahan Retardasi Mental

 Pencegahan primer dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan pada masyarakat,


perbaikan keadaan-sosio ekonomi, konseling genetik dan tindakan kedokteran
(umpamanya perawatan prenatal yang baik, pertolongan persalinan yang baik,
kehamilan pada wanita adolesen dan diatas 40 tahun dikurangi dan pencegahan
peradangan otak pada anak-anak).

 Pencegahan sekunder meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak,


perdarahan subdural, kraniostenosis (sutura tengkorak menutup terlalu cepat, dapat
dibuka dengan kraniotomi; pada mikrosefali yang kogenital, operasi tidak menolong).

 Pencegahan tersier merupakan pendidikan penderita atau latihan khusus sebaiknya


disekolah luar biasa. Dapat diberi neuroleptika kepada yang gelisah, hiperaktif atau
dektrukstif.

Konseling kepada orang tua dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan tujuan antara
lain membantu mereka dalam mengatasi frustrasi oleh karena mempunyai anak dengan
retardasi mental. Orang tua sering menghendaki anak diberi obat, oleh karena itu dapat diberi
penerangan bahwa sampai sekarang belum ada obat yang dapat membuat anak menjadi
pandai, hanya ada obat yang dapat membantu pertukaran zat (metabolisme) sel-sel otak.

1) Pencegahan Primer
Pada orang dengan Retardasi Mental yaitu usaha yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya penyakit.
 Pendidikan kesehatan pada masyarakat,
 Perlindungan terhadap penyakit-penyakit yang potensial dapat menyebabkan
Retardasi Mental, misalnya melalui imunisasi.perbaikan keadaan Sosio-
Ekonomi,
 Konseling Genetik dan Tindakan Kedokteran (seperti perawatan Prenatal yang
baik, pertolongan persalinan yang baik, kehamilan pada wanita Adolesen dan
diatas 40 tahun dikurangi dan pencegahan peradangan otak pada anak-anak).
 Pemeriksaan kehamilan yang rutin,
 Nutrisi yang baik selama kehamilan
 Program BKB ( Bina Keluarga dan Balita ) yang merupakan stimulasi mental
dini dan bisa dikembangkan juga deteksi dini maka dapat mengoptimalkan
perkembangan anak.
18
2) Pencegahan Sekunder
 Meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak
 Perdarahan Subdural
 Kraniostenosis (sutura tengkorak menutup terlalu cepat, dapat dibuka dengan
Kraniotomi; pada Mikrosefali yang Kogenital, operasi tidak menolong)

3) Pencegahan Tersier
Merupakan pendidikan penderita atau latihan khusus sebaiknya disekolah luar biasa.

Tindakan pencegahan lainnya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya RM:
a. Genetik
Penyaringan prenatal (sebelum lahir) untuk kelainan genetik dan konsultasi genetik
untuk keluarga-keluarga yang memiliki resiko dapat mengurangi angka kejadian RM
yang penyebabnya adalah faktor genetik.
b. Sosial
Program sosial pemerintah untuk memberantas kemiskinan dan menyelenggarakan
pendidikan yang baik dapat mengurangi angka kejadian RM ringan akibat kemiskinan
dan status ekonomi yang rendah.
c. Keracunan
Program lingkungan untuk mengurangi timah hitam dan merkuri serta racun lainnya
akan mengurangi RM akibat keracunan.
Meningkatkan kesadaran masyarakat akan efek dari pemakaian alkohol dan obat-
obatan selama kehamilan dapat mengurangi angka kejadian RM.
d. Infeksi
Pencegahan rubella kongenitalis merupakan contoh yang baik dari program yang
berhasil untuk mencegah salah satu bentuk RM.
Kewaspadaan yang konstan (misalnya yang berhubungan dengan kucing,
toksoplasmosis dan kehamilan), membantu mengurangi RM akibat toksoplasmosis.

1.9 Prognosis

Retardasi mental yang diketahui penyakit dasarnya, biasanya prognosisnya lebik baik.
Tetapi pada umumnya sukar untuk menemukan penyakit dasarnya. Anak dengan retardasi
mental ringan, dengan kesehatan yang baik, tanpa penyakit kardiorespirasi, pada umumnya
umur harapan hidupnya sama dengan orang yang normal. Tetapi sebaliknya retardasi mental
yang berat dengan masalah kesehatan dan gizi, sering meninggal pada usia muda.

TIU 2 Gizi pada Anak dan Remaja

a. Bayi baru lahir sampai umur 4 bulan :

Bayi mulai disusukan sedini mungkin, 3 jam setelah lahir. Waktu dan lama menyusui
disesuaikan dengan kebutuhan bayi (on demand). Hindari pemberian makanan tambahan
seperti madu, air, larutan glukosa dan makanan prelakteal lainnya.

19
Vitamin A 1500 SI dan D 400 SI mulai diberikan umur 2 bulan. Pada golongan sosioekonomi
rendah, jika gizi ibu kurang dan makannya kurang bergizi, boleh dimulai umur 1 bulan.

Buah-buahan dianjurkan mulai diberikan pada umur 3 bulan, BB minimal 4,5 kg dan tidak
ada diare. Jenis buah yang diberikan bisa pisang atau pepaya (60 gr) dalam bentuk
dihaluskan, air jeruk atau sari tomat (50-60 ml). Buah mengandung provitamin A dan vitamin
C, mineral dan sedikit kalori.

Pada bulan keempat biasanya dimulai pemberian makanan padat yang pertama dengan pada
bayi dengan BB kurang lebih 6 kg, yaitu bubur susu yang dapat dibuat dari tepung (beras atau
jagung), susu dan gula. Tujuan pemberian makanan padat mulai 4 bulan antara lain :

- Puncak produksi ASI pada bulan ketiga, sesudahnya produksi akan menetap atau
menurun.
- Kebutuhan bayi semakin meningkat untuk pertumbuhan dan aktivitasnya.
- Merupakan persiapan atau adaptasi untuk menyapih (beberapa minggu.
- Melatih gusi dan gigi bayi untuk mengunyah.

Waktu untuk memberikan makanan lunak dapat dipilih yang sesuai, misalnya jam 09.00
dengan memperhatikan bahwa kira-kira 2 jam sebelumnya tidak diberikan apa-apa. Dengan
demikian bayi menyusui sesuai dengan kebutuhannya, diberi bubur susu satu kali dan buah-
buahan satu kali. Pada umur ini dapat pula diberikan telur ayam, akan tetapi perlu waspada
terhadap kemungkinan alergi dengan gejala urtikaria. Bila terjadi hal ini, pemberian telur
ditangguhkan.

b. Bayi umur 5-6 bulan :

Dapat diberikan 1 kali bubur susu sehari, 1 kali nasi tim, buah-buahan, biskuit dan telur. Nasi
tim dapat dibuat sendiri dengan memasak 50 gr nasi. 50 gr sayur (wortel/bayam), 25 gr hati
(tahu / daging) dan 250 ml air, lalu disaring. Bila terlalu merepotkan, tersedia nasi tim instant
antara lain: Nestle, SUN, Nutricia, Promina, dan lain-lain.

Selama masa bayi nasi tim harus disaring terlebih dahulu untuk memudahkan menelannya
dan tidak banyak mengandung serat-serat yang dapat mempersulit pencernaan.

c. Umur 6-10 bulan :

Bubur susu diberikan sekali sehari yaitu pada pagi hari sebagai makan pagi, misalnya sekitar
jam 09.00, dan pada siang harinya dapat diberikan nasi tim, sebagai makan siang, sekitar jam
13.00. Pada sore hari sebagai makan malam sekitar jam 17.00 - 18.00, dapat dipilih apakah
akan memberikan nasi tim atau bubur susu.

Pengaturan makan yang berhasil pada masa bayi mempermudah pengaturan makan pada usia
selanjutnya. Pada akhir masa bayi, bayi telah dibiasakan menerima makanan padat 3 kali
20
sehari, yaitu pada waktu pagi (makan pagi), siang (makan siang) dan sore atau malam (makan
malam). Selama masa bayi telur cukup diberikan sekali sehari, bila bayi tidak alergi. Telur
dapat dimakan tersendiri setelah dimasak matang atau setengah matang atau dimakan
bersama-sama dengan nasi tim.

