You are on page 1of 7

Uji tempel pada Pasien dengan Dugaan Dermatitis

Kosmetik: Sebuah Studi Retrospektif


Taru Garg MD | Soumya Agarwal MD DNB | Ram Chander MD | Aashim Singh
MD |
Pravesh Yadav MD

Departemen Dermatologi dan STD, Ringkasan


Lady Hardinge Medical College, New Latar Belakang: Berkembangnya penggunaan kosmetik telah
Delhi, India
menyebabkan peningkatan insidensi kejadian dermatitis kontak
Koresponden alergi (DKA) hingga dermatitis kosmetik. Pengujian uji tempel
Dr Soumya Agarwal, membantu dalam mengkonfirmasi alergi terhadap kosmetik dan
DepartemenDermatologi dan STD, menunjukkan alergen penyebab yang tepat.
Lady Hardinge Medical College, New
Delhi.
Tujuan dan Objektif: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Email: scorpsoumya@gmail.com / frekuensi reaksi uji patch positif pada kasus dengan dugaan
Scorpsoumya@yahoo.co.in DKA terhadap kosmetik dan alergen penyebab umum lainnya.
Metode: Ini adalah penelitian retrospektif terhadap 58 pasien,
dengan dugaan DKA terhadap kosmetik, yang telah menjalani
uji tempel dengan standar seri India serta seri kosmetik dan
wewangian India sejak Januari 2013 hingga Desember 2015.
Hasil: Mayoritas pasien (60,34%) berasal dari kelompok usia 20-
40 tahun. Area yang paling umum terlibat adalah wajah (94,8%)
diikuti oleh leher (22,4%). Kosmetika yang paling biasa
digunakan dalam sejarah adalah sabun (53,4%), dan krim wajah
(24,1%). Alergen yang paling umum terdeteksi pada pengujian
tempel adalah cetrimide (20,7%) dan thimerosal (15,5%) diikuti
oleh paraphenylenediamine (6,9%), dan campuran wewangian
(5.2). Reaksi alergi positif diperoleh pada 2,12% dari uji tempel
ini.
Kesimpulan: Produk kosmetik yang paling umum terlibat pada
DKA adalah krim wajah, sabun, dan pewarna rambut. Alergen
penyebab utama adalah cetrimide dan thimerosal.

