You are on page 1of 13

TUGAS MATA KULIAH METODE

PENELITIAN PENDIDIKAN
FISIKA
Proposal Penelitian Eksperimen Tentang Penerapan Metode Scaffolding Dalam
Mata Pelajaran Fisika di SMA Negeri 5 Batanghari

OLEH :
WISNU RAHMAD SAPUTRA
A1C311005
PROPOSAL PENELITIAN EKSPERIMEN
PENERAPAN METODE SCAFFOLDING PADA MATA PELAJARAN FISIKA
di SMA Negeri 5 Batanghari

1.Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha dasar dan tercapainya untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual agama, pengendalian diri,kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat, bangsa dan negara. UU Sisdiknas nomor 20 tahun
2003 dalam Cahyo(2013:18).

Menurut Hamalik (2004) dalam Cahyo (2013:17), “pendidikan adalah suatu proses dalam
rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaikmungkin terhadap lingkungannya
dan dengan demikian akan menimbulkan perubahandalam dirinya yang memungkinkan untuk
berfungsi sebagai yang kuat dalam kehidupan masyarakat”

Kemajuan suatu bangsa tidak lepas dari faktor pendidikan, karena pendidikanmempunyai
peranan penting dalam usaha meningkatkan sumber daya manusia yang merupakan unsur penting
dalam memajukan dan menyempurnakan mutu pendidikandengan meningkatkan kualitas proses
belajar mengajar.Guru merupakan pemegang peranan penting dalam menciptakan suasana
yangdapat menunjang peningkatan pemahaman siswa, sehingga siswa mampu mencapai
perkembangan potensialnya. Ketika siswa telah mampu mencapai perkembangan potensialnya, mak
a siswa tersebut telah mampu berpikir tingkat tinggi.

Agar implementasi pembelajaran dapat mencapai hasil yang memuaskan dan ZPD
(zone of proximal development) perlu disajikan sebagai landasan utama.Disamping penguasaan
materi, guru juga dituntut memiliki keragaman modelatau metode pembelajaran, karena tidak ada
satu model atau metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan belajar dari
topik-topik yang beragam. Apabila konsep pembelajaran tersebut dipahami oleh guru, maka upaya
mendesain pembelajaran bukan menjadi beban, tetapi menjadi pekerjaan yang menantang.

Untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam proses belajar mengajar seorangguru harus
memiliki model atau metode pembelajaran yang tepat untuk menyajikan pokok bahasan yang
diajarkan pada peserta didik, adapun salah satu metode pembelajaran tersebut yang digunakan
adalah metode Scaffolding . Scaffolding merupakan membantu siswa pada awal belajar untuk
mencapai pemahaman dan ketrampilan dan secara perlahan-
lahan bantuan tersebut dikurangisampai akhirnya siswa dapat belajar mandiri dan menemukan
pemecahan bagi tugas-tugasnya, (Cahyo 2013:127).

Metode Scaffolding diperkenalkan pertama kali oleh Jerome Bruner di akhir 1950-an, seorang
prikolog kognitif. Ia menggunakan istilah untuk menggambarkananak-anak muda dalam akuisisi
bahasa. Anak-anak pertama kali mulai berbicara melalui bantuan orang tua mereka, secara naluriah
anak-anak telah memiliki struktur untuk belajar berbahasa. Jarome Bruner menyebutkan bantuan
orang dewasa dalam proses belajar anak dengan istilah Scaffolding , yaitu sebuah dukungan untuk
belajar dan memecahkan problem.

1
Scaffolding merupakan interaksi antara orang-orang dewasa dan anak-anakyang
memungkinkan anak-anak untuk melakasanakan sesuatu di luar usaha siswanya. Sebagian pakar
pendidikan mendefinisikan Scaffolding berupa bimbingan yangdiberikan seorang pembelajar kepada
peserta didik dalam proses pembelajaran dengan persoalan-persoalan terfokus dan interaksi yang
bersifat positif.Konstruksi scaffolding terjadi pada peserta didik yang tidak dapatmengartikulasikan
atau menjelajahi belajar secara mandiri.

