You are on page 1of 45

PENGANTAR DAN PERSIAPAN

PELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN

DIKLAT PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM


PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
BALAI DIKLAT IX JAYAPURA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Pengertian Pemeliharaan Jalan

1
Pemeliharaan Jalan merupakan kegiatan yang berkaitan dengan perawatan
dan perbaikan jalan, yang diperlukan dan direncanakan untuk
mempertahankan kondisi jalan agar tetap berfungsi secara optimal melayani
lalu lintas selama umur rencana jalan yang ditetapkan.

Pekerjaan pemeliharaan konstruksi jalan merupakan pekerjaan yang penting


untuk dilaksanakan karena konstruksi jalan merupakan investasi modal yang
besar sehingga apabila pelaksanaaannya diabaikan akan membutuhkan biaya
rekonstruksi yang sangat mahal untuk bisa mempertahankan performance
standard (perbaikan ke standar kondisi yang layak).

Para pengguna jalan menuntut agar jalan yang dilewatinya selalu memberi
kenyamanan dan keselamatan. Namun demikian perkerasan jalan akan
mengalami penurunan kondisi seiring dengan berkurangnya umur pelayanan
karena perkerasan secara terus menerus mengalami tegangan tegangan
akibat beban lalu lintas yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan minor
pada perkerasan. Selain beban lalu lintas juga terdapat pengaruh air, iklim,
cuaca, kelembaban,dan lingkungan yang dapat menurunkan kondisi
pelayanan jalan.
Karena karakteristiknya yang selalu mengalami penurunan kondisi, maka
untuk memperlambat laju kecepatan penurunan kondisi dan untuk
mempertahankan kondisi jalan pada tingkat yang layak (performance
standard), maka jalan perlu dipelihara secara terus menerus.

Untuk mewujudkan pemeliharaan jalan yang hasilnya dapat memenuhi


tuntutan para pengguna jalan bukanlah pekerjaan yang mudah karena
diperlukan deteksi dan perbaikan sedini mungkin terhadap perkerasan guna
mencegah kerusakan minor berkembang menjadi kegagalan konstruksi
perkerasan.

Diharapkan dengan memahami filosofi pemeliharaan jalan akan dapat


meningkatkan kinerja pelayanan jalan.

1.2. Tujuan Pemeliharaan Jalan

Secara umum pemeliharaan jalan dimaksudkan untuk :

2
a. Mempertahankan kondisi jalan agar tetap berfungsi dalam melayani lalu
lintas sehingga keselamatan lalu lintas terjamin dan pelayanan jalan
meningkat. Artinya kecelakaan yang diakibatkan oleh konsidi jalan yang
buruk dapat ditekan seminimal mungkin dan karena kondisi jalan yang baik
para pengguna jalan akan menikmati kenyamanan selama perjalanannya.
b. Memperkecil biaya operasi kendaraan.
Besarnya biaya operasi kendaraan tergantung pada jenis kendaraan ,
geometric dan kondisi jalan. Apabila jalan dalam kondisi baik maka Biaya
Operasi Kendaraan (BOK) tidak meningkat, sedangkan yang sangat
berkepentingan dengan BOK adalah para pengguna jalan.
c. Memperlambat atau mengurangi laju kerusakan (rate of deterioration)
sehingga diharapkan dapat memperpanjang umur jalan.
Ditinjau dari segi teknis kegiatan pemeliharaan jalan merupakan upaya upaya yang
dilakukan untuk mencegah masuknya air kelapisan perkerasan yang mengalami
retak karena terjadinya pelapukan dan upaya menangani akibat dari gerakan roda
dan beban lalu lintas yang menyebabkan pengikisan dan tekanan terhadap
permukaan perkerasan yang akhirnya terjadi kelelahan (fatig) pada struktur jalan.

1.3. Klasifikasi Kegiatan Pemeliharaan Jalan Berdasarkan Frekuensi


Pelaksanaannya.

a. Pemeliharaan Rutin (Routine Maintenance)


Merupakan Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan secara terus menerus
sepanjang tahun.
Kegiatannya meliputi : perawatan permukaan jalan meliputi : perbaikan
kerusakan kecil, penambalan lubang, pemburasan, perbaikan kerusakan
tepi perkerasan, perawatan trotoar, saluran samping dan drainase
bangunan pelengkap jalan dan perlengkapan jalan dan perawatan bahu
jalan.

b. Pemeliharaan Berkala (Periodic Maintenance)


Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan hanya pada interval waktu tertentu
karena kondisi jalan sudah mulai menurun.
Kegiatannya meliputi perbaikan, levelling, resealing maupun overlay
(pelapisan ulang) pada jalan beraspal atau regrooving
(pengaluran/pengkasaran permukaan) maupun overlay pada jalan beton
semen.

c. Rehabilitasi (Urgent Maintenance)

3
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan untuk hal-hal yang sifatnya
mendadak /mendesak/ darurat akibat terjadi kerusakan setempat yang
cukup berat misalnya jalan putus akibat banjir, longsor, gempa, dll
Kegiatannya meliputi semua kegiatan pengembalian kondisi jalan ke
kondisi semula yang harus dilakukan secepatnya agar lalu lintas tetap
berjalan dengan lancar.

1.4. Strategi Pemeliharaan Jalan

a. Peraturan yang menjadi landasan hukum

Agar supaya tujuan pemeliharaan jalan dapat tercapai secara optimal


diperlukan Perencanaan Pemeliharaan Jalan. Hal ini sesuai dengan
peraturan yang menjadi landasan hukumnya yang antara lain adalah
sebagai berikut :
1). Undang Undang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan Pasal 30
mengamanatkan bahwa penyelenggara jalan wajib memprioritaskan
pemeliharaan, perawatan dan pemeriksaan jalan secara berkala
untuk mempertahankan tingkat pelayanan jalan sesuai dengan
standar pelayanan minimal yang ditetapkan.
2). Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan,
khususnya paragraf 6 tentang Pengoperasian dan Pemeliharaan,
pasal 97 ayat 1, 2, 3 dan 4.
3). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 37/PRT/M/2006 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum :
- Prioritas penanganan meliputi pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala,
penanganan transisi.
- Meningkatkan mutu sumber daya manusia dan manajemen penanganan
jalan
- Kepala Satuan kerja harus membantu memberikan masukan dan
memfasilitasi kegiatan kegiatan terkait dengan perencanaan dan
pemrograman
- Dokumen penganggaran : mengikuti dan menugaskan stafnya untuk
melaksanakan penyusunan
- Mutu hasil pelaksanaan pekerjaan di lapangan sesuai dengan spesifikasi
dan umur rencana yang telah ditentukan.

b. Langkah Operasional.

4
1). Menyediakan biaya pemeliharaan jalan seoptimal mungkin pada ruas
jalan yang telah ditetapkan.
2). Memberikan prioritas yang tinggi pada perencanaan dan pelaksanaan
termasuk pelatihan.
3). Membentuk organisasi pemeliharaan dan menentukan tanggung jawab
yang jelas agar dapat mengatur dan mengawasi program kerja
pemeliharaan setiap tahunnya.
4). Melakukan rangking prioritas penanganan apabila pembiayaan yang
tersedia terbatas.
5). Melaksanakan NSPM yang ada untuk mencapai mutu hasil
pelaksanaan pekerjaan di lapangan.

1.5. Permasalahan

Pertama, Pengenalan terhadap kerusakan, penentuan penyebab dan perbaikan


yang tepat bersifat subyektif. Hal tersebut sering kali menimbulkan perbedaan
pandangan mengenai persoalan yang sama dan setiap orang dapat mengambil
solusi yang mungkin sangat berbeda. Oleh karena itu adalah sangat penting
menyamakan persepsi tentang bagaimana bentuk penilaian terhadap kondisi jalan
(road condition assessment) dan identifikasi kerusakan yang terjadi, penentuan
penyebab serta akibat lebih lanjut.
Dalam pelaksanaan yang terpenting adalah kemampuan dari personil pemeliharaan
(pengamat jalan/maintenance engineer) untuk dapat mengenali jenis kerusakan dan
mendeteksi parahnya kerusakan serta menghubungkan dengan standar penanganan
yang lazim digunakan.

Permasalahan kedua, bahwa dalam program pembiayaan untuk pekerjaan


perawatan dan perbaikan jalan terbagi dalam katagori kegiatan pemeliharaan rutin,
pemeliharaan berkala dan rehabilitasi yang ketiga kegiatan tersebut difasilitasi
melalui Program Preservasi Jalan dan Jembatan yang biasanya terkendala oleh
kondisi anggaran yang serba terbatas. Di Indonesia pada umumnya program
pemeliharaan rutin jalan diaplikasikan terhadap semua ruas jalan dengan kondisi
mantap (yaitu ruas jalan yang telah selesai dibangun atau ditingkatkan), maupun
terhadap ruas jalan yang tidak masuk dalam penanganan betterment maupun
periodic maintenance dengan kondisi sedang dan rusak, yang membutuhkan
penanganan dan pembiayaan sangat berbeda.
Substansi permasalahan adalah bagaimana upaya untuk mencari solusi terhadap
permasalahan sebenarnya yaitu karena seringnya terjadi perkerasan sudah mulai

5
mengalami kerusakan segera setelah jalan dibuka untuk lalu lintas, adalah dengan
melakukan perawatan dan perbaikan secara terus menerus sepanjang tahun dan
sedini mungkin untuk mencegah meluasnya kerusakan. Jenis penanganan tidak
terbatas hanya pada kerusakan minor/kecil/ringan dan perawatan rutin lainnya yang
umumnya dilaksanakan dalam jangka waktu yang teratur sepanjang tahun pada
jalan yang kondisinya mantap, melainkan harus meliputi segala upaya penanganan
berupa pencegahan dan perbaikan untuk memulihkan kondisi yang tingkatannya
tergantung penyebab kerusakan dan kebutuhan perbaikan guna mengembalikan
fungsi pelayanan.

BAB II
ORGANISASI MANAJEMEN PEMELIHARAAN JALAN

2.1. Struktur Organisasi

6
Adanya perubahan organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Marga yaitu
dengan terbentuknya Balai Pelaksanaan Jalan Nasional yang bertanggungjawab
menangani pelaksanaan ruas Jalan Nasional dibeberapa provinsi hingga terjadi pula
perubahan struktur organisasi yang menangani kegiatan pembinaan jalan baik di
tingkat pusat maupun di daerah provinsi, sehingga memerlukan penyesuaian
organisasi dalam menangani kegiatan pemeliharaan jalan.

