Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
1
Pemeliharaan Jalan merupakan kegiatan yang berkaitan dengan perawatan
dan perbaikan jalan, yang diperlukan dan direncanakan untuk
mempertahankan kondisi jalan agar tetap berfungsi secara optimal melayani
lalu lintas selama umur rencana jalan yang ditetapkan.
Para pengguna jalan menuntut agar jalan yang dilewatinya selalu memberi
kenyamanan dan keselamatan. Namun demikian perkerasan jalan akan
mengalami penurunan kondisi seiring dengan berkurangnya umur pelayanan
karena perkerasan secara terus menerus mengalami tegangan tegangan
akibat beban lalu lintas yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan minor
pada perkerasan. Selain beban lalu lintas juga terdapat pengaruh air, iklim,
cuaca, kelembaban,dan lingkungan yang dapat menurunkan kondisi
pelayanan jalan.
Karena karakteristiknya yang selalu mengalami penurunan kondisi, maka
untuk memperlambat laju kecepatan penurunan kondisi dan untuk
mempertahankan kondisi jalan pada tingkat yang layak (performance
standard), maka jalan perlu dipelihara secara terus menerus.
2
a. Mempertahankan kondisi jalan agar tetap berfungsi dalam melayani lalu
lintas sehingga keselamatan lalu lintas terjamin dan pelayanan jalan
meningkat. Artinya kecelakaan yang diakibatkan oleh konsidi jalan yang
buruk dapat ditekan seminimal mungkin dan karena kondisi jalan yang baik
para pengguna jalan akan menikmati kenyamanan selama perjalanannya.
b. Memperkecil biaya operasi kendaraan.
Besarnya biaya operasi kendaraan tergantung pada jenis kendaraan ,
geometric dan kondisi jalan. Apabila jalan dalam kondisi baik maka Biaya
Operasi Kendaraan (BOK) tidak meningkat, sedangkan yang sangat
berkepentingan dengan BOK adalah para pengguna jalan.
c. Memperlambat atau mengurangi laju kerusakan (rate of deterioration)
sehingga diharapkan dapat memperpanjang umur jalan.
Ditinjau dari segi teknis kegiatan pemeliharaan jalan merupakan upaya upaya yang
dilakukan untuk mencegah masuknya air kelapisan perkerasan yang mengalami
retak karena terjadinya pelapukan dan upaya menangani akibat dari gerakan roda
dan beban lalu lintas yang menyebabkan pengikisan dan tekanan terhadap
permukaan perkerasan yang akhirnya terjadi kelelahan (fatig) pada struktur jalan.
3
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan untuk hal-hal yang sifatnya
mendadak /mendesak/ darurat akibat terjadi kerusakan setempat yang
cukup berat misalnya jalan putus akibat banjir, longsor, gempa, dll
Kegiatannya meliputi semua kegiatan pengembalian kondisi jalan ke
kondisi semula yang harus dilakukan secepatnya agar lalu lintas tetap
berjalan dengan lancar.
b. Langkah Operasional.
4
1). Menyediakan biaya pemeliharaan jalan seoptimal mungkin pada ruas
jalan yang telah ditetapkan.
2). Memberikan prioritas yang tinggi pada perencanaan dan pelaksanaan
termasuk pelatihan.
3). Membentuk organisasi pemeliharaan dan menentukan tanggung jawab
yang jelas agar dapat mengatur dan mengawasi program kerja
pemeliharaan setiap tahunnya.
4). Melakukan rangking prioritas penanganan apabila pembiayaan yang
tersedia terbatas.
5). Melaksanakan NSPM yang ada untuk mencapai mutu hasil
pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
1.5. Permasalahan
5
mengalami kerusakan segera setelah jalan dibuka untuk lalu lintas, adalah dengan
melakukan perawatan dan perbaikan secara terus menerus sepanjang tahun dan
sedini mungkin untuk mencegah meluasnya kerusakan. Jenis penanganan tidak
terbatas hanya pada kerusakan minor/kecil/ringan dan perawatan rutin lainnya yang
umumnya dilaksanakan dalam jangka waktu yang teratur sepanjang tahun pada
jalan yang kondisinya mantap, melainkan harus meliputi segala upaya penanganan
berupa pencegahan dan perbaikan untuk memulihkan kondisi yang tingkatannya
tergantung penyebab kerusakan dan kebutuhan perbaikan guna mengembalikan
fungsi pelayanan.
BAB II
ORGANISASI MANAJEMEN PEMELIHARAAN JALAN
6
Adanya perubahan organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Marga yaitu
dengan terbentuknya Balai Pelaksanaan Jalan Nasional yang bertanggungjawab
menangani pelaksanaan ruas Jalan Nasional dibeberapa provinsi hingga terjadi pula
perubahan struktur organisasi yang menangani kegiatan pembinaan jalan baik di
tingkat pusat maupun di daerah provinsi, sehingga memerlukan penyesuaian
organisasi dalam menangani kegiatan pemeliharaan jalan.
Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Direktorat Jenderal Bina Marga yang mempunyai
tugas utama untuk melaksanakan perencanaan dan pengawasan teknis,
pelaksanaan konstruksi, pengendalian operasi dan pemeliharaan, pengendalian mutu
dan pelayanan penyediaan bahan dan peralatan serta penatausahaan organisasi.
Untuk itu Balai Pelaksanaan Jalan Nasional sebagai atasan langsung dari Satuan
Kerja pelaksanaan kegiatan fisik jalan berkewajiban membina dan mengendalikan
pelaksanaan kegiatan pembangunan jalan dan preservasi jalan secara sinergis
dan komitmen dalam mendukung sistem pelaporan yang terarah dan benar serta
dapat dipertangungjawabkan. Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh Satuan
Kerja yang ada di bawah koordinasi Balai Pelaksanaan Jalan Nasional adalah
pekerjaan Pemeliharaan Rutin dengan Swakelola yang tergabung dalam Satuan
Kerja Non Vertikal Tertentu (SNVT).
Struktur organisasi dalam pemeliharaan rutin jalan dan jembatan dengan swakelola
dilaksanakan oleh Satuan Kerja yang dipimpin Kepala SNVT Jalan dan Jembatan
yang bertugas sebagai Manajer Preservasi seluruh jaringan jalan nasional diwilayah
terkait bertindak sebagai Manajer Ruas, dan sebagai koordinator penatausahaan
7
Barang Milik Negara (BMN) Direktorat Jenderal Bina Marga yang berada di provinsi,
dinamakan Manajer Aset. Sedangkan struktur organisasi paket kegiatan preservasi
jalan dengan swakelola dipimpin oleh Sub-Manajer Ruas yang bertindak sebagai
Pejabat Pembuat Komitmen, ruas yang dibentuk oleh satuan kerja masing-masing.