Kata Kunci
Dermatologi kosmetika, kosmetik, dermatitis kontak, alergi
kontak

1. PENGANTAR
emolien, warna rambut dan agen styling, pembersih
Kosmetik telah diartikan sebagai segala persiapan dan lap, maskara, eye shadow, makeup, penghilang
yang diaplikasikan pada kulit wajah, mulut, rambut, makeup, tabir surya, depilatori, sabun, shampo, gel
atau kuku untuk tujuan untuk membersihkan, mandi, minyak mandi Dan pasta gigi dan masih
meningkatkan penampilan, memberi aroma yang banyak lagi. Produk kosmetik dan perawatan kulit
1
menyenangkan maupun sebagai perlindungan. merupakan bagian penting dari perawatan sehari-hari.
Berbagai macam produk dapat digolongkan dalam Rata-rata, seorang wanita menggunakan 12 produk
kategori ini termasuk parfum, Deodoran, aftershaves, perawatan pribadi sehari, mengandung total hingga
hairspray, lipstik, pernis kuku dan ekstensi, pelembab, 168 bahan, dan seorang pria menggunakan enam
produk pribadi dengan 85 bahan sehari-hari.2 India (CODFI), dan diproduksi oleh "Chemotechnique
Diperkirakan 1-3% populasi peka Untuk bahan Diagnostics." Pengujian tempel juga dilakukan
kosmetik atau kosmetik dengan kecenderungan wanita terhadap kosmetik pribadi yang dicurigai sebagai
yang lebih besar.3 Namun, tingkat sebenarnya penyebab DKA.
diperkirakan jauh lebih tinggi, karena kebanyakan
orang hanya berhenti menerapkan kosmetik yang Pembacaan uji tempel dilakukan setelah 48 jam
menyinggung alih-alih mencari saran medis untuk dan 96 jam. Hasil uji tempel dianalisis sesuai
reaksi alergi ringan atau iritan. Alergen penyebab yang rekomendasi kelompok internasional penelitian
paling umum adalah wewangian dan pengawet. Yang dermatitis kontak:
penting lainnya termasuk paraphenylenediamine, filter
?+ - Reaksi yang Makula eritema
UV, todelamide formaldehida resin pada pernis kuku, meragukan samar
1
lanolin dan turunannya dan kokamidopropil betaine. + - Reaksi positif lemah Eritema, infiltrasi,
kemungkinan papula
Alergi kontak dengan alergen kosmetik meningkat ++ - Reaksi positif kuat Eritema, infiltrasi,
di negara berkembang seperti India karena papula dan vesikel
+++ - Reaksi positif sangan Eritema intens, reaksi
meningkatnya penggunaan kosmetik. Uji tempel kuat bula
dengan rangkaian standar mengidentifikasi alergen - - Reaksi negatif
yang bertanggung jawab pada hampir 70-80% kasus IR - Reaksi iritan
NT - Tidak diuji
dermatitis kontak; Namun, banyak alergen terkait
kosmetik yang penting mungkin terlewatkan bila hanya
menggunakan rangkaian standar. Penelitian dari Reaksi alergi positif ditafsirkan secara klinis
benua India untuk mendukung uji tempel dengan apakah itu relevan atau tidak relevan. Relevansi klinis
rangkaian kosmetik tambahan di samping rangkaian didefinisikan sebagai definite (produk yang digunakan
standar pada subjek penelitian dengan dugaan oleh pasien positif mengandung alergen), probable
dermatitis alergi kontak terhadap kosmetik masih (pengujian tidak dapat dilakukan namun terdapat
4
sangat kurang. Oleh karena itu, kami mencoba paparan yang jelas terhadap produk yang
mempelajari alergen umum pada kosmetik, yang mengandung alergen), possible (terdapat riwayat yang
bertanggungjawab sebagai penyebab dermatitis mungkin menjadi suatu paparan terhadap produk yang
kontak alergi (DKA). diketahui atau diduga kuat mengandung alergen atau
hasil tes positif terhadap produk yang diduga
mengandung alergen). Reaksi dianggap relevan
2. BAHAN DAN METODE secara klinis jika ditemukan salah satu dari tiga kriteria
tersebut.
Penelitian dilakukan di departemen Dermatologi
pusat perawatan tersier sebagai studi berbasis
retrospektif. Sebanyak 58 pasien berusia 3-60 tahun
3. HASIL
yang diduga mengalami DKA terhadap kosmetik mulai