Scaffolding dipersiapkanoleh guru untuk tidak mengubah sifat atau tingkat kesulitan dari
tugas,melainkan dengan scaffolding yang disediakan memungkinkan peserta didik untuk berhasil
menyelesaikan tugas. Berdasarkan inforasi dari guru mata pelajaran fisika di SMA Negeri 5 Batanghari
bahwa nilai tes pelajaran fisika belum mencapai nilai ketuntasan minimal (KKM). Hal ini di sebabkan
metode yang diajarkan yaitu metode pembelajaran (konvensional) seperti cerama, tanya jawab,
diskusi. Sehingga peserta didik hanyamenerima secara pasif. Hal ini menimbulkan kejenuhan dari
peserta didik untuk belajardan proses belajar mengajar cendrung berjalan kurang aktif.

Guru tidak dapat disalahkan sepenuhnya dalam proses pembelajaran karenakeinginan dan
minat belajar itu tergantung kepada siswa itu sendiri. Untuk itudibutuhkan metode yang tepat untuk
menumbuhkan keinginan dan minat belajarsehingga hasil belajar peserta didik dapat meningkat.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti Penerapanmetode Scaffolding
pada mata pelajaran fisika di SMA Al-Mashri PangkalanBalai.

2. Masalah dan Pembatasan Masalah

2.1 Masalah

Rumusan masalah diatas adalah “Bagaimanakah hasil belajar siswa dengan penerapan
metode Scaffolding pada mata pelajaran fisika di SMA Al-Mashri PangkalanBalai?”

2.2 Pembatasan Masalah

Untuk memperjelas dan menghindari salah tafsir terhadap masalah dalam penelitian ini,
penulis memberikan batasan sebagai berikut :

1. Metode Scaffoldingadalah metode dengan cara membantu siswa pada awal belajar untuk
mencapai pemahaman dan ketrampilan dan secara perlahan-lahan bantuan tersebut
dikurangi sampai akhirnya siswa dapat belajar mandiri dan menemukan pemecahan bagi
tugas-tugasnya.
2. Hasil belajar yang dimaksud adalah nilai fisika yang diperoleh dari hasil tes.
3. Siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa kelas ? SMA Al-Mashri Pangkalan Balai.
4. Materi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui meningkat atau tidak hasil belajar fisika siswa dengan di terapkannya
metode Scaffolding pada mata pelajaran fisika di SMA Al-Mashri Pangkalan Balai.

2
4.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi sekolah : Sebagai pertimbangan untuk menerapkan metode pembelajaran di sekolah


sehingga dapat menciptakan situasi belajar yang lebih efektif.
2. Bagi guru : Sebagai masukan atau informasi dalam melaksanakan pembelajaran fisika dengan
menggunakan metode Scaffolding sehingga dapat meningkatkan kualitas dan hasil belajar
siswa.
3. Bagi siswa : Diharapkan dengan adanya metode Scaffolding kegiatan belajar lebih aktif, kreatif,
dan mandiri dalam segala hal.
4. Bagi peneliti : Sebagai pengalaman dan pelajaran bagi peneliti dalam menerapkan
pembelajaran mata pelajaran fisika dengan menggunakan metode Scaffolding.

5.Tinjauan Pustaka

5.1 Belajar

5.1.1 Hakekat Belajar

Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang adadi sekitar
individu siswa. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkankepada pencapaian tujuan dan
proses berbuat malalui berbagai pengalaman yangdiciptakan guru. Menurut Sudjana (1989:28) dalam
Rusman (2013:83) belajar jugamerupakan proses melihat, mengamati, dan memahami
sesuatu.Menurut Rusman (2013:85) Belajar merupakan suatu aktivitas yang dapat dilakukan secara
psikologis maupun secara fisiologis.

Aktivitas yang bersifat psikologis yaitu aktivitas yang merupakan proses mental, misalnya
aktivitas berfikir, memahami,menyimpulkan, menyimak, menelaah, membandingkan, membedakan,
mengungkapkan,menganalisis dan sebagainya. Sedangkan aktivitas yang bersifat fisiologis yaitu
aktivitas yang merupakan proses penerapan atau praktik, misalnya melakukan eksperimen
atau percobaan, latihan, kegiatan praktik, membuat karya (produk), apresiasi dan sebagainya.Lebih
jauh Hilgard (1962) dalam Rusman (2013:85) berpendapat bahwa belajaradalah proses dimana suatu
perilaku muncul atau berubah karena adanya responsterhadap sesuatu situasi. Menurut James O.
Whitaker dalam Djamarah (2000:12) “Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau
diubah melalui latihan dan pengalaman”.