Dalam struktur kegiatan pemeliharaan rutin jalan dan jembatan dengan swakelola
sekurang-kurangnya terdiri dari Tim Urusan Pelaksanaan, Tim Urusan Perencanaan
dan Tim Urusan Pengawasan.
8
e. Penatausahaan administrasi kepegawaian, organisasi dan tata laksana kerja,
keuangan, barang milik Negara dan pelaksanaan koordinasi dengan instansi
terkait.
f. Melakukan monitoring dan evaluasi serta penilaian terhadap pencapaian kinerja
pemeliharaan jalan.
9
c. Mengusulkan penanganan preservasi disertai dengan rencana kerja dan rencana
anggaran biaya;
d. Mengusulkan penajaman kegiatan pada DIPA di wilayahnya agar sesuai dengan
sasaran manajemen preservasi;
e. Melakukan koordinasi pelaksanaan preservasi dan melaksanakan rencana kerja
sebagaimana yang ditetapkan dalam DIPA sesuai kegiatan masing-masing
berdasarkan persetujuan Kepala SNVT;
f. Mengkoodinasikan dengan pihak terkait sehubungan dengan adanya gangguan
fungsi jalan;
g. Menyiapkan, menandatangani dan melaksanakan perjanjian/kontrak dengan
pihak penyedia jasa serta mengendalikan pelaksanaannya;
h. Melakukan koordinasi pelaksanaan pekerjaan preservasi sesuai dengan yang
direncanakan dan membuat gambar pelaksanaan;
i. Menandatangani surat keputusan yang mengakibatkan pengeluaran biaya (honor,
lembur, vakasi dan perjalanan dinas);
j. Mengajukan tagihan/perintah pembayaran kepada bendahara pengeluaran untuk
pembayaran yang membebani uang persediaan;
k. Melakukan pengawasan dan evaluasi dalam penanganan jalan dan mengusulkan
program penanganan tahunan untuk ruas jalan yang ditangani;
l. Menyusun laporan seluruh kegiatan yang dilakukan secara berkala dan
menyampaikannya kepada manajer ruas/atasan langsung.
10
Penilik Jalan selaku pengamat jalan dan/atau dapat juga ditugaskan sebagai
pengawas pekerjaan pemeliharaan rutin yang dilaksanakan dengan swakelola
mempunyai tugas utama :
a. Penilik jalan harus berpendidikan minimal memiliki ijazah Sekolah Kejuruan
Teknik Bangunan atau yang sederajat.
b. Melakukan pengamatan terhadap pemanfaatan dan kondisi bagian-bagian jalan
dan jembatan setiap hari;
c. Melakukan pengamatan terhadap kondisi jalan dan drainase serta melakukan
pengawasan terhadap semua kejadian yang mengganggu fungsi jalan dan
keamanan konstruksi jalan;
d. Menyampaikan laporan hasil pengamatan dan pengawasan secara tertulis
kepada manajer ruas, sub-manajer ruas dan pihak terkait, paling sedikit satu kali
setiap bulan;
e. Menyampaikan usul tindakan terhadap hasil pengamatan kepada manajer ruas
dan sub-manajer ruas.
f. Melakukan pengawasan dan pelaporan hasil pengawasan pekerjaan yang
dilaksanakan oleh mandor lapangan baik secara fisik maupun administrasi, jika
ditugaskan sebagai pengawas pekerjaan pemeliharaan rutin dengan swakelola.
g. Penilik jalan harus diberi fasilitas bertempat tinggal diruas jalan yang diawasinya.
h. Penilik jalan sesuai dengan tugas dan fungsinya diberi fasilitas kendaraan
operasional, agar fungsi pengawasan dan pengamatan disepanjang ruas jalan
yang menjadi tanggungjawabnya terlaksana dengan baik.
2.6. Mandor
Mandor pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan jalan secara umum terdiri dari mandor
perkerasan dan bahu jalan, mandor drainase dan rumija serta mandor bangunan
pelengkap dan perambuan. Secara garis besar mandor mempunyai tugas:
a. Mandor harus memiliki pendidikan minimal berijazah Sekolah Menengah
Kejuruan atau yang sederajat.
b. Melaksanakan mengatur dan mengkoordinasikan serta melaksanakan
pengawasan para pekerja secara terus menerus dalam kegiatan pemeliharaan
rutin untuk mendapatkan hasil yang optimal;
c. Membuat daftar absensi pekerja setiap hari untuk disampaikan kepada
pembantu pengawas lapangan;
11
d. Menangani penanganan darurat untuk kerusakan jalan minor;
e. Mencatat penggunaan material dan peralatan yang digunakan dalam
kegiatan pemeliharaan rutin.
f. Memasang rambu peringatan secara patut dan layak pada lokasi kerusakan
jalan yang belum sempat ditangani.
g. Melaporkan hasil pekerjaan yang telah ditangani dalam kegiatan
pemeliharaan rutin.
h. Mandor jalan diberi fasilitas tempat tinggal diruas jalan diwilayah kerjanya.
i. Mandor jalan sesuai dengan tugas dan fungsinya diberi fasilitas kendaraan
operasional, agar fungsi kinerjanya disepanjang ruas jalan yang menjadi
tanggungjawabnya terlaksana dengan baik.
Salah satu komponen dalam struktur organisasi pemeliharaan rutin jalan dengan
swakelola dilapangan adalah adanya Penilik dan Mandor yang berfungsi tidak saja
sebagai pengawas dan pelaksana kegiatan dilapangan, tapi berfungsi juga sebagai
pengamatan terhadap perubahan dan gangguan kondisi jalan baik ditinjau dari
perubahan struktur fisik maupun sesuatu kejadian dilapangan yang akan menggangu
kenyamanan maupun kelancaran lalu lintas pengguna jalan.