Januari 2013 sampai Desember 2015 dan telah Kelompok usia subjek penelitian berkisar antara 9
menjalani rangkaian uji tempel standar India (ISS) sampai 60 tahun, dengan mean 36,28±11,76 tahun.
dengan berbagai seri kosmetik dan wewangian India Mayoritas pasien (60,34%) termasuk dalam kelompok
(ICFS) dijadikan sebagai subjek penelitian. Studi ini usia 20-40 tahun. Ada 50 orang wanita dan delapan
disetujui oleh komite etik institut tersebut. Riwayat orang laki-laki (L: P = 1: 6,25). Sebanyak 35 orang
tentang gejala, lesi kulit, penggunaan kosmetik wanita dalam penelitian kami adalah ibu rumah tangga
termasuk lamanya penggunaan, dermatitis (60,3%), delapan orang adalah siswa (13,8%), lima
eksaserbasi dengan penggunaan kosmetik, riwayat orang pegawai administrasi (8,6%), tiga orang insinyur
atopi pribadi dan keluarga, serta keluhan musiman komputer (5,2%), dan sisanya bekerja sebagai ahli
dicatat secara rinci sebgai bagian dari proforma. kecantikan, perawat, juru masak, pelayan toko,
Temuan pemeriksaan klinis juga turut dicatat. pensiunan teknisi, pemilik garmen, dan pelayan gereja.
Pengujian tempel ini dilakukan secara metode Finn
Chamber yang telah dimodifikasi dengan Mean durasi gejala yang mereka alami
memanfaatkan rangkaian kosmetik dan wewangian 29,58±35,71 bulan. Durasi gejala berkisar antara 7 hari
India yang telah disetujui oleh forum dermatitis kontak sampai 15 tahun, dan mayoritas pasien (53,4%)
memiliki durasi kurang dari satu tahun. Keluhan yang yang dicurigai, maupun keduanya (Tabel 1). Kosmetik
paling umum terjadi adalah gatal (60,3%), yang paling sering digunakan oleh pasien adalah
hiperpigmentasi (46,5%), kemerahan (41,4%), dan sabun (53,4%), krim wajah (24,1%), pewarna rambut
papula / plak (27,6%). Gejala lainnya yang jarang (22,4%), parfum (15,5%), dan krim cukur (8,6%).
terjadi adalah seperti sensasi terbakar (17,2%),
pengikisan (13,8%), kulit kering (10,3%), fisura (5,2%), Uji tempel dengan alergen ICFS menunjukkan
erupsi (3,4%), oozing (3,4%), dan perih (1,7 %). hasil positif pada 24 orang(41,38%) subjek penelitian.
Dua belas orang (20,7%) subjek penelitian bereaksi
Keterlibatan area wajah terjadi pada 94,8% positif pada uji tempel terhadap cetrimide dan 9 orang
pasien. Area kedua yang paling sering terlibat adalah (15,5%) subjek peneitian bereaksi positif terhadap
leher (22,4%), diikuti lengan bawah (17,2%), lengan thimerosal. Reaksi terhadap isopropil miristat dan
atas (10,3%), tangan (10,3%), kulit kepala (5,2%), asam sorbat positif pada masing-masing 3,4% subjek
tapak kaki (3,4%), dan kaki (1,7%). Terdapat riwayat penelitian, sedangkan pada campuran gallate, minyak
atopi pada enam orang pasien (10,3%). Mayoritas geranium bourbon, triclosan, chlorhexidine gluconate,
pasien tidak memiliki keluhan musiman (84,5%); phenylmercuric acetate, cocamidopropylbetaine, dan
Namun, enam pasien mengalami perburukan di musim quaternium15 masing-masing 1,7% bereaksi positif
dingin (10,3%), dan tiga pasien mengalami gejala pada subjek penelitian. Di antara kosmetik pribadi
eksaserbasi (5,2%) pada musim panas. Banyak subjek yang diuji, enam orang (10,3%) subjek penelitian
tidak dapat menyebutkan faktor yang memperberat bereaksi terhadap pewarna rambut (Gambar 2), 5,2%
(53,4%); Namun, subjek yang lain mengalami terhadap kumkum, dan 3,4% terhadap lipstik. Sulit
dermatitis eksaserbasi akibat paparan sinar matahari untuk mengkorelasikan reaksi positif terhadap
(13,8%), pemakaian pewarna rambut (10,3%), kosmetik yang dicurigai karena tidak semua bahan
kumkum (5,2%), lipstik (5,2%), bindi (3,4%), henna kosmetik disebutkan pada label, namun hubungan
(3,4%), krim wajah (3,4%), dan sabun (3,4%). kausal dapat diulas berdasarkan berbagai kasus.

