Professional Documents
Culture Documents
(STEMI)
Oleh :
Umar Ar Rasyidin Lubis (120100130)
Raina Benita Br. Sinuraya (130100237)
Vania G. H. Girsang (130100282)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini
dengan judul “ST-Elevation Myocardial Infarction (STEMI)”.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen
Kardiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing dr.Teuku Bob Haykal, Sp.JP yang telah meluangkan waktunya dan
memberikan banyak masukan dalam penyusunan laporan kasus ini sehingga dapat
selesai tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan
laporan kasus selanjutnya.Semoga makalah laporan kasus ini bermanfaat, akhir
kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah:
1. Untuk memahami tinjauan ilmu teoritis penyakit infark miokard
elevasi segmen ST (STEMI).
2. Untuk mengintegrasikan ilmu kedokteran yang telah didapat terhadap
kasus infark miokard elevasi segmen ST (STEMI) serta melakukan
penatalaksanaan yang tepat, cepat, dan akurat sehingga mendapatkan
prognosis yang baik.
3
1.3 Manfaat
Beberapa manfaat yang didapat dari penulisan laporan kasus ini adalah:
1. Untuk lebih memahami dan memperdalam secara teoritis tentang
infark miokard elevasi segmen ST (STEMI).
2. Sebagai bahan informasi dan pengetahuan bagi pembaca mengenai
infark miokard elevasi segmen ST (STEMI).
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik sangat membantu dalam mengidentifikasi faktor
pencetus iskemia, komplikasi iskemia, penyakit penyerta dan
menyingkirkan diagnosis banding.Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai :
- Umum : kecemasan, tidak bisa istirahat (gelisah), sesak, keringat
dingin, tekanan darah normal atau meningkat.
- Leher : normal atau sedikit peningkatan TVJ
9
c. Elektrokardiografi (EKG)
Pemeriksaan EKG 12 sadapan sangat penting untuk pengenalan
STEMI, untuk membantu menentukan diagnosis dan prognosis. Pada
pasien yang sedang nyeri dada, gambaran 12 sadapan EKG menunjukkan:
i. Elevasi segmen ST ≥ 1mm (0,1 mV) sekurang-kurangnya pada
2 sadapan ekstremitas (aVL hingga lead III, termasuk aVR)
ii. Elevasi segmen ST ≥ 1mm (0,1 mV) pada sadapan perikordial
V4 hingga V6
iii. Elevasi segmen ST ≥ 2 mm (0,2 mV) pada sadapan perikordial
V1 hingga V3, atau
iv. Left Bundle Branch Block (LBBB) yang baru.15
d. Biomarka Jantung
Kreatinin kinase-MB (CK-MB) atautroponin I/T merupakan marka
nekrosis miosit jantung dan menjadi marka untuk diagnosis infark
miokard.Dalam keadaan nekrosis miokard, pemeriksaan CK-MB atau
troponin I/T menunjukkan kadar yang normal dalam 4-6 jam setelah
awitan SKA, pemeriksaan hendaknya diulang 8-12 jam setelah awitan
angina. Jika awitan SKA tidak dapat ditentukan dengan jelas, maka
pemeriksaan hendaknya diulang 6-12 jam setelah pemeriksaan pertama.
11
7. Terapi Reperfusi
Terapi reperfusi segera, baik dengan IKP atau farmakologis,
diindikasikan untuk semua pasien dengan gejala yang timbul dalam 12 jam
dengan elevasi segmen ST yang menetap atau Left Bundle Branch Block
(LBBB) yang (terduga) baru.Terapi reperfusi (sebisa mungkin berupa IKP
primer) diindikasikan apabilaterdapat bukti klinis maupun EKG adanya
iskemia yang sedang berlangsung,bahkan bila gejala telah ada lebih dari
12 jam yang lalu atau jika nyeri danperubahan EKG tampak tersendat.1
Dalam menentukan terapi reperfusi, tahap pertama adalah
menentukan ada rumah sakit sekitar yang memiliki fasilitas IKP. Bila
tidak ada, langsung pilih terapi fibrinolitik. BIla ada, pastikan waktu
tempuh dari tempat kejadian (baik rumah sakit atau klinik) ke rumah sakit
tersebut apakah kurang ataulebih dari (2 jam). Jika membutuhkan waktu
lebih dari 2 jam, reperfusi pilihan adalah fibrinolitik. Setelah fibrinolitik
14
2.2.5. Komplikasi
Komplikasi STEMI dibagi dua yaitu :
a. Komplikasi Awal
Sering timbul dalam jangka waktu satu minggu, di antaranya:
i. Aritmia jantung
Aritmia adalah gangguan listirk irama jantung sehingga jantung
mungkin mendetak terlalu cepat, terlalu lambat atau tidak
15
b. Komplikasi Mekanik
Disebabkan adanya ruptur atau robekan pada otot jantung yang infark.