Salah satu keberhasilan penanganan pemeliharaan jalan sangat erat hubungannya


dengan struktur organisasi yang menanganinya, disamping dukungan ketersediaan
peralatan yang memadai sesuai dengan kebutuhan lapangan yang efesiensi maupun
kemampuan (skill) dan pengalaman tenaga dalam menanagani serta yang tak kalah
penting adalah pola penanganan dilapangan sesuai kondisi kerusakan dan bahan
yang digunakan. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam pemeliharaan rutin
jalan yang dikerjakan dengan cara swakelola, maka diperlukan suatu organisasi dan
tata laksana kegiatan yang efektif dan efisien.

Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Direktorat Jenderal Bina Marga yang mempunyai
tugas utama untuk melaksanakan perencanaan dan pengawasan teknis,
pelaksanaan konstruksi, pengendalian operasi dan pemeliharaan, pengendalian mutu
dan pelayanan penyediaan bahan dan peralatan serta penatausahaan organisasi.
Untuk itu Balai Pelaksanaan Jalan Nasional sebagai atasan langsung dari Satuan
Kerja pelaksanaan kegiatan fisik jalan berkewajiban membina dan mengendalikan
pelaksanaan kegiatan pembangunan jalan dan preservasi jalan secara sinergis
dan komitmen dalam mendukung sistem pelaporan yang terarah dan benar serta
dapat dipertangungjawabkan. Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh Satuan
Kerja yang ada di bawah koordinasi Balai Pelaksanaan Jalan Nasional adalah
pekerjaan Pemeliharaan Rutin dengan Swakelola yang tergabung dalam Satuan
Kerja Non Vertikal Tertentu (SNVT).

Struktur organisasi dalam pemeliharaan rutin jalan dan jembatan dengan swakelola
dilaksanakan oleh Satuan Kerja yang dipimpin Kepala SNVT Jalan dan Jembatan
yang bertugas sebagai Manajer Preservasi seluruh jaringan jalan nasional diwilayah
terkait bertindak sebagai Manajer Ruas, dan sebagai koordinator penatausahaan

7
Barang Milik Negara (BMN) Direktorat Jenderal Bina Marga yang berada di provinsi,
dinamakan Manajer Aset. Sedangkan struktur organisasi paket kegiatan preservasi
jalan dengan swakelola dipimpin oleh Sub-Manajer Ruas yang bertindak sebagai
Pejabat Pembuat Komitmen, ruas yang dibentuk oleh satuan kerja masing-masing.
Dalam struktur kegiatan pemeliharaan rutin jalan dan jembatan dengan swakelola
sekurang-kurangnya terdiri dari Tim Urusan Pelaksanaan, Tim Urusan Perencanaan
dan Tim Urusan Pengawasan.

Sasaran manajemen preservasi adalah berfungsinya seluruh jaringan jalan dan


jembatan nasional sepanjang tahun dengan baik dan mantap secara berkelanjutan
serta apabila terdapat kerusakan jalan dan jembatan dapat dilakukan tindakan
perbaikan sesegera mungkin sebelum menghambat pergerakan lalu lintas, sehingga
jalan dan jembatan dapat berfungsi secara wajar. Sedangkan sasaran manajemen
aset adalah agar Barang Milik Negara (BMN) Direktorat Jenderal Bina Marga
termasuk jalan, jembatan dan aset lainnya di wilayah terkait dapat dibukukan,
diinventarisir secara tepat dan dilaporkan sesuai ketentuan yang berlaku secara tepat
waktu dan benar serta dapat dipertangungjawabkan. Adapun struktur organisasi
manajemen pemeliharaan rutin jalan nasional sebagaimana didalam table 1, 2 dan 3
dibawah, sedangkan uraian tugas serta tanggung jawab para pihak yang terkait
dengan manajemen preservasi jalan dan jembatan seperti dibawah ini.

2.2. Tugas dan Tanggung Jawab Balai Pelaksanaan Jalan Nasional


Tugas utama Balai Pelaksanaan Jalan Nasional dalam pemeliharaan jalan dan
jembatan antara lain :
a. Penyiapan data dan informasi sebagai bahan penyusunan program penanganan
jalan nasional serta pelaksanaan perencanaan dan pengawasan teknis
pemeliharaan jalan dan jembatan;
b. Pelaksanaan konstruksi, pengendalian operasi dan pemeliharaan jalan dan
jembatan;
c. Pelaksanaan penerapan sistem manajemen mutu pada pelaksanaan konstruksi
jalan dan jembatan;
d. Penyediaan, pemanfaatan, penyimpanan dan pemeliharaan bahan dan peralatan
jalan dan jembatan serta pelaksanaan pengujian mutu konstruksi;

8
e. Penatausahaan administrasi kepegawaian, organisasi dan tata laksana kerja,
keuangan, barang milik Negara dan pelaksanaan koordinasi dengan instansi
terkait.
f. Melakukan monitoring dan evaluasi serta penilaian terhadap pencapaian kinerja
pemeliharaan jalan.

2.3. Kepala SNVT


Kepala SNVT atau Kasatker merangkap Manajer Ruas Jalan dan Manajer Aset,
mempunyai tugas :
a. Menjaga kondisi ruas jalan diwilayahnya agar tetap baik dan melakukan
penatausahaan barang milik negara di lingkungan Direktorat Jenderal Bina
Marga;
b. Memimpin seluruh pelaksanaan rencana kerja yang telah ditetapkan dan
dituangkan dalam DIPA;
c. Menetapkan dan menandatangani surat keputusan anggota panitia pengadaan
barang/jasa;
d. Menyetujui setiap surat perintah kerja/kontrak yang ditandatangani oleh pejabat
yang melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja
(Pejabat Pembuat Komitmen);
e. Menyetujui usulan surat permintaan pembayaran (SPP) yang diajukan oleh
Pejabat Pembuat Komitmen untuk diteruskan kepada pejabat yang melakukan
pengujian dan perintah pembayaran;
f. Menyusun dan membuat laporan seluruh kegiatan SNVT terkait kepada Balai
Pelaksanaan Jalan Nasional dan pihak-pihak terkait;
g. Pemantauan, pemutakhiran dan penyimpanan leger jalan.

2.4. Pejabat Pembuat Komitmen


Pejabat Pembuat Komitmen selaku Sub - Manajer Ruas bertugas membantu
manajer ruas dalam pelaksanaan preservasi jalan dan jembatan, sub - manajer ruas
mempunyai tugas:
a. Memantau kondisi jalan dan jembatan setiap hari pada ruas terkait;
b. Menyusun rencana/program penanganan jalan dan jembatan untuk mencapai
sasaran kinerja jalan;

9
c. Mengusulkan penanganan preservasi disertai dengan rencana kerja dan rencana
anggaran biaya;
d. Mengusulkan penajaman kegiatan pada DIPA di wilayahnya agar sesuai dengan
sasaran manajemen preservasi;
e. Melakukan koordinasi pelaksanaan preservasi dan melaksanakan rencana kerja
sebagaimana yang ditetapkan dalam DIPA sesuai kegiatan masing-masing
berdasarkan persetujuan Kepala SNVT;
f. Mengkoodinasikan dengan pihak terkait sehubungan dengan adanya gangguan
fungsi jalan;
g. Menyiapkan, menandatangani dan melaksanakan perjanjian/kontrak dengan
pihak penyedia jasa serta mengendalikan pelaksanaannya;
h. Melakukan koordinasi pelaksanaan pekerjaan preservasi sesuai dengan yang
direncanakan dan membuat gambar pelaksanaan;
i. Menandatangani surat keputusan yang mengakibatkan pengeluaran biaya (honor,
lembur, vakasi dan perjalanan dinas);
j. Mengajukan tagihan/perintah pembayaran kepada bendahara pengeluaran untuk
pembayaran yang membebani uang persediaan;
k. Melakukan pengawasan dan evaluasi dalam penanganan jalan dan mengusulkan
program penanganan tahunan untuk ruas jalan yang ditangani;
l. Menyusun laporan seluruh kegiatan yang dilakukan secara berkala dan
menyampaikannya kepada manajer ruas/atasan langsung.

Sedangkan Pejabat Pembuat Komitmen sebagai Sub-Manager Aset bertugas


membantu manajer aset dalam pelaksanaan koordinasi penatausahaan BMN, dan
tugas sub manajer aset antara lain :
i). Pengkoordinasian penatausahaan BMN pada setiap KPB, terutama dalam transfer
BMN pada awal dan akhir pekerjaan serta pemindahtanganan;
ii). Penatausahaan BMN SNVT preservasi sebagai UPKPB SNVT preservasi;
iii). Pelaporan kepada manajer aset.

2.5. Penilik Jalan

10
Penilik Jalan selaku pengamat jalan dan/atau dapat juga ditugaskan sebagai
pengawas pekerjaan pemeliharaan rutin yang dilaksanakan dengan swakelola
mempunyai tugas utama :
a. Penilik jalan harus berpendidikan minimal memiliki ijazah Sekolah Kejuruan
Teknik Bangunan atau yang sederajat.
b. Melakukan pengamatan terhadap pemanfaatan dan kondisi bagian-bagian jalan
dan jembatan setiap hari;
c. Melakukan pengamatan terhadap kondisi jalan dan drainase serta melakukan
pengawasan terhadap semua kejadian yang mengganggu fungsi jalan dan
keamanan konstruksi jalan;
d. Menyampaikan laporan hasil pengamatan dan pengawasan secara tertulis
kepada manajer ruas, sub-manajer ruas dan pihak terkait, paling sedikit satu kali
setiap bulan;
e. Menyampaikan usul tindakan terhadap hasil pengamatan kepada manajer ruas
dan sub-manajer ruas.
f. Melakukan pengawasan dan pelaporan hasil pengawasan pekerjaan yang
dilaksanakan oleh mandor lapangan baik secara fisik maupun administrasi, jika
ditugaskan sebagai pengawas pekerjaan pemeliharaan rutin dengan swakelola.
g. Penilik jalan harus diberi fasilitas bertempat tinggal diruas jalan yang diawasinya.
h. Penilik jalan sesuai dengan tugas dan fungsinya diberi fasilitas kendaraan
operasional, agar fungsi pengawasan dan pengamatan disepanjang ruas jalan
yang menjadi tanggungjawabnya terlaksana dengan baik.