Didalam organisasi pekerjaan pemeliharaan rutin jalan dan jembatan yang dilaksanakan
dengan swakelola, sub-manajer ruas selaku Pejabat Pembuat Komitmen dibantu oleh
Tim Perencana Kegiatan, Tim Pelaksana Kegiatan, Tim Pengawas Kegiatan, Tim Tata
Usaha dan Pemegang Panjar. Untuk tim pelaksana kegiatan dibantu oleh sekurang-
kurangnya terdiri unit pelaksanaan fisik dan unit peralatan dan bahan. Sedangkan
dalam pelaksanaan fisik pekerjaan dilaksanakan oleh mandor perkerasan dan bahu
jalan, mandor drainase dan rumija, mandor perlengkapan/perambuan dan bangunan
pelengkap jalan atau mandor lainnya disesuakan dengan kebutuhan lapangan yang
dilaksanakan oleh pekerja kegiatan. Adapun struktur organisasi manajemen preservasi
jalan nasional dan satuan kerja preservasi serta kegiatan pemeliharaan rutin
sebagaimana dalam table 1, 2 dan 3 dibawah.
12
Kerangka Acuan Kerja (KAK) pemeliharaan rutin jalan dan jembatan dengan
melaksanakan survai kondisi jalan dan jembatan. Tim Pelaksana Jalan dan Jembatan
membantu Sub-Manajer Ruas dalam melaksanakan pekerjaan sesuai yang
direncanakan dan membuat laporan pelaksanaan pekerjaan termasuk data
inventarisasi dan kondisi jalan serta semua data yang berhubungan dengan kemajuan
pekerjaan, kualitas dan biaya. Tim Pengawasan bertanggung jawab dalam pengawasan
pelaksanaan kegiatan dan membuat laporan hasil pengawasan kegiatan. Sedangkan
Unit Tata Usaha bertanggung jawab dalam memeriksa secara rinci kebenaran
administrasi kegiatan sehari-hari termasuk bukti pengadaan bahan/material, absensi
tenaga kerja, upah borongan dan usulan pembayaran serta penyimpanan administrasi
umum.
13
14
15
16
BAB III
PERENCANAAN, PEMROGRAMAN DAN PEMBIAYAAN
PEMELIHARAAN JALAN
Rencana penanganan pemeliharaan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 ayat (4) Peraturan
Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan, dimulai dengan penetapan ruas/segmen ruas jalan
berdasarkan kondisi jalan dengan kriteria penanganan pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala,
rehabillitasi, atau rekonstruksi.
Pemeliharaan rutin dilakukan pada ruas jalan dan jembatan dengan kriteria :
1) Ruas jalan baru atau ruas jalan yang telah ditingkatkan kondisinya melalui program peningkatan
jalan dan berumur kurang dari 5 tahun sejak FHO;
2) Ruas jalan yang telah dilapis ulang (overlay) melalui kegiatan pemeliharaan berkala dan berumur
kurang dari 5 tahun sejak FHO.
3) Ruas jalan yang berada dalam kondisi baik dan sedang; dan
4) Jembatan baru dan jembatan lama dengan kondisi baik sekali ( Nilai Kondisi NK = 0) dan baik
( Nilai Kondisi NK = 1).
1) ruas jalan yang sesuai umur rencana pada interval waktu tertentu sudah waktunya untuk
dikembalikan ke kondisi pelayanan tertentu dengan cara dilapis ulang;
2) ruas jalan dengan tingkat kekesatan jalan (skid resistance) tidak memenuhi syarat, harus dilapis
ulang guna menjamin keamanan dan keselamatan pengguna jalan;
4) Jembatan yang telah berumur paling cepat 3 (tiga) tahun sejak dilakukan pembangunan,
penggantian atau pemeliharaan berkala.
3.1.3. REHABILITASI
Rehabilitasi jalan dan jembatan ditetapkan pada ruas jalan dan jembatan dengan kriteria :
1) ruas jalan yang semula ditangani melalui program pemeliharaan rutin namun karena suatu sebab
mengalami kerusakan yang tidak diperhitungkan dalam desain, yang berakibat menurunnya
kondisi kemantapan pada bagian/tempat tertentu dari suatu ruas dengan kondisi rusak ringan,
agar penurunan kondisi kemantapan tersebut dapat dikembalikan pada kondisi kemantapan
sesuai dengan rencana;
17
2) jembatan yang sudah mempunyai umur pelayanan paling cepat 8 (delapan) tahun ;
3) jembatan yang sudah mempunyai umur pelayanan 3 (tga) tahun sampai dengan 5 (lima) tahun
yang memerlukan penanganan rehabilitasi dan perbaikan besar pada elemen strukturnya; atau
6) jembatan dengan kemampuan memikul beban yang sudah tidak memenuhi standar sehingga
perlu dilakukan perkuatan atau penggantian
3.1.4.1 Rekonstruksi jalan dan penggantian jembatan ditetapkan pada ruas jalan dan jembatan
dengan kriteria :
1) Penanganan ruas jalan dengan kondisi rusak berat berupa perbaikan seluruh struktur
perkerasan, drainase, bahu jalan, tebing dan talud
3) Penanganan jembatan dengan kondisi kritis dan runtuh berupa kegiatan penggantian
seluruh komponen bangunan atas jembatan atau kegiatan penggantian seluruh
komponen bangunan atas jembatan dan bangunan bawah jembatan
Perencanaan teknis pemeliharaan jalan meliputi kegiatan: survai lapangan, pemeriksaan jembatan,
perhitungan estimasi kuantitas, perhitungan harga satuan dan usulan biaya.
Survai Kondisi Jalan diperlukan untuk mendapatkan data-data actual dan mutakhir mengenai kondisi
jalan guna menentukan jenis penanganan, serta jenis dan kuantitas pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
18
Survai tersebut mencakup :
Tujuan utama pemeriksaan jembatan adalah untuk mengetahui nilai kondisi jembatan guna
menentukan jenis penanganan pemeliharaan/rehabilitasi/ penggantian jembatan yang diperlukan.
Pemeriksaan rutin.
Pemeriksaan detail.
Pemeriksaan khusus.
Pemeriksaan sekilas (sewaktu-waktu).
1. Pemeriksaan Rutin
Pemeriksaan rutin dilaksanakan untuk memastikan apakah telah terdapat perubahan secara tiba-
tiba atau tak terduga yang terjadi di antara dua pemeriksaan detail yang telah dilaporkan.
Pemeriksaan rutin dilaksanakan se-kurang-kurangnya 1 kali dalam 1 tahun sesuai dengan situasi
dan kondisi atau keinginan masing-masing penyelenggara jalan.
1. Pemeriksaan Detail
Pemeriksaan secara mendetail dilaksanakan untuk menilai secara akurat kondisi suatu jembatan.
Semua komponen dan elemen jembatan diperiksa dan kerusakan-kerusakan yang berarti dikenali
dan didata.