Dari beberapa pendapat tersebut kita dapat menarik kesimpulan bahwa belajar adalah
sebuah proses perubahan yang menghasilkan perubahan perilaku positif.Dari beberapa pengertian
belajar tersebut diatas, kata kunci dari belajar adalah perubahan perilaku siswa.

Menurut Abdillah (2002) dalam Aunurrahman (2010:35) mengemukakan bahwa belajar


adalah suatu sadar yang dilakukan individu dalam perubahan tingkah laku baikmelalui latihan dan
pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh
tujuan tertentu.Menurut Surya (1997) dalam Rusman (2013:87) ada delapan ciri-ciri dari perubahan
perilaku, yaitu:

3
1. Perubahan yang Disadari dan Disengaja (Intensional).Perubahan perilaku yang terjadi
merupakan usaha sadar dan disengaja dari individuyang bersangkutan. Begitu juga
dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutanmenyadari bahwa dalam dirinya telah
terjadi perubahan, misalnya pengetahuannyasemakin bertambah atau keterampilannya
semakin meningkat.
2. Perubahan yang Berkesinambungan (Kontinu).Bertambahnya pengetahuan atau
keterampilan yang dimiliki pada dasarnyamerupakan kelanjutan dari pengetahuan dan
keterampilan yang telah diperolehsebelumnya.
3. Perubahan yang Fungsional.Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan hidupindividu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa
sekarang maupun masamendatang.
4. Perubahan yang Bersifat Positif.Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan
menunjukkan kearahkemajuan. Misalnya seorang mahasiswa sebelum belajar tentang
psikologi pendidikan menganggap bahwa dalam proses belajar mengajar tidak perlu
mempertimbangkan perbedaan-perbedaan individual atau perkembangan perilakudan
pribadi peserta didiknya.
5. Perubahan yang Bersifat Aktif. Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang
bersangkutan aktif berupayamelakukan perubahan.
6. Perubahan yang Bersifat Permanen.Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar
cenderung menetap danmenjadi bagian yang melekat dalam dirinya.
7. Perubahan yang Bertujuan dan Terarah.Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada
tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka
panjang.
8. Perubahan Perilaku secara Keseluruhan.Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar
memperoleh pengetahuansemata,tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam
sikap dan keterampilannya.

5.1.2 Prinsip-prinsip Belajar

Menurut Bruce Weil (1980) ada tiga prinsip penting dalam proses pembelajaran,yaitu :

1. Proses pembelajaran adalah membentuk kreasi lingkungan yang dapat membentuk atau
mengubah struktur kognitif siswa.

2. Berhubungan dengan tipe-tipe pengetahuan yang harus dipelajari, pengetahuantersebut


adalah pengetahuan fisis, sosial, dan logika.

3. Dalam proses pembelajaran harus melibatkan peran lingkungan sosial.Prinsip-prinsip


belajar relatif berlaku umum berkaitan dengan (1) Perhatian danMotivasi, (2) Keaktifan, (3)
Keterlibatan Langsung/Berpengalaman, (4)Pengulangan,(5) Tantangan, (6) Balikan dan
Penguatan, dan (7) Perbedaan Individual

4
5.1.3 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Rusman (2013:123) hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yangdiperolah siswa
yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Belajar tidakhanya penguasaan konsep teori
mata pelajaran saja, tapi juga penguasaan kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat-
bakat, penyesuaian sosial, macam-macam keterampilan,cita-cita, keinginan dan harapan. Menurut
Oemar Hamalik (2002:45) yang menyatakan bahwa “hasil belajar itu dapat terlihat dari terjadinya
perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga perbaikan perilaku”. Sedangkan menurut
UNESCO dalam Rusman (2013:91) hasil belajar dapatdituangkan dalam empat pilar pembelajaran,
yaitu learning to know, learning to be,learning to life together, dan learning to do.

a. Belajar mengetahui (Learning to Know)

Belajar mengetahui berkenaan dengan perolehan, penguasaan, dan pemanfaataninformasi.


