You are on page 1of 9

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

ANALISIS UPAYA PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI GEDUNG


BOUGENVILLE RUMAH SAKIT TELOGOREJO SEMARANG

Minati Karimah, Bina Kurniawan, Suroto


Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email: minnatikarima@gmail.com

Abstract : Fires often occur to unintended consequences such as material


losses, work processes, environmental damage or a safety threat to human lives.
Bougenville Room Telogorejo Hospital Semarang is do not have a specific
functions team to fire prevention. This study aimed to analyze the fire-fighting
effort in the building of the hospital. This research was a descriptive qualitative
research observation and in-depth interviews. The subjects of this research were
6 people as key informants and 2 as triangulation informant. The results showed
that Telogorejo hosiptals has fire fighting abilities system. The availability of fire
fighting unit based on labour ministry decree no. 186 / MEN / 1999 were 52.17%,
then the compliance of standard operating procedures for fire based on Ministry
of Public Workers Decree No.11 / KPTS / 2000 were 100%. Active fire protection
systems include: the level of compliance in fire extinguishers based on labour
ministry law no. 4 / MEN / 1980 were 66.67%, hydrants based on SNI 03-1745-
2000 were 50%, sprinkler based on 03- 3989-2000 were 0%, and the fire alarm
based on labour ministry law no. 2 / MEN / 1983 were 50%. Emergency facilities
include: level of compliance in emergency staircases based on SNI 03-1746-
2000 were 72.7%, and exit signages based on SNI 03-6574-2001 were 69.23%.
It can be concluded that fire fighting abilities in Bougenville Room Telogorejo
hospitals has the compliance level of fire-fighting were varying. Therefore, the
hospital needs to complete such as fire-fighting team, fire extinguisher, hydrants,
sprinklers, fire alarm, emergency stairs, and exit signages

Keywords : fire-fighting abilities, room, hospitals

PENDAHULUAN menyangkut kerugian material,


Latar Belakang kegiatan usaha, kerusakan
Bencana kebakaran proses lingkungan, maupun menimbulkan
datangnya selalu tidak dapat ancaman terhadap keselamatan jiwa
diperkirakan dan diprediksi manusia.(1) Kejadian kebakaran
sebelumnya. Kapan datangnya, apa dapat terjadi di mana dan kapan
penyebabnya, tingkat cakupannya saja, salah satunya di bangunan
serta seberapa besar dampak yang gedung. Sebuah data resmi
ditimbulkannya, adalah hal-hal yang
tidak bisa diperkirakan oleh
kemampuan manusia. Kebakaran
sering menimbulkan berbagai akibat
yang tidak diinginkan baik yang

