Professional Documents
Culture Documents
RETARDASI MENTAL
Seorang anak perempuan usia 8 tahun, dibawa konsultasi ke seorang psikolog dengan
keluhan kesulitan belajar, terutama belajar membaca dan menulis, dalam berbicara sehari
hari tak mengalami banyak kesulitan. Klien mampu merawat diri seperti mandi, berpakaian
dan bab/bak, tetapi dalam keterampilan akademis ia banyak mendapatkan masalah sehingga
ia terpaksa tinggal kelas, karena nilai raportnya jauh dibawah rerata kelas. Dari hasil tes
psikologik diperoleh nilai Intellegence Quotien (IQ) 65, yang menunjukkan klien
menyandang Retardasi Mental Ringan. Oleh spikolog klien disarankan untuk mengikuti
pendidikan di Sekolah Luar Biasa (SLB), dengan pertimbangan biladi sekolah umum klien
akan banyak mengalami kesulitan dalam proses belajarnya.n
Dari riwayat kehidupan sosial, klien berasal dari keluarga dengan tingkat sosial ekonomi
rendah, menempati rumah kontrakan yang sempit, ditempati oleh tujuh anggota keluarga.
Sebagai anak bungsu dari lima bersaudara, klien lebih banyak diasuh oleh kakak
perempuannya yang paling tua; kedua orang tua bekerjam ayah buruh kasar dan ibu buruh
cuci, sehingga pemberian makan pada usia balita tidak sesuai dengan kebutuhan nutrisi,
padahal di usia tersebut adalah periode penting bagi pertumbuhan terutama sel sel otak.
Orangtua klien sebetulnya tidak mampu untuk memasukan anaknya ke SLB berhubung
biayanya yang tidak terjangkau untuk ukuran keluarga klien yang tergolong kaum duafa,
tetapi dengan tekad yang kuat akhirnya keluarga ini mendapat bantuan dari Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak mengelola Zakat-Infak-Shodaqoh (ZIS), dari
kewajiban orang tua klien memasukan anaknya ini ke SLB sebagai tanggung jawab dan
wujud dari kewajiban orang tua kepada anak untuk mendapatkan pendidikan khusus yang
dilanjutkan dengan pendidikan ketrampilan, agar klien dapat hidup mandiri, tidak
tergantung dengan orang lain.
STEP 2
1
MANDIRI
STEP 3
2
SASARAN BELAJAR
3
1.1 Definisi Retardasi Mental
Menurut WHO, retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi. Carter
CH mengatakan retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang
rendah yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap
tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal. Menurut Crocker AC 1983,
retardasi mental adalah apabila jelas terdapat fungsi intelegensi yang rendah, yang disertai
adanya kendala dalam penyesuaian perilaku, dan gejalanya timbul pada masa perkembangan.
Sedangkan menurut Melly Budhiman, seseorang dikatakan retardasi mental, bila memenuhi
kriteria sebagai berikut :
Retardasi mental ialah keadaan dengan intelegensia yang kurang (subnormal) sejak
masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan
mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utama ialah intelegensi yang
terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo = kurang atau sedikit dan fren =
jiwa) atau tuna mental.
Retardasi mental bukan suatu penyakit walaupun retardasi mental merupakan hasil dari
proses patologik di dalam otak yang memberikan gambaran keterbatasan terhadap intelektual
dan fungsi adaptif. Retardasi mental dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau
gangguan fisik lainnya.
Hasil bagi intelegensi (IQ = “Intelligence Quotient”) bukanlah merupakan satu-
satunya patokan yang dapat dipakai untuk menentukan berat ringannya retardasi mental.
Sebagai kriteria dapat dipakai juga kemampuan untuk dididik atau dilatih dan kemampuan
sosial atau kerja. Tingkatannya mulai dari taraf ringan, sedang sampai berat, dan sangat berat.
Prevalensi retardasi mental sekitar 1 % dalam satu populasi. Di indonesia 1-3 persen
penduduknya menderita kelainan ini.4 Insidennya sulit di ketahui karena retardasi metal
kadang-kadang tidak dikenali sampai anak-anak usia pertengahan dimana retardasinya masih
dalam taraf ringan. Insiden tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak umur 10 sampai
14 tahun. Retardasi mental mengenai 1,5 kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan
dengan perempuan.
4
Penyebab kelainan mental ini adalah faktor keturunan (genetik) atau tak jelas sebabnya
(simpleks). keduanya disebut retardasi mental primer. Sedangkan faktor sekunder disebabkan
oleh faktor luar yang berpengaruh terhadap otak bayi dalam kandungan atau anak-anak.
1. Akibat infeksi dan/atau intoksikasi. Dalam Kelompok ini termasuk keadaan retardasi
mental karena kerusakan jaringan otak akibat infeksi intrakranial, karena serum, obat
atau zat toksik lainnya.
2. Akibat rudapaksa dan atau sebab fisik lain. Rudapaksa sebelum lahir serta juga
trauma lain, seperti sinar x, bahan kontrasepsi dan usaha melakukan abortus dapat
mengakibatkan kelainan dengan retardasi mental. Rudapaksa sesudah lahir tidak
begitu sering mengakibatkan retardasi mental.
3. Akibat gangguan metabolisme, pertumbuhan atau gizi. Semua retardasi mental yang
langsung disebabkan oleh gangguan metabolisme (misalnya gangguan metabolime
lemak, karbohidrat dan protein), pertumbuhan atau gizi termasuk dalam kelompok ini.
Ternyata gangguan gizi yang berat dan yang berlangsung lama sebelum umur 4 tahun
sangat mempengaruhi perkembangan otak dan dapat mengakibatkan retardasi mental.
Keadaan dapat diperbaiki dengan memperbaiki gizi sebelum umur 6 tahun, sesudah
ini biarpun anak itu dibanjiri dengan makanan bergizi, intelegensi yang rendah itu
sudah sukar ditingkatkan.
4. Akibat penyakit otak yang nyata (postnatal). Dalam kelompok ini termasuk retardasi
mental akibat neoplasma (tidak termasuk pertumbuhan sekunder karena rudapaksa
atau peradangan) dan beberapa reaksi sel-sel optak yang nyata, tetapi yang belum
diketahui betul etiologinya (diduga herediter). Reaksi sel-sel otak ini dapat bersifat
degeneratif, infiltratif, radang, proliferatif, sklerotik atau reparatif.
5. Akibat penyakit/pengaruh pranatal yang tidak jelas. Keadaan ini diketahui sudah ada
sejak sebelum lahir, tetapi tidak diketahui etiologinya, termasuk anomali kranial
primer dan defek kogenital yang tidak diketahui sebabnya.
6. Akibat kelainan kromosom. Kelainan kromosom mungkin terdapat dalam jumlah atau
dalam bentuknya.
7. Akibat prematuritas. Kelompok ini termasuk retardasi mental yang berhubungan
dengan keadaan bayi pada waktu lahir berat badannya kurang dari 2500 gram
dan/atau dengan masa hamil kurang dari 38 minggu serta tidak terdapat sebab-sebab
lain seperti dalam sub kategori sebelum ini.
8. Akibat gangguan jiwa yang berat. Untuk membuat diagnosa ini harus jelas telah
terjadi gangguan jiwa yang berat itu dan tidak terdapat tanda-tanda patologi otak.
9. Akibat deprivasi psikososial. Retardasi mental dapat disebabkan oleh fakor-faktor
biomedik maupun sosiobudaya.
5
Nilai IQ
Superior 120-129
Rata-rata 90-110
Yang disebut retardasi mental apabila IQ dibawah 70, retardasi mental tipe ringan masih
mampu didik, retardasi mental sedang mampu latih, sedangkan retardasi mental tipe berat dan
sangat berat memerlukan pengawasan dan bimbingan seumur hidupnya.
a) Tipe klinik
Tipe ini mudah dideteksi sejak dini, karena kelainan fisis maupun mentalnya cukup
berat. Penyebab sering kelainan organik. Kebanyakan anak ini perlu perawatan yang
terus menerus da kelainan ini dapat terjadi pada kelas sosial tinggi ataupun rendah.