Makanan Buatan

Memberikan makanan buatan hanya dibenarkan bila menyusukan tidak dapat dilaksanakan,
karena :

- Terdapat keadaan yang tidak memungkinkan untuk menyusukan.


- Produksi ASI sangat kurang atau tidak ada. Indikasi ASI sudah berkurang:
- Anamnesis, apakah bayinya menangis setelah disusui, atau apakah ibu merasa
ketegangan payudaranya berkurang.
- Obyektif, dengan menimbang bayi sebelum dan sesudah disusui apakah ada kenaikan
BB, atau peras ASI dan takar selama 1 hari.
- Follow Up, apakah pertambahan BB bayi tidak memadai.
- Ibu tidak punya kesempatan karena untuk pekerjaannya harus meninggalkan rumah
jangka waktu lama.

Kebanyakan makanan untuk menggantikan ASI dibuat dari susu sapi. Hampir semuanya
terdapat dalam keadaan bubuk, hanya memerlukan pengenceran dengan air matang sebelum
diberikan kepada bayi.

Makanan pengganti ASI dapat dikelompokkan sebagai berikut :

 Menurut rasanya : manis dan asam. Contoh pengganti ASI yang manis ialah susu sapi
yang diencerkan sendiri, SGM, S-26, Morinaga manis, Isomil, Enfamil, Vitalac, dan
lain-lain. Contoh pengganti ASI asam ialah Camelpo-2, Eledon, Dumex, Cap Bendera
Asam.
 Menurut pH cairan : diasamkan (acidified, acidulated) dan tidak diasamkan (non
acidified, non-acidulated). Contoh dan sifat serupa dengan pengganti ASI asam yang
manis dan asam.
 Menurut kadar nutrien : pengganti ASI rendah laktosa, misalnya Almiron Isomil,
Sobee, Nutramigen. Pengganti ASI rendah lemak misalnya Eledon, pengganti ASI
dengan lemak yang terdiri dari asam lemak dengan rantai C8-10, misalnya Portagen.
 Menurut bahan atau sumber protein : Pengganti ASI dari kacang kedele, misalnya
Sobee, Isomil. Umumnya pengganti ASI dari bahan makanan yang tidak berasal dari
susu digunakan untuk bayi yang alergi terhadap susu ibu atau susu sapi.
 Menurut maksud penggunaan : pengganti ASI yang dimaksudkan untuk
menggantikan peranan ASI atau untuk melengkapi kekurangan ASI dan Pengganti
ASI yang dimaksudkan untuk diet dalam pengobatan penyakit metabolik bawaan
(inborn error of metabolism), misalnya Lofenalac untuk bayi dengan fenilketonuria,
Portagen untuk bayi dengan gangguan pencernaan lemak (pada kistik fibrosis),
Nutramigen, Sobee, Isomil untuk bayi dengan galaktosemia dan sebagainya.
21
Selanjutnya ada penggolongan berdasarkan komposisi nutrien yaitu Adapted Formula yang
mempunyai komposisi nutrien serupa ASI (contohnya Vitalac, S-26, Nutrilon) dan Complete
Formula yaitu formula lain yang mengandung lengkap nutrien (contohnya SGM, Lactogen,
Enfamil, Morinaga).

Kebanyakan bayi yang mengkonsumsi Susu Formula sebelum usia 6 bulan, menderita
penyakit Alergi Susu Sapi (Cow's Milik Allergy). Gejala klinis yang paling sering ditemukan
adalah batuk kronis dan berulang, diare, dermatitis atopik, urtikaria, dan rhinitis alergi.
Gejala-gejala ini muncul sebelum usia 1 tahun. Hal ini seharusnya memberikan kesadaran
bagi ibu-ibu yang masih memiliki banyak ASI agar tidak menghentikan menyusui bayinya.

Pengaturan makan dengan Pengganti ASI

Mengenai tahap-tahap peningkatan dalam pengaturan makan, jadwal waktu makan untuk
makanan pelengkap dan vitamin tidak ada perbedaan dengan pengaturan makan dengan
pemberian ASI / menyusukan. Perbedaan pokok ialah pemberian susu non-ASI sebagai ganti
untuk disusukan. Bayi diberi pengganti ASI dengan botol susu atau dengan sendok (lazimnya
diberikan dengan botol susu). Jumlah pengganti ASI yang harus diberikan harus
diperhitungkan menurut kebutuhan nutrien, terutama kalori dan cairan.

Bila pengganti ASI diberikan dengan tujuan untuk melengkapi ASI (mixed-feeding),
hendaknya diberikan dengan sendok atau gelas saja agar tidak mengganggu proses menyusu
yang dapat merugikan laktasi lebih lanjut.

Jumlah pengganti ASI yang dihidangkan, untuk:

 Umur 2 minggu - 2 bulan :100 - 120 ml/kali minum


 Umur 2 - 3 bulan :120 - 140 ml/kali minum
 Umur 3 - 4 bulan :140 - 160 ml/kali minum
 Umur 4 - 5 bulan :160 - 200 ml/kali minum
 Umur 5 - 6 bulan : 200 - 220 ml/kali minum
 Umur 6 bulan keatas : 200 - 250 ml/kali

Makanan Anak Sehat dikelompokkan berdasarkan umurnya dalam 4 golongan umur, yaitu :
golongan anak prasekolah (1 - 3 tahun), golongan anak sekolah (4 - 12 tahun), dan golongan
remaja (12 - 18 tahun). Di antara golongan umur tersebut terdapat perbedaan mengenai
kebutuhan nutrien, kemampuan menerima makanan, kecepatan tumbuh dan aktivitas. Akan
tetapi pada umumnya kepada mereka telah dapat diberikan jadwal waktu makan yang serupa,
yaitu 3 kali makan dan diantaranya dapat diberikan makanan kecil (snack). Makanan untuk
anak dianjurkan terdiri dari :

- Makanan pokok, yaitu sumber kalori, misalnya roti, nasi, jagung, ketela, sagu, ubi
jalar.
- Lauk pauk, terdiri dari : Sumber protein hewan ---> telur, daging, ikan.
- Sumber protein nabati ---> kacang-kacangan, seperti kacang kedele, kacang hijau,
kacang merah; sayuran hijau atau berwarna, misalnya bayam, tomat, wortel; bahan
makanan yang telah diproses terlebih dahulu, misalnya tahu, tempe.
22
- Buah-buahan, sumber vitamin A dan C, misalnya jeruk, pisang, pepaya.
- Tambahan susu 2 kali sehari, yaitu 250 ml setiap kali minum. Waktu makan lazim
disebut dengan makan pagi, makan siang dan makan malam. Waktu makan untuk
makanan kecil (snack) ialah jam 11.00 dan jam 16.00

Golongan umur 1 - 3 tahun Anak dalam golongan umur ini sangat rentan terhadap penyakit
gizi. Angka tertinggi untuk morbiditas penyakit defisiensi vitamin A dan malnutrisi energi
protein (MEP) terdapat dalam golongan umur ini. Gigi susu telah lengkap pada umur 2-2,5
tahun, akan tetapi belum dapat digunakan untuk mengerat dan mengunyah makanan yang
keras. Terutama untuk golongan 1 - 2 tahun masih perlu diberikan nasi tim meskipun tidak
perlu disaring. Mereka perlu diberikan makan terpisah dengan waktu makan anak besar dan
anggota keluarga yang lain untuk menghindarkan pengaruh kurang baik. Mereka sudah boleh
diajari mencoba, mencicipi, makanan yang lunak, tidak pedas dan tidak merangsang.
Pemberian gula-gula (permen) yang terlalu banyak mengandung karamel dihindarkan atau
sangat dibatasi untuk menjaga karies (gigi berlubang). Kebutuhan nutrien relatif kurang.
Pertumbuhan lambat, aktifitas mulai banyak, masih rawan terhadap penyakit gizi dan infeksi.
Waktu makan boleh bersama-sama dengan orang dewasa. Mereka telah dapat memilih
makanan dan makan sendiri. Golongan umur 7 - 12 tahun Mengenai kebutuhan nutrien perlu
diperhatikan kebutuhan kalori yang lebih banyak karena mereka telah lebih banyak
melakukan aktifitas jasmani. Gigi susu berangsur-angsur tanggal dan kemudian gigi
permanen mulai lengkap. Sebelum pergi ke sekolah perlu makan pagi yang cukup untuk
menghindarkan kemungkinan hipoglikemi. Mereka mungkin jajan di luar yang dapat
mengakibatkan gangguan pencernaan. Akan tetapi mereka sudah cukup mempunyai daya
tahan terhadap penyakit gizi dan infeksi.