698
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

dari United States National Fire kebakaran pada skala besar


Protection Association menjelaskan mengingat aktivitas rumah sakit
tentang kejadian bencana kebakaran yang menggunakan daya listrik yang
di Amerika, di mana angka kejadian besar karena beroperasi 24 jam,
tersebut mencapai 5 juta kali menggunakan tabung-tabung gas
kebakaran terhitung dari tahun 1999 bertekanan dan menggunakan
sampai 2008 dengan menelan bahan bahan kimia yang mudah
kerugian sampai $93.426.(2) Di terbakar dan meledak. Berdasarkan
Indonesia sendiri ditemukan hal itu, penanganan khusus dari segi
sebanyak 8.243 kasus kebakaran upaya penanggulangan kebakaran
terhitung dari tahun 1998 sampai diperlukan untuk mengantisipasi
2008 dengan menelan kerugian terjadinya kebakaran.(5)
sampai Rp. 1.255.091.940.080.(3) Rumah Sakit Telogorejo
Sedangkan data dari BPBD Jawa Semarang memiliki bangunan
Tengah pada tahun 2012, angka dengan luas keseluruhan 21.961 m2
kejadian kebakaran di Jawa Tengah dengan tinggi bangunan ± 40 meter.
mencapai angka 412 kasus dengan Rumah sakit ini telah memiliki
kerugian mencapai 33.230.213.000. departemen K3L (Keselamatan dan
(4)
Kesehatan Kerja dan Lingkungan).
Salah satu aspek penting Rumah Sakit Telogorejo terdiri dari
dalam penyelenggaraan bangunan gedung Bougenville dan gedung
rumah, gedung, ataupun yang Amaryllis. Belum adanya
lainnya adalah pengamanan pemerataan bangunan di Rumah
terhadap bahaya kebakaran. Sakit Telogorejo, dikarenakan
Realisasi tindakan pengamanan ini gedung Amaryllis merupakan
umumnya diwujudkan dalam upaya gedung dengan struktur bangunan
pencegahan dan penanggulangan baru, sedangkan gedung
kebakaran. Rumah sakit termasuk Bougenville merupakan gedung tua
salah satu bangunan gedung umum yang sudah ada sejak rumah sakit
yang harus menyelenggarakan berdiri. Rumah Sakit Telogorejo
pengamanan terhadap bahaya belum memiliki tim penanggulangan
kebakaran sesuai dengan Kepmen kebakaran yang menangani masalah
PU No. 10 Tahun 2002, dimana kebakaran secara khusus. Pada
setiap bangunan gedung wajib gedung Bougenville memiliki empat
menyelenggarakan dan memenuhi lantai, dimana didalamnya terdapat
ketentuan pengamanan terhadap aktivitas pelayanan medis dan non
bahaya kebakaran meliputi medis. Gedung Bougenville memliki
perencanaan untuk proteksi resiko bahaya kebakaran karena
kebakaran, sarana penyelamatan, adanya penggunaan daya listrik
sistem proteksi aktif, dan sistem yang besar dan penggunaan tabung
proteksi pasif. gas bertekanan serta bahan-bahan
Bangunan rumah sakit kimia yang mudah terbakar dan
merupakan salah satu gedung yang meledak.
memiliki resiko terjadi kebakaran Berdasarkan latar belakang
dan apabila terjadi kebakaran akan permasalahan yang telah diuraikan,
membawa dampak yang sangat peneliti tertarik untuk meneliti lebih
luas. Dalam penggolongan risiko lanjut mengenai analisis upaya
kebakaran, rumah sakit termasuk penanggulangan kebakaran di
klasifikasi ringan namun rumah sakit gedung Bougenville Rumah Sakit
tetap berpotensi terjadinya Telogorejo Semarang.

