Professional Documents
Culture Documents
107-117
Abstract
sesuatu yang baru meski mereka namun belum dapat dikatakan dewasa,
menyatakan ingin. Ciri-ciri ini senada sehingga perilaku dan perkembangan
dengan ciri-ciri remaja yang disebutkan mereka pada tahap ini sangat rumit dan
Hurlock (1996) antara lain bahwa masa seringkali membingungkan bagi guru
remaja adalah masa peralihan sehingga atau orang tua. Namun dengan
mereka tidak bisa disebut anak-anak pendampingan yang baik, remaja ini akan
namun juga belum pantas dianggap memahami perubahan yang terjadi dalam
dewasa, masa remaja adalah masa dirinya secara menyeluruh, sehingga
perubahan dimana remaja mengalami diharapkan remaja ini akan memiliki
transformasi baik dari sisi fisik, minat pemahaman yang tepat terhadap
sosial, mental dan moral serta emosinya, kepribadiannya.
masa remaja adalah masa bermasalah Karakteristik remaja itu sendiri
karena keinginan kuat mereka akan menjadi bahan yang cukup rumit bagi
sesuatu hal yang baru namun seringkali orang tua dan guru untuk dipahami. Masa
dipandang belum pantas bagi orang tua remaja seringkali dikenal sebagai masa
sehingga sering terjadi perbedaan mencari jati diri yang oleh Erickson
pendapat yang memicu konflik tertentu disebut sebagai ego identity (Ali dan
antara remaja dan orang dewasa, masa Asrori, 2008:16). Ini terjadi karena secara
remaja adalah masa mencari identitas, fisik mereka bukan lagi anak-anak
itulah mereka selalu mencari tokoh idola melainkan seperti orang dewasa, namun
untuk dijadikan panutan, masa remaja jika mereka diperlakukan atau diberi
adalah masa di ambang dewasa, mereka tanggungjawab sebagai orang dewasa,
belum mampu sepenuhnya berpikir ternyata mereka belum dapat
rasional dan objektif terhadap dirinyam menunjukkan sikap dewasa. Remaja juga
sehingga remaja saat ini seringkali pada umumnya memiliki rasa ingin tahu
dilanda kegelisahan atas apapun yang tinggi sehingga seringkali mencoba-
pengalaman mereka. coba, suka mengkhayal yang tinggi,
Perubahan secara fisik, psikologis, mudah merasa gelisah dan sudah berani
sosial tentu mempengaruhi pula melakukan pertentangan atau bahkan
perkembangan emosional remaja. Masa perlawanan jika dirinya merasa
remaja awal ini masih pada batas antara disepelekan atau tidak dihormati oleh
masa anak-anak dan masa dewasa. orang lain.
Mereka tidak lagi bisa disebut anak-anak,
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus
Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 113
Jurnal Fokus Konseling Volume 1 No. 2, Agustus 2015 Hlm. 107-117
c. Siswa masih lebih percaya diri ketika dialaminya, termasuk keinginan untuk
bersama-sama dengan teman satu bisa menjadi seperti orang dewasa.
kelompoknya. Hal ini Nampak ketika Akibatnya, tak jarang ditemui di
salah satu siswa datang lebih awal, sekolah-sekolah, termasuk di SMA
yaitu CA, CA menunjukkan ekspresi Laboratorium-Percontohan UPI
malu, canggung dan kurang percaya Bandung, beberapa siswa laki-laki
diri saat berbincang dengan konselor. yang secara sembunyi-sembunyi
Namun setelah satu persatu temannya merokok di lingkungan sekolah, atau
datang, CA menjadi lebih percaya diri siswa perempuan yang mencoba
untuk mengungkapkan sesuatu. berdandan seperti wanita dewasa,
Menurut Ali dan Asrori (2008:17), sedangkan aturan sekolah dengan
masa remaja adalah masa menjalin tegas melarang.