Pemeriksaan detail dapat dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan rutin dalam tenggang waktu
1 (satu) sampai 1,5 (satu koma lima) tahun sesuai dengan kondisi jembatan dan faktor lainnya
Data dari pemeriksaan secara detail dimasukkan ke dalam database yang mampu memproses
data tersebut dan menghasilkan saran jenis penanganan pemeliharaan setiap jembatan secara
keseluruhan untuk pengembalian kondisi ke kondisi tertentu dalam tingkat layak layan.
19
2. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus membutuhkan teknik khusus, tanpa melepaskan teknik visual dan
pengetahuan dalam bidang teknis
1. Pemeriksaan Sekilas
Pemeriksaan sekilas merupakan pemeriksaan visual singkat terhadap jembatan, yang
biasanya berhubungan dengan pemeriksaan jalan.
Pemeriksaan sekilas ini dapat dilakukan oleh personil pemeliharaan (penilik jalan) untuk:
memeriksa apakah struktur jembatan masih aman untuk dilalui oleh lalu –lintas;
memeriksa keselamatan struktur secara keseluruhan dan terpadu; dan
memeriksa apakah timbul suatu kondisi yang tidak lazim/biasa yang membutuhkan
penyelidikan, pemeliharaan atau penanganan darurat lebih lanjut.
Dalam prosedur pemeriksaan jembatan, setiap komponen dan elemen jembatan diberi
nomor dan ditentukan dalam level hierarkinya.
20
3.2.3. PERHITUNGAN ESTIMASI KUANTITAS
1. Pemeliharaan Rutin
a. Sebelum dilakukan perhitungan estimasi kuantitas untuk pemeliharaan rutin maka dilakukan
terlebih dahulu:
validasi terhadap kebenaran data lapangan hasil survai lapangan; dan
analisis data lapangan untuk menghasilkan prediksi laju kerusakan jalan.
b. Berdasarkan hasil validasi dan analisis data lapangan tersebut dilakukan perhitungan
estimasi kuantitas setiap jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan selama 1 (satu) tahun
anggaran.
Selain itu, juga diperlukan data tahun sebelumnya dengan ketentuan sebagai berikut:
1)Pekerjaan tahun sebelumnya tersebut secara terus – menerus selama satu tahun.
2)Survai kerusakan dilakukan 4 kali dalam satu tahun.
3) Laju kerusakan jalan telah memperhitungkan pengaruh musim hujan bulan September,
Oktober, Nopember dan Desember.
2. Pemeliharaan Berkala
Perhitungan estimasi kuantitas untuk pemeliharaan berkala dilakukan dengan menggunakan tata
cara yang sama seperti untuk perencanaan peningkatan jalan dan pembangunan jalan untuk
jenis kegiatan: kegiatan pekerjaan utama, kegiatan pengembalian kondisi, dan kegiatan
pemeliharaan rutin.
3. Rehabilitasi
Perhitungan estimasi kuantitas untuk pekerjaan rehabilitasi mencakup perhitungan untuk kegiatan
perbaikan dan pengembalian/pemulihan kondisi struktur perkerasan, bahu jalan, drainase, talud,
bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan serta jembatan yang mengalami kerusakan.
Perhitungan harga satuan setiap jenis pekerjaan dilakukan dengan mempertimbangkan ketersediaan:
1. Jenis serta kapasitas peralatan;
2. Bahan-bahan; dan
3. Tenaga kerja.
Usulan biaya untuk setiap ruas jalan dan/atau jembatan pada ruas tersebut yang akan ditangani
merupakan harga yang diperoleh dari hasil perkalian volume setiap item pekerjaan dengan harga
satuan pekerjaan.
Hasil hitungan usulan biaya selama satu tahun untuk seluruh ruas yang ada pada manajer area/
PPK/satuan kerja/SNVT akan diusulkan berdasarkan sumber dana sebagai berikut:
1. Untuk kegiatan yang sumber dananya berasal dari APBN, usulan dibuat dalam lembar kerja (LK)
dan selanjutnya akan diteruskan ke Ditjen Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum.
2. Untuk kegiatan kegiatan yang sumber dananya berasal dari APBD propinsi, usulan biaya
dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum Provinsi/Dinas Terkait.
21
Pemrograman dan Pembiayaan adalah kegiatan untuk menentukan jenis pekerjaan yang akan
dilaksanakan berdasarkan pagu biaya yang disetujui, pembuatan jadwal pelaksanaan, jadwal
pengadaan, serta monitoring dan evaluasi maupun revisi program jika diperlukan.
Hal-hal yang dapat mempengaruhi pemrograman dan perlu mendapat perhatian adalah:
1. Apabila usulan biaya yang diajukan tidak semuanya disetujui maka harus dilakukan revisi
program sesuai tingkat kepentingan (urgensi) dari masing-masing ruas/segmen jalan yang akan
ditangani.
2. Apabila usulan biaya disetujui semuanya maka dihitung kembali biaya penanganan berdasarkan
harga satuan yang berlaku dan pelaksanaannya dilanjutkan dengan pembuatan jadwal
pelaksanaan dan pengadaan.
3.3.1. PEMROGRAMAN
1. Pengalokasian Dana
Biaya pelaksanaan berdasarkan usulan biaya yang diajukan baik untuk APBN maupun APBD
provinsi ditetapkan menjadi DIPA untuk masing-masing PPK/Satker/SNVT dengan prioritas
kepentingan sesuai usulan ( DUK).
Setelah alokasi biaya untuk masing-masing satuan kerja ditetapkan PPK/Satker membuat
program pelaksanaan pemeliharaan jalan untuk masing-masing ruas/segmen jalan, dan atau
untuk pelaksanaan pemeliharaan jembatan yang berada pada masing-masing ruas/segmen jalan
tersebut
2. Program Pelaksanaan
a. Untuk pelaksanaan pemeliharaan rutin pada setiap ruas jalan dan/atau jembatan-jembatan
pada ruas tersebut, PPK membuat program pelaksanaan selama 1 tahun anggaran yang
disebut dengan program tahunan, yang merupakan rincian alokasi dana untuk masing
masing ruas jalan yang menjadi tanggung jawab PPK/manajer area sesuai dengan
prioritasnya.
b. Program tahunan harus dibuat dengan mempertimbangkan hal hal sebagai berikut:
1)Jadwal pelaksanaan setiap jenis pekerjaan setiap bulan serta volume yang akan dikerjakan
sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam DIPA. Dalam pembuatan jadwal pelaksanaan
faktor cuaca perlu dipertimbangkan, sebagai contoh untuk perawatan drainase harus
dilakukan sebelum musim hujan tiba dan setelah musim hujan.