699
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

METODE PENELITIAN prosedur penanggulangan


Jenis penelitian yang digunakan kebakaran yang meliputi adanya
dalam penelitian ini adalah penelitian SPO kebakaran, dan buku pedoman
kualitatif yang bersifat deskriptif. penanganan bencana rumah sakit.
Pengambilan sampel dalam B. Analisis Unit Penanggulangan
penelitian ini menggunakan Kebakaran
purposive sampling. Informan utama Berdasarkan hasil observasi unit
dalam penelitian ini adalah peran penanggulangan kebakaran
unit kebakaran di gedung berdasarkan Kepmenaker no. 186
Bougenville berjumlah 4 orang, dan tahun 1999 didapatkan hasil bahwa
staff K3 berjumlah 2 orang. tingkat kesesuaian unit
Sedangkan informan triangulasi penanggulangan kebakaran sebesar
berjumlah 2 orang yaitu kepala 52,17%. Sehingga masih terdapat
bagian K3, dan supervisior peran kriteria terkait unit penanggulangan
unit kebakaran. kebakaran yang tidak sesuai
Pengumpulan data penelitian standar.(6) Rumah Sakit Telogorejo
dilakukan dengan cara observasi, memiliki unit penanggulangan
wawancara mendalam (indepth kebakaran namun hanya terdiri dari
interview), dan dokumentasi. petugas peran unit kebakaran, dan
Keabsahan data dilakukan dengan koordinator penanggulangan
teknik triangulasi yaitu triangulasi kebakaran. Selanjutnya unit
sumber dan triangulasi metode. penanggulangan kebakaran ini tidak
Triangulasi sumber diakukan dengan memiliki regu penanggulangan
cara mengecek data yang diperoleh kebakaran, dan ahli K3 kebakaran
melalui beberapa sumber. sehingga tugas dan syarat regu
Triangulasi metode pengumpulan penanggulangan kebakaran dan ahli
data dengan menggunakan data K3 kebakaran belum terpenuhi. Hal
hasil observasi lapangan, ini didukung hasil wawancara
wawancara, sumber pustaka dan mendalam yang dilakukan oleh
pendokumentasian saat observasi informan utama dan triangulasi
lapangan dilakukan bahwa terdapat peran unit
kebakaran yang petugasnya adalah
HASIL DAN PEMBAHASAN perawat di Gedung Bougenville yang
A. Analisis Upaya terdiri dari peran pemadam, peran
Penanggulanan Kebakaran evakuasi, peran penyelamat
Berdasarkan hasil observasi dokumen, dan peran penyelamat
yang telah dilakukan di gedung alat medis. Hal ini sejalan dengan
Bougenville Rumah Sakit Telogorejo penelitian yang dilakukan oleh Fendi
didapatkan hasil bahwa Rumah Kusma bahwa pembentukan unit
Sakit Telogorejo telah memiliki penanggulangan kebakaran
sistem upaya penanggulangan merupakan suatu kebutuhan yang
kebakaran yang terdiri dari sarana diperlukan untuk menjamin
penanggulangan kebakaran yang keselamatan penghuninya dengan
meliputi penyedian APAR, hidran, prosedur, respon, dan tindakan yang
alarm kebakaran, tangga darurat, benar untuk penanggulangan
dan rambu-rambu keselamatan, kebakaran di FK UNDIP.(7)
prasarana penanggulangan
kebakaran yang meliputi penyediaan C. Pendidikan dan Pelatihan
sumber air untuk suplai hidran, Kebakaran
adanya jalur evakuasi, serta

700
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Berdasarkan hasil wawancara peralatan proteksi kebakaran. SPO


mendalam yang dilakukan oleh ini dipublikasikan secara online
informan utama dan triangulasi melalui sistem online rumah sakit
terkait pendidikan dan pelatihan yaitu Smqguide, sehingga dapat
kebakaran didapatkan hasil bahwa dilihat dan diakses oleh seluruh
Rumah Sakit Telogorejo melalui karyawan rumah sakit melalui
bagian K3 mengadakan pelatihan komputer kerjanya.
kebakaran untuk karyawan rumah E. Analisis Sistem Proteksi Aktif
sakit secara rutin setiap satu tahun Kebakaran
sekali. Adapun materi pelatihan yang 1. Alat Pemadam Api Ringan
diberikan antara lain tentang fire (APAR)
safety, evakuasi, dan bantuan hidup Hasil wawancara mendalam
dasar. Pendidikan dan pelatihan yang dilakukan oleh informan utama
kebakaran merupakan suatu dan triangulasi didapatkan hasil
bentuk upaya membekali karyawan bahwa terdapat APAR di Gedung
rumah sakit dengan pengetahuan Bougenville Rumah Sakit Telogorejo
dan keterampilan terkait dengan jenis powder dan liquid.
penanggulangan keadaan darurat Pemasangan dan peletakan APAR
termasuk kebakaran. Hal ini sudah disesuaikan dengan
sejalan dengan penelitian standarnya. Sedangkan pada hasil
sebelumnya oleh Syaiffudin Arif observasi APAR di Gedung
tentang studi analisis Bougenville Rumah Sakit Telogorejo
penanggulangan kebakaran di berdasarkan Permenaker no. 4
RSUD DR. M. Ashari Pemalang tahun 1980 menunjukan bahwa
yang menyebutkan bahwa tingkat kesesuaian APAR sebesar
Pendidikan dan pelatihan 66,67%. Sehingga masih terdapat
kebakaran perlu diberikan kepada kriteria terkait APAR yang tidak
karyawan rumah sakit dengan sesuai standar.(9) Beberapa APAR
tujuan agar karyawan memiliki ditemukan peletakannya terhalang
pengetahuan dan kemampuan oleh peralatan housekeeping
dalam penanggulangan kebakaran sehingga sulit untuk dicapai, tinggi
yang terjadi.(8) pemasangan APAR tidak sesuai
D. Prosedur Operasional Standar standar, bentuk dan ukuran pada
kebakaran tanda APAR tidak sesuai standar,
Berdasarkan hasil observasi tinggi pemasangan tanda APAR
prosedur operasional standar tidak sesuai standar, jarak antar
kebakaran berdasarkan Kepmen PU APAR ada beberapa yang tidak
no. 11 tahun 2000 diketahui bahwa sesuai standar, dan waktu pengisian
Rumah Sakit Telogorejo telah APAR tidak dicatat dibadan APAR.
memiliki prosedur operasional Hal ini menunjukan ketidaksesuaian
standar kebakaran, yang disebut apa yang diungkapkan oleh informan
Standar Prosedur Operasional utama dan triangulasi dengan hasil
(SPO) kebakaran. Tingkat observasi karena kenyataan yang
kesesuaian prosedur kebakaran ada dilapangan masih ditemukan
sebesar 100%, dimana seluruh beberapa APAR yang tidak sesuai
kriteria telah dipenuhi. Pada SPO standar.
kebakaran ini berisi langkah-langkah 2. Hidran
pemberitahuan awal kebakaran, Hasil wawancara mendalam
pelaksanaan evakuasi dan yang dilakukan oleh informan utama
pemeriksaan dan pemeliharaan dan triangulasi didapatkan hasil