Dewasa ini terdapat ledakan informasi dan pengetahuan. Hal ini bukan sajadisebabkan karena adanya
perkembangan yang sangat cepat dalam bidang ilmu danteknologi, tetapi juga karena perkembangan
teknologi yang sangat cepat, terutamadalam bidang elektronika.

Jacques Delors (1996) dalam Rusman (2013:91), sebagai ketua komisi penyusun
Learning the Treasure Within , menegaskan adanya dua manfaat pengetahuan, yaitu pengetahuan
sebagai alat (mean) dan pengetahuan sebagai hasil (end). Pengetahuanterus berkembang, setiap saat
ditemukan pengetahuan baru. Oleh Karen itu, belajarmengetahui harus terus dilakukan, bahkan
ditingkatkan menjadi knowing much (berusaha tahu banyak).

b. Belajar Berbuat/Berkarya (Learning to Do)

Belajar berkarya berhubungan dengan belajar mengetahui, sebab pengetahuanmendasari


perbuatan. Belajar berkarya adalah belajar atau berlatih menguasaiketerampilan dan kompetensi
kerja.

c. Belajar Hidup Bersama (Learning to Live Together)

Dalam kehidupan global, kita tidak hanya berinteraksi dengan beranekakelompok athik,
daerah, budaya, ras, agama, kepakaran, dan profesi, tetapi hidup berasama dan bekerja sama dengan
aneka kelompok tersebut.

d. Belajar Menjadi Diri Sendiri yang Utuh (Learning to Be)

Tantangan kehidupan yang berkembang cepat dan sangat kompleks, menuntut pengembangan
manusia secara utuh. Manusia yang seluruh aspek kepribadiannya berkembang secara optimal dan s
eimbang, baik aspek intelektual, emosi, sosial, fisik,maupun moral. Untuk mencapai sasaran demikian
individu dituntut banyak belajarmengembangkan seluruh aspek kepribadiannya.Hasil belajar adalah
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar
mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran

5
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Munadi (2008:24) meliputi faktor
internal dan eksternal, yaitu:

a.Faktor Internal

1. Faktor Fisiologis

Secara umum kondisi fisiologis, seperti kondisi kesehatan yang prima, tidakdalam keadaan
lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dansebagainya. Hal-hal tersebut dapat
mempengaruhi siswa dalam menerima materi pelajaran.

2. Faktor Psikologis

Setiap individu dalam hal ini siswa pada dasarnya memiliki kondisi psikologisyang berbeda-
beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil belajarnya.Beberapa factor psikologis meliputi
intelegrasi (IQ), perhatian, minat, bakat,motif, motivasi, kognitif, dan daya nalar siswa.

b. Faktor Eksternal

1. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor lingkungan inimeliputi


lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnyasuhu, kelmbaban, dan lain-lain.
Belajar pada tengah hari di ruang yang memilikiventilasi udara yang kurang tentunya akan berbeda
suasana belajarnya denganyang belajar di pagi hari yang udaranya masih segar dan ruang yang
cukupmendukung untuk bernafas lega .

2.Faktor Instrumental

Faktor Instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannyadirancang sesuai


dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor inidiharapkan dapat berfungsi sebagai sarana
untuk tercapainya tujuan tujuan belajar yang telah direncanakan. Faktor Instrumental ini berupa
kurikulum, sarana, dan guru. (Rusman, 2013:124).

5.2 Metode Scaffolding

5.2.1 Pengertian Metode Scaffolding

Metode scaffolding didasarkan pada teori Vygotsky. Menurut Vygotsky (dalamTrianto, 2010:
76) bahwa pembelajaran terjadi apabila anak bekerja atau belajarmenangani tugas-tugas yang belum
dipelajari namun tugas-tugas itu masih beradadalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas
tersebut berada dalam Zone of Proximal Development (ZPD) yaitu perkembangan sedikit di atas
perkembanganseseorang saat ini. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi
padaumumnya muncul dalam percakapan atau kerjasama antar individu, sebelum fungsimental yang
lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut.Istilah Scaffolding berasal dari istilah ilmu teknik
sipil yaitu berupa bangunankerangka sementara atau penyangga (biasanya terbuat dari bambu, kayu,
atau batang besi) yang memudahkan pekerja membangun gedung. Scaffolding diartikan dalam
bahasa Indonesia “perancah”, yaitu bambu (balok dsb) yang dipasang untuk tumpuan ketika
mendirikan rumah, mendirikan tembok, dan sebagainya .