2.6. Mandor
Mandor pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan jalan secara umum terdiri dari mandor
perkerasan dan bahu jalan, mandor drainase dan rumija serta mandor bangunan
pelengkap dan perambuan. Secara garis besar mandor mempunyai tugas:
a. Mandor harus memiliki pendidikan minimal berijazah Sekolah Menengah
Kejuruan atau yang sederajat.
b. Melaksanakan mengatur dan mengkoordinasikan serta melaksanakan
pengawasan para pekerja secara terus menerus dalam kegiatan pemeliharaan
rutin untuk mendapatkan hasil yang optimal;
c. Membuat daftar absensi pekerja setiap hari untuk disampaikan kepada
pembantu pengawas lapangan;

11
d. Menangani penanganan darurat untuk kerusakan jalan minor;
e. Mencatat penggunaan material dan peralatan yang digunakan dalam
kegiatan pemeliharaan rutin.
f. Memasang rambu peringatan secara patut dan layak pada lokasi kerusakan
jalan yang belum sempat ditangani.
g. Melaporkan hasil pekerjaan yang telah ditangani dalam kegiatan
pemeliharaan rutin.
h. Mandor jalan diberi fasilitas tempat tinggal diruas jalan diwilayah kerjanya.
i. Mandor jalan sesuai dengan tugas dan fungsinya diberi fasilitas kendaraan
operasional, agar fungsi kinerjanya disepanjang ruas jalan yang menjadi
tanggungjawabnya terlaksana dengan baik.

Salah satu komponen dalam struktur organisasi pemeliharaan rutin jalan dengan
swakelola dilapangan adalah adanya Penilik dan Mandor yang berfungsi tidak saja
sebagai pengawas dan pelaksana kegiatan dilapangan, tapi berfungsi juga sebagai
pengamatan terhadap perubahan dan gangguan kondisi jalan baik ditinjau dari
perubahan struktur fisik maupun sesuatu kejadian dilapangan yang akan menggangu
kenyamanan maupun kelancaran lalu lintas pengguna jalan.

Didalam organisasi pekerjaan pemeliharaan rutin jalan dan jembatan yang dilaksanakan
dengan swakelola, sub-manajer ruas selaku Pejabat Pembuat Komitmen dibantu oleh
Tim Perencana Kegiatan, Tim Pelaksana Kegiatan, Tim Pengawas Kegiatan, Tim Tata
Usaha dan Pemegang Panjar. Untuk tim pelaksana kegiatan dibantu oleh sekurang-
kurangnya terdiri unit pelaksanaan fisik dan unit peralatan dan bahan. Sedangkan
dalam pelaksanaan fisik pekerjaan dilaksanakan oleh mandor perkerasan dan bahu
jalan, mandor drainase dan rumija, mandor perlengkapan/perambuan dan bangunan
pelengkap jalan atau mandor lainnya disesuakan dengan kebutuhan lapangan yang
dilaksanakan oleh pekerja kegiatan. Adapun struktur organisasi manajemen preservasi
jalan nasional dan satuan kerja preservasi serta kegiatan pemeliharaan rutin
sebagaimana dalam table 1, 2 dan 3 dibawah.

Tim Perencanaan Kegiatan membantu Sub-Manajer Ruas dalam menyusun


perencanaan/program kerja termasuk gambar rencana dan spesifikasi serta menyusun

12
Kerangka Acuan Kerja (KAK) pemeliharaan rutin jalan dan jembatan dengan
melaksanakan survai kondisi jalan dan jembatan. Tim Pelaksana Jalan dan Jembatan
membantu Sub-Manajer Ruas dalam melaksanakan pekerjaan sesuai yang
direncanakan dan membuat laporan pelaksanaan pekerjaan termasuk data
inventarisasi dan kondisi jalan serta semua data yang berhubungan dengan kemajuan
pekerjaan, kualitas dan biaya. Tim Pengawasan bertanggung jawab dalam pengawasan
pelaksanaan kegiatan dan membuat laporan hasil pengawasan kegiatan. Sedangkan
Unit Tata Usaha bertanggung jawab dalam memeriksa secara rinci kebenaran
administrasi kegiatan sehari-hari termasuk bukti pengadaan bahan/material, absensi
tenaga kerja, upah borongan dan usulan pembayaran serta penyimpanan administrasi
umum.

13
14
15
16
BAB III
PERENCANAAN, PEMROGRAMAN DAN PEMBIAYAAN
PEMELIHARAAN JALAN

PENETAPAN RUAS JALAN UNTUK RENCANA PENANGANAN


PEMELIHARAAN JALAN

Rencana penanganan pemeliharaan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 ayat (4) Peraturan
Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan, dimulai dengan penetapan ruas/segmen ruas jalan
berdasarkan kondisi jalan dengan kriteria penanganan pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala,
rehabillitasi, atau rekonstruksi.

3.1.1. PEMELIHARAAN RUTIN

Pemeliharaan rutin dilakukan pada ruas jalan dan jembatan dengan kriteria :

1) Ruas jalan baru atau ruas jalan yang telah ditingkatkan kondisinya melalui program peningkatan
jalan dan berumur kurang dari 5 tahun sejak FHO;

2) Ruas jalan yang telah dilapis ulang (overlay) melalui kegiatan pemeliharaan berkala dan berumur
kurang dari 5 tahun sejak FHO.

3) Ruas jalan yang berada dalam kondisi baik dan sedang; dan

4) Jembatan baru dan jembatan lama dengan kondisi baik sekali ( Nilai Kondisi NK = 0) dan baik
( Nilai Kondisi NK = 1).

3.1.2. PEMELIHARAAN BERKALA


Pemeliharaan berkala ditetapkan pada ruas jalan dan jembatan dengan kriteria :

1) ruas jalan yang sesuai umur rencana pada interval waktu tertentu sudah waktunya untuk
dikembalikan ke kondisi pelayanan tertentu dengan cara dilapis ulang;

2) ruas jalan dengan tingkat kekesatan jalan (skid resistance) tidak memenuhi syarat, harus dilapis
ulang guna menjamin keamanan dan keselamatan pengguna jalan;

3) Ruas jalan dengan kondisi rusak ringan;

4) Jembatan yang telah berumur paling cepat 3 (tiga) tahun sejak dilakukan pembangunan,
penggantian atau pemeliharaan berkala.

5) Jembatan yang mempunyai kondisi rusak ( Nilai Kondisi NK = 2 ).

3.1.3. REHABILITASI

Rehabilitasi jalan dan jembatan ditetapkan pada ruas jalan dan jembatan dengan kriteria :

1) ruas jalan yang semula ditangani melalui program pemeliharaan rutin namun karena suatu sebab
mengalami kerusakan yang tidak diperhitungkan dalam desain, yang berakibat menurunnya
kondisi kemantapan pada bagian/tempat tertentu dari suatu ruas dengan kondisi rusak ringan,
agar penurunan kondisi kemantapan tersebut dapat dikembalikan pada kondisi kemantapan
sesuai dengan rencana;

17
2) jembatan yang sudah mempunyai umur pelayanan paling cepat 8 (delapan) tahun ;

3) jembatan yang sudah mempunyai umur pelayanan 3 (tga) tahun sampai dengan 5 (lima) tahun
yang memerlukan penanganan rehabilitasi dan perbaikan besar pada elemen strukturnya; atau

4) jembatan dengan kondisi rusak berat (nilai kondisi NK=3)

5) jembatan yang memerlukan perbaikan darurat atau penanganan sementara

6) jembatan dengan kemampuan memikul beban yang sudah tidak memenuhi standar sehingga
perlu dilakukan perkuatan atau penggantian

7) Jembatan dengan kondisi kritis (nila kondisi NK = 4) memerlukan rehabilitasi khusus/perbaikan


besar

3.1.4 REKONSTRUKSI DAN PENGGANTIAN

3.1.4.1 Rekonstruksi jalan dan penggantian jembatan ditetapkan pada ruas jalan dan jembatan
dengan kriteria :

1) Ruas jalan dalam kondisi rusak berat;

2) Ruas jalan yang memerlukan peningkatan kekuatan struktur;

3) Jembatan dengan kondisi kritis (Nilai Kondisi NK = 4);

4) Jembatan dalam kondisi runtuh (Nilai Kondisi NK = 5).

3.1.4.2 Jenis kegiatan Rekonstruksi dan Penggantian;

1) Penanganan ruas jalan dengan kondisi rusak berat berupa perbaikan seluruh struktur
perkerasan, drainase, bahu jalan, tebing dan talud

2) Penanganan ruas jalan yang memerlukan peningkatan kekuatan struktur berupa


pelapisan ulang perkerasan dan bahu jalan, dan

3) Penanganan jembatan dengan kondisi kritis dan runtuh berupa kegiatan penggantian
seluruh komponen bangunan atas jembatan atau kegiatan penggantian seluruh
komponen bangunan atas jembatan dan bangunan bawah jembatan

3.2. PERENCANAAN TEKNIS PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATAN

Perencanaan teknis pemeliharaan jalan meliputi kegiatan: survai lapangan, pemeriksaan jembatan,
perhitungan estimasi kuantitas, perhitungan harga satuan dan usulan biaya.

3.2.1. SURVAI KONDISI JALAN

Survai Kondisi Jalan diperlukan untuk mendapatkan data-data actual dan mutakhir mengenai kondisi
jalan guna menentukan jenis penanganan, serta jenis dan kuantitas pekerjaan yang akan
dilaksanakan.

18
Survai tersebut mencakup :

1. Survai perkerasan jalan.


2. Survai bahu jalan.
3. Survai drainase.
4. Survai trotoar.
5. Survai bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan.
6. Survai pekerjaan talud.
7. Survai struktur perkerasan.

3.2.2. PEMERIKSAAN JEMBATAN

Tujuan utama pemeriksaan jembatan adalah untuk mengetahui nilai kondisi jembatan guna
menentukan jenis penanganan pemeliharaan/rehabilitasi/ penggantian jembatan yang diperlukan.

Jenis pemeriksaan jembatan mencakup:

 Pemeriksaan rutin.
 Pemeriksaan detail.
 Pemeriksaan khusus.
 Pemeriksaan sekilas (sewaktu-waktu).

1. Pemeriksaan Rutin

Pemeriksaan rutin dilaksanakan untuk memastikan apakah telah terdapat perubahan secara tiba-
tiba atau tak terduga yang terjadi di antara dua pemeriksaan detail yang telah dilaporkan.

Pemeriksaan rutin dilakukan untuk:

 memastikan bahwa jembatan stabil dan aman;


 menentukan apakah pemeliharaan rutin yang efektif sedang dilakukan; dan/atau
 menentukan apakah dibutuhkan tindakan darurat.