701
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

bahwa terdapat hidran di Gedung berdasarkan SNI 03-3989-2000


Bougenville Rumah Sakit menunjukan bahwa tingkat
Telogorejo. Persyaratan kesesuaian springkler sebesar 0%,
pemasangan hidran telah dipenuhi dikarenakan tidak terdapat
oleh Rumah Sakit Telogorejo sesuai springkler di Gedung Bougenville.
dengan standar. Pemeriksaan hidran Sehingga kriteria springkler tidak
juga dilakukan secara rutin setiap ada yang dipenuhi.(11) Hal ini tidak
bulan oleh K3. Sedangkan pada sejalan dengan penelitian
hasil observasi hidran di Gedung sebelumnya oleh Ratna
Bougenville Rumah Sakit Telogorejo Kusumaningsih tentang analisis
berdasarkan SNI 03-1745-2000 sistem pencegahan penanggulangan
menunjukan bahwa tingkat dan tanggap darurat terhadap
kesesuaian hidran sebesar 50%. kebakaran di Perpustakaan Pusat
Sehingga masih terdapat kriteria Universitas Indonesia yang
terkait hidran yang tidak sesuai menyebutkan bahwa springkler
standar.(10) Kotak hidran tidak merupakan salah satu sistem yang
dilengkapi alat pembuka untuk tutup digunakan untuk memadamkan dan
pelindung kaca hidran yang mudah mencegah penjalaran api yang
pecah, dan tidak ada petunjuk harus ada pada bangunan
penggunaan hidran. Hal ini Gedung.(12)
menunjukan ketidaksesuaian apa 4. Alarm Kebakaran
yang diungkapkan oleh informan Hasil wawancara mendalam
utama dan triangulasi dengan hasil yang dilakukan oleh informan utama
observasi karena kenyataan yang dan triangulasi didapatkan hasil
ada dilapangan masih ditemukan bahwa terdapat alarm kebakaran di
kriteria hidran yang tidak sesuai Gedung Bougenville Rumah Sakit
standar. Telogorejo. Persyaratan
3. Springkler pemasangan alarm kebakaran telah
Hasil wawancara mendalam dipenuhi oleh Rumah Sakit
yang dilakukan oleh informan utama Telogorejo sesuai dengan
dan triangulasi didapatkan hasil standar.(13) Pemeriksaan dan
bahwa di Gedung Bougenville pemeliharaan alarm kebakaran
Rumah Sakit Telogorejo tidak dilakukan oleh dinas pemadam
dilengkapi dengan springkler, kebakaran pada waktu melakukan
dikarenakan Gedung Bougenville pengujian seluruh sarana pemadam
merupakan bangunan lama dimana yang ada di rumah sakit yang
pada saat itu belum ada peraturan dilakukan setiap satu tahun sekali.
yang mengharuskan ada springkler. Jika ditemukan ada kerusakan pada
Sampai saat ini juga tidak ada alarm akan langsung diberi
perencanaan untuk pemasangan rekomendasi untuk dilakukan
springkler di Gedung Bougenville perbaikan. Sedangkan pada hasil
dikarenakan pemasangan instalasi observasi alarm di Gedung
springkler cukup sulit dan akan Bougenville Rumah Sakit Telogorejo
dapat mengganggu operasional berdasarkan Permenaker no. 2
rumah sakit. Rumah sakit akan terus tahun 1983 menunjukan bahwa
mengoptimalkan fasilitas pemadam tingkat kesesuaian alarm kebakaran
api yang sudah ada saja. sebesar 50%. Sehingga masih
Sedangkan pada hasil observasi terdapat kriteria terkait alarm
springkler di Gedung Bougenville kebakaran yang tidak sesuai
Rumah Sakit Telogorejo standar.(13) Ruang panil indikator