A. Faktor – faktor yang mempengaruhi asupan makanan adalah :


 Keluarga
 Media
 Teman sebaya
 Penyakit

B. Masalah makanan yang sering terjadi pada masa anak adalah :


 Obesitas
 Kurang gizi
 Defisiensi besi
 Defisiensi vitamin A
 Karies gigi
 Alergi makanan
 Gizi pada masa prasekolah

23
Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah
satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam
pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang
dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut :
a. Umur
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan
akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan
maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan
penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya
kecenderunagn untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun.
Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah
1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam
bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan ( Depkes, 2004).
b. Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa
jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang
mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat
badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau
melakukan penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran
dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan
paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja
tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan
perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Djumadias Abunain, 1990).
c. Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari
keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan
gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan
kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi
badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan)
jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya
dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran
keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun
( Depkes RI, 2004).
Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan
status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan
Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya
gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh (M.Khumaidi, 1994).
Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan sensitive/peka dalam
menunjukkan keadaan gizi kurang bila dibandingkan dengan penggunaan BB/U.
Dinyatakan dalam BB/TB, menurut standar WHO bila prevalensi kurus/wasting < -2SD
diatas 10 % menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat
serius dan berhubungan langsung dengan angka kesakitan.

Tabel 1 : Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku Antropometeri
WHO-NCHS
24
Indeks yang Batas
No Sebutan Status Gizi
dipakai Pengelompokan

1 BB/U < -3 SD Gizi buruk


- 3 s/d <-2 SD Gizi kurang
- 2 s/d +2 SD Gizi baik
> +2 SD Gizi lebih

2 TB/U < -3 SD Sangat Pendek


- 3 s/d <-2 SD Pendek
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Tinggi

3 BB/TB < -3 SD Sangat Kurus


- 3 s/d <-2 SD Kurus
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Gemuk

Sumber : Depkes RI 2004.

Data baku WHO-NCHS indeks BB/U, TB/U dan BB/TB disajikan dalan dua versi
yakni persentil (persentile) dan skor simpang baku (standar deviation score = z). Menurut
Waterlow,et,al, gizi anak-anak dinegara-negara yang populasinya relative baik (well-
nourished), sebaiknya digunakan “presentil”, sedangkan dinegara untuk anak-anak yang
populasinya relative kurang (under nourished) lebih baik menggunakan skor simpang baku
(SSB) sebagai persen terhadap median baku rujukan ( Djumadias Abunaim,1990).

Tabel 2: Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks Antropometri (BB/U,TB/U, BB/TB Standart
Baku Antropometeri WHO-NCHS)

Indeks yang digunakan


No Interpretasi
BB/U TB/U BB/TB

1 Rendah Rendah Normal Normal, dulu kurang gizi


Rendah Tinggi Rendah Sekarang kurang ++
Rendah Normal Rendah Sekarang kurang +

2 Normal Normal Normal Normal


25
Normal Tinggi Rendah Sekarang kurang
Normal Rendah Tinggi Sekarang lebih, dulu kurang

3 Tinggi Tinggi Normal Tinggi, normal


Tinggi Rendah Tinggi Obese
Tinggi Normal Tinggi Sekarang lebih, belum obese

Keterangan : untuk ketiga indeks ( BB/U,TB/U, BB/TB) :


Rendah : < -2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Normal : -2 s/d +2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Tinggi : > + 2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Sumber : Depkes RI 2004.

Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh dengan


mengurangi Nilai Induvidual Subjek (NIS) dengan Nilai Median Baku Rujukan
(NMBR) pada umur yang bersangkutan, hasilnya dibagi dengan Nilai Simpang Baku
Rujukan (NSBR). Atau dengan menggunakan rumus :

Status gizi berdasarkanZ-score


rujukan WHO-NCHS
= (NIS-NMBR) dan kesepakatan Cipanas 2000 oleh
/ NSBR
para pakar Gizi dikategorikan seperti diperlihatkan pada tabel 1 diatas serta di interpretasikan
berdasarkan gabungan tiga indeks antropometri seperti yang terlihat pada tabel 2. Untuk
memperjelas penggunaan rumur Zskor dapat dicontohkan sebagai berikut
Diketahui BB= 60 kg TB=145 cm

Umur : karena umur dengan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB berdasarkan WHO-NCHS
hanya dibatasi < 18 tahun maka disini dicontohkan anak laki-laki usia 15 tahun

Jadi untuk indeks BB/U adalah

= Z Score = ( 60 kg – 56,7 ) / 8.3 = + 0,4 SD

= status gizi baik

Untuk IndeksTB/U adalah

26
= Z Score = ( 145 kg – 169 ) / 8.1 = - 3.0 SD

= status gizi pendek

Untuk Indeks BB/TB adalah

= Z Score = ( 60 – 36.9 ) / 4 = + 5.8 SD

= status gizi gemuk

Definisi Operasional Status Gizi


Sebenarnya untuk mendefinisikan operasional status gizi ini dapat dilakukan di klinik
kesehatan swasta maupun pemerintah yang menyediakan pengukuran status gizi, namun
demikian yang perlu diketahui masyarakat adalah pengertian dan pemahaman dari status gizi
anak, selanjutnya ketika mengunjungi klinik gizi hasilnya dapat segera diketahui termasuk
upaya-upaya mempertahankan status gizi yang baik.
Status Gizi Anak adalah keadaan kesehatan anak yang ditentukan oleh derajat kebutuhan
fisik energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak
fisiknya diukur secara antroppometri ( Suharjo, 1996), dan dikategorikan berdasarkan standar
baku WHO-NCHS dengan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB

Indikasi pengukuran dari variabel ini ditentukan oleh :


1. Penimbangan Berat Badan (BB) dan pengukuran Tinggi Badan (TB)
Dilakukan oleh petugas klinik gizi sesuai dengan syarat-syarat penimbangan berat badan
dan pengukuran tinggi badan yang baik dan benar penggunaan timbangan berat badan dan
meteran tinggi badan (mikrotoise)

2. Penentuan umur anak ditentukan sesuai tanggal penimbangan BB dan


Pengukuran TB, kemudian dikurangi dengan tanggal kelahiran yang diambil dari data
identitas anak pada sekolah masing-masing, dengan ketentuan 1 bulan adalah 30 hari dan
1 tahun adalah 12 bulan.