hubungan sosial yang akrab dengan Sebagai orang tua, sangat penting
teman sebaya yang biasanya memiliki untuk memberikan pendampingan agar
minat yang sama, yang sering disebut rasa ingin tahu remaja yang tinggi dapat
sebagai sahabat atau genk. Aktivitas diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang
kelompok ini terbentuk karena adanya positif, kreatif dan produktif. Selain itu,
begitu banyak keinginan yang mereka sebagai orang tua, perlu untuk menjadi
miliki untuk mewujudkan sesuatu teladan bagi remaja, karena mereka
namun memiliki kendala salah satunya memerlukan keteladanan, konsistensi dan
materi atau uang, sehingga mereka komunikasi yang tulus dan empatik dari
menjalin kelompok untuk saling orang dewasa. Seringkali remaja
berbagi sehingga keinginan mereka melakukan aktivitas-aktivitas menurut
dapat terpenuhi, dalam arti kendala norma mereka sendiri, karena melihat
yang ada dapat teratasi dalam ketidakkonsistenan di masyarakat yang
kelompok. dilakukan oleh orang dewasa di sekitar
d. Pada umumnya remaja memiliki rasa mereka. Apa yang di nasehatkan atau
ingin tahu yang tinggi (high curiosity). dilarang terhadap remaja, justru
Dorongan rasa ingin tahu yang begitu dilakukan sendiri oleh orang dewasa,
tinggi menimbulkan keinginan yang sehingga remaja pun meniru apa yang
tinggi untuk mengalami, bertualang, dilakukan orang dewasa lainnya.
menjelajah dan mencoba segala
sesuatu yang belum pernah
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus
Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 115
Jurnal Fokus Konseling Volume 1 No. 2, Agustus 2015 Hlm. 107-117
Kecerdasan emosional adalah sebuah Ho ditolak, dan jika nilai p>0.05 maka
kemampuan yang terus menerus Ho diterima.
berkembang melalui latihan dan Penghitungan statistika dengan
pembiasaan dalam merefleksikan setiap menggunakan uji wilcoxon dilakukan
pengalaman yang dialami. Siswa yang untuk mengetahui efektivitas konseling
mengikuti kegiatan konseling kelompok REBT dengan pendekatan naratif dalam
REBT adalah siswa yang berada pada meningkatkan kecerdasan emosional
rentang usia 15 tahun, yang memang terhadap peningkatan skor kecerdaan
masih terlihat kebingungan mereka dalam emosional secara umum. Hasil uji
memahami pengalaman emosional Wilcoxon menujukkan terdapat
mereka. Barangkali kebingungan mereka perbedaan skor kecerdasan emosional
menjadi salah satu penyebab kurang siswa antara sebelum dan sesudah
efektifnya proses konseling REBT mengikuti kegiatan konseling REBT
dengan pendekatan naratif. Berdasarkan dengan pendekatan naratif.
hasil interaksi dengan para siswa dalam
4. SIMPULAN
kegiatan konseling kelompok REBT,
Secara umum gambaran tingkat
muncul beberapa ciri khas pikiran
kecerdasan emosional siswa kelas X
emosional seperti yang dikemukakan oleh
SMA Laboratorium-Percontohan UPI
Goleman (2006:414) yaitu respon yang
Bandung berada pada kategori sedang
cepat tapi ceroboh, mendahulukan
dan rendah yaitu pada aspek kesadaran
perasaan baru kemudian pikiran,
diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan
memperlakukan realitas sebagai realitas
keterampilan sosial. Siswa yang berada
simbolik, masa lampau diposisikan
pada kategori kecerdasan emosional
sebagai masa sekarang atau dengan kata
sedang dan rendah, menunjukkan bahwa
lain, masih terbawa pada suasana atau
siswa masih belum memiliki kematangan
kondisi di masa lalu, dan realitas
emosi sebagai remaja yang
ditentukan oleh keadaan.
mempengaruhi kecerdasan emosionalnya.
Dasar pengambilan keputusan untuk
Program intervensi konseling REBT
menentukan efektivitas program
dengan pendekatan naratif juga memadai
bimbingan karier berdasarkan pendekatan
dalam hal isi materi dan proses
naratif adalah dengan membandingkan
pelaksanaan. Secara keseluruhan isi dan
nilai probabilitas (p) yang diperoleh
proses konseling telah mengungkap juga
dengan α=0.05. Jika nilai p<0.05 maka
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus
Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 116
Jurnal Fokus Konseling Volume 1 No. 2, Agustus 2015 Hlm. 107-117
5. DAFTAR PUSTAKA