702
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

alarm kebakaran tidak diberi tanda dan akses penyelamatan ke pintu


khusus, gambar sistem alarm yang ukurannya tidak sesuai
kebakaran yang mencantumkan standar.
letak detektor dan kelompok alarm 2. Tanda Arah Exit
tidak ada, gambar instalasi alarm Dari Hasil wawancara mendalam
kebakaran yang disahkan oleh yang dilakukan oleh informan utama
direktur tidak ada, buku akte dan triangulasi didapatkan hasil
pengesahan instalasi alarm bahwa terdapat tanda arah exit di
kebakaran, buku catatan untuk Gedung Bougenville Rumah Sakit
pemeriksaan dan pengujian alarm Telogorejo. Persyaratan
kebakaran tidak ada. Hal ini pemasangan tanda arah exit sudah
menunjukan ketidaksesuaian apa dibuat dengan ukuran cukup besar
yang diungkapkan oleh informan agar terlihat jelas dan dipasang di
utama dan triangulasi dengan hasil koridor ruangan dan arah menuju
observasi karena kenyataan yang tangga darurat. Pemeriksaan dan
ada dilapangan masih ditemukan pemeliharaan alarm kebakaran
kriteria alarm kebakaran yang tidak dilakukan oleh dinas pemadam
sesuai standar. kebakaran pada waktu melakukan
F. Analisis Sarana Penyelamatan pengujian seluruh sarana pemadam
Jiwa yang ada di rumah sakit yang
1. Tangga Darurat dilakukan setiap satu tahun sekali.
Hasil wawancara mendalam Tidak ada pemeriksaan tanda arah
yang dilakukan oleh informan utama exit, apabila terlihat sudah rusak
dan triangulasi didapatkan hasil akan diganti dengan yang baru.
bahwa terdapat tangga darurat di Sedangkan pada hasil observasi
Gedung Bougenville Rumah Sakit tanda arah exit di Gedung
Telogorejo. Tangga darurat tersebut Bougenville Rumah Sakit Telogorejo
terhubung langsung kesetiap lantai berdasarkan SNI 6574-2001
dari lantai empat ke lantai satu di menunjukan bahwa tingkat
Gedung Bougenville. Tangga darurat kesesuaian alarm kebakaran
berfungsi sebagai jalur untuk sebesar 69,23%. Sehingga masih
mengevakuasi orang maupun benda terdapat kriteria terkait tanda arah
untuk menuju ke titik kumpul exit yang tidak sesuai standar.
terdekat. Tidak ada pemeriksaan Tinggi pemasangan tanda exit tidak
tangga darurat secara khusus, sesuai standar, tidak ada tanda exit
hanya dibersihkan setiap hari oleh yang dekat dengan permukaan
bagian housekeeping, dan sesekali lantai pada pintu dan koridor, tinggi
dilakukan pengecekan saat K3 huruf exit yang tidak sesuai standar,
melakukan inspeksi. Sedangkan dan tidak dilakukan pemeriksaan
pada hasil observasi tangga darurat tanda arah jalan keluar, hal ini tidak
di Gedung Bougenville Rumah Sakit sesuai dengan SNI 03-6574-2001
Telogorejo berdasarkan SNI 03- bahwa seharusnya dilakukan
1746-2000 menunjukan bahwa pemeriksaan untuk tanda arah jalan
tingkat kesesuaian tangga darurat keluar.(15)
sebesar 72,7%. Sehingga masih
terdapat kriteria terkait tangga KESIMPULAN
darurat yang tidak sesuai standar.(14) 1. Rumah Sakit Telogorejo telah
Tinggi tiang tegak tangga yang tidak memiliki sistem upaya
sesuai standar, tinggi rel pegangan penanggulangan kebakaran di
tangan yang tidak sesuai standar, rumah sakit dengan menyediakan