Pemeriksaan rutin dilaksanakan se-kurang-kurangnya 1 kali dalam 1 tahun sesuai dengan situasi
dan kondisi atau keinginan masing-masing penyelenggara jalan.

1. Pemeriksaan Detail

Pemeriksaan secara mendetail dilaksanakan untuk menilai secara akurat kondisi suatu jembatan.
Semua komponen dan elemen jembatan diperiksa dan kerusakan-kerusakan yang berarti dikenali
dan didata.
Pemeriksaan detail dapat dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan rutin dalam tenggang waktu
1 (satu) sampai 1,5 (satu koma lima) tahun sesuai dengan kondisi jembatan dan faktor lainnya

Secara lebih khusus, pemeriksaan secara detail dilakukan untuk :


 mengenali dan mendata semua kerusakan pada elemen jembatan;
 menilai kondisi elemen dan/atau sekelompok elemen jembatan secara obyektif menentukan
suatu nilai kondisi (NK);
 melaporkan apakah tindakan darurat dibutuhkan termasuk alasannya;
 melaporkan apakah suatu laporan khusus dibutuhkan termasuk alasannya; dan
 melaporkan apakah pemeliharaan rutin yang baik sedang dilaksanakan.

Data dari pemeriksaan secara detail dimasukkan ke dalam database yang mampu memproses
data tersebut dan menghasilkan saran jenis penanganan pemeliharaan setiap jembatan secara
keseluruhan untuk pengembalian kondisi ke kondisi tertentu dalam tingkat layak layan.

19
2. Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan khusus dilaksanaklan apabila pemeriksa mengalami kekurangan informasi,


pelatihan, atau pengalaman untuk menilai kondisi jembatan secara tepat.

Pemeriksaan khusus dilakukan untuk:


 menganalisa material atau memantau kinerja komponen tertentu yang dideteksi memiliki
kerusakan atau pergerakan dengan menggunakan peralatan khusus;
 menjangkau lokasi yang biasanya tidak dapat diperiksa oleh pemeriksa dengan metode
visual atau normal; dan
 melengkapi suatu pemeriksaan secara detail

Pemeriksaan khusus membutuhkan teknik khusus, tanpa melepaskan teknik visual dan
pengetahuan dalam bidang teknis

1. Pemeriksaan Sekilas
Pemeriksaan sekilas merupakan pemeriksaan visual singkat terhadap jembatan, yang
biasanya berhubungan dengan pemeriksaan jalan.

Pemeriksaan sekilas ini dapat dilakukan oleh personil pemeliharaan (penilik jalan) untuk:
 memeriksa apakah struktur jembatan masih aman untuk dilalui oleh lalu –lintas;
 memeriksa keselamatan struktur secara keseluruhan dan terpadu; dan
 memeriksa apakah timbul suatu kondisi yang tidak lazim/biasa yang membutuhkan
penyelidikan, pemeliharaan atau penanganan darurat lebih lanjut.

Dalam prosedur pemeriksaan jembatan, setiap komponen dan elemen jembatan diberi
nomor dan ditentukan dalam level hierarkinya.

Pemeriksaan sekilas dilaksanakan hanya memeriksa kondisi komponen dan elemen


utama yang terdapat pada daftar Tabel 3-1 di bawah ini.

Tabel 3.1: Elemen Untuk Pemeriksaan Sekilas


No. Level 3
(Bagian Jembatan) (Kumpulan Komponen Jembatan)
2.200 Daerah aliran sungai / Tanah timbunan 3.210 Daerah aliran sungai
3.220 Bangunan pengaman
3.230 Tanah timbunan
2.300 Bangunan bawah 3.310 Foundasi
3.320 Kepala Jembatan/pilar
2.400 Bangunan atas 3.410 Sistem Gelagar
3.420 Jembatan pelat
3.430 Pelengkung
3.440 Balok Pelengkung
3.450 Rangka
3.480 Gantung
3.500 Sistem lantai
3.600 Sambungan siar muai
3.610 Landasan/perletakan
3.620 Sandaran
3.700 Bangunan pelengkap
2.800 Gorong-gorong 3.801 Gorong-gorong persegi
3.802 Gorong-gorong pipa

20
3.2.3. PERHITUNGAN ESTIMASI KUANTITAS

1. Pemeliharaan Rutin

a. Sebelum dilakukan perhitungan estimasi kuantitas untuk pemeliharaan rutin maka dilakukan
terlebih dahulu:
 validasi terhadap kebenaran data lapangan hasil survai lapangan; dan
 analisis data lapangan untuk menghasilkan prediksi laju kerusakan jalan.

b. Berdasarkan hasil validasi dan analisis data lapangan tersebut dilakukan perhitungan
estimasi kuantitas setiap jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan selama 1 (satu) tahun
anggaran.
Selain itu, juga diperlukan data tahun sebelumnya dengan ketentuan sebagai berikut:
1)Pekerjaan tahun sebelumnya tersebut secara terus – menerus selama satu tahun.
2)Survai kerusakan dilakukan 4 kali dalam satu tahun.
3) Laju kerusakan jalan telah memperhitungkan pengaruh musim hujan bulan September,
Oktober, Nopember dan Desember.

2. Pemeliharaan Berkala
Perhitungan estimasi kuantitas untuk pemeliharaan berkala dilakukan dengan menggunakan tata
cara yang sama seperti untuk perencanaan peningkatan jalan dan pembangunan jalan untuk
jenis kegiatan: kegiatan pekerjaan utama, kegiatan pengembalian kondisi, dan kegiatan
pemeliharaan rutin.

3. Rehabilitasi
Perhitungan estimasi kuantitas untuk pekerjaan rehabilitasi mencakup perhitungan untuk kegiatan
perbaikan dan pengembalian/pemulihan kondisi struktur perkerasan, bahu jalan, drainase, talud,
bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan serta jembatan yang mengalami kerusakan.

3.2.4. PERHITUNGAN HARGA SATUAN

Perhitungan harga satuan setiap jenis pekerjaan dilakukan dengan mempertimbangkan ketersediaan:
1. Jenis serta kapasitas peralatan;
2. Bahan-bahan; dan
3. Tenaga kerja.

3.2.5. USULAN BIAYA

Usulan biaya untuk setiap ruas jalan dan/atau jembatan pada ruas tersebut yang akan ditangani
merupakan harga yang diperoleh dari hasil perkalian volume setiap item pekerjaan dengan harga
satuan pekerjaan.

Hasil hitungan usulan biaya selama satu tahun untuk seluruh ruas yang ada pada manajer area/
PPK/satuan kerja/SNVT akan diusulkan berdasarkan sumber dana sebagai berikut:
1. Untuk kegiatan yang sumber dananya berasal dari APBN, usulan dibuat dalam lembar kerja (LK)
dan selanjutnya akan diteruskan ke Ditjen Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum.
2. Untuk kegiatan kegiatan yang sumber dananya berasal dari APBD propinsi, usulan biaya
dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum Provinsi/Dinas Terkait.

3.3. PEMROGRAMAN DAN PEMBIAYAAN

21
Pemrograman dan Pembiayaan adalah kegiatan untuk menentukan jenis pekerjaan yang akan
dilaksanakan berdasarkan pagu biaya yang disetujui, pembuatan jadwal pelaksanaan, jadwal
pengadaan, serta monitoring dan evaluasi maupun revisi program jika diperlukan.

Hal-hal yang dapat mempengaruhi pemrograman dan perlu mendapat perhatian adalah:

1. Apabila usulan biaya yang diajukan tidak semuanya disetujui maka harus dilakukan revisi
program sesuai tingkat kepentingan (urgensi) dari masing-masing ruas/segmen jalan yang akan
ditangani.
2. Apabila usulan biaya disetujui semuanya maka dihitung kembali biaya penanganan berdasarkan
harga satuan yang berlaku dan pelaksanaannya dilanjutkan dengan pembuatan jadwal
pelaksanaan dan pengadaan.

3.3.1. PEMROGRAMAN

Kegiatan pemrograman dilakukan sebagai berikut :

1. Pengalokasian Dana

Biaya pelaksanaan berdasarkan usulan biaya yang diajukan baik untuk APBN maupun APBD
provinsi ditetapkan menjadi DIPA untuk masing-masing PPK/Satker/SNVT dengan prioritas
kepentingan sesuai usulan ( DUK).
Setelah alokasi biaya untuk masing-masing satuan kerja ditetapkan PPK/Satker membuat
program pelaksanaan pemeliharaan jalan untuk masing-masing ruas/segmen jalan, dan atau
untuk pelaksanaan pemeliharaan jembatan yang berada pada masing-masing ruas/segmen jalan
tersebut

2. Program Pelaksanaan

a. Untuk pelaksanaan pemeliharaan rutin pada setiap ruas jalan dan/atau jembatan-jembatan
pada ruas tersebut, PPK membuat program pelaksanaan selama 1 tahun anggaran yang
disebut dengan program tahunan, yang merupakan rincian alokasi dana untuk masing
masing ruas jalan yang menjadi tanggung jawab PPK/manajer area sesuai dengan
prioritasnya.
b. Program tahunan harus dibuat dengan mempertimbangkan hal hal sebagai berikut:
1)Jadwal pelaksanaan setiap jenis pekerjaan setiap bulan serta volume yang akan dikerjakan
sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam DIPA. Dalam pembuatan jadwal pelaksanaan
faktor cuaca perlu dipertimbangkan, sebagai contoh untuk perawatan drainase harus
dilakukan sebelum musim hujan tiba dan setelah musim hujan.
2) Prioritas jenis pekerjaan yang harus dilaksanakan, seperti pemeliharaan permukaan
perkerasan jalan lebih diutamakan.
3)Jadwal pengadaan bahan, seperti pengadaan aspal emulsi untuk pemburasan dan tambal
lubang (patching) pada musim kemarau dan pengadaan aspal keras untuk musim hujan.
4)Jadwal pengadaan tenaga kerja dari dalam dan dari luar
5)Jadwal penggunaan peralatan harus diatur sehingga tidak tumpang tindih untuk beberapa
ruas jalan.
6)Jadwal realisasi keuangan sesuai dengan dana yang telah ditetapkan.

c. Setelah program pelaksanaan selama 1 tahun tersebut dibuat, maka disusun program
pelaksanaan 3 bulanan yang disusun berdasarkan program tahunan yang dipegang oleh
PPK/UPTD untuk menjadi pedoman pelaksanaan di lapangan. Program tersebut juga
memuat jenis dan volume pekerjaan tiap bulannya berdasarkan survai tiga bulanan.

d. Berdasarkan laporan hasil penelitian kerusakan jalan yang perlu ditangani setiap bulannya,
dibuat program kerja bulanan yang lebih terperinci dengan mempertimbangkan sinkronisasi
penggunaan peralatan.