2) Prioritas jenis pekerjaan yang harus dilaksanakan, seperti pemeliharaan permukaan
perkerasan jalan lebih diutamakan.
3)Jadwal pengadaan bahan, seperti pengadaan aspal emulsi untuk pemburasan dan tambal
lubang (patching) pada musim kemarau dan pengadaan aspal keras untuk musim hujan.
4)Jadwal pengadaan tenaga kerja dari dalam dan dari luar
5)Jadwal penggunaan peralatan harus diatur sehingga tidak tumpang tindih untuk beberapa
ruas jalan.
6)Jadwal realisasi keuangan sesuai dengan dana yang telah ditetapkan.
c. Setelah program pelaksanaan selama 1 tahun tersebut dibuat, maka disusun program
pelaksanaan 3 bulanan yang disusun berdasarkan program tahunan yang dipegang oleh
PPK/UPTD untuk menjadi pedoman pelaksanaan di lapangan. Program tersebut juga
memuat jenis dan volume pekerjaan tiap bulannya berdasarkan survai tiga bulanan.
d. Berdasarkan laporan hasil penelitian kerusakan jalan yang perlu ditangani setiap bulannya,
dibuat program kerja bulanan yang lebih terperinci dengan mempertimbangkan sinkronisasi
penggunaan peralatan.
3. Revisi Program
22
Revisi program dimaksudkan untuk menyesuaikan program awal tahunan dengan kondisi aktual.
Revisi program diperlukan karena adanya perubahan pelaksanaan yang mempengaruhi
anggaran yang tersedia, seperti sebagai akibat perbedaan hasil survai yang dilakukan pada
sebelum musim hujan dengan apabila dilakukan setelah musim hujan. Pada waktu musim hujan
kerusakan perkerasan akan lebih cepat dibandingkan pada waktu musim kemarau, karena pada
musim hujan banyak terjadi genangan air di samping badan jalan bahkan sering terjadi
permukaan air genangan lebih tinggi dari permukaan jalan sehingga mempercepat terjadinya
kerusakan perkerasan jalan. Survai kerusakan jalan harus dilakukan setelah proses DIPA/DIPDA
selesai. Survai tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan data data mutakhir kerusakan jalan.
Hasil survai dibandingkan dengan program tahunan yang ada. Apabila terdapat perbedaan yang
mencolok maka perlu dilakukan revisi program.
4. Monitoring
Dalam pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan harus dilakukan monitoring realisasi fisik dengan
ketat terutama untuk pekerjaan pemeliharaan rutin yang dilaksanakan secara swakelola yang
harus dimonitor setiap hari kerja.
5. Evaluasi
Hasil monitoring yang dilakukan terhadap pelaksanaan pekerjaan dievaluasi setiap minggu atau
pada saat saat tertentu. Atas keterlambatan prestasi fisik sebagai akibat keterlambatan
pengadaan bahan, kekurangan tenaga kerja dan peralatan atau akibat sebab lain, dilakukan
tindak turun tangan secepatnya untuk mengatasi masalah yang timbul. Jika ada beberapa jenis
pekerjaan yang tidak sesuai dengan program perlu diadakan revisi program kerja.
3.3.2. PEMBIAYAAN
1. Pembuatan usulan estimasi biaya dilakukan setelah estimasi kuantitas pekerjaan dan pembuatan
analisa harga satuan masing masing pekerjaan. Mekanisme penyusunan estimasi biaya tersebut
adalah dengan menghitung volume pekerjaan selama satu tahun anggaran untuk masing masing
jenis pekerjaan berdasarkan survai dan analisis laju kerusakan jalan. Volume pekerjaan dikalikan
dengan harga satuan pekerjaan mendapatkan estimasi biaya pemeliharaan. Estimasi biaya
pemeliharaan akan digunakan sebagai bahan untuk penetapan biaya pemeliharaan yang
kemudian dituangkan dalam konsep DIPA/DIPDA. Kemudian setelah DIPA/PO disetujui, perlu
dilakukan pengkajian ulang terhadap estimasi biaya untuk mengetahui kesesuaian dana dengan
program pelaksanaan.
2. Prosedur pengajuan dan penerbitan DIPA/DIPDA sesuai dengan ketentuan yang berlaku
3. Setelah Alokasi Dana Pemeliharan yang tercantum dalam DIPA/DIPDA diterima, maka dilakukan
kaji ulang terhadap RAB awal untuk penyesuaian terhadap adanya perubahan perubahan
selama pembahasan konsep DIPA/DIPDA di tingkat pusat. Jika dibandingkan antara RAB awal
yang tertuang dalam DIPA/DIPDA dan RAB untuk pelaksanaan, maka terdapat beberapa
kemungkinan perubahan sebagai berikut:
a. Berkurang
23
Bila alokasi dana yang diterima berkurang, maka PPK/manajer area harus mampu menyusun
prioritas pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan secara benar ditinjau dari skala prioritas ruas
jalan maupun jenis pekerjaan dari ruas jalan yang menjadi tanggung jawabnya.
b. Bertambah
Bila alokasi dana pemeliharaan bertambah biasanya karena ada usulan baru sehingga RAB
awal harus disesuaikan.
c. Berubah
Apabila alokasi dana berubah total maka harus dibuat RAB pekerjaan baru. Biasanya
perubahan tersebut disebabkan jarena perubahan cara penanganan misalnya dari swakelola
ke dikontrakkan atau sebaliknya.
d. Tetap
Apabila dana yang diterima sama dengan yang diusulkan maka hal ini dapat langsung
dilaksanakan.
24
BAB IV
PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMELIHARAAN
Kaji Ulang survey kondisi lapangan sangat perlu untuk dilakukan pada saat akan
dilaksanakan kegiatan pekerjaan pemeliharaan dilapangan, untuk mendapatkan
informasi kondisi terakhir baik jenis kerusakan maupun volume serta metode
pelaksanaan yang dikaitkan dengan ketersediaan dana yang ada dalam DIPA.
Dalam revisi program harus juga dilakukan revisi jadwal pelaksanaan kegiatan secara
bulanan dan mingguan, revisi jadwal kebutuhan material, peralatan dan tenaga kerja
serta rencana penyerapan keuangan sesuai dengan dana yang telah ditetapkan dan
dibuat diagram harmonika yang menunjukkan lokasi dan jenis pekerjaan termasuk
penanganan drainase dan bangunan pelengkap jalan.