6
Scaffolding is the assistance (parameters, rules or suggestions) a teacher givesa student in a
learning situation. Scaffolding adalah bantuan (parameter, aturan atau saran) pembelajar
memberikan peserta didik dalam situasi belajar. Scaffolding allows the student to have help with only
the skills that are new orbeyond her ability. Scaffolding memungkinkan peserta didik untuk mendapat
bantuan melaluiketerampilan baru atau di luar kemampuannya.

Menurut Agus N. Cahyo Scaffolding adalah membantu siswa pada awal belajaruntuk
mencapai pemahaman dan ketrampilan dan secara perlahan-lahan bantuantersebut dikurangi sampai
akhirnya siswa dapat belajar mandiri dan menemukan pemecahan bagi tugas-tugasnya.Sebagian
pakar pendidikan mendefinisikan Scaffolding berupa bimbingan yangdiberikan seorang pembelajar
kepada peserta didik dalam proses pembelajaran dengan persoalan-persoalan terfokus dan interaksi
yang bersifat positif.

Teori Scaffolding pertama kali diperkenalkan di akhir 1950-an oleh JeromeBruner, seorang
prikolog kognitif. Ia menggunakan istilah untuk menggambarkan anak-anak muda dalam akuisisi
bahasa. Anak-anak pertama kali mulai berbicara melalui bantuan orang tua mereka, secara naluriah
anak-anak telah memiliki struktur untuk belajar berbahasa. Scaffolding merupakan interaksi antara
orang-orang dewasa dananak-anak yang memungkinkan anak-anak untuk melakasanakan sesuatu di
luar usaha siswanya.

Menurut Vygotsky dalam Cahyo (2013:129), peserta didik mengembangkanketerampilan


berpikir tingkat yang tebih tinggi ketika mendapat bimbingan (Scaffolding) dari seorang yang lebih ahli
atau melalui teman sejawat yang memilikikemampuan yang lebih tinggi. Vygotsky juga
mengemukakan tiga kategori perceraiansiswa dalam upayanya memecahkan permasalahan, yaitu
siswa mencapai keberhasilandengan baik, siswa mencapai keberhasilan dengan bantuan, dan siswa
gagal dalammeraih keberhasilan. Maka Scaffolding berarti upaya pembelajar untuk membimbing
siswa dalam upayanya mencapai keberhasilan.Menurut Lange (2001) dalam Cahyo (2013:129), ada
dua langkah utama yangterlibat dalam Scaffolding pembelajaran: pengembangan rencana
pembelajaran untukmembimbing peserta didik dalam memahami materi baru, dan pelaksanaan
rencana, pembelajar memberikan bantuan kepada peserta didik di setiap langkah dari proses pembe
lajaran.

Scaffoldingterdiri dari beberapa aspek khusus yang dapat membantu peserta didik
dalam internalisasi penguasaan pengetahuan. Berikut aspek-aspek Scaffolding :

1. Intensionalitas;

kegiatan ini mempunyai tujuan yang jelas terhadap aktivitas pembelajaran berupa bantuan yang
selalu diberikan kepada setiap peserta didik yangmembutuhkan.

2. Kesesuaian;

peserta didik yang tidak bisa menyelesaikan sendiri permasalahan yangdihadapinya, maka
pembelajaran memberikan bantuan penyelesaiannya.

3. Struktur;

modeling dan mempertanyakan kegiatan terstruktur di sekitar sebuahmodel pendekatan yang sesuai
dengan tugas dan mengarah pada urutan alam pemikiran dan bahasa .

7
4. Kolaborasi;

pembelajaran menciptakan kerja sama dengan peserta didik danmenghargai karya yang telah dicapai
oleh peserta didik. Peran pembelajar adalah kolaborator bukan sebagai evaluator .

5. Internalisasi;

Eksternal Scaffolding untuk kegiatan ini secara bertahap ditariksebagai pola yang diinternalisasi oleh
peserta didik.