i. Regurgitasi Mitral Kronik : Disebabkan ruptur musculus papilaris
ii. Tamponade jantung : Disebabkan ruptur ventrikel
iii. Gagal jantung kanan : Disebabkan ruptur septum interventrikel
16
c. Komplikasi Lanjut
Sering timbul satu minggu setelah serangan, di antaranya:
a. Sindroma Pasca Miokard Infark (Sindroma Dressler)
Sering timbul satu hingga tiga minggu setelah STEMI dan ditandai
dengan demam, pericarditis, pleuritis dan ini disebabkan oleh
pelepasan antigen dari miokarium setelah infark. Untuk
penatalaksanaannya, diberikan NSAIDs, aspirin atau kortikosteroid
dengan dosis tinggi.
b. Aneurisma Ventrikel Lambat
Pada kasus STEMI, aneurisma boleh terbentuk di dinding ventrikel
kiri karena luas otot jantung yang infark mungkin melebar dan
bergerak secara parado k selama systole. Aneurisma verntikel kiri
dapat diminimalkan dengan menggunakan ACE inhibitors dan
beta-blockers pada awal penanganan.
c. Gagal jantung kronik
Berkembang secara bertahap dari waktu ke waktu setelah serangan
di mana oto jantung tidak dapat memompa darah yang adekuat
untuk memenuhi permintaan tubuh.17
2.2.6 Prognosis
Terdapat beberapa sistem untuk menentukan prognosis:13
1) Klasifikasi Killip berdasarkan pemeriksaan fisik
BAB 3
STATUS ORANG SAKIT
Kepaniteraan Klinik RSUP. H. Adam Malik
Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan 2017
ANAMNESIS
√ Autoanamnesis Alloanamnese
Status Presens:
KU: Lemah Kesadaran : CM TD :120/80 mmHg
HR: 86 x/i, reguler RR : 20 x/i Suhu : 36,30 C
Sianosis: (-) Ortopnu : (-) Dispnu: (-)
Ikterus : (-) Edema : (-) Pucat : (-)
Pemeriksaan Fisik :
Kepala : Konjungtiva palpebra inferior anemis (-/-),
sklera ikterik (-/-)
Leher : TVJ R+2 cmH2O
Dinding toraks Batas Jantung
Inspeksi : Simetris fusiformis Atas: ICS II LMCS
Palpasi : SF kanan = kiri Kiri :1cm lateral LMCS ICS V
Perkusi : Sonor pada kedua Kanan : LPSD ICS IV
Lapangan paru Bawah : Diafragma
20
Auskultasi
Jantung : S1 (+) S2 (+) S3 (-) S4 (-) regular
Murmur (+) Tipe : PSM Grade:3/6
Punctum maximum : - Radiasi : -
Paru : Suara Pernafasan :vesikuler (+/+)
Suara tambahan : Ronki (+/+) basah basal
Abdomen : Palpasi Hepar/Lien : tidak teraba, kesan: normal,
Asites (-)
Ekstremitas : Superior: sianosis (-/-) clubbing (-/-)
Inferior : edema pretibial (-/-) pulsasi arteri (+/+)
Akral : hangat
21
Elektrokardiografi
Gambar 3.1 Hasil EKG di RS Sari Mutiara (29/03/2017)
Foto Toraks
Gambar 3.4. FotoToraks