Orang tua dar si anak yang menderiita retardasi mental tipe ini cepat mencari
pertolongan karena mereka melihat sendiri kelainan pada anaknya.
b) Tipe sosialbudaya
Biasanya baru diketahui setelah anak masuk sekolah dan ternyata tidak dapat
mengikuti pelajaran. Penampilannya seperti anak normal, sehingga disebut juga
retardasi enam jam. Karena begitu mereka keluar sekolah, mereka dapat bermain
seperti anak-anak yang normal lainnya. Tipe ini kebanyakan berasal dari golongan
sosial ekonomi rendah. Orang tua dari anak tipe ini tidak melihat adanya kelainan
pada anaknya, mereka mengetahui kalau anaknya retardasi dari gurunya atau dari
psikolog, karena anaknya gagal beberapa kali tidak naik kelas. Pada umumnya anak
tipe ini mempunyai taraf IQ golongan borderline dan retardasi mental ringan.
Klasifikasi retardasi mental menurut DSM-IV-TR yaitu :
1. Retardasi mental berat sekali
IQ dibawah 20 atau 25. Sekitar 1 sampai 2 % dari orang yang terkena retardasi
mental.
2. Retardasi mental berat
6
IQ sekitar 20-25 sampai 35-40. Sebanyak 4 % dari orang yang terkena retardasi
mental.
3. Retardasi mental sedang
IQ sekitar 35-40 sampai 50-55. Sekitar 10 % dari orang yang terkena retardasi mental.
4. Retardasi mental ringan
IQ sekitar 50-55 sampai 70. Sekitar 85 % dari orang yang terkena retardasi mental.
Pada umumnya anak-anak dengan retardasi mental ringan tidak dikenali sampai anak
tersebut menginjak tingkat pertama atau kedua disekolah.
Anak tersebut tidak selalu dibedakan dari anak-anak normal sebelum mulai bersekolah di
usia remaja akhir biasanya anak-anak tersebut dapat mempelajari keterampilan akademik
yang kurang lebih sama dengan level kelas 6. Ketika dewasa, anak-anak tersebut mampu
melakukan pekerjaan yang tidak memerlukan keterampilan atau dibalai karya, dirumah
penampungan, meskipun anak-anak tersebut mungkin membutuhkan bantuan dalam
masalah social dan keuangan. Anak-anak tersebut bias menikah dan mempunyai anak.
Anak-anak ini memiliki kelemahan fisik dan difungsi neurologis yang menghasilkan
keterampilan motorik yang normal, seperti memegang dan mewarnai didalam garis, dan
keterampilan motorik kasar, seperti berlari dan memanjat. Anak-anak ini mampu dengan
banyak bimbingan dan latihan, berpergian sendiri di daerah lokal yang tidak asing bagi
mereka, banyak yang tinggal di institusi penampungan, namun sebagian besar hidup
tergantung bersama keluarga atau dalam rumah-rumah bersama yang disupervisi.
Anak-anak tersebut memiliki abnormalitas fisik sejak lahir dan keterbatasan dan
pengendalian sensorik motor. Sebagian besar dimasukkan dalam institusi penampungan
yang membutuhkan bantuan dan supervisi terus-menerus, orang dewasa yang mengalami
retardasi parah dapat berperilaku ramah. Namun biasanya hanya dapat berkomunikasi
secara singkat di level yang sangat konkret. Anak-anak tersebut hanya mampu
melakukan sedikit aktivitas secara mandiri dan sering kali terlihat lesu karena kerusakan
otak yang parah menjadikan anak tersebut relative pasif dan kondisi kehidupan mereka
hanya memberikan sedikit stimulasi. Anak tersebut mampu melakukan pekerjaan yang
sangat sederhana dengan supervisi yang terus-menerus.
Anak tersebut membutuhkan supervisi total dan seringkali harus diasuh sepanjang hidup
anak tersebut. Sebagian besar memiliki abnormalitas fisik berat serta kerusakan
neurologis dan tidak dapat berjalan sendiri kemanapun.
Penyebab spesifik dari retardasi mental yaitu penyebab biologis. Yang dapat
diklasifikasikan yaitu faktor genetik, penyakit infeksi, kecelakaan, dan bahaya lingkungan.
2. Penyakit infeksi
Ibu hamil yang sedang mengalami penyakit infeksi seperti rubella (campak jerman),
syphilis, herpes, dll, yang merupakan infeksi kehamilan yang dapat menyebabkan cacat fisik
dan retardasi mental pada janin. Penyakit infeksi dapat mempengaruhi perkembangan otak
anak setelah lahir.
3. Kecelakaan
Beberapa kecelakaan pada umumnya yang terjadi pada masa kanak-kanak yang dapat
menyebabkan berbagai cedera otak dalam tingkat yang bervariasi dan retardasi mental.
4. Bahaya lingkungan
Beberapa polutan lingkungan dapat menyebabkan keracunan dan retardasi mental. Salah
satu jenis polutan semacam itu adalah merkuri, yang masuk kedalam dengan mengonsumsi
ikan yang mengandung merkuri. Polutan yang lain yaitu timah, kabut asap, dan asap buangan
kendaraan bermotor yang ditimbulkan oleh pembakaran bensin, sehingga menyebabkan
kerusakan ginjal, dan otak, serta anemia, retardasi mental, kejang-kejang, dan kematian.
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan
fisik yang merupakan stigmata kongenital, yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah
ke suatu sindrom penyakit tertentu. Di bawah ini beberapa kelainan fisik dan gejala yang
sering disertai retardasi mental, yaitu (Swaiman, 1989):
1.3. Korioretinitis
8
- Lues kongenital
- Rubela pranatal
- Penyakit sitomegalo virus
2. Kejang
2.1. Kejang umum tonik klonik
- Defisiensi glikogen sinthetase
- Hiperlisinemia
- Hipoglikemia, terutama yang disertai glycogen storage disease I, III, IV, dan
VI.
- Phenyl ketonuria
- Sindrom malabsorbsi methionin, dll.
2.2. Kejang pada masa neonatal
- Arginosuccinic asiduria
- Hiperammonemia I dan II
- Laktik asidosis, dll
3. Kelainan kulit
Bintik cafe-au-lait
- Ataksia-telengiektasia
- Sindrom Bloom
- Neurofibromatosis
- Tuberous sclerosis
4. Kelainan rambut
4.1. Rambut rontok
- Familial laktik asidosis dengan necrotizing ensefalopati
4.2. Rambut cepat memutih
- Atrofi progresif serebral hemisfer
- Ataksia telangiektasia
- Sindrom malabsorbsi methionin
4.3. Rambut halus
- Hipotiroid
- Malnutrisi
5. Kepala
- Mikrosefali
- Makrosefali
Hidrosefalus
Mucopolisakaridase
Efusi subdural
6. Perawakan pendek
9
- Kretin
- Sindrom Prader-Willi
7. Distonia
- Sindrom Hallervorden-Spaz
Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai berikut:
1. Retardasi mental ringan
Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari
mereka ini termasuk dalam tipe sosial budaya, dan diagnosis dibuat setelah anak
beberapa kali tidak naik kelas. Golongan ini ternasuk mampu didik, artinya selain
dapat diajar baca tulis bahkan bisa sampai kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih keterampilan
tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang
normal. Tetapi pada umumnya mereka ini kurang mampu menghadapi stres, sehingga
tetap membutuhkan bimbingan dari keluarganya.
Ciri lain
Survei telah mengenali sejumlah ciri klinis yang lebih sering terjadi pada orang
dengan retardasi mental dibandingkan populasi umum. Ciri-ciri tersebut, yang dapat terjadi
tersendiri atau sebagai bagian dari gangguan mental, adalah hiperaktivitas, toleransi frustrasi
yang rendah, agresi, ketidakstabilan afektif, perilaku motorik stereotipik berulang, dan
perilaku melukai diri sendiri tampaknya lebih sering dan lebih kuat dengan semakin beratnya
retardasi mental. Seringkali sulit memutuskan apakah ciri klinis di atas adalah gangguan
10
mental komorbid atau sekuela langsung dari keterbatasan perkembangan yang disebabkan
oleh retardasi mental.
Diagnosis
Diagnosis didasarkan atas kerusakan otak. Dapat terjadi mulai saat anak dilahirkan
atau mula mula berkembang normal lalu terhambat akibat kelainan yang mengganggu otak.
Observasi klinis mengenai fungsi sekarang, termasuk prestasi dalam pelajaran, keterampilan
motorik, dan kematangan emosional dan sosial. Dilakukan Pemeriksaan psikologis.