GAMBAR 1 Dermatitis lipat luku sisi atas akibat cat kuku

Kami mendata semua kosmetik yang digunakan oleh


subjek penelitian terlepas ada tidaknya hubungan
terhadap dermatitis yang mereka alami. Kosmetik yang GAMBAR 2 Uji tempel reaksi positif terhadap pewarna
paling umum digunakan adalah sabun (82,8%), diikuti rambut
krim wajah (53,4%), pewarna rambut (25,9%), henna
(24,1%), parfum (22,4%), bindi ( 17,2%), lipstik (12%), Uji tempel dengan alergen ISS menunjukkan hasil
krim cukur (10,3%), dan cat kuku (1,7%) positif terhadap nikel sulfat heksahidrat pada 13,8%
subjek penelitian, paraphenylenediamine pada 6,9%
Tiga puluh enam subjek penelitian (62,1%) subjek penelitian, serta masing-masing 5,2% subjek
bereaksi positif terhadap uji tempel dengan salah satu penelitian pada campuran neomisin sulfat dan wangi,
atau lebih alergen ICFS / ISS, atau kosmetik pribadi
TABEL 1 Alergen yang digunakan, reaksi uji tempel positif, dan relevansinya secara klinis

S. No Alergen Conc. Reaksi Alergi Reaksi Iritan Reaksi Klinis


Positif, % Positif, % Relevan (%)
TABEL 1 lanjutan

S. No Alergen Conc. Reaksi Alergi Reaksi Iritan Reaksi Klinis


Positif, % Positif, % Relevan (%)

masing-masing 3,4% subjek penelitian pada kobalt dimana perempuan lebih memperhatikan penampilan
klorida hexahydrate dan paraben mix. Dari total 3490 kosmetik dibandingkan laki-laki. Sejalan dengan hal
uji tempel yang diterapkan, 2,12% (74/3490) uji tempel ini, mayoritas subjek dalam penelitian kami adalah
berhasil memperoleh reaksi alergi positif. Reaksi iritan wanita (86,2%). Mayoritas subjek (60,34%) dalam
diamati pada 15,5% dan 10% subjek penelitian penelitian kami termasuk dalam kelompok rentang usia
terhadap alergen ICFS dan ISS. 20-40 tahun. Dalam penelitian sebelumnya, sebagian
besar pasien dengan reaksi kosmetik terdistribusikan
pada kelompok rentang usia yang lebih luas (20-60
11
tahun).
4. DISKUSI
Keluhan gatal yang ditemukan sebagai gejala
Penelitian terbaru menunjukkan peningkatan
DKA akibat kosmetik yang paling utama pada
kejadian dermatitis kosmetik dan juga menunjukkan
penelitian sebelumnya juga menjadi keluhan utama
adanya antigen baru pada kosmetik sebagai penyebab 4.2
6,7 pada subjek penelitian kami (60,3%). Gambaran
alergi. Uji tempel adalah pemeriksaan standar emas
umum lainnya adalah hiperpigmentasi (Gambar 3),
pada pasien dengan DKA yang dicurigai akibat
8,9 eritema, dan papula atau plak. Dermatitis kosmetik
kosmetik. Uji tempel dengan rangkaian kosmetik
biasanya muncul dengan bercak skuamoeritematosa
tambahan disamping rangkaian standar telah 3
atau eritema yang lebih luas. Dermatitis kosmetik
disarankan untuk meningkatkan kemampuan deteksi
dengan pigmentasi terlihat terutama pada wanita di
alergen yang relevan pada subjek penelitian tersebut.
benua India (Gambar 4). Hiperpigmentasi, yang terjadi
DKA terhadap kosmetik lebih sering terjadi pada
10 terutama di pipi, mungkin timbul bersamaan atau
wanita dibandingkan laki-laki, yang dapat dijelaskan
terjadi setelah dermatitis ringan. Dermatitis perioral
berdasarkan penggunaan kosmetik yang lebih sering,
cheilitis berpigmen telah dilaporkan berasal dari alergi
tingkat sensitivitas yang lebih tinggi terhadap alergen
terhadap asam risinoleat dalam minyak jarak yang
kosmetik, dan laporan kejadian yang meningkat, 13
tekandung dalam lipstik. Bahan kumkum, yang
dioleskan sebagai kosmetik ke dahi pada wanita Asia, campuran thimerosal dan pewangi. Nikel sulfat adalah
14
umumnya menyebabkan dermatitis pigmentosa. alergen positif yang paling umum di antara alergen
Kelopak mata, wajah, dan leher adalah area yang ISS. Nikel bisa hadir sebagai kontaminan dalam
3,4
paling sering terkena pada alergi kosmetik, kosmetik, sikat logam yang digunakan untuk
sebagaimana hasil temuan pada penelitian kami. mengaplikasikan makeup, bindi, dan beberapa
3
kosmetik mata. Paraphenylenediamine adalah
Bindi, pewarna rambut, dan krim wajah adalah komponen utama pewarna rambut permanen, juga
kosmetik yang paling sering dicurigai sebagai ditemukan pada bindi dan henna.
penyebab DKA sesuai hasil penelitian tentang pola
15
sensitivitas terhadap kosmetik di India. Produk
perawatan kulit (pelembab dan krim pembersih / lotion
/ susu) telah dilaporkan dan terhitung dalam
pendataan maksimal kasus alergi kontak pada
12,15,16
penelitian sebelumnya. Hal ini sesuai dengan
penelitian kami dimana sabun (53,4%) dan krim wajah
(24,1%) adalah kosmetik yang paling umum
menyebabkan DKA. Alergen penyebab umum lainnya
adalah pewarna rambut, parfum, dan krim cukur.