Darah Lengkap
Hb : 11.6 g/dL (12-16)
Eritrosit : 4.26 juta /μL (4,10-5,10)
Leukosit : 16.140 /μL (4000-11000)
Hematokrit : 35% (36-47)
Trombosit : 510 x 103/μL (150 000-450 000)
Metabolisme Karbohidrat
KGD sewaktu : 140 mg/dL (<200)
Elektrolit
Natrium : 132 mEq/L (135-155)
Kalium : 4.0 mEq/L (3,6-5,5)
Klorida : 102 mEq/L (96-106)
Faal Hemostasis
Waktu Protrombin
Pasien : 23.7 s
Kontrol : 13.70 s
INR : 1.86
APTT
Pasien : 35.6 s
Kontrol : 34.0 s
Waktu Trombin
Pasien : 17.0 s
Kontrol : 18.4 s
26
Ginjal
BUN : 27 mg/dL (9-21)
Ureum : 58 mg/dL (19-44)
Kreatinin : 0.92 mg/dL (0,7-1,3)
Enzim Jantung
CK-MB : 28 U/L (≤24)
Troponin I : 0.31 /mL (0 – 1.0)
Diagnosa kerja :STEMI Anterolateral onset 5 hari KILLIP II TIMI Risk 6/14
Diferensial Diagnosis:
1. Perikarditis
2. Diseksi Aorta
3. Emboli pulmonal
Pengobatan:
- Bed rest
- O2 2-4 L/i via nasal kanul
- IVFD NaCl 0,9% 10 gtt/i (mikro)
- Inj.Lovenox 0,6cc/ 12jam
- Aspilet 1 x 80 mg
- Clopidogrel 75 mg
- Omeprazole 1 x 20mg
- Bisoprolol 1x 2.5mg
- Simvastatin 1 x 40 mg
- Inj. Furosemid
27
BAB 4
FOLLOW UP
S O A P
Pulmo :SP :
vesikuler
(+/+)
ST : ronki (-/-
)
Abdomen :
Simetris,
soepel, H/L/R
: tidak teraba,
BU (+)
normal
Ekstrimitas :
Akral hangat,
oedem (-/-)
Hasil lab
(08/2/17)
KGD Puasa :
92 mg/dL
HbA1c : 5,8%
Lemak :
Kolestrol
total : 151
30
mg/dL
Trigliserida :
133 mg/dL
Kolestrol
HDL : 18
mg/dL
Kolestrol
LDL : 138
mg/dL
(-/-)
R/:
Leher : TVJ
31
Thorax :
Cor : S1 S2
reguler,
murmur (-),
gallop (-)
Pulmo : SP :
vesikuler ST
: ronki (+/+)
Abdomen :
Simetris,
soepel, H/L/R
: tidak teraba,
BU (+)
normal
Ekstrimitas :
Akral hangat,
oedem (-/-)
Hb : 11,9
Leu : 19.810
Trom :
697.000
04/04/17 - Sesak Sens: CM - STEMI - Bed rest
Napa Anterolat - O2 2-4 L/I via nasal
TD : 110/90
s (+) eral Onset canul
mmHg
5 hari - IVFD NaCL 0,9% 10
HR : 94 x/i KILLIP II gtt/i Mikro
TIMI - Brilinta 2 x 90mg
32
Cor : S1 S2
reguler,
murmur (-),
gallop (-)
Pulmo : SP :
vesikuler, ST
: ronki (+/+)
Abdomen :
Simetris,
soepel, H/L/R
: tidak teraba,
BU (+)
normal
Ekstrimitas :
Akral hangat,
33
oedem (-/-)
Oedem - Simvastatin 1 x 40
Kepala:
Paru mg
Mata : Conj. - Ramipiril 1 2,5mg
Anemis (-/-), - Inj Furosemide
sklera ikterik 20mg / 8jam
(-/-) - Bisoprolol 1 x 1,25
mg
Leher : TVJ
- Inj Ranitidin 5mg /
R-2 cm H2O
12 jam
Thorax : - Neb. Ventolin
2,5mg / 8jam
Cor : S1 S2
- N asetyl sistein
reguler,
3x20mg
murmur (-),
- Inj. Cefotaxime
gallop (-)