703
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

sarana penanggulangan SARAN


kebakaran, prasarana 1. Unit penanggulangan kebakaran :
penanggulangan dan prosedur a. Membentuk tim
penanggulangan kebakaran. penanggulangan kebakaran
2. Tingkat pemenuhan unit yang menangani kebakaran
penanggulangan kebakaran secara khusus.
Rumah Sakit Telogorejo b. Membentuk regu
berdasarkan Kepmenaker no. 186 penanggulangan ekbakaran
tahun 1999 adalah 52,17%. dan ahli K3 kebakaran, karena
3. Rumah Sakit Telogorejo di Rumah Sakit Telogorejo
melakukan pendidikan dan terdapat berbagai potensi
pelatihan penanggulangan bahaya yang dapat
kebakaran kepada karyawan di menyebabkan terjadinya
rumah sakit secara rutin setiap kebakaran.
satu tahun sekali. 2. Pendidikan dan pelatihan
4. Tingkat kesesuaian prosedur kebakaran:
operasional standar kebakaran a. Pihak Rumah Sakit Telogorejo
rumah sakit telogorejo sudah baik mengadakan pelatihan
berdasarkan Kepmen PU no. 11 kebakaran setiap tiga bulan
tahun 2000 adalah 100%. sekali sebagai bentuk
5. Tingkat kesesuaian sistem refreshment agar karyawan
proteksi aktif kebakaran di selalu ingat dengan pelatihan
Gedung Bougenville Rumah Sakit yang diberikan.
Telogorejo meliputi: 3. Sistem proteksi aktif kebakaran :
a. Tingkat kesesuaian APAR 1) APAR
berdasarkan Permenaker no.4 a. Menempatkan APAR pada
tahun 1980 adalah sebesar posisi yang tidak terhalang
66,67%. oleh benda apapun.
b. Tingkat kesesuaian hidran b. Memperbaiki tinggi
berdasarkan SNI 03-1745- pemasangan APAR yang
2000 adalah 50%. melebihi 1,2 m, tinggi
c. Tingkat kesesuaian springkler pemasangan tanda APAR
berdasarkan SNI SNI 03-3989- yang melebihi 1,25 m, dan
2000 adalah 0%. jarak antar APAR yang
d. Tingkat kesesuaian alarm melebihi 15 m sesuai yang
kebakaran berdasarkan diatur dalam Permenaker no. 4
Permenaker no. 2 tahun 1983 tahun 1980.
adalah 50%. 2) Hidran
6. Tingkat kesesuaian sarana a. Menyediakan alat pembuka
penyelamatan jiwa di Gedung untuk tutup pelindung dengan
Bougenville Rumah Sakit jenis kaca mudah pecah pada
Telogorejo meliputi: kotak hidran.
a. Tingkat kesesuaian tangga b. Memasang petunjuk
darurat berdasarkan SNI 03- penggunaan hidran.
1746-2000 adalah 72,7%. 3) Springkler
b. Tingkat kesesuaian tanda arah a. Membuat perencanaan untuk
exit berdasarkan SNI 03-6574- pemasangan springkler di
2001 adalah 69,23%. Gedung Bougenville Rumah
Sakit Telogorejo
4) Alarm kebakaran