5.2.2 Prinsip-Prinsip Metode

Scaffolding Prinsip-prinsip belajar kontruktivisme dengan pendekatan Scaffolding Yang ditetapkan


dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :

a. Pengetahuan dibangun oleh peserta didik.

b. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari pembelajar ke peserta didik.

c. Dengan keaktifan peserta didik sendiri untuk menalar.

d. Peserta didik aktif mengontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep
ilmah.

e. Pembelajar sekedar memberi bantuan dan menyediakan saran serta situasi agar proses konstruksi
belajar lancar.

f. Hadapi masalah yang relevan dengan peserta didik.

g. Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pernyataan.

h. Mencari dan menilai pendapat peserta didik.

i. Menyelesaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan peserta didik.

5.2.3 Langkah-Langkah Metode Scaffolding

a. Menjelaskan materi pembelajaran.

b. Menentukan Zone Of Proximal Development (ZPD) atau level perkembangansiswa berdasarkan


tingkat kognitifnya dengan melihat nilai hasil belajarsebelumnya.

c. Mengelompokkan siswa menurut ZPD-nya.

d. Memberikan tugas belajar berupa soal-soal berjenjang yang berkaitan denganmateri pembelajaran.

e. Mendorong siswa untuk bekerja dan belajar menyelesaikan soal-soal secaramandiri dengan
berkelompok.

f. Memberikan bantuan berupa bimbingan, motivasi, pemberian contoh, kata kunciatau hal lain yang
dapat memancing siswa ke arah kemandirian belajar.

g. Mengarahkan siswa yang memiliki ZPD yang tinggi untuk membantu siswayang memilki ZPD yang
rendah.

h.Menyimpulkan pelajaran dan memberikan tugas-tugas.

8
5.2.4 Keuntungan Mempelajari Metode Scaffolding

Menurut Agus N.Cahyo keuntungan mempelajari scaffolding adalah :

a. Memotivasi dan mengaitkan minat siswa dengan tugas belajar.

b. Menyederhanakan tugas belajar sehingga bisa lebih terkelola dan bisa dicapaioleh anak.

c. Memberi petunjuk untuk membantu anak berfokus pada pencapaian tujuan.

d. Secara jelas menunjukkan perbedaan antara pekerjaan anak dan solusi standaratau yang
diharapkan.

e. Mengurangi frustasi atau resiko.

f. Memberi model dan mendefenisikan dengan jelas harapan mengenai aktivitasyang akan dilakukan.

5.2.5 Kelemahan Mempelajari Metode Scaffolding

Kelemahan dari pembelajaran Scaffolding ini membutuhkan waktu yang banyakkarena tidak
semua siswa dapat mengkontruksi pengetahuan yang diterima secara cepat.Pembelajaran ini hanya
dapat diterapkan pada materi dengan karakteristik tertentu, yaitumateri-materi yang rumit
(berhubungan dengan rumus-rumus) seperti materi fisika yangmemerlukan penjelasan lebih dan juga
banyak latihan.

6.Prosedur Penelitian

6.1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian menurut Prof. Sugiyono (2013:61) adalah suatu atribut atausifat atau nilai dari
orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yangditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Daridefinisi tersebut yang menjadi titik perhatian
dalam penelitian ini adalah hasil belajarsiswa pada mata pembelajaran fisika menggunakan metode
Scaffolding

6.2 Definsi Operasional Variabel

Agar kedua pengertian variabel tersebut jelas, maka perlu didefinisikan sebagai berikut :

1. Metode Scaffolding adalah salah satu metode mengajar berupa bimbingan yangdiberikan
oleh seorang pembelajar kepada peserta didik dalam proses pembelajarandengan persoalan-
persoalan terfokus dan interaksi yang bersifat positif.
2. Hasil belajar yang dicapai peserta didik setelah mengalami proses belajar yangditunjukkan
dengan nilai atau angka.

9
6.3 Populasi dan Sampel

6.3.1 Populasi

Menurut Prof. Sugiyono (2013:117) Populasi adalah wilayah generalisasi yangterdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yangditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapunyang menjadi populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh peserta didik kelas X di SMAAl-Mashri Pangkalan Balai yang berjumlah laki-laki 76 orang
dan perempuan 56 orangdengan jumlah 132 orang peserta didik .

6.3.2 Sampel

Sampel menurut Prof. Sugiyono (2013:118) adalah bagian dari jumlah dankarakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 1 kelas dari 7
kelas yang menjadi sampel di SMK TelenikaPalembang yaitu kelas X TKJ yang berjumlah 31 orang
peserta didik yang dipilih secara acak .