WHO memakai pembagian atas dasar psikologis yaitu : borderline ( IQ 68 – 85), mild
(53 – 67), moderate ( 36 – 51), severe (20 – 35), profound (kurang dari 20)
Untuk mendiagnosa retardasi mental dengan tepat, perlu diambil anamnesa dari orang
tua dengan teliti mengenai kehamilan, persalinan dan perkembangan anak. Bila mungkin
dilakukan juga pemeriksaan psikologik, bila perlu diperiksa juga di laboratorium, diadakan
evaluasi pendengaran dan bicara. Observasi psikiatrik dikerjakan untuk mengetahui adanya
gangguan psikiatrik disamping retardasi mental.
Masa lima tahun pertama merupakan masa terbentuknya dasar-dasar kepribadian manusia,
kemampuan penginderaan, berpikir, ketrampilan berbahasa dan berbicara, bertingkah laku
sosial dan sebagainya. Sedangkan masa yang paling menentukan dalam proses tumbuh
kembang seorang anak ialah masa di dalam kandungan ibunya dan kira-kira setahun
sesudahnya. Pada saat itu sel-sel otak sedang tumbuh dan menyempurnakan diri secara pesat
sekali untuk kemudian bertambah sedikit demi sedikit sampai anak berusia 5 tahun (Hutt,
11
1979). Pengertian deteksi dini kelainan tumbuh kembang balita menurut direktorat bina
kesehatan keluarga (1988) merupakan upaya penjaringan yang dilaksanakan secara terpadu
untuk menemukan penyimpangan tumbuh kembang dan mengetahui serta mengenal faktor
resiko baik fisik, biomedik maupun psikososial pada balita. Kegunaan deteksi dini ini adalah
untuk mengetahui penyimpangan tumbuh kembang pada balita secara dini, sehingga upaya
pencegahan, upaya stimulasi dan upaya penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan
dengan indikasi yang jelas sedini mungkin pada masa kritis proses pertumbuhan dan
perkembangan. Alat untuk melakukan deteksi dini berupa tes penyaring yang distandardisasi
oleh direktorat bina kesehatan keluarga (1988) untuk menjaring anak yang mempunyai
kelainan dan mereka yang normal. Macam-macam tes tersebut adalah:
Deteksi resiko keluarga. Tes ini membantu dalam menilai keadaan keluarga apakah
keluarga tersebut memerlukan bantuan dan perhatian khusus atau tidak. Tes skrining
ini hanya dilakukan sekali saja.
Berat badan menurut tinggi badan anak. Pengukuran berat badan anak berdasarkan
tinggi badan anak adalah cara lain yang digunakan untuk menilai status gizi anak.
Pengukuran ini dilaksanakan untuk mengetahui tumbuhnya fisik anak yang tidak
dipisahkan dengan perkembangan non fisik.
Pengukuran lingkar kepala anak. Pengukuran lingkar kepala anak adalah cara untuk
mengetahui perkembangan otak anak. Biasanya besar tengkorak mengikuti
perkembangan otak, sehingga bila ada hambatan pada perkembangan tengkorak,
maka perkembangan otak juga terhambat.kepala anak adalah untuk mengetahui fisik
anak yang tidak dipisahkan dengan perkembangan non fisik.ak.tau tidak. untuk
Pengukuran pra skrining perkembangan. Kuesioner pra skrining perkembangan anak
adalah suatu pertanyaan singkat yang ditujukan kepada orang tua dari anak dan
dipergunakan sebagai alat untuk melakukan skrining pendahuluan perkembangan
anak usia 3 bulan sampai 6 tahun. Bagi setiap golongan umur terdapat 10 pertanyaan
untuk orang tua dan pengasuh anak.
Kuesioner perilaku anak pra sekolah. Kuesioner perilaku anak pra sekolah adalah
sekumpulan kondisi-kondisi perilaku yang digunakan untuk mendeteksi secara dini
kelainan perilaku anak pra sekolah (3-6).
Tes daya lihat dan tes kesehatan mata bagi anak sekolah. Tes ini digunakan untuk
memeriksa ketajaman daya lihat serta kelainan mata pada golongan 3-6 tahun.
Tes daya dengar anak. Tanpa pendengaran yang baik anak tidak dapat belajar
berbicara atau mengikuti pelajaran disekolah dengan baik. Karena itu penting sekali
untuk mengetahui daya dengar anak sedini mungkin.
12
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan adalah kesan global : diperhatikan wajah dan tubuh,
mikrocepali, makrocepali, monolismus, tengkorak semanggi, kraniostenosis, sindroma turge-
weber, tuberosklerosis, kranium bifidum okultum, gargoilismus (Sidharta, 1979).
Tanda-tanda khas sering terdapat pada pertumbuhan ontogenik yang terganggu seperti
anophtalmus, bibir sumbing, daun telinga yang berkedudukan rendah, katarak pada bayi,
palatum durum yang terlalu tinggi, sindaktili, polidaktili, adenoma sebaseum, telapak tangan
yang gemuk dan lebar dengan jari-jari yang pendek, beberapa jari kaki yang lebar,
eritroderma ikhtioform, neurofibromatosis (Sidharta, 1979).
Diagnosis banding
Kelainan ini harus dibedakan dengan anak penyakit pada alat pendengaran atau
penglihatan , afasia, psikosis, kelainan pada proses belajar spesifik (disleksia), kelainan
konstitusi, gangguan emosional.
Anak-anak dari keluarga yang sangat melarat dengan deprivasi rangsangan yang berat
(retardasi mental ini reversibel bila diberi rangsangan yang baik secara dini). Kadang-kadang
anak dengan gangguan pendengaran atau penglihatan dikira menderita retardasi mental.
Mungkin juga gangguan bicara dan “cerebral palsy” membuat anak kelihatan terbelakang,
biarpun intelegensianya normal. Gangguan emosi dapat menghambat kemampuan belajar
sehingga dikira anak itu bodoh. “early infantile” dan skizofrenia anak juga sering
menunjukkan gejala yang mirip retardasi mental.
Pemeriksaan :
Pemeriksaan penunjang
13
1. Kromosomal Kariotipe
Genitalia abnormal.
Tuberous sclerosis.
Kejang lokal.
Neonatal hepatosplenomegali.
Chorioretinitis
Mikroptalmia.
Kalsifikasi intracranial.
Mikrosefali.
Choreoatetosis.
Gout.
14
Sering Mengamuk.
Asidosis Metabolik.
Kejang Mioklonik.
Ataksia.
Degenerasi retina.
Opthalmoplegia.
Hepatomegali.
Tuli.
Degenerasi retina.
Opthalmoplegia.
8. Serum Seng ( Zn )
Acrodermatitis.
Anemia.
Sirosis.
15
Cincin kayser – Fleischer.
Gagal tumbuh.
Mikrosefali.
Atrofi N. Optikus.
Degenerasi retina.
Mioklonus.
Hepatosplenomegali.
Kejang.
Pada orang tuanya perlu diberikan penerangan yang jelas mengenai keadaan anaknya
dan apa yang dapat diharapkan dari terapi yang diberikan. Kadang-kadang diperlukan waktu
yang lama untuk meyakinkan orang tua mengenai keadaan anaknya maka perlu konsultasi
pula dengan psikolog atau psikiater. Disamping itu diperlukan kerja sama yang baik antara
guru dan orang tuanya, agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam strategi penanganan anak
disekolah dan dirumah. Anggota keluarga lainnya juga harus diberi pengertian agar anak
tidak diejek atau dikucilkan. Disamping itu, masyarakat perlu diberikan penerangan tentang
retardasi mental agar mereka dapat menerima anak tersebut dengan wajar.
Anak dengan retardasi mental memerlukan pendidikan khusus yang sesuaikan dengan
taraf IQ-nya. Mereka digolongkan yang mampu didik untuk golongan retardasi mental ringan
dan yang mampu latih untuk anak dengan retardasi mental sedang. Sekolah khusus untuk
anak retardasi mental ini adalah SLB-C. Di sekolah ini diajarkan juga keterampilan-
keterampilan dengan harapan mereka dapat mandiri di kemudian hari. Di ajarkan pula
tentang baik-buruknya suatu tindakan tertentu sehingga mereka diharapkan tidak memerlukan
tindakan yang tidak terpuji, seperti mencuri, merampas, kejahatan seksual dan lain-lain.
Semua anak yang retardasi mental ini juga memerlukan perawatan seperti
pemeriksaan kesehatan yang rutin, imunisasi dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya.
Anak-anak ini juga disertai dengan kelainan fisik yang memerlukan penangan khusus.