25
f. Diagram harmonika yang menunjukkan lokasi dan jenis pekerjaan termasuk
penanganan drainase dan bangunan pelengkap jalan serta segmen
penanganan setiap mandor.
g. Menghitung analisa harga satuan masing-masing jenis pekerjaan yang akan
dilaksanakan dengan mempergunakan peralatan pemeliharaan yang sesuai,
harga bahan, harga upah serta hal lain mempengaruhinya yang berlaku saat
itu.
h. Dari nilai volume dan harga satuan, diperoleh besarnya biaya yang dibutuhkan
untuk kegiatan pemeliharaan jalan yang dimaksud.
Hal-hal yang dapat mempengaruhi rencana kerja dan perlu mendapat perhatian
antara lain jika usulan biaya yang diajukan tidak semuanya disetujui maka harus
dilakukan revisi program sesuai tingkat kepentingan (urgensi) dari masing-masing
ruas/segmen jalan yang akan ditangani atau dilakukan prioritas penanganan atau
optimasi pekerjaan supaya ruas jalan berfungsi secara wajar. Dan jika usulan biaya
disetujui semuanya maka dihitung kembali biaya penanganan berdasarkan harga
satuan yang berlaku saat itu dan pelaksanaannya dilanjutkan dengan pembuatan
jadwal pelaksanaan dan pengadaan bahan, tenaga kerja dan peralatan.
Tim pelaksana kegiatan secara berkala harus membuat laporan kemajuan fisik
pekerjaan yang dievaluasi setiap minggu agar dapat diketahui apakah dana yang
dikeluarkan sesuai dengan target fisik yang dicapai. Sedangkan pencapaian target
non fisik dapat dimasukkan dalam catatan evaluasi termasuk pengadaan bahan dan
penggunaan tenaga ahli dari luar serta penggunaan suku cadang peralatan. Untuk
pengiriman bahan/material dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan jadwal
yang dibuat atau keseluruhan sesuai dengan kebutuhan lokasi pekerjaan dan
kapasitan penyimapanan bahan/material. Laporan realisasi fisik dan keuangan
dibuat sekurang-kurangnya sebulan sekali berdasarkan laporan mingguan yang
dilengkapi dengan foto pelaksanaan pekerjaan dan administrasi kegiatan yang
bersifat teknis dan non teknis yang harus disampaikan kepada Sub-manajer Ruas
dan Manajer Ruas.
Jika terjadi hal-hal yang mendesak yang dapat mengganggu keselamatan pengguna
jalan atau terhambatnya kepentingan publik/umum (seperti longsoran dan
sebagainya), sehingga diperlukan tindakan darurat untuk penanganan pekerjaan
26
yang tidak termasuk dalam rencana/program pemeliharaan rutin, maka Tim
Pelaksana Kegiatan harus segera melaporkan kepada Sub-Manajer Ruas, Manajer
Ruas dan Balai Pelaksanaan Jalan Nasional. Laporan kejadian dimaksud meliputi
lokasi dan jenis kejadian, foto dokumentasi, dampak yang ditimbulkan dan perkiraan
penanganannya hingga gannguan tersebut dapat diselesaikan dengan baik dan tidak
menghambat kepentingan publik/umum. Segala tindakan dalam penanganan
pekerjaan darurat harus mendapatkan persetujuan dari Manajer Ruas.
Inventarisasi atau opname mengenai kerusakan jalan dan jembatan perlu dilakukan
untuk mendeteksi jenis kerusakan jalan dan jembatan. Hasil opname ini akan
memudahkan dalam penyusunan rencana kebutuhan sumber daya ( tenaga, bahan,
dan alat) serta jadwal pengadaannya. Inventarisasi sebaiknya dilakukan setiap ruas
jalan atau setiap lokasi kegiatan yang direncanakan secara detail. Lokasi kerusakan
perkerasan dan bahu jalan dicatat per 100 meter atau per-station sesuai dengan
kondisi kerusakan (untuk jembatan, gorong-gorong atau bangunan pelengkap
lainnya) tergantung keperluan Jenis dan dimensi kerusakan, serta (bila
memungkinkan) rencana penangulangan dicatat sebaik-baiknya dengan
menggunakan format inventarisasi kerusakan seperti contoh dibawah ini.
Lokasi Pekerjaan :
27
Nama Jalan : ...................................
Nomor Link : ...................................
Status Jalan : .....................................
Wilayah Pengamatan : .....................................
Jenis Konstruksi Jalan : .........................................
Pelaksanaan Pekerjaan : ........................................
No. Lokasi Jenis Volume Rencana Keterangan
(Km s/d. Km) Kerusakan Perkiraan Pelaksanaan
I Permukaan P=....... m
berlubang L=....... m
T=...... m
III
IV Seterusnya
..........................,..........................2010
Mengetahui Oleh : Tim Pelaksana,
PPK Paket.........
(............................) (.....................................)
NIP.................... NIP.........................
Lokasi Pekerjaan :
Nama Jalan : ...................................
Nomor Ruas : ...................................
28
Status Jalan : .....................................
Station : .............s/d....................
Jenis Konstruksi Jalan : .....................................
Rencana Pelaksanaan
Mulai tanggal :..................................................
Selesai tanggal :..................................................
Keterangan
No. Keperluan Kuantitas Satuan
Sumber Daya
I Tenaga Kerja
- Pengawas OH
- Operator OH
- Pemb.Opearator OH
- Mandor OH
- Tukang OH
- Pekerja OH
II Bahan
-Tanah Timbunan M3
-Solar Ltr
-Oli Ltr
-Minyak gemuk Ltr
-dsbnya
III Alat
- Dump Truck Unit
- Loader Unit
- Greader Unit
- dstnya
..........................,..........................2010
(............................) (.....................................)
NIP...................... NIP.........................
Lokasi Pekerjaan :
Nama Jalan : ...................................
29
Nomor Ruas : ...................................
Status Jalan : .....................................
Station : .............s/d....................
Jenis Konstruksi Jalan : .....................................
Jenis Pekerjaan : ...............................................
No. Tanggal Jenis Alat Lama Volume Hasil BBM dan Keterangan
Pemakaian Kerja Pelumas
1
..........................,..........................2010
(............................) (.....................................)
NIP............ NIP.........................
Lokasi Pekerjaan :
Nama Jalan : ...................................
30
Nomor Ruas : ...................................
Status Jalan : .....................................
Station : .............s/d....................
Jenis Konstruksi Jalan : .....................................
Jenis Pekerjaan : ...............................................
1
2
..........................,..........................2010
(...............................) (.....................................)
NIP......................... NIP...............................