3. Revisi Program

22
Revisi program dimaksudkan untuk menyesuaikan program awal tahunan dengan kondisi aktual.
Revisi program diperlukan karena adanya perubahan pelaksanaan yang mempengaruhi
anggaran yang tersedia, seperti sebagai akibat perbedaan hasil survai yang dilakukan pada
sebelum musim hujan dengan apabila dilakukan setelah musim hujan. Pada waktu musim hujan
kerusakan perkerasan akan lebih cepat dibandingkan pada waktu musim kemarau, karena pada
musim hujan banyak terjadi genangan air di samping badan jalan bahkan sering terjadi
permukaan air genangan lebih tinggi dari permukaan jalan sehingga mempercepat terjadinya
kerusakan perkerasan jalan. Survai kerusakan jalan harus dilakukan setelah proses DIPA/DIPDA
selesai. Survai tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan data data mutakhir kerusakan jalan.
Hasil survai dibandingkan dengan program tahunan yang ada. Apabila terdapat perbedaan yang
mencolok maka perlu dilakukan revisi program.

4. Monitoring

Dalam pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan harus dilakukan monitoring realisasi fisik dengan
ketat terutama untuk pekerjaan pemeliharaan rutin yang dilaksanakan secara swakelola yang
harus dimonitor setiap hari kerja.

Hal hal yang perlu dimonitor adalah sebagai berikut:

a. Jadwal pengadaan, pemakaian dan sisa bahan.


b. Jadwal pengadaan tenaga kerja. Tenaga keja perlu diklasifikasikan dan dikualifikasikan untuk
keperluan penentuan keberhasilan pelaksanaan pekerjaan.
c. Jadwal penggunaan peralatan yang dimaksudkan untuk menghindari tumpang tindih
pemakaian peralatan yang digunakan untuk menangani beberapa ruas jalan.
d. Jadwal pelaksanaan pekerjaan yang diperlukan untuk mengetahui realisasi fisik pekerjaan di
lapangan;
e. Jadwal realisasi keuangan untuk pengendalian harga satuan pekerjaan sesuai dengan
batasan dana yang tersedia dalam DIPA.

5. Evaluasi

Hasil monitoring yang dilakukan terhadap pelaksanaan pekerjaan dievaluasi setiap minggu atau
pada saat saat tertentu. Atas keterlambatan prestasi fisik sebagai akibat keterlambatan
pengadaan bahan, kekurangan tenaga kerja dan peralatan atau akibat sebab lain, dilakukan
tindak turun tangan secepatnya untuk mengatasi masalah yang timbul. Jika ada beberapa jenis
pekerjaan yang tidak sesuai dengan program perlu diadakan revisi program kerja.

3.3.2. PEMBIAYAAN

1. Pembuatan usulan estimasi biaya dilakukan setelah estimasi kuantitas pekerjaan dan pembuatan
analisa harga satuan masing masing pekerjaan. Mekanisme penyusunan estimasi biaya tersebut
adalah dengan menghitung volume pekerjaan selama satu tahun anggaran untuk masing masing
jenis pekerjaan berdasarkan survai dan analisis laju kerusakan jalan. Volume pekerjaan dikalikan
dengan harga satuan pekerjaan mendapatkan estimasi biaya pemeliharaan. Estimasi biaya
pemeliharaan akan digunakan sebagai bahan untuk penetapan biaya pemeliharaan yang
kemudian dituangkan dalam konsep DIPA/DIPDA. Kemudian setelah DIPA/PO disetujui, perlu
dilakukan pengkajian ulang terhadap estimasi biaya untuk mengetahui kesesuaian dana dengan
program pelaksanaan.

2. Prosedur pengajuan dan penerbitan DIPA/DIPDA sesuai dengan ketentuan yang berlaku

3. Setelah Alokasi Dana Pemeliharan yang tercantum dalam DIPA/DIPDA diterima, maka dilakukan
kaji ulang terhadap RAB awal untuk penyesuaian terhadap adanya perubahan perubahan
selama pembahasan konsep DIPA/DIPDA di tingkat pusat. Jika dibandingkan antara RAB awal
yang tertuang dalam DIPA/DIPDA dan RAB untuk pelaksanaan, maka terdapat beberapa
kemungkinan perubahan sebagai berikut:

a. Berkurang

23
Bila alokasi dana yang diterima berkurang, maka PPK/manajer area harus mampu menyusun
prioritas pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan secara benar ditinjau dari skala prioritas ruas
jalan maupun jenis pekerjaan dari ruas jalan yang menjadi tanggung jawabnya.

b. Bertambah
Bila alokasi dana pemeliharaan bertambah biasanya karena ada usulan baru sehingga RAB
awal harus disesuaikan.

c. Berubah
Apabila alokasi dana berubah total maka harus dibuat RAB pekerjaan baru. Biasanya
perubahan tersebut disebabkan jarena perubahan cara penanganan misalnya dari swakelola
ke dikontrakkan atau sebaliknya.

d. Tetap
Apabila dana yang diterima sama dengan yang diusulkan maka hal ini dapat langsung
dilaksanakan.

24
BAB IV
PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMELIHARAAN

4.1. Pelaksanaan Pekerjaan Pemeliharaan Rutin

Sebelum pelaksanaan kegiatan dimulai, unit pelaksana kegiatan melakukan kaji


ulang survai kondisi lapangan dengan mempertimbangkan rencana anggaran biaya
yang telah disetujui sebagaimana yang ditetapkan dalam DIPA. Kaji ulang ini meliputi
jadwal pelaksanaan setiap mingguan dan bulanan, jadwal kebutuhan peralatan,
bahan dan tenaga kerja yang diperlukan. Revisi program diperlukan jika terjadi
perubahan rencana pelaksanaan yang mempengaruhi anggaran yang tersedia,
seperti sebagai akibat perbedaan hasil survai yang dilakukan pada sebelum musim
hujan dengan apabila dilakukan setelah musim hujan.

Kaji Ulang survey kondisi lapangan sangat perlu untuk dilakukan pada saat akan
dilaksanakan kegiatan pekerjaan pemeliharaan dilapangan, untuk mendapatkan
informasi kondisi terakhir baik jenis kerusakan maupun volume serta metode
pelaksanaan yang dikaitkan dengan ketersediaan dana yang ada dalam DIPA.
Dalam revisi program harus juga dilakukan revisi jadwal pelaksanaan kegiatan secara
bulanan dan mingguan, revisi jadwal kebutuhan material, peralatan dan tenaga kerja
serta rencana penyerapan keuangan sesuai dengan dana yang telah ditetapkan dan
dibuat diagram harmonika yang menunjukkan lokasi dan jenis pekerjaan termasuk
penanganan drainase dan bangunan pelengkap jalan.

Pada program pelaksanaan juga harus memperhatikan prioritas penanganan terutama


pada permukaan jalan dan drainase atau hal – hal lain yang dapat mengganggu fungsi
jalan dan drainase. Revisi program tahunan harus dibuat secara rinci dengan
kebutuhan tenaga, material dan peralatan dalam setiap bulanan dan setiap
mingguan yang terdiri dari :
a. Jadwal pelaksanaan pekerjaan dalam bentuk ”bar chart” per bagian
pelaksanaan, dengan mempertimbangkan prioritas jenis pekerjaan yang harus
dilaksanakan;
b. Jadwal pengadaan material/bahan;
c. Jadwal tenaga kerja yang diperlukan termasuk tenaga kerja dari luar unit
satuan kerja internal (jika ada);
d. Jadwal pengoperasian peralatan (agar diatur tidak tumpang tindih dengan
pelaksanaan ruas lainnya);
e. Rencana penyerapan keuangan sesuai dengan dana yang ditetapkan;

25
f. Diagram harmonika yang menunjukkan lokasi dan jenis pekerjaan termasuk
penanganan drainase dan bangunan pelengkap jalan serta segmen
penanganan setiap mandor.
g. Menghitung analisa harga satuan masing-masing jenis pekerjaan yang akan
dilaksanakan dengan mempergunakan peralatan pemeliharaan yang sesuai,
harga bahan, harga upah serta hal lain mempengaruhinya yang berlaku saat
itu.
h. Dari nilai volume dan harga satuan, diperoleh besarnya biaya yang dibutuhkan
untuk kegiatan pemeliharaan jalan yang dimaksud.

Hal-hal yang dapat mempengaruhi rencana kerja dan perlu mendapat perhatian
antara lain jika usulan biaya yang diajukan tidak semuanya disetujui maka harus
dilakukan revisi program sesuai tingkat kepentingan (urgensi) dari masing-masing
ruas/segmen jalan yang akan ditangani atau dilakukan prioritas penanganan atau
optimasi pekerjaan supaya ruas jalan berfungsi secara wajar. Dan jika usulan biaya
disetujui semuanya maka dihitung kembali biaya penanganan berdasarkan harga
satuan yang berlaku saat itu dan pelaksanaannya dilanjutkan dengan pembuatan
jadwal pelaksanaan dan pengadaan bahan, tenaga kerja dan peralatan.

Tim pelaksana kegiatan secara berkala harus membuat laporan kemajuan fisik
pekerjaan yang dievaluasi setiap minggu agar dapat diketahui apakah dana yang
dikeluarkan sesuai dengan target fisik yang dicapai. Sedangkan pencapaian target
non fisik dapat dimasukkan dalam catatan evaluasi termasuk pengadaan bahan dan
penggunaan tenaga ahli dari luar serta penggunaan suku cadang peralatan. Untuk
pengiriman bahan/material dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan jadwal
yang dibuat atau keseluruhan sesuai dengan kebutuhan lokasi pekerjaan dan
kapasitan penyimapanan bahan/material. Laporan realisasi fisik dan keuangan
dibuat sekurang-kurangnya sebulan sekali berdasarkan laporan mingguan yang
dilengkapi dengan foto pelaksanaan pekerjaan dan administrasi kegiatan yang
bersifat teknis dan non teknis yang harus disampaikan kepada Sub-manajer Ruas
dan Manajer Ruas.