Misalnya pada anak yang mengalami infeksi pranataldengan cytomegalovirus akan
mengalami gangguan pendengaran yang progresif walaupun lambat, demikian pula anak
dengan sindrom Down dapat timbul gejala hipotiroid. Masalah nutrisi juga perlu mendapat
perhatian.
17
4) Latihan moral: dari kecil anak harus diberitahukan apa yang baik dan apa yang tidak
baik. Agar ia mengerti maka tiap-tiap pelanggaran disiplin perlu disertai dengan
hukuman dan tiap perbuatan yang baik perlu disertai hadiah.
Para peneliti berusaha mencegah retardasi mental ringan pada anak-anak yang berisiko
mengalaminya karena kondisi serta kekurangan dengan memberikan pelatihan khusus
prasekolah dan berbagai kesempatan social. Anak-anak yang mengalami retardasi mental
yang berat dapat ditinggal dirumah atau dirumah perawatan yang dilengkapi dengan layanan
pendidikan khusus dan psikologis. Hanya orang-orang yang mengalami retardasi mental yang
berat dan sangat beat serta mempunyai cacat fisik yang cenderung tinggal di berbagai
institusi mental.
Konseling kepada orang tua dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan tujuan antara
lain membantu mereka dalam mengatasi frustrasi oleh karena mempunyai anak dengan
retardasi mental. Orang tua sering menghendaki anak diberi obat, oleh karena itu dapat diberi
penerangan bahwa sampai sekarang belum ada obat yang dapat membuat anak menjadi
pandai, hanya ada obat yang dapat membantu pertukaran zat (metabolisme) sel-sel otak.
1) Pencegahan Primer
Pada orang dengan Retardasi Mental yaitu usaha yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya penyakit.
Pendidikan kesehatan pada masyarakat,
Perlindungan terhadap penyakit-penyakit yang potensial dapat menyebabkan
Retardasi Mental, misalnya melalui imunisasi.perbaikan keadaan Sosio-
Ekonomi,
Konseling Genetik dan Tindakan Kedokteran (seperti perawatan Prenatal yang
baik, pertolongan persalinan yang baik, kehamilan pada wanita Adolesen dan
diatas 40 tahun dikurangi dan pencegahan peradangan otak pada anak-anak).
Pemeriksaan kehamilan yang rutin,
Nutrisi yang baik selama kehamilan
Program BKB ( Bina Keluarga dan Balita ) yang merupakan stimulasi mental
dini dan bisa dikembangkan juga deteksi dini maka dapat mengoptimalkan
perkembangan anak.
18
2) Pencegahan Sekunder
Meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak
Perdarahan Subdural
Kraniostenosis (sutura tengkorak menutup terlalu cepat, dapat dibuka dengan
Kraniotomi; pada Mikrosefali yang Kogenital, operasi tidak menolong)
3) Pencegahan Tersier
Merupakan pendidikan penderita atau latihan khusus sebaiknya disekolah luar biasa.
Tindakan pencegahan lainnya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya RM:
a. Genetik
Penyaringan prenatal (sebelum lahir) untuk kelainan genetik dan konsultasi genetik
untuk keluarga-keluarga yang memiliki resiko dapat mengurangi angka kejadian RM
yang penyebabnya adalah faktor genetik.
b. Sosial
Program sosial pemerintah untuk memberantas kemiskinan dan menyelenggarakan
pendidikan yang baik dapat mengurangi angka kejadian RM ringan akibat kemiskinan
dan status ekonomi yang rendah.
c. Keracunan
Program lingkungan untuk mengurangi timah hitam dan merkuri serta racun lainnya
akan mengurangi RM akibat keracunan.
Meningkatkan kesadaran masyarakat akan efek dari pemakaian alkohol dan obat-
obatan selama kehamilan dapat mengurangi angka kejadian RM.
d. Infeksi
Pencegahan rubella kongenitalis merupakan contoh yang baik dari program yang
berhasil untuk mencegah salah satu bentuk RM.
Kewaspadaan yang konstan (misalnya yang berhubungan dengan kucing,
toksoplasmosis dan kehamilan), membantu mengurangi RM akibat toksoplasmosis.
1.9 Prognosis
Retardasi mental yang diketahui penyakit dasarnya, biasanya prognosisnya lebik baik.
Tetapi pada umumnya sukar untuk menemukan penyakit dasarnya. Anak dengan retardasi
mental ringan, dengan kesehatan yang baik, tanpa penyakit kardiorespirasi, pada umumnya
umur harapan hidupnya sama dengan orang yang normal. Tetapi sebaliknya retardasi mental
yang berat dengan masalah kesehatan dan gizi, sering meninggal pada usia muda.
Bayi mulai disusukan sedini mungkin, 3 jam setelah lahir. Waktu dan lama menyusui
disesuaikan dengan kebutuhan bayi (on demand). Hindari pemberian makanan tambahan
seperti madu, air, larutan glukosa dan makanan prelakteal lainnya.
19
Vitamin A 1500 SI dan D 400 SI mulai diberikan umur 2 bulan. Pada golongan sosioekonomi
rendah, jika gizi ibu kurang dan makannya kurang bergizi, boleh dimulai umur 1 bulan.
Buah-buahan dianjurkan mulai diberikan pada umur 3 bulan, BB minimal 4,5 kg dan tidak
ada diare. Jenis buah yang diberikan bisa pisang atau pepaya (60 gr) dalam bentuk
dihaluskan, air jeruk atau sari tomat (50-60 ml). Buah mengandung provitamin A dan vitamin
C, mineral dan sedikit kalori.
Pada bulan keempat biasanya dimulai pemberian makanan padat yang pertama dengan pada
bayi dengan BB kurang lebih 6 kg, yaitu bubur susu yang dapat dibuat dari tepung (beras atau
jagung), susu dan gula. Tujuan pemberian makanan padat mulai 4 bulan antara lain :
- Puncak produksi ASI pada bulan ketiga, sesudahnya produksi akan menetap atau
menurun.
- Kebutuhan bayi semakin meningkat untuk pertumbuhan dan aktivitasnya.
- Merupakan persiapan atau adaptasi untuk menyapih (beberapa minggu.
- Melatih gusi dan gigi bayi untuk mengunyah.
Waktu untuk memberikan makanan lunak dapat dipilih yang sesuai, misalnya jam 09.00
dengan memperhatikan bahwa kira-kira 2 jam sebelumnya tidak diberikan apa-apa. Dengan
demikian bayi menyusui sesuai dengan kebutuhannya, diberi bubur susu satu kali dan buah-
buahan satu kali. Pada umur ini dapat pula diberikan telur ayam, akan tetapi perlu waspada
terhadap kemungkinan alergi dengan gejala urtikaria. Bila terjadi hal ini, pemberian telur
ditangguhkan.
Dapat diberikan 1 kali bubur susu sehari, 1 kali nasi tim, buah-buahan, biskuit dan telur. Nasi
tim dapat dibuat sendiri dengan memasak 50 gr nasi. 50 gr sayur (wortel/bayam), 25 gr hati
(tahu / daging) dan 250 ml air, lalu disaring. Bila terlalu merepotkan, tersedia nasi tim instant
antara lain: Nestle, SUN, Nutricia, Promina, dan lain-lain.
Selama masa bayi nasi tim harus disaring terlebih dahulu untuk memudahkan menelannya
dan tidak banyak mengandung serat-serat yang dapat mempersulit pencernaan.
Bubur susu diberikan sekali sehari yaitu pada pagi hari sebagai makan pagi, misalnya sekitar
jam 09.00, dan pada siang harinya dapat diberikan nasi tim, sebagai makan siang, sekitar jam
13.00. Pada sore hari sebagai makan malam sekitar jam 17.00 - 18.00, dapat dipilih apakah
akan memberikan nasi tim atau bubur susu.
Pengaturan makan yang berhasil pada masa bayi mempermudah pengaturan makan pada usia
selanjutnya. Pada akhir masa bayi, bayi telah dibiasakan menerima makanan padat 3 kali
20
sehari, yaitu pada waktu pagi (makan pagi), siang (makan siang) dan sore atau malam (makan
malam). Selama masa bayi telur cukup diberikan sekali sehari, bila bayi tidak alergi. Telur
dapat dimakan tersendiri setelah dimasak matang atau setengah matang atau dimakan
bersama-sama dengan nasi tim.