6.4 Metode penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitianeksperimen semu atau
category one shot case study yang bertujuan untuk mengetahuihasil belajar fisika siswa dengan
metode Scaffolding pada mata pelajaran fisika. Dalam penelitian ini hanya ada kelas sampel yang
menjadi kelas eksperimendan tanpa ada kelas kontrol atau kelas pembanding dan juga tanpa tes awal
denganmodel ini peneliti ingin mengetahui faktor lainnya (Prof. Sugiyono, 2013:111).

6.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah hasil tes. Pada penelitian inites diberikan
secara tertulis dalam bentuk essay.

6.5.1 Tes

“Tes adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untukmendapat jawaban


dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (testulisan), atau dalam bentuk
perbuatan (tes tindakan)” (Sudjana, 2010:35). Tes ini digunakan untuk mengetahui kemampuan
siswa setelah proses belajar mengajar.Tes yang dilakukan dalam penelitian ini adalah 5 soal essay
yang diberikansetelah proses belajar mengajar dengan materilistrik dinamis sub pokok rangkaian
seri- paralel dan hukum ohm pada mata pelajaran fisika.

10
6.6 Teknik Analisis DataTeknik Analisis Data Tes (Ujian Tertulis)

Setelah data terkumpul akan dianalisis dengan tujuan penganalisaan ini untukmengetahui
hasil belajar siswa setelah diterapkan metode pembelajaran Scaffolding pada mata pelajaran
fisika.Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data tes hasil belajarsiswa yaitu
sebagai berikut:

1. Membuat kisi-kisi dan membuat soal tes


2. Membuat kunci jawaban dan memberikan skor masing-masing jawaban soal
3. Memeriksa jawaban siswa
4. Memberi skor dari hasil jawaban siswa sesuai dengan skor patokan yang telahditentukan.
5. Skor yang diperoleh masing-masing siswa dikonversikan menjadi nilai dalamrentang 0-100,
dengan menggunakan rumus:

N=RxS

Keterangan :

S = Nilai yang dicari atau dicapai

R= Skor mentah yang diperoleh siswa

N = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan100 = Bilangan tetap

6. Nilai akhir yang diperoleh dibuat dalam daftar distribusi frekuensi danmenentukan rata-rata
nilai akhir siswa dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

X = f x iX /xi

Keterangan :

X = Rata-rata nilai siswa

Ix = Nilai Tengah tanda kelas ke-ii

f = Frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas i

xi= 1,2,3,....

7. Rata-rata nilai akhir yang diperoleh digunakan untuk melihat kategori hasil belajar siswa.
Kriteria penilaian untuk mengetahui keampuan siswa berupa kuantitatif dan kualitatif.

11
REFERENSI

Prof. DR. Sugiyono. 2013.

Metode Penelitian Pendidikan

. Bandung : Alfabeta.Cahyo, Agus N. 2013.

Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual DanTerpopuler

. Jogjakarta : Diva Press.

DR. Rusman. 2013.

Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer

. Bandung : Alfabeta.DR. Anurrahman. 2010.

Belajar dan Pembelajaran.

Pontianak : Alfabeta.Purwanto, Ngalim. 2010.

Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

Bandung:PT Remaja Rosadakarya.TriantoSudjana, Nana. 2010.

Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar

. Bandung : Renika.Puspitasari, Yesi. 2011.

Penerapan Pembelajaran Kooferatif Tipe Student Teams Achivement Division (STAD) Pdada Mata Pel
ajaran Fisika di SMP Negeri 7 Palembang

. Palembang. Skipsi.Pandanarum7707. (2013).

Scaffolding

. Tersediahttp://id.scribd.com/doc/137237393/Scaffolding. Di akses : 19 Desember 2013.Kusworo,


Pramudyo. 2011.

Efektivitas Penerapan Pendekatan Scaffolding Dalam Ketuntasan Belajar Ekonomi

. Tersedia :http://blog.tp.ac.id/efektivitas- penerapan-pendekatan-pembelajaran-scaffolding-dalam-


ketuntasan-belajar-ekonomi. Di akses : 20 Desember 2013.

12

You might also like