704
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

a. Melengkapi alarm kebakaran Keselamatan Kebakaran pada


dengan gambar yang Bangunan Gedung Rumah
mencantumkan letak detektor sakit Dr. M. Djamil Padang,
dan kelompok alarm Jurnal Rekayasa Sipil Vol 5
b. Menyediakan buku catatan di No.2. 2009.
ruang panil indikator sebagai
catatan untuk pemeriksaan 6. Kepmenaker No. 186 Tahun
dan pengujian alarm 1999 tentang Unit
kebakaran Penanggulangan Kebakaran.
4.Sarana penyelamatan jiwa :
1) Tangga darurat 7. Nugraha FK. Analisis
a. Memperbaiki step nosing Implementasi Sistem Tanggap
tangga yang rusak Darurat Kebakaran pada
2) Tanda arah exit Gedung Fakultas Kedokteran
a. Memperbaiki pemasangan Universitas Diponegoro
tanda arah exit sesuai dengan Semarang. 2014.
standar
b. Melakukan pemeriksaan tanda
8. Arif, Syaifudin. Studi Analisis
arah jalan keluar secara
Penanggulangan Kebakaran di
berkala sesuai dengan
RSUD dr. M. Ashari Pemalang.
peraturan
2015.

DAFTAR PUSTAKA 9. Permenaker No. 4 Tahun 1980


1. Ramli, Soehatman. Pedoman tentang Syarat-syarat
Praktis Manajemen Bencana Pemasangan APAR
(Disaster Management). Dian
Rakyat, 2010. 10. Standar Nasional Indonesia,
SNI 03-1745-2000 Tata Cara
2. National Fire Protection Perencanaan Dan
Association, NFPA. 2008 Pemasangan Sistem Pipa
Tegak dan Slang
3. Dinas Pemadam Kebakaran
dan Penanggulangan 11. Standar Nasional Indonesia,
Bencana. Statistik Peristiwa SNI 03-3989-2000 Tata Cara
Kebakaran di Wilayah DKI Perencanaan dan
Jakarta. 2008. Pemasangan Sistem
http://www.kebakaran.jakarta.c Springkler Otomatik.
o.id diakses pada tanggal 20
Maret 2016. 12. Kusumaningsih, Ratna.
Analisis Sistem Pencegahan
4. Badan Penanggulangan Penanggulangan dan Tanggap
Bencana Daerah Jawa Darurat terhadap Kebakaran di
Tengah. Kejadian Kebakaran Perpustakaan Pusat
di Jawa Tengah. 2012. Universitas Indonesia. 2012.
www.jatengprov.go.id diakses
pada tanggal 20 Maret 2016. 13. Permenaker No. 2 Tahun 1983
tentang Instalasi Alarm
5. Yervi Hesna, Et al. Evaluasi Kebakaran Automatik
Penerapan Sistem

705
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

14. Standar Nasional Indonesia,


SNI 03-1746-2000 tentang
Tata Cara Perencanaan dan
Pemasangan Sarana Jalan
Keluar Untuk Penyelamatan
Terhadap Bahaya Kebakaran
Pada Bangunan Gedung.

15. Standar Nasional Indonesia,


SNI 03-6574-2001 tentang
Tata Cara Perancangan
Pencahayaan Darurat, Tanda
Arah, dan Sistem Peringatan
Bahaya pada Bangunan
Gedung.

706

You might also like