Makanan Buatan
Memberikan makanan buatan hanya dibenarkan bila menyusukan tidak dapat dilaksanakan,
karena :
Kebanyakan makanan untuk menggantikan ASI dibuat dari susu sapi. Hampir semuanya
terdapat dalam keadaan bubuk, hanya memerlukan pengenceran dengan air matang sebelum
diberikan kepada bayi.
Menurut rasanya : manis dan asam. Contoh pengganti ASI yang manis ialah susu sapi
yang diencerkan sendiri, SGM, S-26, Morinaga manis, Isomil, Enfamil, Vitalac, dan
lain-lain. Contoh pengganti ASI asam ialah Camelpo-2, Eledon, Dumex, Cap Bendera
Asam.
Menurut pH cairan : diasamkan (acidified, acidulated) dan tidak diasamkan (non
acidified, non-acidulated). Contoh dan sifat serupa dengan pengganti ASI asam yang
manis dan asam.
Menurut kadar nutrien : pengganti ASI rendah laktosa, misalnya Almiron Isomil,
Sobee, Nutramigen. Pengganti ASI rendah lemak misalnya Eledon, pengganti ASI
dengan lemak yang terdiri dari asam lemak dengan rantai C8-10, misalnya Portagen.
Menurut bahan atau sumber protein : Pengganti ASI dari kacang kedele, misalnya
Sobee, Isomil. Umumnya pengganti ASI dari bahan makanan yang tidak berasal dari
susu digunakan untuk bayi yang alergi terhadap susu ibu atau susu sapi.
Menurut maksud penggunaan : pengganti ASI yang dimaksudkan untuk
menggantikan peranan ASI atau untuk melengkapi kekurangan ASI dan Pengganti
ASI yang dimaksudkan untuk diet dalam pengobatan penyakit metabolik bawaan
(inborn error of metabolism), misalnya Lofenalac untuk bayi dengan fenilketonuria,
Portagen untuk bayi dengan gangguan pencernaan lemak (pada kistik fibrosis),
Nutramigen, Sobee, Isomil untuk bayi dengan galaktosemia dan sebagainya.
21
Selanjutnya ada penggolongan berdasarkan komposisi nutrien yaitu Adapted Formula yang
mempunyai komposisi nutrien serupa ASI (contohnya Vitalac, S-26, Nutrilon) dan Complete
Formula yaitu formula lain yang mengandung lengkap nutrien (contohnya SGM, Lactogen,
Enfamil, Morinaga).
Kebanyakan bayi yang mengkonsumsi Susu Formula sebelum usia 6 bulan, menderita
penyakit Alergi Susu Sapi (Cow's Milik Allergy). Gejala klinis yang paling sering ditemukan
adalah batuk kronis dan berulang, diare, dermatitis atopik, urtikaria, dan rhinitis alergi.
Gejala-gejala ini muncul sebelum usia 1 tahun. Hal ini seharusnya memberikan kesadaran
bagi ibu-ibu yang masih memiliki banyak ASI agar tidak menghentikan menyusui bayinya.
Mengenai tahap-tahap peningkatan dalam pengaturan makan, jadwal waktu makan untuk
makanan pelengkap dan vitamin tidak ada perbedaan dengan pengaturan makan dengan
pemberian ASI / menyusukan. Perbedaan pokok ialah pemberian susu non-ASI sebagai ganti
untuk disusukan. Bayi diberi pengganti ASI dengan botol susu atau dengan sendok (lazimnya
diberikan dengan botol susu). Jumlah pengganti ASI yang harus diberikan harus
diperhitungkan menurut kebutuhan nutrien, terutama kalori dan cairan.
Bila pengganti ASI diberikan dengan tujuan untuk melengkapi ASI (mixed-feeding),
hendaknya diberikan dengan sendok atau gelas saja agar tidak mengganggu proses menyusu
yang dapat merugikan laktasi lebih lanjut.
Makanan Anak Sehat dikelompokkan berdasarkan umurnya dalam 4 golongan umur, yaitu :
golongan anak prasekolah (1 - 3 tahun), golongan anak sekolah (4 - 12 tahun), dan golongan
remaja (12 - 18 tahun). Di antara golongan umur tersebut terdapat perbedaan mengenai
kebutuhan nutrien, kemampuan menerima makanan, kecepatan tumbuh dan aktivitas. Akan
tetapi pada umumnya kepada mereka telah dapat diberikan jadwal waktu makan yang serupa,
yaitu 3 kali makan dan diantaranya dapat diberikan makanan kecil (snack). Makanan untuk
anak dianjurkan terdiri dari :
- Makanan pokok, yaitu sumber kalori, misalnya roti, nasi, jagung, ketela, sagu, ubi
jalar.
- Lauk pauk, terdiri dari : Sumber protein hewan ---> telur, daging, ikan.
- Sumber protein nabati ---> kacang-kacangan, seperti kacang kedele, kacang hijau,
kacang merah; sayuran hijau atau berwarna, misalnya bayam, tomat, wortel; bahan
makanan yang telah diproses terlebih dahulu, misalnya tahu, tempe.
22
- Buah-buahan, sumber vitamin A dan C, misalnya jeruk, pisang, pepaya.
- Tambahan susu 2 kali sehari, yaitu 250 ml setiap kali minum. Waktu makan lazim
disebut dengan makan pagi, makan siang dan makan malam. Waktu makan untuk
makanan kecil (snack) ialah jam 11.00 dan jam 16.00
Golongan umur 1 - 3 tahun Anak dalam golongan umur ini sangat rentan terhadap penyakit
gizi. Angka tertinggi untuk morbiditas penyakit defisiensi vitamin A dan malnutrisi energi
protein (MEP) terdapat dalam golongan umur ini. Gigi susu telah lengkap pada umur 2-2,5
tahun, akan tetapi belum dapat digunakan untuk mengerat dan mengunyah makanan yang
keras. Terutama untuk golongan 1 - 2 tahun masih perlu diberikan nasi tim meskipun tidak
perlu disaring. Mereka perlu diberikan makan terpisah dengan waktu makan anak besar dan
anggota keluarga yang lain untuk menghindarkan pengaruh kurang baik. Mereka sudah boleh
diajari mencoba, mencicipi, makanan yang lunak, tidak pedas dan tidak merangsang.
Pemberian gula-gula (permen) yang terlalu banyak mengandung karamel dihindarkan atau
sangat dibatasi untuk menjaga karies (gigi berlubang). Kebutuhan nutrien relatif kurang.
Pertumbuhan lambat, aktifitas mulai banyak, masih rawan terhadap penyakit gizi dan infeksi.
Waktu makan boleh bersama-sama dengan orang dewasa. Mereka telah dapat memilih
makanan dan makan sendiri. Golongan umur 7 - 12 tahun Mengenai kebutuhan nutrien perlu
diperhatikan kebutuhan kalori yang lebih banyak karena mereka telah lebih banyak
melakukan aktifitas jasmani. Gigi susu berangsur-angsur tanggal dan kemudian gigi
permanen mulai lengkap. Sebelum pergi ke sekolah perlu makan pagi yang cukup untuk
menghindarkan kemungkinan hipoglikemi. Mereka mungkin jajan di luar yang dapat
mengakibatkan gangguan pencernaan. Akan tetapi mereka sudah cukup mempunyai daya
tahan terhadap penyakit gizi dan infeksi.
23
Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah
satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam
pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang
dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut :
a. Umur
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan
akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan
maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan
penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya
kecenderunagn untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun.
Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah
1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam
bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan ( Depkes, 2004).
b. Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa
jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang
mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat
badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau
melakukan penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran
dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan
paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja
tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan
perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Djumadias Abunain, 1990).
c. Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari
keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan
gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan
kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi
badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan)
jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya
dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran
keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun
( Depkes RI, 2004).
Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan
status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan
Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya
gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh (M.Khumaidi, 1994).
Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan sensitive/peka dalam
menunjukkan keadaan gizi kurang bila dibandingkan dengan penggunaan BB/U.
Dinyatakan dalam BB/TB, menurut standar WHO bila prevalensi kurus/wasting < -2SD
diatas 10 % menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat
serius dan berhubungan langsung dengan angka kesakitan.