Kriteria objektifnya dinyatakan dalam rata-rata dan jumlah Z score simpang baku (SSB)
induvidu dan kelompok sebagai presen terhadap median baku rujukan (Waterlow.et al,
dalam, Djuamadias, Abunain, 1990) Untuk menghitung SSB dapat dipakai rumus :

NIS  NMBR
Skor Baku Rujukan 
NSBR

Dimana : NIS : Nilai Induvidual Subjek

27
NMBR : Nilai Median Baku Rujukan
NSBR : Nilai Simpang Baku Rujukan

Hasil pengukuran dikategorikan sbb


1. Untuk BB/U
a. Gizi Kurang Bila SSB < - 2 SD
b. Gizi Baik Bila SSB -2 s/d +2 SD
c. Gizi Lebih Bila SSB > +2 SD
2. TB/U
a. Pendek Bila SSB < -2 SD
b. Normal Bila SSB -2 s/d +2 SD
c. Tinggi Bila SBB > +2 SD
3. BB/TB
a. Kurus Bila SSB < -2 SD
b. Normal Bila SSB -2 s/d +2 SD
c. Gemuk Bila SSB > +2 SD

Dan juga status gizi diinterpretasikan berdasarkan tiga indeks antropomteri, (Depkes,
2004). Dan dikategorikan seperti yang ditunjuukan pada tabel 3

Tabel 3: Kategori Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks (BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku
Antropometeri WHO-NCHS)

Indeks yang digunakan


Interpretasi
BB/U TB/U BB/TB

Normal, dulu kurang gizi Rendah Rendah Normal


Sekarang kurang ++ Rendah Tinggi Rendah
Sekarang kurang + Rendah Normal Rendah

Normal Normal Normal Normal


Sekarang kurang Normal Tinggi Rendah
Sekarang lebih, dulu kurang Normal Rendah Tinggi

Tinggi, normal Tinggi Tinggi Normal


Obese Tinggi Rendah Tinggi
28
Sekarang lebih, belum obese Tinggi Normal Tinggi

Keterangan : untuk ketiga indeks ( BB/U,TB/U, BB/TB) :


Rendah : < -2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Normal : -2 s/d +2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Tinggi : > + 2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Sumber: Depkes RI, 2004

Sarapan pagi bagi anak usia sekolah sangatlah penting, karena waktu sekolah adalah
penuh aktifitas yang membutuhkan energi dan kalori yang cukup besar. Untuk sarapan pagi
harus memenuhi sebanyak ¼ kalori sehari. Dengan mengkonsumsi 2 potong roti dan telur;
satu porsi bubur ayam; satu gelas susu dan buah; akan mendapatkan 300 kalori. Bila tidak
sempat sarapan pagi sebaiknya anak dibekali dengan makanan/snack yang berat (bergizi
lengkap dan seimbang) misalnya : arem-arem, mi goreng atau roti isi daging. Makan siang
biasanya menu makanannya lebih bervariasi karena waktu tidak terbatas. Makan malam
merupakan saat makan yang menyenangkan karena bisa berkumpul dengan keluarga.

Protein. Protein berfungsi untuk pertumbuhan sel dan fungsi otak serta perlindungan
terhadap infeksi. Sedangkan asam amino berperan sebagai neurotransmitter atau bahan zat
pengantar ransang saraf, dan mempengaruhi perilaku, seperti emosi, kontrol diri dan
konsentrasi. Asam amino esensial adalah jenis asam amino yang dibutuhkan tubuh namun
tubuh tidak dapat memproduksi sendiri dan diperoleh dari asupan makanan, contohnya
cystine dan lysine.

Lemak. Secara kimia, otak yang banyak mengandung lapisan membrane lemak. Agar otak
dapat berfungsi dengan baik diperlukan asam lemak omega 3 dan omega 6. Penelitian dari
Bagian Gizi Masarakat Universita Indonesia juga memberikan kesimpulan bahwa asam
lemak omega 3 dan omega 6 yang terapat di dalam ASI, minyak ikan, dan ikan mempunyai
peranan penting dalam meningkatkan kecerdasan anak.

Omega 3. Asam alfa linoleat termasuk dalam kelompok asam lemak tidak jenuh ganda rantai
panjang (Long Chain Polyunsaturated Fatty Acid = LCPUFA) . LCPUFA merupakan
pembuat utama sistem saraf. Kekurangan (defisiensi) Omega 3 akan menyebabkan adanya
gangguan pada sistem penglihatan, daya ingat, gangguan perilaku dan kekebalan tubuh.
Omega 3 terdapat pada brokoli, bayam, daun selada, unggas, dan beberapa jenis ikan, seperti
tuna, salmon, sardin, mackerel, dan herring.

Omega 6. Merupakan LCPUFA. Omega 6 diubah menjadi asam arakhidonat (AA). AA


berfungsi sebagai pengantar rangsang antarsel saraf dan membantu perkembangan otak.
Omega 6 dapat ditemui pada minyak kedelai.

Karbohidrat. Merupakan sumber zat tenaga atau energi. Energi sangat dibutuhkan otak
sebagai sumber energi sel-sel otak dan pembentukan kabel saraf otak untuk proses berpikir.
Karbohidrat juga berperan untuk menangkap dan menyimpan data dalam memori otak.
Sumber karbohidrat mudah ditemui di bahan makanan pokok, seperti nasi, roti, gandum, dan
29
biskuit.

Vitamin. Berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan otak bayi dan balita serta
pembentukan dan pengembangan fungsi sel-sel otak, seperti peran Vitamin A dalam
membantu pembentukan dan pertumbuhan sel saraf. Vitamin A banyak terdapat pada wortel,
hati sapi, hati ayam, jeruk, dan bayam. Vitamin B6 yang berperan dalam membantu proses
metabolisme asam amino (protein) yang merupakan salah satu komponen pembentuk otak.
Proses pembentukan neurotransmitter juga dibantu oleh vitamin ini.

Vitamin B9 atau yang lebih dikenal dengan asam folat juga sangat berperan mencegah
kelainan seperti otak tidak berkembang (anensefali). Beberapa bahan makanan yang
mengandung asam folat adalah hati sapi, bayam, brokoli, pisang, susu, gandum, kuning telur
ayam, jus jeruk dan kacang almond. Vitamin lainnya yaitu vitamin c juga berperan sebagai
pembentuk neurotransmitter.

Mineral. Adalah unsur pelengkap yang membantu pertumbuhan dan perkembangan bayi dan
balita. Jenis-jenis mineral yang dibutuhkan untuk perkembangan otak adalah sodium,
potasium, kalsium, besi, seng, yodium dan klorida. Sebut saja sodium, potasium dan kalsium
berperan dalam proses neurotransmitter antara satu sel dengan sel saraf lain, termasuk sel
otak. Zat besi (Fe) berfungsi untuk pembentukan myelin (selaput lemak pelindung akson).
Zat besi juga berguna untuk kecepatan penghantar saraf, pemrosesan informasi dan
kecerdasan.

WHO memberi batasan anak usia sekolah adalah anak dengan usia 6-12 tahun.
Mereka berbeda dengan orang dewasa, karena anak mempunyai ciri yang khas yaitu selalu
tumbuh dan berkembang, sampai berakhirnya masa remaja. Anak sekolah sedang mengalami
pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan merupakan bertambahnya ukuran dan jumlah
sel serta jaringan tubuh yang berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh.
Sedangkan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks (Nasar, 2005).

Anak usia sekolah sedang mengalami: (1) Perkembangan fisik. Fisik anak usia
sekolah lebih kuat dibandingkan usia dibawahnya, sehingga aktivitas fisiknya tampak lebih
menonjol dan mempunyai kemampuan motorik/bermain ; (2) Perkembangan mental. Anak
mempunyai minat terhadap tugas-tugas sekolah seperti membaca, menulis, berhitung dan
menggambar. Mereka senang bertanya kepada orang lain (guru atau orang tua) dimana
mereka sedang mengeksplorasi apa yang dilihat dan dirasakan; (3) Perkembangan emosi.
Anak pada usia ini sudah mampu mengendalikan emosi. Anak sudah dapat mengendalikan
emosi di lingkungannya tetapi di luar rumah kadang masih kurang; (4) Perkembangan sosial.
Anak sedang mempelajari cara bersosialisasi pada peran social di masyarakat.

Anak sekolah sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan seorang anak oleh
karena itu diperlukan asupan makanan yang mengandung gizi seimbang, agar proses tersebut
tidak terganggu. Pada masa sekolah selain peran orang tua, kesadaran anak sekolah juga
diperlukan karena mereka sudah mampu memilih makanan mana yang dia sukai. Status gizi
baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan
secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan
kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi adalah keadaan
tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2002).

