Professional Documents
Culture Documents
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Konsep Asupan Cairan (Air Putih)
a. Pengertian Asupan Cairan (Air Putih)
Cairan (Air putih) merupakan pilihan yang cocok untuk mengisi
volume lambung karena derajat fluiditas kimus di lambung
mempengaruhi pengosongan lambung. Selain itu air putih sudah
berbentuk cair merata tanpa harus dicerna lagi sebelum disalurkan ke
duodenum. (Sherwood dalam Yasmara, 2013). Air secara kimiawi
tidak mempengaruhi sekresi hormon oleh kelenjar endokrin di saluran
pencernaan (Corvin dalam Yasmara, 2013).
Terapi cairan adalah sistem penyembuhan alami, menggunakan
kebutuhan tubuh terhadap air, dan respons tubuh secara fisiologis
terhadap air untuk mencegah, mengoreksi dan meningkatkan rentang
sehat manusia (Yasmara, 2013).
b. Asupan Cairan (Air Putih)
Dengan minum 500 ml air putih Lower Maximum Volume
(LMV) yaitu volume minimal yang dimasukkan ke dalam lambung
yang mampu menyebabkan gerakan peristaltik pada lambung (Lunding
et al., 2011), maka rangsangan dari regangan lambung ini melalui saraf
otonom ekstrinsik menjadi pemicu utama gerakan massa di kolon
melalui refleks gastrokolik. Refleks gastrokolik mampu menstimulasi
otot polos kolon sehingga meningkatkan motilitas kolon dan mencegah
terjadinya konstipasi (Bassotti & Villanaci dalam Yasmara, 2013).
Prosedur intervensi penelitian adalah pemberian minum air
putih segera setelah bangun pagi sebanyak 500 ml yang dihabiskan
dalam waktu 20 menit. Dan tidak makan ataupun minum selama 45
menit sebelum dan sesudah pemberian (Yasmara, 2013).
c. Penilaian Asupan Cairan (Air Putih)
Data asupan cairan diperoleh dengan menggunakan formulir
catatan minum selama 3 hari (3D-fluid diary). Data konsumsi cairan
dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu kurang (< 65% AKG) dan
10
3. Konsep Konstipasi
a. Pengertian Konstipasi
Konstipasi diartikan sebagai perubahan frekuensi defekasi,
volume, dan konsistensi feses. Konstipasi bukan penyakit, melainkan
gejala penurunan frekuensi defekasi (>3 hari sekali atau <2 kali
seminggu) yang diikuti dengan pengeluaran feces yang lama dengan
konsistensi keras dan kering (Yasmara, 2013).
Konstipasi adalah pergerakan feses yang lambat melewati usus
besar dihubungkan dengan banyaknya jumlah feses yang kering dan
keras yang terkumpul pada colon descenden yang disebabkan oleh
absorbsi cairan yang berlebihan (Guyton dan Hall ddalam Muawanah,
2016).
12
b. Gejala Konstipasi
Konstipasi postpartum dengan gejala seperti rasa sakit atau rasa
ketidaknyamanan, tegang, dan feses keras adalah kondisi umum yang
mempengaruhi kejadian hemoroid dan nyeri di daerah episiotomi
(Muawanah, 2016).
c. Epidemiologi Konstipasi
Konstipasi mempengaruhi sekitar 20-25% dari populasi, dapat
terjadi pada semua umur dan didominasi oleh perempuan dengan rasio
kejadian antara perempuan dan laki-laki sebesar 2:1 (Kassolik, et al.,
dalam Muawanah, 2016).
d. Etiologi Konstipasi
Penyebab utama terjadinya konstipasi adalah kurangnya
aktivitas fisik, konsumsi makanan berserat dan asupan cairan (Arnaud
dalam Yasmara, 2013).
Perry Potter (2006) menyebutkan bahwa penyebab umum
frekuensi buang air besar abnormal antara lain kebiasaan defekasi yang
tidak teratur, klien yang mengkonsumsi diit rendah serat, tirah baring
yang panjang, atau kurangnya olahraga, pemakaian laksantif atau obat-
obatan, kelaianan saluran GI, kondisi neurologis yang menghambat
syaraf ke kolon serta penyakit organik (Kusumaningrum, 2015).
Kejadian konstipasi sering berkaitan dengan kurangnya asupan
serat dan asupan cairan (Muawanah, 2016).
1) Aktivitas Fisik
Gerak tubuh yang kurang, baik disengaja maupun tidak disengaja
menyebabkan penurunan peristaltic usus sebagai pemicu terjadinya
konstipasi (Harrington dan Haskvitz dalam Yasmara, 2013).
2) Penurunan Motilitas Kolon
Konstipasi terjadi akibat penurunan motilitas kolon
sehingga memperpanjang waktu transit feses di kolon dan
berakibat kandungan air tetap terus diabsorpsi dari massa feses
13
ibu yang tidak bekerja dan menjadi ibu rumah tangga akan
mempunyai sedikit informasi tentang kejadian konstipasi.
Faktor lain yang berpengaruh terhadap konstipasi pada ibu
postpartum adalah paritas. Paritas dan kejadian konstipasi sangat
berhubungan dengan pengalaman menurut Notoatmojo S (2010).
Pengalaman juga merupakan sumber atau suatu cara untuk
memperoleh kebenaran. Dimana seorang ibu yang pertama kali
melahirkan memiliki pengalaman yang kurang. Oleh sebab itu
pengalaman pun dapat digunakan sebagai upaya untuk
memperoleh pengetahuan.
e. Patofisiologi Konstipasi pada Ibu Postpartum
Konstipasi mungkin terjadi pada masa nifas awal karena
kurangnya makan berserat selama persalinan dan karena ibu nifas
menahan defekasi. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan
fisiologis pada otot-otot tubuh dan gerakan peristaltik pada usus.
Adanya pantang makan makanan berserat juga mempunyai bagian
besar dalam kejadian konstipasi pada ibu nifas. Massa feses sangat
ditentukan oleh asupan serat. Diet mengandung serat dalam jumlah
besar akan menghasilkan feses yang lunak dan akan cepat melalui
usus. Sebaliknya diet rendah serat menghasilkan feses kecil dan
melewati usus perlahan (Sulistyawati dalam Kusumaningrum, 2015).
f. Penilaian Konstipasi
Data gejala konstipasi menggunakan kuesioner meliputi
frekuensi defekasi, keluhan mengejan, dan tipe feses berdasarkan The
Bristole Stool Form Scale (Purwaka, et al., 2014). Konstipasi
ditegakkan selama 7 hari yaitu ditemukan 2 keluhan antara lain
frekuensi defekasi kurang dari 3 kali/minggu, adanya keluhan
mengejan, dan feses yang termasuk kategori tipe 1,2,3 pada Bristole
Stool Form Scale (Muawanah, 2016).
4. Pengaruh Asupan Cairan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Penurunan
Konstipasi
17
B. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah suatu hubungan antara
konsep-konsep atau variabel yang akan diamati ( diukur) melalui penelitian
yang akan dimaksud (Alimul A, 2007). Berdasarkan tujuan yang telah
dipaparkan, kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut :
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Analisis Asupan Cairan Dan Aktivitas Fisik
Terhadap Kejadian Konstipasi Pada Ibu Post Partum Di Wilayah
Kerja Puskesmas Balowerti Kota Kediri
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah: jawaban sementara dari masalah penelitian
(Nursalam, 2013). Hipotesa penelitian ini adalah : ada pengaruh asupan cairan
dan aktivitas fisik terhadap kejadian konstipasi pada ibu postpartum di
Puskesmas Balowerti Kota Kediri.