1gr/ 12jam
Pulmo : SP : R/ - Echocardiography
vesikuler, ST - Cek darah lengkap,
: ronki (+/+) HST, RFT
34
Abdomen :
Simetris,
soepel, H/L/R
: tidak teraba,
BU (+)
normal
Ekstrimitas :
Akral hangat,
oedem (-/-)
Oedem - Simvastatin 1 x 40
Kepala:
Paru mg
Mata : Conj. - Ramipiril 1 2,5mg
Anemis (+/+), - Inj Furosemide
sklera ikterik 20mg / 8jam
(-/-) - Bisoprolol 1 x 1,25
mg
Leher : TVJ
- Inj Ranitidin 5mg /
R-2 cm H2O
12 jam
Thorax : - Neb. Ventolin 25g /
8jam
Cor : S1 S2
- N asetyl sistein
35
reguler, 3x20mg
murmur (-), - Inj. Cefotaxime
gallop (-) 1gr/ 12 jam
- Codein 3x 10mg
Pulmo : SP :
vesikuler, ST
: ronki (+/+)
Abdomen :
Simetris,
soepel, H/L/R
: tidak teraba,
BU (+)
normal
Ekstrimitas :
Akral hangat,
oedem (-/-)
a + PPOK - Simvastatin 1 x 40
Kepala:
mg
Mata : Conj. - Ramipiril 1 2,5mg
Anemis (+/+), - Inj Furosemide
sklera ikterik 20mg / 8jam
36
Ekstrimitas :
Akral hangat,
oedem (-/-)
37
BAB 5
DISKUSI KASUS
TEORI KASUS
Faktor Resiko SKA14 Pada kasus, didapatkan pasien memiliki
Yang tidak dapat dimodifikasi : faktor resiko PJK yaitu :
Usia Laki-laki
Resikomeningkat dengan Usia 49 tahun
bertambahnya usia>45 tahun pada pria Merokok
dan >55 tahun pada wanita
Jenis kelamin
Laki-laki > perempuan walaupun
setelah menopause, tingkat kematian
perempuan akibat penyakit jantung
meningkat namun tidak sebanyak
tingkat kematian pada laki-laki
Riwayat Keluarga
Anak dengan orangtua dan saudara
kandung memiliki riwayat penyakit
jantung lebih beresiko untuk terkena
penyakit jantung
lemas
Diagnosa :15 Pada kasus :
Anamnesis Berdasarkan anamnesis dijumpai
Keluhan nyeri dada tipikal, riwayat adanya nyeri dada disertai dengan
nyeri sebelumnya, faktor resiko PJK, gejala penyerta berupa keringat dingin
serta riwayat keluarga dengan PJK. dan mual. Pasien mempunyai faktor
Perlu juga ditanyakan apa yang risiko yaitu : laki-laki berusia 49 tahun
dilakukan oleh pasien sebelum terjadi dan merokok 2 bungkus/hari.
serangan
Pemeriksaan fisik Berdasarkan EKG ditemukan
Sebagian besar pasien akan cemas dan Irama dasar: Sinus Ritme
tidak bisa istirahat. Seringkali disertai QRS rate 126x/menit
keringat dingin. Selain itu dari Left Axis Deviation..
pemeriksaan fisik dapat Gelombang P (N)
mengidentifikasi komplikasi iskemia Interval PR 0,16 second.
(regurgitasi katup mitral akut, S3, ronki Kompleks QRS bentuk (N)
basah atau edema paru) dan juga dapat Durasi kompleks QRS 0,08 second,.