GAMBAR 3 Dermatitis kontak pigmentosa akibat


penggunaan bindi

Alergen yang paling umum dites menghasilkan


reaksi positif di ICFS adalah cetrimide. Cetrimide
adalah antiseptik yang ada di krim wajah, krim cukur,
dan sampo. Alergen umum lainnya adalah thimerosal,
merupakan senyawa organik yang mengandung
merkuri dan thiosalicylate, dan ditemukan dalam krim
wajah, kosmetik mata, dan parfum; Isopropil miristat
yang digunakan sebagai zat pengental dan emolien
dalam banyak krim wajah, dan krim cukur; dan asam GAMBAR 4 Dermatitis kontak pigmentosa pada pipi dan
sorbat yang merupakan bahan pengawet yang dapat dagu
ditemukan pada produk kosmetik mata dan make up
wajah, serta krim cukur. Dalam sebuah penelitian di Alergen lainnya termasuk campuran pewangi
India yang dilakukan oleh S. Singh dkk, 10 alergen yang dianggap sebagai alergen penting dari sabun dan
kosmetik yang paling sering diidentifikasi adalah parfum. Campuran paraben adalah bahan pengawet
wewangian dan pengawet. yang digunakan pada sabun, sampo, dan krim wajah.
Klorida kobalt dan nikel biasanya ditemukan pada
Kami berusaha mengkorelasikan hasil positif dari sabun, pigmen pewarna kosmetik, dan pewarna
kosmetik yang diuji dengan bahan kandungan rambut. Delapan dari 19 orang subjek penelitian
kosmetik. Sebuah hubungan kausal yang pasti (42,1%) memberikan reaksi positif terhadap kosmetik
diperoleh pada beberapa kasus seperti krim wajah yang dicurigai, sehingga mengkonfirmasikan adanya
dengan thimerosal dan isopropyl miristate, krim cukur dermatitis kontak kosmetik (Tabel 2). Sebuah
dengan asam cetrimide dan sorbic, pewarna rambut penelitian sebelumnya melaporkan hasil positif pada
15
dengan paraphenylenediamine, dan parfum dengan kosmetik yang dicurigai pada 50% pasien. Dogra et
TABEL 2 Subjek penelitian dengan reaksi positif terhadap kosmetik milik pribadi
Subjek No. Reaksi positif Positif alergen (ISS dan Kosmetik yang Area yang terkena
kosmetik pribadi ICFS) dicurigai
1 Pewarna rambut Paraphenylenediamine, Pewarna rambut, krim Wajah
cetrimide, thimerosal cukur, sabun
2 Pewarna rambut, Thimerosal Pewarna rambut, bindi, Wajah
kumkum kumkum
3 Pewarna rambut Thimerosal, cetrimide, nickel Pewarna rambut, gelang, Wajah, lengan bawah,
sulfate sabun kulit kepala
4 Pewarna rambut Cetrimide, Pewarna rambut, sabun Wajah, kulit kepala,
paraphenylenediamine lengan atas, lengan
bawah, badan
5 Kumkum, lipstik Cetrimide, fragrance mix Kumkum, lipstik, parfum, Wajah, lengan atas,
sabun tapak kaki
6 Pewarna rambut Cetrimide, thiomerosal Pewarna rambut, krim Wajah, kulit kepala
wajah
7 Kumkum, lipstik - Kumkum, lipstik, sabun Wajah
8 Pewarna rambut Neomycin sulfate I Pewarna rambut, henna Wajah