30
Fase usia sekolah membutuhkan asupan makanan yang bergizi untuk menunjang masa
pertumbuhan dan perkembangannya. Kebutuhan tubuh akan energi jauh lebih besar
dibandingkan usia sebelumnya, karena anak sekolah lebih banyak melakukan aktivitas fisik
seperti bermain, berolahraga atau membantu orangtuanya. Memasuki usia 10-12 tahun, anak
semakin membutuhkan energi dan zat gizi yang lebih besar dibanding anak yang berusia di
bawahnya. Pada usia ini pemberian makanan untuk anak laki-laki dan perempuan mulai
dibedakan.

Gizi menjadi masalah yang penting bagi anak sekolah, karena gizi bisa mencerdaskan
anak. Anak yang kekurangan gizi mudah mengantuk dan kurang bergairah yang dapat
menganggu proses belajar di sekolah dan menurun prestasi belajarnya, daya pikir anak juga
akan kurang, karena pertumbuhan otaknya tidak optimal.

Orang tua perlu memerikan perhatian pada anak usia sekolah, karena pada umumnya
mereka disibukkan dengan berbagai kegiatan di luar rumah sehingga cenderung melupakan
waktu makan termasuk kebiasaan makan pagi. Makan pagi yang cukup akan memenuhi
kebutuhan energi selama belajar di sekolah, sekaligus mencegah penurunan kadar gula darah
yang berakibat pada terganggunnya konsentrasi anak dalam menerima pelajaran di sekolah.

Pola asupan makanan yang tidak seimbang pada anak usia sekolah dalam jangka
waktu yang lama akan menyebabkan kurangnya gizi dalam tubuh. Anak usia sekolah sangat
memerlukan asupan makanan yang seimbang untuk menunjang tumbuh kembangnya. Anak
sekolah perlu mendapat asupan gizi yang seimbang, sehingga akan tumbuh sesuai
perkembangan usianya dan ada kesesuaian antara BB/umur, TB/umur dan BB/TB. Pola
asupan makanan dan pengaturan makanan untuk anak usia sekolah sangat penting dilakukan.

Diet seimbang anak usia sekolah yang baik adalah rendah lemak, tinggi kalsium dan
adekuat tapi kalorinya tidak berlebihan. Syarat pemberian makanan bagi anak antara lain : (1)
memenuhi kecukupan energi dan semua zat gizi yang sesuai dengan umurnya; (2) susunan
hidangan disesuaikan dengan pola menu seimbang; (3) bentuk dan porsi makanan
disesuaikan dengan daya terima, toleransi dan keadaan faali anak; (4) memperhatikan
kebersihan perorangan/anak dan lingkungan.

Gizi pada Remaja

Gizi Pada Wanita Remaja Dan Dewasa

Masa remaja merupakan saat terjadinya perubahan-perubahan cepat dalam proses


pertumbuhan fisik, kognitif dan psikososial. Pada masa ini terjadi kematangan seksual dan
tercapainya bentuk dewasa karena pematangan fungsi endokrin. Pada saat proses pematangan
fisik, juga terjadi perubahan komposisi tubuh.

Periode Adolesensia ditandai dengan pertumbuhan yang cepat (Growth Spurt) baik
tinggi badannnya maupun berat badannya. Pada periode growth spurt, kebutuhan zat gizi
tinggi karena berhubungan dengan besarnya tubuh.
Growth Spurt :
 Anak perempuan : antara 10 dan 12 tahun
 Anak laki-laki : umur 12 sampai 14 tahun.
31
Permulaan growth spurt pada anak tidak selalu pada umur yang sama melainkan
tergantung individualnya. Pertumbuhan yang cepat biasanya diiringi oleh pertumbuhan
aktivitas fisik sehingga kebutuhan zat gizi akan naik pula.
Penyelidikan membuktikan bahwa apabila manusia sudah mencapai usia lebih dari 20
tahun, maka pertumbuhan tubuhnya sama sekali sudah terhenti. Ini berarti, makanan tidak
lagi berfungsi untuk pertumbuhan tubuh, tetapi untuk mempertahankan keadaan gizi yang
sudah didapat atau membuat gizinya menjadi lebih baik. Dengan demikian, kebutuhan akan
unsure-unsur gizi dalam masa dewasa sudah agak konstan, kecuali jika terjadi kelainan-
kelainan pada tubuhnya, seperti sakit dan sebagainya. Sehingga mengharuskandia
mendapatkan kebutuhan zat gizi yang lebih dari biasanya.

Faktor yang mempengaruhi gizi pada remaja dan dewasa :


 Kemampuan keluarga untuk membeli makanan atau pengetahuan tentang zat gizi.
 Pekerjaan

Data terbaru dari kesehatan nasional dan survey pengujian ilmu gizi (NHNES)
menyatakan bahwa konsumsi energi wanita dari umur 11 sampai 51 tahun bervariasai, dari
kalori yang rendah (sekitar 1329) sampai kalori yang tinggi (1958 kalori).

Konsumsi makanan wanita perlu mempertimbangkan kadar lemak kurang dari 30 %


dan tinggi kalsium sekitar 800-1200 mg/ hari. Rata-rata RDA kebutuhan kalsium 1000 mg.
selain itu, wanita juga harus memperhatikan unsur sodium, cara pengolahan makanan dan
para wanita perlu membatasi makanan kaleng atau makanan dalam kotak.

Kebutuhan Gizi Seimbang

Pada anak remaja kudapan berkontribusi 30 % atau lebih dari total asupan kalori remaja
setiap hari. Tetapi kudapan ini sering mengandung tinggi lemak, gula dan natrium dan dapat
meningkatkan resiko kegemukan dan karies gigi. Oleh karena itu, remaja harus didorong
untuk lebih memilih kudapan yang sehat. Bagi remaja, makanan merupakan suatu kebutuhan
pokok untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya. Kekurangan konsumsi makanan,
baik secara kualitatif maupun kuantitatif, akan menyebabkan metabolisme tubuh terganggu.

Kecukupan gizi merupakan kesesuaian baik dalam hal kualitas maupun kuantitas zat-zat
gizi sesuai dengan kebutuhan faali tubuh. Kebutuhan energi diperlukan untuk kegiatan
sehari-hari maupun untuk proses metabolisme tubuh. Cara sederhana untuk mengetahui
kecukupan energi dapat dilihat dari berat badan seseorang. Pada remaja perempuan 10-12
tahun kebutuham energinya 50-60 kal/kg BB/ hari dan usia 13-18 tahun sebesar 40-50 kal/ kg
BB/ hari.

Kebutuhan protein meningkat karena proses tumbuh kembang berlangsung cepat.


Apabila asupan energi terbatas/ kurang, protein akan dipergunakan sebagai energi. Kebutuhan
protein usia 10-12 tahun adalah 50 g/ hari, 13-15 tahun sebesar 57 g/ hari dan usia 16-18
tahun adalah 55 g/ hari. Sumber protein terdapat dalam daging, jeroan, ikan, keju, kerang dan
udang (hewani). Sedangkan protein nabati pada kacang-kacangan, tempe dan tahu.

Lemak dapat diperoleh dari daging berlemak, jerohan dan sebagainya. Kelebihan lemak akan
disimpan oleh tubuh sebagai lemak tubuh yang sewaktu- waktu diperlukan. Departemen
32
Kesehatan RI menganjurkan konsumsi lemak dibatasi tidak melebihi 25 % dari total energi
per hari, atau paling banyak 3 sendok makan minyak goreng untuk memasak makanan sehari.
Asupan lemak yang terlalu rendah juga mengakibatkan energi yang dikonsumsi tidak
mencukupi, karena 1 gram lemak menghasilkan 9 kalori. Pembatasan lemak hewani dapat
mengakibatkan asupan Fe dan Zn juga rendah.
Kebutuhan vitamin dan mineral pada saat ini juga meningkat. Golongan vitamin B yaitu
vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin) maupun niasin diperlukan dalam metabolisme
energi. Zat gizi yang berperan dalam metabolisme asam nukleat yaitu asam folat dan vitamin
B12. Vitamin D diperlukan dalam pertumbuhan kerangka tubuh/ tulang. Selain itu, agar sel
dan jaringan baru terpelihara dengan baik, maka kebutuhan vitamin A, C dan E juga
diperlukan.
Kekurangan Fe/ zat besi dalam makanan sehari-hari dapat menimbulkan kekurangan darah
yang dikenal dengan anemia gizi besi (AGB). Makanan sumber zat besi adalah sayuran
berwarna hijau, kacang-kacangan, hati, telur dan daging. Fe lebih baik dikonsumsi bersama
dengan vitamin C, karena akan lebih mudah terabsorsi.