Jika terjadi hal-hal yang mendesak yang dapat mengganggu keselamatan pengguna
jalan atau terhambatnya kepentingan publik/umum (seperti longsoran dan
sebagainya), sehingga diperlukan tindakan darurat untuk penanganan pekerjaan

26
yang tidak termasuk dalam rencana/program pemeliharaan rutin, maka Tim
Pelaksana Kegiatan harus segera melaporkan kepada Sub-Manajer Ruas, Manajer
Ruas dan Balai Pelaksanaan Jalan Nasional. Laporan kejadian dimaksud meliputi
lokasi dan jenis kejadian, foto dokumentasi, dampak yang ditimbulkan dan perkiraan
penanganannya hingga gannguan tersebut dapat diselesaikan dengan baik dan tidak
menghambat kepentingan publik/umum. Segala tindakan dalam penanganan
pekerjaan darurat harus mendapatkan persetujuan dari Manajer Ruas.

Inventarisasi atau opname mengenai kerusakan jalan dan jembatan perlu dilakukan
untuk mendeteksi jenis kerusakan jalan dan jembatan. Hasil opname ini akan
memudahkan dalam penyusunan rencana kebutuhan sumber daya ( tenaga, bahan,
dan alat) serta jadwal pengadaannya. Inventarisasi sebaiknya dilakukan setiap ruas
jalan atau setiap lokasi kegiatan yang direncanakan secara detail. Lokasi kerusakan
perkerasan dan bahu jalan dicatat per 100 meter atau per-station sesuai dengan
kondisi kerusakan (untuk jembatan, gorong-gorong atau bangunan pelengkap
lainnya) tergantung keperluan Jenis dan dimensi kerusakan, serta (bila
memungkinkan) rencana penangulangan dicatat sebaik-baiknya dengan
menggunakan format inventarisasi kerusakan seperti contoh dibawah ini.

Contoh Hasil Opname Kerusakan jalan (Format 01)

Lokasi Pekerjaan :

27
Nama Jalan : ...................................
Nomor Link : ...................................
Status Jalan : .....................................
Wilayah Pengamatan : .....................................
Jenis Konstruksi Jalan : .........................................
Pelaksanaan Pekerjaan : ........................................
No. Lokasi Jenis Volume Rencana Keterangan
(Km s/d. Km) Kerusakan Perkiraan Pelaksanaan
I Permukaan P=....... m
berlubang L=....... m
T=...... m

Bahu Jalan P=...... m


II Amblas L=...... m
T=...... m

III

IV Seterusnya

..........................,..........................2010
Mengetahui Oleh : Tim Pelaksana,
PPK Paket.........

(............................) (.....................................)
NIP.................... NIP.........................

Contoh Daftar Kebutuhan Tenaga, Bahan dan Alat (Format 02)

Lokasi Pekerjaan :
Nama Jalan : ...................................
Nomor Ruas : ...................................

28
Status Jalan : .....................................
Station : .............s/d....................
Jenis Konstruksi Jalan : .....................................
Rencana Pelaksanaan
Mulai tanggal :..................................................
Selesai tanggal :..................................................

Keterangan
No. Keperluan Kuantitas Satuan
Sumber Daya

I Tenaga Kerja
- Pengawas OH
- Operator OH
- Pemb.Opearator OH
- Mandor OH
- Tukang OH
- Pekerja OH

II Bahan
-Tanah Timbunan M3
-Solar Ltr
-Oli Ltr
-Minyak gemuk Ltr
-dsbnya

III Alat
- Dump Truck Unit
- Loader Unit
- Greader Unit
- dstnya

..........................,..........................2010

Mengetahui Oleh : Tim Pelaksana


PPK Paket.........

(............................) (.....................................)
NIP...................... NIP.........................

Contoh Laporan Pemakaian Alat (Format 03)

Lokasi Pekerjaan :
Nama Jalan : ...................................

29
Nomor Ruas : ...................................
Status Jalan : .....................................
Station : .............s/d....................
Jenis Konstruksi Jalan : .....................................
Jenis Pekerjaan : ...............................................

No. Tanggal Jenis Alat Lama Volume Hasil BBM dan Keterangan
Pemakaian Kerja Pelumas
1

..........................,..........................2010

Mengetahui Oleh : Tim Pelaksana,


PPK Paket.........

(............................) (.....................................)
NIP............ NIP.........................

Contoh Laporan Hasil Pekerjaan (Format 04)

Lokasi Pekerjaan :
Nama Jalan : ...................................

30
Nomor Ruas : ...................................
Status Jalan : .....................................
Station : .............s/d....................
Jenis Konstruksi Jalan : .....................................
Jenis Pekerjaan : ...............................................

No. Tanggal Jenis Pekerjaan Sta. – Sta. Volume yang Keterangan


Diselesaikan

1
2

..........................,..........................2010

Mengetahui Oleh : Tim Pelaksana,


PPK Paket.........

(...............................) (.....................................)
NIP......................... NIP...............................

4.2. Pengawasan Pekerjaan


Pengawasan pekerjaan dilakukan untuk mengetahui secara dini tentang pekerjaan
yang telah dilaksanakan sesuai dengan mutu yang ditetapkan dan progress pekerjaan

31
telah sesuai dengan biaya yang digunakan. Dalam pengawasan pekerjaan, dengan
melakukan monitoring aktual pekerjaan yang dihasilkan dan membandingkan rencana
kerja bulanan dan mingguan yang telah ditetapkan yang meliputi:
f. Jadwal pengadaan, pemakaian dan sisa bahan/material;
g. Jadwal pengadaan tenaga kerja. Tenaga keja perlu diklasifikasikan dan
dikualifikasikan untuk keperluan penentuan keberhasilan pelaksanaan pekerjaan;
h. Jadwal penggunaan peralatan termasuk penggunaan bahan bakar dan suku
cadang peralatan;
i. Jadwal pelaksanaan pekerjaan yang diperlukan dan realisasi fisik pekerjaan di
lapangan;
j. Jadwal realisasi keuangan untuk pengendalian harga satuan pekerjaan sesuai
dengan batasan dana yang tersedia dalam DIPA;
k. Mutu hasil pekerjaan telah sesuai dengan kinerja yang disyaratkan termasuk hasil
pengujian mutu bahan.

Dari hasil pengawasan pekerjaan, dilakukan evaluasi setiap minggu atau pada saat
saat tertentu, jika terjadi keterlambatan penanganan pekerjaan fisik sebagai akibat
keterlambatan pengadaan bahan, kekurangan tenaga kerja dan peralatan atau
akibat sebab lain, dilakukan tindak turun tangan secepatnya untuk mengatasi
masalah yang timbul. Jika ada beberapa jenis pekerjaan yang tidak sesuai dengan
program perlu diadakan revisi program kerja. Pengawasan juga dilakukan terhadap
kualitas pekerjaan yang dihasilkan, telah sesuai dengan spesifikasi teknik dan kinerja
pekerjaan yang ditetapkan. Seluruh hasil pekerjaan harus dapat dipertanggung
jawabkan sesuai realisasi biaya yang dikeluarkan dan mutu hasil pekerjaan
sebagaimana ditentukan didalam spesifikasi teknik serta program kerja sebagaimana
yang telah ditetapkan.

Jika terjadi perbedaan pelaksanaan pekerjaan dengan rencana/program kerja yang


telah ditentukan dan/atau terdapat perbedaan mutu hasil pekerjaan dengan yang
ditetapkan dalam spesifikasi pekerjaan maka Tim Pengawas Pekerjan harus
membuat laporan hasil pekerjaan disertai alasan-alasan yang menyebabkan
terjadinya perbedaan. Laporan hasil pekerjaan tersebut sebagai bahan pengendalian
kegiatan dan evaluasi yang harus disampaikan kepada Sub-Manajer Ruas, Manajer
Ruas dan Balai Pelaksanaan Jalan Nasional sebagai atasan langsung.

Pengawasan pekerjaan dapat dilaksanakan oleh Penilik Jalan atau seseorang yang
diangkat oleh Pejabat Pembuat Komitmen yang bukan sebagai Tim Pelaksana
Pekerjaan untuk melakukan pengawasan kegiatan pekerjaan konstruksi perkerasan

32
dan bahu jalan, sistem drainase, perlengkapan jalan dan bangunan pelengkap jalan
termasuk jembatan. Pengawasan harus dilakukan setiap hari dan dibuat laporan
hasil pengawasan sebagaimana dalam ketentuan yang berlaku. Pengawasan dimulai
dari pekerjaan persiapan hingga akhir pelaksanaan pekerjaan swakelola yang
meliputi pengawasan progress pekerjaan, administrasi pekerjaan, pengadaan dan
pemakaian bahan, penggunaan tenaga kerja dan tenaga ahli, penggunaan peralatan
dan suku cadang serta efektifitas penggunaan keuangan.

Laporan hasil pengawasan dapat dibuat dalam laporan mingguan, laporan bulanan
dan laporan khusus jika diperlukan seperti terjadinya pekerjaan darurat. Untuk
Laporan Khusus sekurang-kurangnya meliputi denah lokasi, jenis kejadian, dampak
kejadian, foto dokumentasi dan rekomendasi penanganannya. Sedangkan laporan
pengawasan sekurang-kurangnya meliputi :
a. Pengawasan Administrasi yang dilakukan terhadap dokumentasi pelaksanaan
kegiatan;
b. Pengawasan Teknis terhadap hasil pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
spesifikasi teknis dan realisasi pengadaan, penggunaan dan sisa bahan serta
pemakaian peralatan termasuk suku cadang dan penggunaan tenaga kerja/ahli;
c. Pengawasan Keuangan yang mencakup cara pembayaran serta efisiensi dan
efektifitas penggunaan keuangan.

Tim Pengawas harus menyampaikan laporan hasil pengawasan dan evaluasi


terhadap pelaksanaan pekerjaan serta memberikan masukan/rekomendasi untuk
memperbaiki atau meningkatkan pelaksanaan pekerjaan sekurang-kurangnya
seminggu sekali. Apabila hasil pengawasan ditemukan penyimpangan (tidak sesuai
prosedur yang berlaku), harus dibuat catatan-catatan yang diperlukan yang
disampaikan kepada Pejabat Pembuat Komitmen. Dari hasil laporan hasil
pengawasan, Pejabat Pembuat Komitmen segera mengambil tindakan yang
diperlukan dalam penyelesaiannya.

Evaluasi hasil pengawasan yang dibuat setiap minggu terhadap pelaksanaan


pekerjaan sekurang-kurangnya meliputi :
a. Pengadaan dan penggunaan bahan;
b. Pengadaan dan penggunaan tenaga kerja/tenaga ahli;
c. Pengadaan dan penggunaan peralatan/suku cadang;

33
d. Realisasi keuangan dan biaya yang diperlukan;
e. Pelaksanaan pekerjaan/fisik; dan/atau
f. Hasil kerja setiap jenis pekerjaan.
Adapun bagan alir pelaksanaan pemeliharaan rutin jalan dan jembatan sebagaimana
dalam tabel 6 dibawah dan contoh bentuk-bentuk laporan hasil pengawasan
sebagaimana dalam lampiran dibawah ini.