17
al. telah melaporkan 3,2% positif terhadap alat 7. Park ME, Zippin JH. Allergic contact dermatitis to cosmetics.
kosmetik standar dan 3,3% terhadap berbagai Dermatol Clin. 2014;32:1-11.
8. Hamilton T, de Gannes JC. Allergic contact dermatitis to
kosmetik dari 2065 uji tempel yang dilakukan. Kumar P preservatives and fragrances in cosmetics. Skin Therapy
4
et al. telah melaporkan hasil reaksi positif sebesar Lett. 2011;16:1-4.
9. Alani JI, Davis MDP, Yiannias JA. Allergy to cosmetics: a
3,75%. Hasil reaksi positif yang agak rendah
literature review. Dermatitis. 2013;24:283-290.
didapatkan pada penelitian kami (2,12%). Relevansi 10. Singh S, Reddy BSN. Cosmetic dermatitis-current
reaksi uji tempel positif dalam penelitian ini didasarkan perspectives. Int J Dermatol. 2003;42:533-542.
11. Adams RM, Maibach HI. A five-year study of cosmetic
pada riwayat paparan yang potensial karena beberapa reactions. J Am Acad Dermatol. 1985;13:1062-1069.
subjek penelitian tidak dapat memberikan kosmetik 12. deGroot AC, Beverdam EGA, Ayong CT, et al. The role of
yang dicurigai atau tidak bersedia menggunakannya contact allergy in the spectrum of adverse effects caused by
cosmetics and toiletries. Contact Dermatitis. 1988;19:195-
kembali dalam penelitian uji tempel ini. 201.
13. Leow YH, Tan SH, Ng SK. Pigmented contact cheilitis from
KONFLIK KEPENTINGAN ricinoleic acid in lipsticks. Contact Dermatitis. 2003;49:48-49.
14. Nath AK, Thappa DM. Kumkum-induced dermatitis: an
Para penulis menyatakan tidak ada konflik analysis of 46 cases. Clin Exp Dermatol. 2007;32:385-387.
15. Mehta SS, Reddy BSN. Pattern of cosmetic sensitivity in
kepentingan. Indian patients. Contact Dermatitis. 2001;45:292-293.
16. de Groot AC, Bruynzeel DP, Bos JD, et al. The allergens in
cosmetics. Arch Dermatol. 1988;124:1525-1529.
17. Dogra A, Minocha Y, Kaur S. Adverse reactions to
cosmetics. Indian J Dermatol Venereol Leprol. 2003;69:165-
DAFTAR PUSTAKA
167
1. White IR, De Groot AC. Cosmetics and skin care products. In:
Frosch PJ, Menn_e T, Lepoittevin JP, eds. Contact
Dermatitis, 4th edn. Berlin: Springer; 2006:493-506.
2. Schnuch A, Geier J, Lessmann H, et al. Surveillance of
contact allergies: methods and results of the Information
Network of Department of Dermatology (IVDK). Allergy.
2012;67:847-857.
3. Beck MH, Wilkinson SM. Contact dermatitis: allergic. In: Burns
T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, eds. Rook’s Textbook of
Dermatology. 8th edn. Oxford: Blackwell Scientific
Publications; 2010: 26.47-49.
4. Kumar P, Paulose R. Patch testing in suspected allergic
contact dermatitis to cosmetics. Dermatol Res Pract.
2014;2014:695387.
5. Suneja T, Belsito DV. Comparative study of finn chambers
and T.R.U.E. test methodologies in detecting the relevant
allergens inducing contact dermatitis. J Am Acad Dermatol.
2001;45:836-839.
6. Zhao J, Li LF. Contact sensitization to cosmetic series of
allergens in a general population in Beijing. J Cosmet
Dermatol. 2014;13: 68-71.

You might also like