Pengaruh Status Gizi Pada Sistem Reproduksi

Kebutuhan energi dan nutrisi dipengaruhi oleh usia reproduksi, tingkat aktivitas dan status
nutrisi. Nutrisi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan. Kekurangan
nutrisi pada seorang yang mengalami anemia dan kurang berat badan lebih banyak akan
melahirkan bayi BBLR (berat badan lahir rendah) dibandingkan dengan wanita dengan usia
reproduksi yang aman untuk hamil.
Pendidikan Gizi Pada Wanita Remaja Dan Dewasa

Pendidikan gizi pada wanita remaja dan dewasa diperlukan untuk mencapai status gizi yang
baik dan berperilaku gizi yang baik dan benar. Adapun pesan dasar gizi seimbang yang
diuraikan oleh Depkes adalah:
1. Makanlah aneka ragam makanan.
Tidak satupun jenis makanan yang mengandung semua zat gizi, yang mampu
membuat seseorang hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif. Makan makanan
yang mengandung unsur-unsur gizi yang diperlukan oleh tubuh baik kualitas maupun
kuantitas. Jadi, mengonsumsi makanan yang beraneka ragam menjamin terpenuhinya
kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.

2. Makanlah makanan untuk mencukupi kecukupan energi.


Setiap orang dianjurkan untuk memenuhi makanan yanng cukup kalori (energi) agar
dapat hidup dan beraktivitas sehari-hari. Kelebihan konsumsi kalori akan ditimbun
sebagai cadangan didalam tubuh yang berbentuk jaringan lemak.

3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi.


Ada dua kelompok karbohidrat yaitu karbohidrat kompleks dan sederhana. Proses
pencernaan dan penyerapan karbohidrat kompleks berlangsung lebih lama daripada
yang sederhana. Konsumsi karbohidrat kompleks sebaiknya dibatasi 50% saja dari
kebutuhan energi sehingga tubuh dapat memenuhi sumber zat pembangun dan
pengatur.

4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai ¼ dari kecukupan energi.


Lemak dan minyak yang terdapat dalam makanan berguna untuk meningkatkan
jumlah energi, membantu penyerapan vitamin (A, D, E dan K) serta menambah
33
lezatnya hidangan. Mengonsumsi lemak dan minyak secara berlebihan akan
mengurangi konsumsi makanan lain.
5. Gunakan garam beryodium.
Kekurangan garam beryodium mengakibatkan penyakit gondok.

6. Makanlah makanan sumber zat besi.


Zat besi adalah unsur penting untuk pembentukan sel darah merah. Kekurangan zat
besi berakibat anamia gizi besi (AGB), terutama diderita oleh wanita hamil, wanita
menyusui dan wanita usia subur.

7. Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan dan tambahkan MP-ASI
sesudahnya.
ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi, karena mempunyai kelebihan yang
meliputi 3 aspek baik aspek gizi, aspek kekebalan dan kejiwaan.

8. Biasakan makan pagi.


Bagi remaja dan dewasa makan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, daya tahan
tubuh, meningkatkan konsentrasi belajar dan meningkatkan produktivitas kerja.

9. Minumlah air bersih yang aman dan cukup jumlahnya.


Aman berarti bersih dan bebas kuman.

10. Lakukan aktivitas fisik secara teratur.


Dapat meningkatkan kebugaran, mencegah kelebihan berat badan, meningkatkan
fungsi jantung, paru dan otot serta memperlambat proses penuaan.

11. Hindari minum minuman beralkohol.


Sering minum minuman beralkohol akan sering BAK sehingga menimbukan rasa
haus. Alkohol hanya mengandung energi, tetapi tidak mengandung zat lain.

12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan.


Selain harus bergizi lengkap dan seimbang, makanan harus layak dikonsumsi
sehingga aman untuk kesehatan. Makanan yang aman yaitu bebas dari kuman dan
bahan kimia dan halal.

13. Bacalah label pada makanan yang dikemas.

TIU 3 Kewajiban Orang Tua terhadap Anak

Rasulullah s.a.w. bersabda: “Setiap bayi itu dilahirkan dalam keadaan fitrah (tauhid, iman).
Orang tuanyalah yang (potensial) menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”

Oleh karena itu tanggung jawab orang tua terhadap anak-anak mereka amat besar. Mereka
dituntut untuk bersungguh-sungguh mendidik, mengasuh, dan mengajar, serta memperhatikan
anak-anak mereka sejak usia dini, baik dari segi agama (ibadah dan akidah), intelektualitas,
mental, akhlak, maupun jasmani. Juga sikap istiqamah (konsistensi) terhadap kebenaran dan
petunjuk agama yang lurus.

34
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras,
dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan”. (Q.S. At-Tahrim [66]: 6)

Tanggung jawab para bapak terhadap anak-anak mereka besar, tetapi tanggung jawab para
ibu lebih lebih berat dan penting. Sungguh indah kata mutiara Ahmad Syauqi: “Ibu adalah
sekolah (utama). Jika engkau persiapkan dia dengan sungguh-sungguh, engkau telah
mempersiapkan (lahirnya) sebuah generasi bangsa yang harum namanya.

Bukan saja sang anak, orang tua pun mempunyai kewajiban terhadap anak yang harus
ditunaikan. Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah sebuah wujud aktualitas hak-hak
anak yang harus dipenuhi oleh orang tua
1. Anak mempunyai hak untuk hidup
Allah berfirman:
‘Janganlah kamu membunuh anak anakmu karena takut miskin. Kami akan
memberikan rizqi kepadamu dan kepada mereka.’ ( QS. Al-An’am: 151)
Dari ayat tersebut sangat jelas bahwa orang tua mempunyai kewajiban agar anak tetap
bisa hidup betapapun susahnya kondisi ekonomi orang tua. Ayat itu juga memberi
jaminan kepada kita bahwa Allah pasti akan memberikan rizqi baik kepada orang tua
maupun sang anak, asalkan tentu saja berusaha.
2. Menyusui
Wajib atas seorang ibu menyusui anaknya yang masih kecil, sebagaimana firman
Allah yang artinya: Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun
penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. (QS AI Baqarah: 233)

Allah berfirman, yang artinya:


Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tuanya.
lbunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkanya dengan susah
payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan. (QS Al
Ahqaf 15).
Al ‘Allamah Siddiq Hasan Khan berkata,
“Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan. Maksudnya, adalah
jumlah waktu selama itu dihitung dari mulai hamil sampai disapih.”
Allah ta’ala berfirman; “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)
kepada kedua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah tambah, dan menyapihnya dalamdua tahun…dst” . ( QS: 31;
14 ).