31
telah sesuai dengan biaya yang digunakan. Dalam pengawasan pekerjaan, dengan
melakukan monitoring aktual pekerjaan yang dihasilkan dan membandingkan rencana
kerja bulanan dan mingguan yang telah ditetapkan yang meliputi:
f. Jadwal pengadaan, pemakaian dan sisa bahan/material;
g. Jadwal pengadaan tenaga kerja. Tenaga keja perlu diklasifikasikan dan
dikualifikasikan untuk keperluan penentuan keberhasilan pelaksanaan pekerjaan;
h. Jadwal penggunaan peralatan termasuk penggunaan bahan bakar dan suku
cadang peralatan;
i. Jadwal pelaksanaan pekerjaan yang diperlukan dan realisasi fisik pekerjaan di
lapangan;
j. Jadwal realisasi keuangan untuk pengendalian harga satuan pekerjaan sesuai
dengan batasan dana yang tersedia dalam DIPA;
k. Mutu hasil pekerjaan telah sesuai dengan kinerja yang disyaratkan termasuk hasil
pengujian mutu bahan.
Dari hasil pengawasan pekerjaan, dilakukan evaluasi setiap minggu atau pada saat
saat tertentu, jika terjadi keterlambatan penanganan pekerjaan fisik sebagai akibat
keterlambatan pengadaan bahan, kekurangan tenaga kerja dan peralatan atau
akibat sebab lain, dilakukan tindak turun tangan secepatnya untuk mengatasi
masalah yang timbul. Jika ada beberapa jenis pekerjaan yang tidak sesuai dengan
program perlu diadakan revisi program kerja. Pengawasan juga dilakukan terhadap
kualitas pekerjaan yang dihasilkan, telah sesuai dengan spesifikasi teknik dan kinerja
pekerjaan yang ditetapkan. Seluruh hasil pekerjaan harus dapat dipertanggung
jawabkan sesuai realisasi biaya yang dikeluarkan dan mutu hasil pekerjaan
sebagaimana ditentukan didalam spesifikasi teknik serta program kerja sebagaimana
yang telah ditetapkan.
Pengawasan pekerjaan dapat dilaksanakan oleh Penilik Jalan atau seseorang yang
diangkat oleh Pejabat Pembuat Komitmen yang bukan sebagai Tim Pelaksana
Pekerjaan untuk melakukan pengawasan kegiatan pekerjaan konstruksi perkerasan
32
dan bahu jalan, sistem drainase, perlengkapan jalan dan bangunan pelengkap jalan
termasuk jembatan. Pengawasan harus dilakukan setiap hari dan dibuat laporan
hasil pengawasan sebagaimana dalam ketentuan yang berlaku. Pengawasan dimulai
dari pekerjaan persiapan hingga akhir pelaksanaan pekerjaan swakelola yang
meliputi pengawasan progress pekerjaan, administrasi pekerjaan, pengadaan dan
pemakaian bahan, penggunaan tenaga kerja dan tenaga ahli, penggunaan peralatan
dan suku cadang serta efektifitas penggunaan keuangan.
Laporan hasil pengawasan dapat dibuat dalam laporan mingguan, laporan bulanan
dan laporan khusus jika diperlukan seperti terjadinya pekerjaan darurat. Untuk
Laporan Khusus sekurang-kurangnya meliputi denah lokasi, jenis kejadian, dampak
kejadian, foto dokumentasi dan rekomendasi penanganannya. Sedangkan laporan
pengawasan sekurang-kurangnya meliputi :
a. Pengawasan Administrasi yang dilakukan terhadap dokumentasi pelaksanaan
kegiatan;
b. Pengawasan Teknis terhadap hasil pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
spesifikasi teknis dan realisasi pengadaan, penggunaan dan sisa bahan serta
pemakaian peralatan termasuk suku cadang dan penggunaan tenaga kerja/ahli;
c. Pengawasan Keuangan yang mencakup cara pembayaran serta efisiensi dan
efektifitas penggunaan keuangan.
33
d. Realisasi keuangan dan biaya yang diperlukan;
e. Pelaksanaan pekerjaan/fisik; dan/atau
f. Hasil kerja setiap jenis pekerjaan.
Adapun bagan alir pelaksanaan pemeliharaan rutin jalan dan jembatan sebagaimana
dalam tabel 6 dibawah dan contoh bentuk-bentuk laporan hasil pengawasan
sebagaimana dalam lampiran dibawah ini.
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
5.1. Monitoring
Kegiatan monitoring secara berkala dilaksanakan sekurang-kurangnya tiga (3) bulan
sekali oleh Atasan Langsung Sub-Manajer Ruas atau Balai Pelaksanaan Jalan
34
Nasional. Tujuan monitoring untuk pengendalian kegiatan yang dilaksanakan oleh Sub-
Manajer Ruas selaku Pejabat Pembuat Komitmen dan untuk mengetahui kinerja ruas
jalan secara keseluruhan. Monitoring dalam pekerjaan swakelola meliputi :
a. Jadwal pelaksanaan pekerjaan dan realisasi setiap jenis pekerjaan;
b. Jadwal pengadaan, penggunaan bahan/material dan sisa bahan;
c. Jadwal pengunaan peralatan dan realisasinya;
d. Jadwal penggunaan tenaga kerja dan realisasinya;
e. Realisasi Keuangan dan penggunaannya;
f. Administrasi kegiatan swakelola;
g. Laporan hasil pengawasan.
Untuk memberikan jaminan atas pencapaian kinerja jalan secara keseluruhan, perlu
dilakukan monitoring terhadap pencapaian kinerja jalan termasuk mutu hasil pekerjaan
yang meliputi Kondisi perkerasan jalan, Bahu Jalan, Drainase Jalan, Bangunan
Pelengkap Jalan dan Perlengkapan Keselamatan Jalan. Monitoring dilakukan secara
obyektif untuk setiap kondisi atau kriteria komponen jalan dan berdasarkan data hasil
laporan pekerjaan termasuk mutu hasil pekerjaan. Hasil monitoring dapat digunakan
sebagai evaluasi guna memberikan jaminan atas penanganan perbaikan yang
diperlukan dan dilaksanakan, sehingga jalan memenuhi ketentuan standar pelayanan
minimum atau kinerja jalan yang ditetapkan dalam spesifikasi teknik.