4.3. Penyerahan Hasil Pekerjaan


Setelah pekerjaan dengan swakelola selesai 100% dan sasaran akhir kegiatan telah
dicapai Ketua Tim Pelaksana menyerahkan pekerjaan kepada Pejabat Pembuat
Komitmen. Kemudian Pejabat Pembuat Komitmen menyerahkan hasil pekerjaan dan
membuat laporan pekerjaan selesai kepada Kuasa Pengguna Anggaran melalui
Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan. Laporan pekerjaan selesai harus
dilengkapi progress kegiatan yang dicapai, penggunaan keuangan, penggunaan
bahan, penggunaan peralatan termasuk suku cadang, penggunaan tenaga kerja/ahli
dan foto-foto dokumentasi. Foto pelaksanaan diambil dari arah yang sama pada saat
sebelum dikerjakan, sedang dikerjakan dan sesudah selesai dikerjakan.

Didalam penyerahan pekerjaan juga dilengkapi laporan hasil pengawasan dan


evaluasi pelaksanaan pekerjaan. Dari hasil evaluasi tersebut dapat digunakan
sebagai masukan dan rekomendasi untuk memperbaiki dan meningkatkan
pelaksanaan kegiatan swakelola selanjutnya, agar pelaksanaan kegiatan lebih efektif
dan efisien dengan sasaran kinerja yang tepat. Setelah dilakukan penyerahan
pekerjaan, dilanjutkan proses penyerahan asset kepada Manajer Ruas sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
5.1. Monitoring
Kegiatan monitoring secara berkala dilaksanakan sekurang-kurangnya tiga (3) bulan
sekali oleh Atasan Langsung Sub-Manajer Ruas atau Balai Pelaksanaan Jalan

34
Nasional. Tujuan monitoring untuk pengendalian kegiatan yang dilaksanakan oleh Sub-
Manajer Ruas selaku Pejabat Pembuat Komitmen dan untuk mengetahui kinerja ruas
jalan secara keseluruhan. Monitoring dalam pekerjaan swakelola meliputi :
a. Jadwal pelaksanaan pekerjaan dan realisasi setiap jenis pekerjaan;
b. Jadwal pengadaan, penggunaan bahan/material dan sisa bahan;
c. Jadwal pengunaan peralatan dan realisasinya;
d. Jadwal penggunaan tenaga kerja dan realisasinya;
e. Realisasi Keuangan dan penggunaannya;
f. Administrasi kegiatan swakelola;
g. Laporan hasil pengawasan.

Untuk memberikan jaminan atas pencapaian kinerja jalan secara keseluruhan, perlu
dilakukan monitoring terhadap pencapaian kinerja jalan termasuk mutu hasil pekerjaan
yang meliputi Kondisi perkerasan jalan, Bahu Jalan, Drainase Jalan, Bangunan
Pelengkap Jalan dan Perlengkapan Keselamatan Jalan. Monitoring dilakukan secara
obyektif untuk setiap kondisi atau kriteria komponen jalan dan berdasarkan data hasil
laporan pekerjaan termasuk mutu hasil pekerjaan. Hasil monitoring dapat digunakan
sebagai evaluasi guna memberikan jaminan atas penanganan perbaikan yang
diperlukan dan dilaksanakan, sehingga jalan memenuhi ketentuan standar pelayanan
minimum atau kinerja jalan yang ditetapkan dalam spesifikasi teknik.

5.2. Evaluasi Kinerja Jalan


Secara umum evaluasi kinerja pemeliharaan jalan diukur berdasarkan tiga (3) kriteria
utama yang meliputi :
1. Kriteria Kinerja Manajemen terdiri dari :
a. Perencanaan sistem manajemen mutu;
b. Pelaksanaan manajemen kendali mutu;
c. Sistem Manajemen aset;
d. Penanganan desain;
e. Manajemen pelaporan.

2. Kriteria Kinerja Jalan terdiri dari :


a. Ketidak rataan permukaan jalan (roughness);
b. Kondisi struktural perkerasan dan bahu jalan;
c. Kondisi struktural drainase dan bangunan pelengkap jalan.

3. Kriteria Kinerja Operasional terdiri dari :

35
a. Perkerasan
o Lubang;
o Retak;
o Alur;
o Kerusakan tepi perkerasan;
o Legokan
b. Bahu jalan
o Lubang;
o Alur;
o Ketinggian;
o Terdapat tumbuhan liar
c. Drainase
o Kebersihan;
o Penyumbatan;
o Kebocoran;
o Pecah;
o Kemiringan
o Kerataan;
o Terdapat tumbuhan liar
b. Jembatan
o Kebersihan;
o Lantai kendaraan;
o Struktur bangunan atas;
o Struktur banguan bawah;
o Perletakan;
o Sambungan;
o Pagar jembatan;
o Plat Injak (Approach Slab);
o Perlengkapan lain.
c. Perlengkapan jalan
o Rel pengarah;
o Patok kilometer;
o Patok hektometer;
o Patok pengarah;
o Tembok penahan tanah;
o Marka jalan;
o Rambu dan tanda jalan.

i. Tanaman dan rumput


o Pengendalian tanaman dan rumput.
Kriteria kinerja operasional jalan dapat dinilai dari waktu waktu tanggap maksimum
penanganan perbaikan kerusakan atau pemeliharaan bangunan, kriteria kinerja
tersebut dihitung sejak ditemukannya kerusakan oleh unit pelaksana kegiatan atau oleh

36
penilik/pengamat jalan sebagaimana ditentukan dengan batasan waktu tanggap
penanganan sebagai berikut :

Waktu Tanggap Maksimum untuk Jalan


No. Uraian dengan LHRT (SMP/Hari)

>22.000 17.000 – <17.000


22.000

1 Perkerasan Jalan
A Tidak terjadi lubang ≥ 10 Cm 5 Hari 7 Hari 10 Hari
dengan jumlah lubang per 100
meter per lajur tidak lebih dari 3
(tiga) lubang.

B Terjadi Bleeding dengan ketinggian 5 Hari 7 Hari 10 Hari


≥ 3Cm dan luas ≥3 meter persegi.

C Terjadi keretakan permukaan


dengan lebar retakan ≥ 3mm dan 5 Hari 7 Hari 10 Hari
kedalaman ≥ 3 Cm serta panjang
retakan ≥3,00 meter.
D Terjadi penurunan setempat atau 5 Hari 7 Hari 10 Hari
ambles kedalaman ≥ 3 Cm dan
panjang penurunan ≥3,00 meter.
E Pembersihan perkerasan jalan 3 Hari 5 Hari 7 Hari
untuk semua aspek yang terkait
dengan keselamatan lalu lintas.

2 Bahu Jalan

A Tidak terjadi lubang ≥ 15 Cm 10 Hari 14 Hari 21 Hari


dengan jumlah lubang per 100
meter per lajur tidak lebih dari 5
(lima) lubang.

B Elevasi permukaan bahu jalan lebih 10 Hari 14 Hari 21 Hari


tinggi atau lebih rendah <3cm dari
permukaan perkerasan jalan
disampingnya.
C Bahu jalan mengalami penurunan ≥ 10 Hari 14 Hari 21 Hari
3 Cm dan memanjang ≥ 3,00
meter.

D Material butiran bahu jalan tidak 10 Hari 14 Hari 21 Hari


lepas-lepas yang dapat
mengakibatkan perubahan bentuk.
D Terdapat tanaman liar, semak- 10 Hari 14 Hari 21 Hari
semak maupun rumput.

E Pembersihan bahu jalan terkait 10 Hari 14 Hari 21 Hari


untuk semua aspek fungsi bahu
jalan.

f Bahu jalan mengalami erosi 10 Hari 14 Hari 21 Hari


memanjang ≥1,00 meter dengan
lebar ≥ 10 Cm.

37
3 Drainase

a Saluran drainase tidak berfungsi 7 Hari 14 Hari 21 Hari


dengan baik (tidak lancar) atau
terjadi penyumbatan
b Terjadi endapan pada saluran 7 Hari 14 Hari 21 Hari
drainase yang menyebabkan
saluran tidak berfungsi dengan baik
atau dapat mengakibatkan luapan
air pada saluran menggenanggi
perkerasan jalan.
c Rumput atau tanaman liar pada sisi 7 Hari 14 Hari 21 Hari
saluran (tebing saluran) ≥ 10 Cm.
d Penampang saluran rusak atau 7 Hari 14 Hari 21 Hari
tidak berbentuk sebagaimana
mestinya.
e Terjadi longsoran tebing pada sisi 7 Hari 14 Hari 21 Hari
saluran drainase.
f Gorong-gorong atau Box Culvert 7 Hari 14 Hari 21 Hari
pecah dan/ atau berlubang.
g Dasar Gorong-gorong atau Box 7 Hari 14 Hari 21 Hari
Culvert tergerus oleh air.

4 Perlengkapan keselamatan jalan

a Cat rambu memudar, mengelupas, 10 Hari 14 Hari 21 Hari


berlumut dan berubah warna.
b Rambu jalan tidak terbaca oleh 10 Hari 14 Hari 21 Hari
pengguna jalan dengan baik.
c Tiang rambu bengkok dan atau 10 Hari 14 Hari 21 Hari
rambu jalan rusak dan terpasang
tidak sebagaimana mestinya.
d Terjadi goresan atau coretan pada 10 Hari 14 Hari 21 Hari
rambu jalan yang mengakibatkan
rambu tidak dapat terbaca
sebagaimana mestinya.
e Pagar pengaman jalan (Guard Rail) 10 Hari 14 Hari 21 Hari
tidak stabil atau bengkok.
f Kerb beton pada median atau 10 Hari 14 Hari 21 Hari
trotoar stabil, kokoh, tidak pecah
dan elevasi permukaan kerb beton
tidak kurang dari 20 cm dari
permukaan jalan disampingnya.
5 Bangunan Pelengkap Jalan

a Struktur tembok penahan dan 10 Hari 14 Hari 21 Hari


jembatan tidak stabil.

b Dinding tembok penahan retak- 10 Hari 14 Hari 21 Hari


retak.

c Bangunan pendekat jembatan 10 Hari 14 Hari 21 Hari


(Approach Slab) mengalami
penurunan ≥ 5 Cm.
d Pagar samping (railling) jembatan 10 Hari 14 Hari 21 Hari

38
terkelupas atau ada yang terlepas
e Tiang sandaran (Parapet) keropos 10 Hari 14 Hari 21 Hari
atau retak – retak.
f Ekspansion joint tidak berfungsi 10 Hari 14 Hari 21 Hari
semestinya dan mengalami
kerusakan.