3. Memberi Nama yang Baik


Dari Abu Hurairah ra, Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya kewajiban orang tua
dalam memenuhi hak anak itu ada tiga, yakni: pertama, memberi nama yang baik
ketika lahir. Kedua, mendidiknya dengan al-Qur’an dan ketiga, mengawinkan ketika
menginjak dewasa.” Rasulullah saw diketahui telah memberi perhatian yang sangat
besar terhadap masalah nama. Kapan saja beliau menjumpai nama yang tidak
menarik (patut) dan tak berarti, beliau mengubahnya dan memilih beberapa nama
yang pantas. Beliau mengubah macam-macam nama laki-laki dan perempuan.
Seperti dalam hadits yang disampaikan oleh Aisyah ra, bahwa Rasulullah saw biasa
merubah nama-nama yang tidak baik. (HR. Tirmidzi).
35
Beliau sangat menyukai nama yang bagus. Bila memasuki kota yang baru, beliau
menanyakan namanya. Bila nama kota itu buruk, digantinya dengan yang lebih baik.
Beliau tidak membiarkan nama yang tak pantas dari sesuatu, seseorang, sebuah kota
atau suatu daerah. Seseorang yang semula bernama Ashiyah (yang suka bermaksiat)
diganti dengan Jamilah (cantik), Harb diganti dengan Salman (damai), Syi’bul
Dhalalah (kelompok sesat) diganti dengan Syi’bul Huda (kelompok yang benar) dan
Banu Mughawiyah (keturunan yang menipu) diganti dengan Banu Rusydi
(keturunan yang mendapat petunjuk) dan sebagainya (HR. Abu Dawud dan ahli
hadits lainAn-Nawawi, Al Azkar: 258)

Berkenaan dengan nama-nama yang bagus untuk anak, Rasulullah saw bersabda,
“Sesungguhnya kamu sekalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama-nama
kamu sekalian, maka perbaguslah nama kalian.” (HR.Abu Dawud)
Pemberian ‘nama yang baik’ bagi anak adalah awal dari sebuah upaya pendidikan
terhadap anak anak. Ada yang mengatakan; ‘apa arti sebuah nama’. Ungkapan ini
tidak selamanya benar. Islam mengajarkan bahwa nama bagi seorang anak adalah
sebuah do’a. Dengan memberi nama yang baik, diharapkan anak kita berperilaku baik
sesuai dengan namanya. Adapun setelah kita berusaha memberi nama yang baik, dan
telah mendidiknya dengan baik pula, namun anak kita tetap tidak sesuai dengan yang
kita inginkan, maka kita kembalikan kepada Allah s.w.t.
4. Mengaqiqahkan Anak
Menurut keterangan A. Hasaan ‘aqiqah adalah; ‘ menyembelih kambing untuk (bayi)
yang baru lahir, dicukur dan diberi nama anak itu, pada hari ketujuhnya. Rasulullah
s.a.w. bersabda; ‘Tiap tiap seorang anak tergadai dengan ‘aqiqahnya. Disembelih
(‘aqiqah) itu buat dia pada hari yang ketujuhnya dan di cukur serta diberi nama dia.’
(Diriwayatkan oleh Ahmad dan Imam yang empat dan dishahihkan oleh At Tirmidzy,
hadits dari Samurah ).

5. Mendidik anak
Pada suatu kesempatan, Amirul Mukminin Umar bin Khaththab kehadiran seorang
tamu lelaki yang mengadukan kenakalan anaknya, “Anakku ini sangat bandel.”
tuturnya kesal. Amirul Mukminin berkata, “Hai Fulan, apakah kamu tidak takut
kepada Allah karena berani melawan ayahmu dan tidak memenuhi hak ayahmu?”
Anak yang pintar ini menyela. “Hai Amirul Mukminin, apakah orang tua tidak punya
kewajiban memenuhi hak anak?”
Umar ra menjawab, “Ada tiga, yakni: pertama, memilihkan ibu yang baik, jangan
sampai kelak terhina akibat ibunya. Kedua, memilihkan nama yang baik. Ketiga,
mendidik mereka dengan al-Qur’an.”
Mendengar uraian dari Khalifah Umar ra anak tersebut menjawab, “Demi Allah,
ayahku tidak memilihkan ibu yang baik bagiku, akupun diberi nama “Kelelawar
Jantan”, sedang dia juga mengabaikan pendidikan Islam padaku. Bahkan walau satu
ayatpun aku tidak pernah diajari olehnya. Lalu Umar menoleh kepada ayahnya
seraya berkata, “Kau telah berbuat durhaka kepada anakmu, sebelum ia berani
kepadamu….”

Mendidik anak dengan baik merupakan salah satu sifat seorang ibu muslimah. Dia
senantiasa mendidik anak-anaknya dengan akhlak yang baik, yaitu akhlak
Muhammad dan para sahabatnya yang mulia. Mendidik anak bukanlah (sekedar)

36
kemurahan hati seorang ibu kepada anak-anaknya, akan tetapi merupakan kewajiban
dan fitrah yang diberikan Allah kepada seorang ibu.

Mendidik anak pun tidak terbatas dalam satu perkara saja tanpa perkara lainnya,
seperti (misalnya) mencucikan pakaiannya atau membersihkan badannya saja. Bahkan
mendidik anak itu mencakup perkara yang luas, mengingat anak merupakan generasi
penerus yang akan menggantikan kita yang diharapkan menjadi generasi tangguh
yang akan memenuhi bumi ini dengan kekuatan, hikmah, ilmu, kemuliaan dan
kejayaan.
Berikut beberapa perkara yang wajib diperhatikan oleh ibu dalam mendidik anak-
anaknya: Menanamkan aqidah yang bersih, yang bersumber dari Kitab dan Sunnah
yang shahih.

Allah berfirman yang artinya:


Maka ketahuilah bahwa sesugguhnya tidak ada sesembahan yang haq melainkan
Allah. (QS Muhammad: 19)

Rasulullah bersabda, yang artinya:


Dari Abul Abbas Abdullah bln Abbas, dia berkata: Pada suatu hari aku membonceng
di belakang Nabi, kemudian beliau berkata, ‘Wahai anak, Sesungguhnya aku
mengajarimu beberapa kalimat, yaitu: jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu.
Jagalah Allah, niscaya engkau mendapatiNya di hadpanmu. Apablla engkau meminta,
maka mintalah kepada Allah. Dan apabila engkau mohon pertotongan, maka
mohonlah pertotongan kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh umat berkumpul
untuk memberimu satu manfaat, niscaya mereka tidak akan dapat memberimu
manfaat, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan jika mereka
berkumpul untuk memberimu satu bahaya, niscaya mereka tidak akan bisa
membahayakanmu, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena-
pena telah diangkat dan tinta telah kering.”

Seorang anak terlahir di atas fitrah, sebagaimana sabda Rasulullah maka sesuatu yang
sedikit saja akan berpengaruh padanya. Dan wanita muslimah adalah orang yang
bersegera menanamkan agama yang mudah ini, serta menanamkan kecintaan tehadap
agama ini kepada anak-anaknya.

Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara
ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah
karena anaknya, dan warisanpun berkewajiban demikian. Rasulullah s.a.w. bersabda;
‘Cukup berdosa orang yang menyia nyiakan (tanggung jawab) memberi makan
keluarganya.’ ( HR Abu Daud )./1100;247/33.

6. Memberi rizqi yang ‘thayyib’


Rasulullah s.a.w. bersabda;
Dari Abu Rafi’ r.a., telah berkata; Telah bersabda Rasulullah s.a.w. ‘Kewajiban orang
tua terhadap anaknya adalah mengajarinya tulis baca, mengajarinya berenang dan
memanah, tidak memberinya rizqi kecuali rizqi yang baik.’ HR Al Hakim/Depag;51.

7. Mendidik anak tentang agama


Rasulullah s.a.w. bersabda;
37
‘Tiap bayi dilahirkan dalam kadaan suci ( fithrah Islamy ) . Ayah dan Ibunyalah kelak
yang menjadikannya Yahudi, Nashrany, atau Majusyi. HR Bukhary.;1100;243/15.
Mendidik anak pada umunya baik laki laki maupun perempuan adalah kewajiban bagi
kedua orang tuanya.
Rasulullah s.a.w. bersabda;
‘Barang siapa mempunyai dua anak perempuan dan dia asuh dengan baik maka
mereka akan menyebabkannya masuk sorga. ( HR Al Bukhary )/ 1100; 244/20.