35
a. Perkerasan
o Lubang;
o Retak;
o Alur;
o Kerusakan tepi perkerasan;
o Legokan
b. Bahu jalan
o Lubang;
o Alur;
o Ketinggian;
o Terdapat tumbuhan liar
c. Drainase
o Kebersihan;
o Penyumbatan;
o Kebocoran;
o Pecah;
o Kemiringan
o Kerataan;
o Terdapat tumbuhan liar
b. Jembatan
o Kebersihan;
o Lantai kendaraan;
o Struktur bangunan atas;
o Struktur banguan bawah;
o Perletakan;
o Sambungan;
o Pagar jembatan;
o Plat Injak (Approach Slab);
o Perlengkapan lain.
c. Perlengkapan jalan
o Rel pengarah;
o Patok kilometer;
o Patok hektometer;
o Patok pengarah;
o Tembok penahan tanah;
o Marka jalan;
o Rambu dan tanda jalan.
36
penilik/pengamat jalan sebagaimana ditentukan dengan batasan waktu tanggap
penanganan sebagai berikut :
1 Perkerasan Jalan
A Tidak terjadi lubang ≥ 10 Cm 5 Hari 7 Hari 10 Hari
dengan jumlah lubang per 100
meter per lajur tidak lebih dari 3
(tiga) lubang.
2 Bahu Jalan
37
3 Drainase
38
terkelupas atau ada yang terlepas
e Tiang sandaran (Parapet) keropos 10 Hari 14 Hari 21 Hari
atau retak – retak.
f Ekspansion joint tidak berfungsi 10 Hari 14 Hari 21 Hari
semestinya dan mengalami
kerusakan.
Unit pelaksana kegiatan harus mencatat lokasi, kebutuhan material dan tenaga kerja
yang diperlukan dalam memelihara kinerja dan/atau memperbaiki pekerjaan dari
kerusakan – kerusakan sebagaimana ditentukan diatas dalam waktu tanggap
maksimum sesuai dengan volume lalu-lintas harian rata-rata (LHR) pada ruas jalan
yang menjadi tanggung jawabnya. Jika tanggap waktu maksimum sebagaimana
ditentukan diatas tidak dapat dipenuhi, maka unit pelaksana kegiatan harus membuat
laporan, mengenai penyebab tidak dipenuhinya waktu tanggap atau penyebab
kegagalan pemenuhan tingkat layanan yang ditetapkan. Laporan tersebut harus
meliputi alasan yang wajar penyebab kegagalan pemenuhan tingkat kinerja jalan,
akibat atau dampak kegagalan penanganan, upaya tindak lanjut penanganan yang
dapat diperkirakan dan semua laporan tersebut harus disampaikan ke Pejabat
Pembuat Komitmen dengan tembusan Kasatker SNVT sebagai bahan evaluasi dan
tindak lanjut penanganan.
BAB VI
JENIS KERUSAKAN DAN CARA PENANGANAN
39
Secara umum jenis kerusakan jalan yang terjadi pada perkerasan beraspal berupa
retak, berlubang, perubahan bentuk dan terlepasnya ikatan antara aspal dan aggregat
(crack, distortion, disintegration). Dibawah ini merupakan jenis kerusakan jalan dan
jembatan dan sistem penanganannya, namun pelaksana kegiatan dapat membuat
sistem penanganan yang berbeda dengan metode pelaksanaan yang direncanakan
yang disesuaikan dengan kondisi lapangan termasuk ketersediaan material yang ada
pada masing-masing lokasi pekerjaan, supaya dapat menghasilkan kinerja
sebagaimana yang ditentukan spesifikasi teknik. Adapun jenis kerusakan dan sistem
penanganan jalan dan jembatan sebagaimana diuraikan berikut ini :
40
Sedang S: Fulldepth patch
Berat B: Rekonstruksi
14 Jembul Ringan R: -
Sedang S :Scrapping. Partial- full depth patch
Berat B: Rekonstruksi
41
Berat B: Pelapisan Ulang
6 Penurunan pada Ringan R: -
bersambungan Sedang S: -
Berat B: Perbaikan base dan penggantian
segmen pelat beton
1 Bergelombang Ringan R: -
Sedang S: Ratakan, tambah material dan padatkan
Berat B: Ratakan dengan grader, tambahkan material
dan padatkan dengan roller
2 Hilangnya Ringan R: -
kemiringan Sedang S: Bentuk kemiringan tanpa grader, tambahan
(camber) pada material dan padatkan
penampang Berat B: Bentuk kemiringan dengan grader
melintang tambahkan material padatkan dengan roller
6.4. Jembatan
42
Berat B: Grouting dengan, bahan epoxy
(kriteria II) dan perkuatan dengan FRP, steel
plate dsb.
Kiteria III
Dibongkar dan diganti
Gompal - Ditambal (patching)
Keropos - Kupas lalu di Grout
Berongga - Suntikan bahan dasar semen
khusus, apabila perlu dilakukan
perkuatan struktur dengan FRP
Gompal + Beton yang rusak dibongkar dan
Keropos + dicor baru
Berongga
Berat
(NK=4-5) B: Diganti
Retak Ringan R: stop keretakan (bor bagian
ujung) dan Pengelasan
Sedang S : stop keretakan (bor bagian
ujung) dan Pemasangan pelat
penutup dengan pengelasan
Berat B: Penggantian
Akibat Ringan R: Dipantau, Diperbaiki
kesalahan Sedang S: Ditunjang, Diperkuat dengan
pemasangan pemasangan pelat dengan
pengelasan
Berat B: Penggantian
3 Kabel Aus < 5% strand Perbaiki
Jembatan yg rusak
Gantung
>5% strand
yg rusak Kabel harus diganti
43
4 Struktur kayu Penurunan Ringan R: Penggantian elemen yang
mutu kayu Sedang rusak
S: Penggantian elemen yang
Berat rusak dan perkuatan
B: Penggantian total
5 Elemen lain Tidak Ringan R: Bersihkan
dari jembatan berfungsi/rusa Sedang S: Perbaiki
k Berat B: ganti
44
Sedangkan yang dimaksud kriteria kerusakan elemen bahan beton atau mutu beton
yang rendah dibagi dalam 3 kriteria sebagai berikut :
a). Kerusakan Kriteria I :
Lebar retak berkisar antara 0,1 mm sampai 0,25 mm dan mencakup daerah
kurang dari 30% dari luas elemen yang bersangkutan.
Tidak terjadi rembesan atau adanya bocoran air.
Mutu beton pada gelagar, kepala jembatan, pilar kurang dari 225 kg /cm2
Mutu beton gelagar, kepala jembatan, pilar kurang dari 225 kg /cm2.
Mutu beton gelagar, kepala jembatan, pilar kurang dari 225 kg /cm2.
45