Tabel 1 : Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku Antropometeri
WHO-NCHS
24
Indeks yang Batas
No Sebutan Status Gizi
dipakai Pengelompokan
Data baku WHO-NCHS indeks BB/U, TB/U dan BB/TB disajikan dalan dua versi
yakni persentil (persentile) dan skor simpang baku (standar deviation score = z). Menurut
Waterlow,et,al, gizi anak-anak dinegara-negara yang populasinya relative baik (well-
nourished), sebaiknya digunakan “presentil”, sedangkan dinegara untuk anak-anak yang
populasinya relative kurang (under nourished) lebih baik menggunakan skor simpang baku
(SSB) sebagai persen terhadap median baku rujukan ( Djumadias Abunaim,1990).
Tabel 2: Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks Antropometri (BB/U,TB/U, BB/TB Standart
Baku Antropometeri WHO-NCHS)
Umur : karena umur dengan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB berdasarkan WHO-NCHS
hanya dibatasi < 18 tahun maka disini dicontohkan anak laki-laki usia 15 tahun
26
= Z Score = ( 145 kg – 169 ) / 8.1 = - 3.0 SD
Kriteria objektifnya dinyatakan dalam rata-rata dan jumlah Z score simpang baku (SSB)
induvidu dan kelompok sebagai presen terhadap median baku rujukan (Waterlow.et al,
dalam, Djuamadias, Abunain, 1990) Untuk menghitung SSB dapat dipakai rumus :
NIS NMBR
Skor Baku Rujukan
NSBR
27
NMBR : Nilai Median Baku Rujukan
NSBR : Nilai Simpang Baku Rujukan
Dan juga status gizi diinterpretasikan berdasarkan tiga indeks antropomteri, (Depkes,
2004). Dan dikategorikan seperti yang ditunjuukan pada tabel 3
Tabel 3: Kategori Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks (BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku
Antropometeri WHO-NCHS)
Sarapan pagi bagi anak usia sekolah sangatlah penting, karena waktu sekolah adalah
penuh aktifitas yang membutuhkan energi dan kalori yang cukup besar. Untuk sarapan pagi
harus memenuhi sebanyak ¼ kalori sehari. Dengan mengkonsumsi 2 potong roti dan telur;
satu porsi bubur ayam; satu gelas susu dan buah; akan mendapatkan 300 kalori. Bila tidak
sempat sarapan pagi sebaiknya anak dibekali dengan makanan/snack yang berat (bergizi
lengkap dan seimbang) misalnya : arem-arem, mi goreng atau roti isi daging. Makan siang
biasanya menu makanannya lebih bervariasi karena waktu tidak terbatas. Makan malam
merupakan saat makan yang menyenangkan karena bisa berkumpul dengan keluarga.
Protein. Protein berfungsi untuk pertumbuhan sel dan fungsi otak serta perlindungan
terhadap infeksi. Sedangkan asam amino berperan sebagai neurotransmitter atau bahan zat
pengantar ransang saraf, dan mempengaruhi perilaku, seperti emosi, kontrol diri dan
konsentrasi. Asam amino esensial adalah jenis asam amino yang dibutuhkan tubuh namun
tubuh tidak dapat memproduksi sendiri dan diperoleh dari asupan makanan, contohnya
cystine dan lysine.
Lemak. Secara kimia, otak yang banyak mengandung lapisan membrane lemak. Agar otak
dapat berfungsi dengan baik diperlukan asam lemak omega 3 dan omega 6. Penelitian dari
Bagian Gizi Masarakat Universita Indonesia juga memberikan kesimpulan bahwa asam
lemak omega 3 dan omega 6 yang terapat di dalam ASI, minyak ikan, dan ikan mempunyai
peranan penting dalam meningkatkan kecerdasan anak.
Omega 3. Asam alfa linoleat termasuk dalam kelompok asam lemak tidak jenuh ganda rantai
panjang (Long Chain Polyunsaturated Fatty Acid = LCPUFA) . LCPUFA merupakan
pembuat utama sistem saraf. Kekurangan (defisiensi) Omega 3 akan menyebabkan adanya
gangguan pada sistem penglihatan, daya ingat, gangguan perilaku dan kekebalan tubuh.
Omega 3 terdapat pada brokoli, bayam, daun selada, unggas, dan beberapa jenis ikan, seperti
tuna, salmon, sardin, mackerel, dan herring.
Karbohidrat. Merupakan sumber zat tenaga atau energi. Energi sangat dibutuhkan otak
sebagai sumber energi sel-sel otak dan pembentukan kabel saraf otak untuk proses berpikir.
Karbohidrat juga berperan untuk menangkap dan menyimpan data dalam memori otak.
Sumber karbohidrat mudah ditemui di bahan makanan pokok, seperti nasi, roti, gandum, dan
29
biskuit.
Vitamin. Berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan otak bayi dan balita serta
pembentukan dan pengembangan fungsi sel-sel otak, seperti peran Vitamin A dalam
membantu pembentukan dan pertumbuhan sel saraf. Vitamin A banyak terdapat pada wortel,
hati sapi, hati ayam, jeruk, dan bayam. Vitamin B6 yang berperan dalam membantu proses
metabolisme asam amino (protein) yang merupakan salah satu komponen pembentuk otak.
Proses pembentukan neurotransmitter juga dibantu oleh vitamin ini.
Vitamin B9 atau yang lebih dikenal dengan asam folat juga sangat berperan mencegah
kelainan seperti otak tidak berkembang (anensefali). Beberapa bahan makanan yang
mengandung asam folat adalah hati sapi, bayam, brokoli, pisang, susu, gandum, kuning telur
ayam, jus jeruk dan kacang almond. Vitamin lainnya yaitu vitamin c juga berperan sebagai
pembentuk neurotransmitter.
Mineral. Adalah unsur pelengkap yang membantu pertumbuhan dan perkembangan bayi dan
balita. Jenis-jenis mineral yang dibutuhkan untuk perkembangan otak adalah sodium,
potasium, kalsium, besi, seng, yodium dan klorida. Sebut saja sodium, potasium dan kalsium
berperan dalam proses neurotransmitter antara satu sel dengan sel saraf lain, termasuk sel
otak. Zat besi (Fe) berfungsi untuk pembentukan myelin (selaput lemak pelindung akson).
Zat besi juga berguna untuk kecepatan penghantar saraf, pemrosesan informasi dan
kecerdasan.
WHO memberi batasan anak usia sekolah adalah anak dengan usia 6-12 tahun.
Mereka berbeda dengan orang dewasa, karena anak mempunyai ciri yang khas yaitu selalu
tumbuh dan berkembang, sampai berakhirnya masa remaja. Anak sekolah sedang mengalami
pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan merupakan bertambahnya ukuran dan jumlah
sel serta jaringan tubuh yang berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh.
Sedangkan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks (Nasar, 2005).
Anak usia sekolah sedang mengalami: (1) Perkembangan fisik. Fisik anak usia
sekolah lebih kuat dibandingkan usia dibawahnya, sehingga aktivitas fisiknya tampak lebih
menonjol dan mempunyai kemampuan motorik/bermain ; (2) Perkembangan mental. Anak
mempunyai minat terhadap tugas-tugas sekolah seperti membaca, menulis, berhitung dan
menggambar. Mereka senang bertanya kepada orang lain (guru atau orang tua) dimana
mereka sedang mengeksplorasi apa yang dilihat dan dirasakan; (3) Perkembangan emosi.
Anak pada usia ini sudah mampu mengendalikan emosi. Anak sudah dapat mengendalikan
emosi di lingkungannya tetapi di luar rumah kadang masih kurang; (4) Perkembangan sosial.
Anak sedang mempelajari cara bersosialisasi pada peran social di masyarakat.
Anak sekolah sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan seorang anak oleh
karena itu diperlukan asupan makanan yang mengandung gizi seimbang, agar proses tersebut
tidak terganggu. Pada masa sekolah selain peran orang tua, kesadaran anak sekolah juga
diperlukan karena mereka sudah mampu memilih makanan mana yang dia sukai. Status gizi
baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan
secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan
kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi adalah keadaan
tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2002).
30
Fase usia sekolah membutuhkan asupan makanan yang bergizi untuk menunjang masa
pertumbuhan dan perkembangannya. Kebutuhan tubuh akan energi jauh lebih besar
dibandingkan usia sebelumnya, karena anak sekolah lebih banyak melakukan aktivitas fisik
seperti bermain, berolahraga atau membantu orangtuanya. Memasuki usia 10-12 tahun, anak
semakin membutuhkan energi dan zat gizi yang lebih besar dibanding anak yang berusia di
bawahnya. Pada usia ini pemberian makanan untuk anak laki-laki dan perempuan mulai
dibedakan.
