You are on page 1of 3

Efikasi Sodium Valproat Intravena dan Fenitoin sebagai

Pengobatan Lini Pertama pada Status Epileptikus: Sebuah Studi


Perbandingan

Somsak Tiamkao1,2, Kittisak Sawanyawisuth1 dan Alongkorn Chancharoen1

ABSTRAK
Latar Belakang: Status epileptikus (SE) adalah kondisi neurologis yang serius dan
membutuhkan pengobatan yang tepat. Sodium valproat telah berhasil digunakan untuk
mengobati SE tetapi perannya sebagai lini pertama obat antiepilepsi (AED) masih
kontroversial. Penelitian ini mengevaluasi efektivitas sodium valproat intravena untuk
menentukan apakah kemampuan obat ini tidak di bawah fenitoin intravena dalam pengobatan
SE.
Metode: Pasien yang didiagnosis SE selama 2003-2010 yang berusia lebih dari 15 tahun dan
yang terdaftar menerima pengobatan lini pertama baik sodium valproat intravena ataupun
fenitoin intravena. Karakteristik klinis dan hasilnya dianalisis. Perbedaan hasil antara
kelompok sodium valproat dan kelompok fenitoin ditentukan dengan statistik deskriptif.

Hasil: Selama masa penelitian, ada 37 dan 17 pasien SE yang masing-masing menerima
fenitoin intravena dan sodium valproat intravena sebagai pengobatan lini pertama. Semua
pasien menerima diazepam 10 mg intravena sebagai medikasi penyelamatan sebelum memulai
agen antiepilepsi jika tidak terkendali kecuali satu pasien pada kelompok valproat Sodium.
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok fenitoin dan sodium valproat dalam
semua variabel hasil termasuk jumlah pasien dengan kejang klinis terkontrol, pasien non-
dependen, waktu untuk kontrol kejang, durasi rawat inap, dan kematian. Tidak ada gangguan
cardiovaskular yang serius seperti terjadinya hipotensi pada kedua kelompok.

Kesimpulan: sodium valproat intravena tidak di bawah fenitoin intravena sebagai pengobatan
lini pertama di SE tanpa adanya gangguan kardiovaskular yang signifikan.

Kata kunci: Fenitoin, Sodium valproat, efikasi, status epileptikus, perbandingan

1
Efikasi Sodium Valproat Intravena dan Fenitoin sebagai Pengobatan Lini Pertama
pada Status Epileptikus: Sebuah Studi Perbandingan

Latar Belakang
Status epileptikus (SE) adalah kondisi darurat yang membutuhkan perawatan yang tepat
dan cepat untuk mencegah morbiditas dan mortilitas. Fenitoin intravena merupakan
pengobatan utama untuk mengobati SE. Obat antiepilepsi baru seperti Sodium valproat,
lacosamide, levetiracetam atau topiramate juga memiliki potensi yang bermanfaat dalam
pengobatan SE. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa Sodium valproat intravena mungkin
berpotensi untuk menjadi efektif dalam pengobatan SE. Ini dapat digunakan sebagai AED lini
pertama pada SE dengan kontrol yang baik pada kejang. Tidak seperti fenitoin, sodium valproat
dapat digunakan secara aman dan tidak memiliki potensi besar pada gangguan kardiovaskular
seperti aritmia jantung atau hipotensi. Sodium valproat mungkin menjadi obat yang sesuai
sebagai pengobatan lini pertama pada SE.
Metode
Pasien yang terdaftar SE yang dirawat di Rumah Sakit Srinagarind, Khon Kaen
University, Thailand antara 2003 dan 2010. Kriteria inklusi adalah pasien yang berusia lebih
dari 15 tahun dan menerima fenitoin intravena atau intravena sodium valproat sebagai
pengobatan lini pertama.
Karakteristik dasar antara kelompok fenitoin dan Sodium valproat dibandingkan
dengan statistik deskriptif. Semua hasil variabel juga diuji untuk perbedaan antara mereka yang
diobati dengan fenitoin dan Sodium valproat. Wilcoxon rank sum atau t-test dan uji eksak
Fisher’s exact atau uji Chi-square digunakan untuk membandingkan perbedaan dalam jumlah
dan proporsi antara dua kelompok mana yang sesuai.

Hasil
Selama masa penelitian, ada 92 pasien yang didiagnosis sebagai SE. 37 dari mereka, 17 pasien
SE menerima fenitoin intravena dan 20 mendapat infus sodium valproat sebagai pengobatan
lini pertama. Semua pasien menerima diazepam 10 mg intravena sebagai obat penyelamatan
sebelum memulai agen antiepilepsi jika tidak terkendali kecuali satu pasien pada kelompok
valproat Sodium.

Tidak ada perbedaan signifikan secara statistik dalam variabel klinis awal antara kedua
kelompok (Tabel 1). Usia rata-rata lebih tinggi dan waktu rata-rata untuk memulai pengobatan
SE lebih panjang pada kelompok Sodium valproat. Persentase pasien dengan jenis kelamin

2
pria, epilepsi, dan penarikan obat antiepilepsi juga lebih tinggi pada kelompok sodium valproat.
EEG dilakukan pada 14 pasien (25.93%). Tidak ada perbedaan signifikan secara statistik,
namun, dalam hal penyebab dan kondisi yang sudah ada SE pada kedua kelompok (Tabel 2).
Rincian sejarah penggunaan AED pada pasien dengan riwayat epilepsi diberikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Penggunaan obat antiepilepsi dalam status epileptikus dengan fenitoin intravena
dan intravena Sodium valproat sebagai pengobatan lini pertama

Dosis rata-rata AED digunakan dalam fenitoin dan kelompok Sodium valproat adalah
1,95 (SD 0,85) dan 1,82 (SD1.01), (p value 0,508). Jumlah pasien dengan dua atau lebih
penggunaan AED adalah 10 (27.02%) dan 5 (29.41%) fenitoin dan kelompok Sodium valproat,
masing-masing (Tabel 4). Rincian penggunaan AED dalam setiap kelompok ditunjukkan pada
Tabel 5. Rata-rata dosis fenitoin adalah 743 (SD 116) mg dengan laju infus dari 20,63 (SD
9.54) mg / menit, sedangkan Sodium valproat diberikan intravena pada rata-rata dosis 1000
(SD 239,14) mg dan kecepatan infus 26.27 (SD 10.76) mg / menit. Kemudian, kedua obat
diberikan intravena dengan dosis pemeliharaan 300 mg fenitoin dan 1.200 mg sodium valproat.
Tingkat fenitoin serum diukur pada 16 pasien. Tingkat rata-rata adalah 25,71 fenitoin (SD
28,65) mg / dL, sedangkan kadar Sodium valproat rata-rata adalah 36,82 (SD 73,45) mg / dL
(dihitung dari 7 pasien).

Kesimpulan

Kemampuan sodium valproat intravena tidak lebih buruk dari fenitoin intravena sebagai
pengobatan lini pertama dalam SE tanpa gangguan kardiovaskular yang signifikan.

You might also like