8. Mendidik anak untuk sholat

9. Menyediakan tempat tidur terpisah antara laki laki dan perempuan


Islam mengejarkan ‘hijab’ sejak dini. Meskipun terhadap sesama Muhrim , Bila telah
berusia tujuh tahun tempat tidur mereka harus dipisahkan.
Rasulullah s.a.w. bersabda;
‘Suruhlah anak anakmu sholat bila berumur tujuh tahun dan gunakan pukulan jika
mereka sudah berumur sepuluh tahun dan pisahlah tempat tidur mereka ( putra putri ).
Maksudnya, kewajiban mendidik anak untuk mengerjakan sholat dimulai setelah anak
berumur tujuh tahun. Bila telah berusia sepuluh tahun anak belum juga mau
mengerjakan sholat, boleh dipukul dengan pukulan ringan, yang mendidik, bukan
pukulan yang membekas atau menyakitkan
10. Mendidik anak tentang adab yang baik
Banyak anak terpelajar, namun sedikit anak yang ‘terdidik’. Banyak orang pandai,
namun sedikit orang yang taqwa’.
Islam mengutamakan pendidikan mental. ‘Taqwa itu ada disini’, kata Rasulullah
seraya menunjukkan kearah dadanya. Artinya hati manusia adalah sumber yang
menentukan baik buruknya perilaku seseorang. Nabi tidak menunjukkan kearah
‘kepalanya, tapi kerah dadanya.

11. Memberi pengajaran dengan pelajaran yang baik


Berkata shahabat ‘Aly r.a.;
‘Ajarilah anak anakmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zaman yang berbeda
dengan zamanmu.’ (Depag;19).

12. Memberi pengajaran Al Quran


Rasulullah s.a.w. bersabda;’Sebaik baik kalian adalah barang siapa yang belajar Al
Qur aan dan mengajarkannya’.
Pengetahuan tentang Al Quraan harus lebih diutaman dari Ilmu ilmu yang lainnya.
Nabi s.a.w. bersabda; ‘Ilmu itu ada tiga macam. Selainnya adalah sekedar tambahan.
Adapun yang tiga macam itu ialah; Ilmu tentang ayat ayat ( Al Qur aan) yang
muhkamat, ilmu tentang Sunnah Nabi, dan ilmu tentang pembagian warits. ( HR Ibnu
Majah ).

13. Memberikan pendidikan dan pengajaran baca tulis


Rasulullah s.a.w. bersabda;
Dari Abu Rafi’ r.a., telah berkata; Telah bersabda Rasulullah s.a.w. ‘Kewajiban orang
tua terhadap anaknya adalah mengajarinya tulis baca, mengajarinya berenang dan
memanah, tidak memberinya rizqi kecuali rizqi yang baik.’ HR Al Hakim/Depag;51.

14. Memberikan perawatan dan pendidikan kesehatan


Rasulullah s.a.w. bersabda;
38
‘Jagalah kebersihan* dengan segala usaha yang mampu kamu lakukan. Sesungguhnya
Allah Ta’ala menegakkan Islam diatas prinsip kebersihan. Dan tak akan masuk sorga
kecuali orang yang memelihara kebersihan.’ ( HR At Thabarany )/Depag; 57.

15. Memberikan pengajaran ketrampilan.


Islam memberantas pengangguran. Salah satu penyebab adanya panganguran adalah
apabila seseorang tidak mempunyai ketrapilan tertentu. Bila dia punya ketrampilan
tertentu, paling tidak bisa melakukan sesuatu yang berguna buat dirinya ataupun
orang lain.
Rasulullah s.a.w. bersabda; ‘Sebaik baik makanan adalah hasil usaha tangannya
sendiri’.
Dalam sabdanya yang lain beliau mengatakan;
‘Mengapa tidak kau ajarkan padanya ( anak itu ) menenun sebagaimana dia telah
diajarkan tulis baca?’ ( HR An- Nasai ) /Depag; 52.
Kerajinan tangan apapun selama bermanfa’at dan tidak dilarang Agama adalah suatu
hal yang ma’ruf.

16. Memberikan kepada anak tempat yang yang baik dalam hati orang tua
Hilangkanlah rasa benci pada anak apa pun yang mereka lakukan, do’akan dia selalu,
agar menjadi anak yang sholeh, santunilah dengan lemah lembut, shobarlah
menghadapi perilakunya yang tidak baik, hadapi segalanya dengan penuh kearifan,
jangan mudah membentak apalagi memukul tanpa alasan, tempatkan dia dengan
ikhlas pada hati anda, belailah dengan penuh kasih sayang nasehati dengan santun.
Satukan hati kita dengan anak anak. Semoga Allah menjadikan mereka ‘ waladun
shoolihun yad’uu lahu’. Itulah harapan orang tua yang baik.

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa:


Seorang datang kepada Nabi s.a.w. dan bertanya; ‘Ya Rasulullah, apakah hak anakku
ini? Nabi s.a.w. menjawab;’ Kau memberinya nama yang baik, memberi adab yang
baik dan memberinya kedudukan yang baik ( dalam hatimu ) .
( HR At Tuusy )./1100;243/16.

17. Memberi kasih sayang


Kecintaan orang tua kepada anak tidak cukup dengan hanya memberinya materi baik
berupa pakaian, makanan atau mainan dan sebagainya. Tapi yang lebih dari pada itu
adalah adanya perhatian dan rasa kasih sayang yang tulus dari kedua orang tua.
Rasulullah s.a.w. bersabda;
‘Bukanlah dari golongan kami yang tidak menyayangi yang lebih muda dan ( bukan
dari golongan kami ) orang yang tidak menghormati yang lebih tua.’
( HR At Tirmidzy ). Depag; 42

18. Menikahkannya
Bila sang buah hati telah memasuki usia siap nikah, maka nikahkanlah. Jangan
biarkan mereka terus tersesat dalam belantara kemaksiatan. Do’akan dan dorong
mereka untuk hidup berkeluarga, tak perlu menunggu memasuki usia senja. Bila
muncul rasa khawatir tidak mendapat rezeki dan menanggung beban berat kelurga,
Allah berjanji akan menutupinya seiring dengan usaha dan kerja keras yang
dilakukannya, sebagaimana firman-Nya, “Kawinkanlah anak-anak kamu (yang
39
belum kawin) dan orang-orang yang sudah waktunya kawin dari hamba-hambamu
yang laki-laki ataupun yang perempuan. Jika mereka itu orang-orang yang tidak
mampu, maka Allah akan memberikan kekayaan kepada mereka dari anugerah-
Nya.” (QS. An-Nur:32)

19. Mengarahkan anak


Orang tua wajib mengarahkan anak-anak, serta menekankan mereka untuk memilih
kawan, teman duduk maupun teman dekat yang baik. Hendaknya orang tua
menjelaskan kepada anak tentang manfaat di dunia dan di akhirat apabila duduk dan
bergaul dengan orang-orang shalih, dan bahaya duduk dengan orang-orang yang suka
melakukan kejelekan ataupun teman yang jelek. (Fiqh Tarbiyatil Abna`, hal. 154)
Bila suatu ketika orang tua mendapati anaknya berbuat kejelekan dan kerusakan, tidak
mengapa orang tua berusaha mencari tahu tentang keadaan anaknya. Walaupun
dengan hal itu mereka terpaksa melakukan salah satu bentuk perbuatan tajassus
(mata-mata). Ini tentu saja dengan tujuan mencegah kejelekan dan kerusakan yang
terjadi, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai kerusakan. (Fiqh Tarbiyatil
Abna`, hal. 156)

Daftar Pustaka

1. Arisman.2009.Buku Ajar Ilmu Gizi Gizi dalam Daur Kehidupan Edisi 2.Jakarta:EGC.
2. Arvin, Behrman kiegman.1999.Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Volume
1.Jakarta:EGC.
3. Davison, Gerald C, Neale, John M, Kring, Ann M.2006.Psikologi
Abnormal.Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada
4. Soetjiningsih dkk.1995.Tumbuh Kembang Anak.Jakarta:EGC.
5. http://uripsantoso.wordpress.com/2009/04/26/kewajiban-orang-tua-terhadap-anak/
6. http://www.gizi.net/makalah/download/perilaku%20makan%20anak%20sekolah.pdf

40

You might also like