Gizi menjadi masalah yang penting bagi anak sekolah, karena gizi bisa mencerdaskan
anak. Anak yang kekurangan gizi mudah mengantuk dan kurang bergairah yang dapat
menganggu proses belajar di sekolah dan menurun prestasi belajarnya, daya pikir anak juga
akan kurang, karena pertumbuhan otaknya tidak optimal.
Orang tua perlu memerikan perhatian pada anak usia sekolah, karena pada umumnya
mereka disibukkan dengan berbagai kegiatan di luar rumah sehingga cenderung melupakan
waktu makan termasuk kebiasaan makan pagi. Makan pagi yang cukup akan memenuhi
kebutuhan energi selama belajar di sekolah, sekaligus mencegah penurunan kadar gula darah
yang berakibat pada terganggunnya konsentrasi anak dalam menerima pelajaran di sekolah.
Pola asupan makanan yang tidak seimbang pada anak usia sekolah dalam jangka
waktu yang lama akan menyebabkan kurangnya gizi dalam tubuh. Anak usia sekolah sangat
memerlukan asupan makanan yang seimbang untuk menunjang tumbuh kembangnya. Anak
sekolah perlu mendapat asupan gizi yang seimbang, sehingga akan tumbuh sesuai
perkembangan usianya dan ada kesesuaian antara BB/umur, TB/umur dan BB/TB. Pola
asupan makanan dan pengaturan makanan untuk anak usia sekolah sangat penting dilakukan.
Diet seimbang anak usia sekolah yang baik adalah rendah lemak, tinggi kalsium dan
adekuat tapi kalorinya tidak berlebihan. Syarat pemberian makanan bagi anak antara lain : (1)
memenuhi kecukupan energi dan semua zat gizi yang sesuai dengan umurnya; (2) susunan
hidangan disesuaikan dengan pola menu seimbang; (3) bentuk dan porsi makanan
disesuaikan dengan daya terima, toleransi dan keadaan faali anak; (4) memperhatikan
kebersihan perorangan/anak dan lingkungan.
Periode Adolesensia ditandai dengan pertumbuhan yang cepat (Growth Spurt) baik
tinggi badannnya maupun berat badannya. Pada periode growth spurt, kebutuhan zat gizi
tinggi karena berhubungan dengan besarnya tubuh.
Growth Spurt :
Anak perempuan : antara 10 dan 12 tahun
Anak laki-laki : umur 12 sampai 14 tahun.
31
Permulaan growth spurt pada anak tidak selalu pada umur yang sama melainkan
tergantung individualnya. Pertumbuhan yang cepat biasanya diiringi oleh pertumbuhan
aktivitas fisik sehingga kebutuhan zat gizi akan naik pula.
Penyelidikan membuktikan bahwa apabila manusia sudah mencapai usia lebih dari 20
tahun, maka pertumbuhan tubuhnya sama sekali sudah terhenti. Ini berarti, makanan tidak
lagi berfungsi untuk pertumbuhan tubuh, tetapi untuk mempertahankan keadaan gizi yang
sudah didapat atau membuat gizinya menjadi lebih baik. Dengan demikian, kebutuhan akan
unsure-unsur gizi dalam masa dewasa sudah agak konstan, kecuali jika terjadi kelainan-
kelainan pada tubuhnya, seperti sakit dan sebagainya. Sehingga mengharuskandia
mendapatkan kebutuhan zat gizi yang lebih dari biasanya.
Data terbaru dari kesehatan nasional dan survey pengujian ilmu gizi (NHNES)
menyatakan bahwa konsumsi energi wanita dari umur 11 sampai 51 tahun bervariasai, dari
kalori yang rendah (sekitar 1329) sampai kalori yang tinggi (1958 kalori).
Pada anak remaja kudapan berkontribusi 30 % atau lebih dari total asupan kalori remaja
setiap hari. Tetapi kudapan ini sering mengandung tinggi lemak, gula dan natrium dan dapat
meningkatkan resiko kegemukan dan karies gigi. Oleh karena itu, remaja harus didorong
untuk lebih memilih kudapan yang sehat. Bagi remaja, makanan merupakan suatu kebutuhan
pokok untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya. Kekurangan konsumsi makanan,
baik secara kualitatif maupun kuantitatif, akan menyebabkan metabolisme tubuh terganggu.
Kecukupan gizi merupakan kesesuaian baik dalam hal kualitas maupun kuantitas zat-zat
gizi sesuai dengan kebutuhan faali tubuh. Kebutuhan energi diperlukan untuk kegiatan
sehari-hari maupun untuk proses metabolisme tubuh. Cara sederhana untuk mengetahui
kecukupan energi dapat dilihat dari berat badan seseorang. Pada remaja perempuan 10-12
tahun kebutuham energinya 50-60 kal/kg BB/ hari dan usia 13-18 tahun sebesar 40-50 kal/ kg
BB/ hari.
Lemak dapat diperoleh dari daging berlemak, jerohan dan sebagainya. Kelebihan lemak akan
disimpan oleh tubuh sebagai lemak tubuh yang sewaktu- waktu diperlukan. Departemen
32
Kesehatan RI menganjurkan konsumsi lemak dibatasi tidak melebihi 25 % dari total energi
per hari, atau paling banyak 3 sendok makan minyak goreng untuk memasak makanan sehari.
Asupan lemak yang terlalu rendah juga mengakibatkan energi yang dikonsumsi tidak
mencukupi, karena 1 gram lemak menghasilkan 9 kalori. Pembatasan lemak hewani dapat
mengakibatkan asupan Fe dan Zn juga rendah.
Kebutuhan vitamin dan mineral pada saat ini juga meningkat. Golongan vitamin B yaitu
vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin) maupun niasin diperlukan dalam metabolisme
energi. Zat gizi yang berperan dalam metabolisme asam nukleat yaitu asam folat dan vitamin
B12. Vitamin D diperlukan dalam pertumbuhan kerangka tubuh/ tulang. Selain itu, agar sel
dan jaringan baru terpelihara dengan baik, maka kebutuhan vitamin A, C dan E juga
diperlukan.
Kekurangan Fe/ zat besi dalam makanan sehari-hari dapat menimbulkan kekurangan darah
yang dikenal dengan anemia gizi besi (AGB). Makanan sumber zat besi adalah sayuran
berwarna hijau, kacang-kacangan, hati, telur dan daging. Fe lebih baik dikonsumsi bersama
dengan vitamin C, karena akan lebih mudah terabsorsi.
Kebutuhan energi dan nutrisi dipengaruhi oleh usia reproduksi, tingkat aktivitas dan status
nutrisi. Nutrisi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan. Kekurangan
nutrisi pada seorang yang mengalami anemia dan kurang berat badan lebih banyak akan
melahirkan bayi BBLR (berat badan lahir rendah) dibandingkan dengan wanita dengan usia
reproduksi yang aman untuk hamil.
Pendidikan Gizi Pada Wanita Remaja Dan Dewasa
Pendidikan gizi pada wanita remaja dan dewasa diperlukan untuk mencapai status gizi yang
baik dan berperilaku gizi yang baik dan benar. Adapun pesan dasar gizi seimbang yang
diuraikan oleh Depkes adalah:
1. Makanlah aneka ragam makanan.
Tidak satupun jenis makanan yang mengandung semua zat gizi, yang mampu
membuat seseorang hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif. Makan makanan
yang mengandung unsur-unsur gizi yang diperlukan oleh tubuh baik kualitas maupun
kuantitas. Jadi, mengonsumsi makanan yang beraneka ragam menjamin terpenuhinya
kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
7. Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan dan tambahkan MP-ASI
sesudahnya.
ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi, karena mempunyai kelebihan yang
meliputi 3 aspek baik aspek gizi, aspek kekebalan dan kejiwaan.
Rasulullah s.a.w. bersabda: “Setiap bayi itu dilahirkan dalam keadaan fitrah (tauhid, iman).
Orang tuanyalah yang (potensial) menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”
Oleh karena itu tanggung jawab orang tua terhadap anak-anak mereka amat besar. Mereka
dituntut untuk bersungguh-sungguh mendidik, mengasuh, dan mengajar, serta memperhatikan
anak-anak mereka sejak usia dini, baik dari segi agama (ibadah dan akidah), intelektualitas,
mental, akhlak, maupun jasmani. Juga sikap istiqamah (konsistensi) terhadap kebenaran dan
petunjuk agama yang lurus.