menyingkirkan diagnosa banding ST elevasi di sadapan V2,V3,V4,V5,V6
EKG Q patologis pada II,III,avF
Diagnosis STEMI ditegakkan dengan Gelombang T inversi di sadapan
berdasarkan EKG yaitu adanya ST V2,V3,V4,V5,V6
elevasi 2mm, minimal pada 2 sadapan LVH (-)
prekondrial yang berdampingan atau VES (-)
1mm pada 2 sadapan ekstremitas. Pada Kesimpulan : Irama Sinus + OMI
sadapan V1-V3 nilai ambang untuk inferior + STEMI anterolateral
diagnostik beragam bergantung dari
usia dan jenis kelamin. Nilai ambang
Berdasarkan pemeriksaan enzim
segmen ST elevasi di V1-V3 pada pria jantung didapatkan
usia ≥ 40 tahun adalah ≥ 0.2mv
CK-MB: 28 U/L (≤24)
sedangkan pada pria usia < 40 tahun
Troponin I: 0,31/mL (<0,1)
40
Tirah Baring -
O2 - Bed rest
Oksigen harus segera diberikan dalam - O2 2-4 L/i via nasal kanul
6 jam pertama tanpa - IVFD NaCl 0,9% 10 gtt/i
mempertimbangkan saturasi oksigen (mikro)
atau dengan saturasi oksigen <95% - Alteplase (15 mg bolus, 50 mg
Terapi reperfusi habis ½ jam, 35 mg habis 1 jam)
Terapi reperfusi dilakukan dengan - Inj.Lovenox 0,6cc/ 12jam (H2)
terapi tombolitik maupun dengan PCI. - Aspilet 1 x 80mg
Dalam menentukan terapi reperfusi, - Clopidogrel 1 x 75 mg
tahap pertama adalah menentukan ada - Simvastatin 1 x 40 mg
tidaknya rumah sakit sekitar yang - Clobazam 1 x 10mg
memiliki fasilitas PCI. Bila - Bisoprolol 1 x 1,25 mg
membutuhkan waktu lebih dari 2 jam, - Laxadin Syr 1 x CI
reperfusi pilihan adalah fibrinolitik. Dan
fibrinolitik setelah selesai diberikan,
pasien dapat dikirim ke pusat fasilitas
PCI. Tidak disarankan melakukan PCI
rutin pada arteri yang telah tersumbat
sepenuhnya lebih dari 24 jam setelah
awitan pada pasien stabil tanpa gejala
iskemia. Pemberian trombolitik harus
dilakukan sesegera mungkin karena
semakin cepat diberikan semakin
banyak miokardium yang
terselamatkan. Terapi fibrinolitik
direkomendasikan diberikan dalam 12
jam pertama sejak awitan gejala pada
pasien.
Nitrat
42
Klasifikasi Killip13
BAB 6
KESIMPULAN
Bapak Margono, berusia 49 tahun di diagnosa dengan STEMI Anterolateral
onset 5 hari KILLIP II TIMI Risk 6/14
- Bed rest
- O2 2-4 L/I via nasal canul
- IVFD NaCL 0,9% 10 gtt/i Mikro
- Brilinta 2x 90mg
- Aspilet 1 x 80mg
- Simvastatin 1 x 40 mg
- OMZ 2x
- Bisoprolol 1 x 1,25 mg
- Inj. Furosemide 20mg / 8jam
- Ramipiril 1x 2,5mg
- Inj. Ranitidin 50mg / 12 jam
47
DAFTAR PUSTAKA
http://www.msdmanuals.com/professional/cardiovascular-
disorders/coronary-artery-disease/overview-of-acute-coronary-syndromes-
acs
11. Lilly, LS. Pathophysiology of Heart Disease. 5th Ed. China: Wolters
Kluwer Health; 2011. p.161-89.
12. O’Gara PT, Kushner FG, Ascheim DD, Casey DE, Chung MK, Lemos JA,
et al. 2013 ACCF/AHA Guideline for the Managementof ST-Elevation
Myocardial Infarction.Journal of American College of Cardiology.
ACCF/AHA. Jan 2013;127. 64 p.
13. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Pharmaceutical Care
Untuk Pasien Penyakit Jantung Koroner : Fokus Sindrom Koroner Akut.
Indonesia: Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan; 2006.
14. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing; 2009. p.1630-
38.
15. Kosowsky JM, Yiadom MYAB. The Diagnosis and Treatment of STEMI
in the Emergency Department. EBMedicine. Jun 2009; 11(6). 15p.
16. Dharma S. Pedoman Praktis Sistematika Interpretasi EKG. Jakarta:EGC;
2009.
17. NSTEMI.ORG. Available from :http://nstemi.org/
18. Killip T, Kimball JT . Treatment of myocardial infarction in a coronary
care unit. A two year experience with 250 patients. Am J Cardiol. Oct
1967. 20(4):457-64.
19. Morrow DA, Antman EM, Charlesworth A, Cairns R, Murphy SA, Lemos
JA, et al. TIMI Risk Score for ST-Elevation Myocardial Infarction: A
Convenient, Bedside, Clinical Score for Risk Assessment at Presentation.
AHA. Oct 2000. 102(17). 2031-37.