34
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras,
dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan”. (Q.S. At-Tahrim [66]: 6)
Tanggung jawab para bapak terhadap anak-anak mereka besar, tetapi tanggung jawab para
ibu lebih lebih berat dan penting. Sungguh indah kata mutiara Ahmad Syauqi: “Ibu adalah
sekolah (utama). Jika engkau persiapkan dia dengan sungguh-sungguh, engkau telah
mempersiapkan (lahirnya) sebuah generasi bangsa yang harum namanya.
Bukan saja sang anak, orang tua pun mempunyai kewajiban terhadap anak yang harus
ditunaikan. Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah sebuah wujud aktualitas hak-hak
anak yang harus dipenuhi oleh orang tua
1. Anak mempunyai hak untuk hidup
Allah berfirman:
‘Janganlah kamu membunuh anak anakmu karena takut miskin. Kami akan
memberikan rizqi kepadamu dan kepada mereka.’ ( QS. Al-An’am: 151)
Dari ayat tersebut sangat jelas bahwa orang tua mempunyai kewajiban agar anak tetap
bisa hidup betapapun susahnya kondisi ekonomi orang tua. Ayat itu juga memberi
jaminan kepada kita bahwa Allah pasti akan memberikan rizqi baik kepada orang tua
maupun sang anak, asalkan tentu saja berusaha.
2. Menyusui
Wajib atas seorang ibu menyusui anaknya yang masih kecil, sebagaimana firman
Allah yang artinya: Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun
penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. (QS AI Baqarah: 233)
Berkenaan dengan nama-nama yang bagus untuk anak, Rasulullah saw bersabda,
“Sesungguhnya kamu sekalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama-nama
kamu sekalian, maka perbaguslah nama kalian.” (HR.Abu Dawud)
Pemberian ‘nama yang baik’ bagi anak adalah awal dari sebuah upaya pendidikan
terhadap anak anak. Ada yang mengatakan; ‘apa arti sebuah nama’. Ungkapan ini
tidak selamanya benar. Islam mengajarkan bahwa nama bagi seorang anak adalah
sebuah do’a. Dengan memberi nama yang baik, diharapkan anak kita berperilaku baik
sesuai dengan namanya. Adapun setelah kita berusaha memberi nama yang baik, dan
telah mendidiknya dengan baik pula, namun anak kita tetap tidak sesuai dengan yang
kita inginkan, maka kita kembalikan kepada Allah s.w.t.
4. Mengaqiqahkan Anak
Menurut keterangan A. Hasaan ‘aqiqah adalah; ‘ menyembelih kambing untuk (bayi)
yang baru lahir, dicukur dan diberi nama anak itu, pada hari ketujuhnya. Rasulullah
s.a.w. bersabda; ‘Tiap tiap seorang anak tergadai dengan ‘aqiqahnya. Disembelih
(‘aqiqah) itu buat dia pada hari yang ketujuhnya dan di cukur serta diberi nama dia.’
(Diriwayatkan oleh Ahmad dan Imam yang empat dan dishahihkan oleh At Tirmidzy,
hadits dari Samurah ).
5. Mendidik anak
Pada suatu kesempatan, Amirul Mukminin Umar bin Khaththab kehadiran seorang
tamu lelaki yang mengadukan kenakalan anaknya, “Anakku ini sangat bandel.”
tuturnya kesal. Amirul Mukminin berkata, “Hai Fulan, apakah kamu tidak takut
kepada Allah karena berani melawan ayahmu dan tidak memenuhi hak ayahmu?”
Anak yang pintar ini menyela. “Hai Amirul Mukminin, apakah orang tua tidak punya
kewajiban memenuhi hak anak?”
Umar ra menjawab, “Ada tiga, yakni: pertama, memilihkan ibu yang baik, jangan
sampai kelak terhina akibat ibunya. Kedua, memilihkan nama yang baik. Ketiga,
mendidik mereka dengan al-Qur’an.”
Mendengar uraian dari Khalifah Umar ra anak tersebut menjawab, “Demi Allah,
ayahku tidak memilihkan ibu yang baik bagiku, akupun diberi nama “Kelelawar
Jantan”, sedang dia juga mengabaikan pendidikan Islam padaku. Bahkan walau satu
ayatpun aku tidak pernah diajari olehnya. Lalu Umar menoleh kepada ayahnya
seraya berkata, “Kau telah berbuat durhaka kepada anakmu, sebelum ia berani
kepadamu….”
Mendidik anak dengan baik merupakan salah satu sifat seorang ibu muslimah. Dia
senantiasa mendidik anak-anaknya dengan akhlak yang baik, yaitu akhlak
Muhammad dan para sahabatnya yang mulia. Mendidik anak bukanlah (sekedar)
36
kemurahan hati seorang ibu kepada anak-anaknya, akan tetapi merupakan kewajiban
dan fitrah yang diberikan Allah kepada seorang ibu.
Mendidik anak pun tidak terbatas dalam satu perkara saja tanpa perkara lainnya,
seperti (misalnya) mencucikan pakaiannya atau membersihkan badannya saja. Bahkan
mendidik anak itu mencakup perkara yang luas, mengingat anak merupakan generasi
penerus yang akan menggantikan kita yang diharapkan menjadi generasi tangguh
yang akan memenuhi bumi ini dengan kekuatan, hikmah, ilmu, kemuliaan dan
kejayaan.
Berikut beberapa perkara yang wajib diperhatikan oleh ibu dalam mendidik anak-
anaknya: Menanamkan aqidah yang bersih, yang bersumber dari Kitab dan Sunnah
yang shahih.
Seorang anak terlahir di atas fitrah, sebagaimana sabda Rasulullah maka sesuatu yang
sedikit saja akan berpengaruh padanya. Dan wanita muslimah adalah orang yang
bersegera menanamkan agama yang mudah ini, serta menanamkan kecintaan tehadap
agama ini kepada anak-anaknya.
Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara
ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah
karena anaknya, dan warisanpun berkewajiban demikian. Rasulullah s.a.w. bersabda;
‘Cukup berdosa orang yang menyia nyiakan (tanggung jawab) memberi makan
keluarganya.’ ( HR Abu Daud )./1100;247/33.
16. Memberikan kepada anak tempat yang yang baik dalam hati orang tua
Hilangkanlah rasa benci pada anak apa pun yang mereka lakukan, do’akan dia selalu,
agar menjadi anak yang sholeh, santunilah dengan lemah lembut, shobarlah
menghadapi perilakunya yang tidak baik, hadapi segalanya dengan penuh kearifan,
jangan mudah membentak apalagi memukul tanpa alasan, tempatkan dia dengan
ikhlas pada hati anda, belailah dengan penuh kasih sayang nasehati dengan santun.
Satukan hati kita dengan anak anak. Semoga Allah menjadikan mereka ‘ waladun
shoolihun yad’uu lahu’. Itulah harapan orang tua yang baik.
18. Menikahkannya
Bila sang buah hati telah memasuki usia siap nikah, maka nikahkanlah. Jangan
biarkan mereka terus tersesat dalam belantara kemaksiatan. Do’akan dan dorong
mereka untuk hidup berkeluarga, tak perlu menunggu memasuki usia senja. Bila
muncul rasa khawatir tidak mendapat rezeki dan menanggung beban berat kelurga,
Allah berjanji akan menutupinya seiring dengan usaha dan kerja keras yang
dilakukannya, sebagaimana firman-Nya, “Kawinkanlah anak-anak kamu (yang
39
belum kawin) dan orang-orang yang sudah waktunya kawin dari hamba-hambamu
yang laki-laki ataupun yang perempuan. Jika mereka itu orang-orang yang tidak
mampu, maka Allah akan memberikan kekayaan kepada mereka dari anugerah-
Nya.” (QS. An-Nur:32)
Daftar Pustaka
1. Arisman.2009.Buku Ajar Ilmu Gizi Gizi dalam Daur Kehidupan Edisi 2.Jakarta:EGC.
2. Arvin, Behrman kiegman.1999.Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Volume
1.Jakarta:EGC.
3. Davison, Gerald C, Neale, John M, Kring, Ann M.2006.Psikologi
Abnormal.Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada
4. Soetjiningsih dkk.1995.Tumbuh Kembang Anak.Jakarta:EGC.
5. http://uripsantoso.wordpress.com/2009/04/26/kewajiban-orang-tua-terhadap-anak/
6. http://www.gizi.net/makalah/download/perilaku%20makan%20anak%20sekolah.pdf
40