Unit pelaksana kegiatan harus mencatat lokasi, kebutuhan material dan tenaga kerja
yang diperlukan dalam memelihara kinerja dan/atau memperbaiki pekerjaan dari
kerusakan – kerusakan sebagaimana ditentukan diatas dalam waktu tanggap
maksimum sesuai dengan volume lalu-lintas harian rata-rata (LHR) pada ruas jalan
yang menjadi tanggung jawabnya. Jika tanggap waktu maksimum sebagaimana
ditentukan diatas tidak dapat dipenuhi, maka unit pelaksana kegiatan harus membuat
laporan, mengenai penyebab tidak dipenuhinya waktu tanggap atau penyebab
kegagalan pemenuhan tingkat layanan yang ditetapkan. Laporan tersebut harus
meliputi alasan yang wajar penyebab kegagalan pemenuhan tingkat kinerja jalan,
akibat atau dampak kegagalan penanganan, upaya tindak lanjut penanganan yang
dapat diperkirakan dan semua laporan tersebut harus disampaikan ke Pejabat
Pembuat Komitmen dengan tembusan Kasatker SNVT sebagai bahan evaluasi dan
tindak lanjut penanganan.

BAB VI
JENIS KERUSAKAN DAN CARA PENANGANAN

39
Secara umum jenis kerusakan jalan yang terjadi pada perkerasan beraspal berupa
retak, berlubang, perubahan bentuk dan terlepasnya ikatan antara aspal dan aggregat
(crack, distortion, disintegration). Dibawah ini merupakan jenis kerusakan jalan dan
jembatan dan sistem penanganannya, namun pelaksana kegiatan dapat membuat
sistem penanganan yang berbeda dengan metode pelaksanaan yang direncanakan
yang disesuaikan dengan kondisi lapangan termasuk ketersediaan material yang ada
pada masing-masing lokasi pekerjaan, supaya dapat menghasilkan kinerja
sebagaimana yang ditentukan spesifikasi teknik. Adapun jenis kerusakan dan sistem
penanganan jalan dan jembatan sebagaimana diuraikan berikut ini :

6.1.Jalan Beraspal (Flexibel Pavement).

No Jenis Kerusakan Tingkat Sistem Penanganan


Kerusakan
1 Retak rambut Ringan R: -
Sedang S: Sealing
Berat B:Laburan aspal
2 Retak buaya Ringan R:Sealing
Sedang S:Partial – fulldepth patch
Berat B:Rekonstruksi
3 Retak tepi Ringan R:Sealing
Sedang S:Partial – fulldepth patch
Berat B:Partial – fulldepth patch
4 Retak sambungan tepi Ringan Perbaikan bahu jalan
Sedang
Berat

5 Retak sambungan lajur Ringan R: -


Sedang S: Partial patch
Berat B: Partial patch
6 Retak sambungan Ringan R:Sealing
pada pelebaran Sedang S:Partial – fulldepth patch
perkerasan Berat B:Rekonstruksi
7 Retak refleksi Ringan R: -
Sedang S: Partial - fulldepth patch
Berat B: Rekonstruksi
8 Retak susut Ringan R: -
Sedang S: Partial - fulldepth patch
Berat B: Rekonstruksi

9 Retak selip Ringan R: -


Sedang S: Partial - fulldepth patch
Berat B: Rekonstruksi

10 Perubahan bentuk Ringan R: -


akibat jejak roda Sedang S: Partial - scrapping
kendaraan Berat B: Partial – fulldepth scrapping
11 Bergelombang Ringan R: -
Sedang S: Partial - scrapping
Berat B: Rekonstruksi.
12 Penurunan Ringan R: -

40
Sedang S: Fulldepth patch
Berat B: Rekonstruksi

13 Perubahan bentuk Ringan R: -


akibat sorongan atau Sedang S :Scrapping. Partial- fulldepthpatch
desakan Berat B: Rekonstruksi.

14 Jembul Ringan R: -
Sedang S :Scrapping. Partial- full depth patch
Berat B: Rekonstruksi

15 Lubang Ringan R: Partial - patch (surface dan binder)


Sedang S: Partial - fulldepth patch
Berat B: > 50%. Rekonstruksi
16 Terlepasnya aggregat Ringan R: -
dari ikatan aspal pada Sedang S: Laburan aspal
lapisan permukaan Berat B: Surface dressing;
burda;burtu;sandsheet
17 Mengupas Ringan R: -
Sedang S: Partial - fulldepth patch
Berat B: overlay wearing course
18 Agregat yang Ringan R: -
halus/mengkilap Sedang S: Laburan aspal
Berat B: overlay/burtu/burda/sand sheet

19 Kelebihan aspal Ringan R:


Sedang S: Ditaburi pasir dan digilas
Berat B: Ditaburi pasir dan digilas
20 Penurunan akibat Ringan R: -
galian utilitas dan Sedang S: Tambalan dibongkar dan ditambal
penambalan lubang Berat baru
B: Tambalan dibongkar dan ditambal
baru.

6.2. Jalan Beton Semen (Rigid)

No Jenis Kerusakan Tingkat Sistem Penanganan


Kerusakan
1 Retak Rambut Ringan R: -
Sedang S: Crack sealing

2 Retak Lokal Ringan R: -


Sedang S: Crack sealing

3 Retak bersambungan Ringan R: -


Sedang S: Bongkar bagian yang rusak dan
Berat tambal
B: Bongkar satu segmen dan cor
pelat baru
4 Hilangnya material Ringan R: -
sambungan Sedang S: Isi dengan sealant bagian yang
Berat hilang
B: Bongkar sisa material sealant yang
lama dan isi sealant yang baru.
5 Hilangnya tekstur Ringan R:-
permukaan Sedang S: Dibuat tekstur baru (Regrooving)

41
Berat B: Pelapisan Ulang
6 Penurunan pada Ringan R: -
bersambungan Sedang S: -
Berat B: Perbaikan base dan penggantian
segmen pelat beton

6.3. Jalan Tak Beraspal

No Jenis Kerusakan Tingkat Sistem Penanganan


Kerusakan

1 Bergelombang Ringan R: -
Sedang S: Ratakan, tambah material dan padatkan
Berat B: Ratakan dengan grader, tambahkan material
dan padatkan dengan roller
2 Hilangnya Ringan R: -
kemiringan Sedang S: Bentuk kemiringan tanpa grader, tambahan
(camber) pada material dan padatkan
penampang Berat B: Bentuk kemiringan dengan grader
melintang tambahkan material padatkan dengan roller

3 Alur jejak roda Ringan R: -


kendaraan (rutting) Sedang S: Ratakan,tambahkan material dan padatkan
Berat B: Bentuk penampang melintang dengan
grader, tambahkan material, padatkan
dengan roller
4 Lubang (potholes) Ringan R: -
Sedang S: Tambal dengan material sejenis
Berat B: Timbun dengan material jenis semula ,
bentuk dan padatkan

5 Hilangnya material Ringan R: -


permukaan jalan Sedang S:Tambahkan material pada lokasi yang hilang
(loss of material) materialnya dan padatkan
Berat B:Timbun material baru, bentuk permukaan
dengan grader dan padatkan dengan roller

6.4. Jembatan

No Elemen Jenis Tingkat Sistem Penanganan


Jembatan Kerusakan Kerusakan
1 Struktur Beton Retak Ringan R: grouting bahan epoxy
(kriteria I)

Sedang S: grouting dengan bahan epoxy


(kriteria II)

42
Berat B: Grouting dengan, bahan epoxy
(kriteria II) dan perkuatan dengan FRP, steel
plate dsb.
Kiteria III
Dibongkar dan diganti
Gompal - Ditambal (patching)
Keropos - Kupas lalu di Grout
Berongga - Suntikan bahan dasar semen
khusus, apabila perlu dilakukan
perkuatan struktur dengan FRP
Gompal + Beton yang rusak dibongkar dan
Keropos + dicor baru
Berongga

2 Struktur Baja Penurunan Ringan R: baja tidak bergalvanis - Cat


mutu lapisan (kerusakan dasar chlorinated rubber
pelindung dengan nilai primer dan cat akhir dengan
karat kondisi =1-2) chlorinated rubber finish
Baja bergalvanis – cat dasar
aluminium epoxy mastic dan
cat akhir polyurethane alkyd
Sedang copolymer
(Kerusakan
dengan nilai S: baja tidak bergalvanis (3 lapis)
kondisi =3-4) – cat dasar chlorinated rubber
primer, lapisan ke 2 –
chlorinated rubber undercoat
dan lapisan akhir chllorinated
rubber finish
Baja bergalvanis – cat dasar
Berat aluminium epoxy mastic dan
(Kerusakan cat akhir polyurethane alkyd
dengan nilai copolymer
kondisi = 4-5)
B: Elemen struktur diganti
Perubahan Ringan R: Dipantau, Diperbaiki
bentuk (NK=0-1)

Sedang S: Diperbaiki, Ditunjang,


(NK=2-3 Diperkuat.

Berat
(NK=4-5) B: Diganti
Retak Ringan R: stop keretakan (bor bagian
ujung) dan Pengelasan
Sedang S : stop keretakan (bor bagian
ujung) dan Pemasangan pelat
penutup dengan pengelasan
Berat B: Penggantian
Akibat Ringan R: Dipantau, Diperbaiki
kesalahan Sedang S: Ditunjang, Diperkuat dengan
pemasangan pemasangan pelat dengan
pengelasan
Berat B: Penggantian
3 Kabel Aus < 5% strand Perbaiki
Jembatan yg rusak
Gantung
>5% strand
yg rusak Kabel harus diganti

43
4 Struktur kayu Penurunan Ringan R: Penggantian elemen yang
mutu kayu Sedang rusak
S: Penggantian elemen yang
Berat rusak dan perkuatan
B: Penggantian total
5 Elemen lain Tidak Ringan R: Bersihkan
dari jembatan berfungsi/rusa Sedang S: Perbaiki
k Berat B: ganti

6.5. Perlengkapan Jalan

No. Unsur Jalan Jenis kerusakan Sistem Penanganan

1 Kerb Rusak Diganti


Ambles Diangkat dan dipasang kembali
Hilang Diganti
2 Verge Erosi Timbun dengan material dan
Tanaman/alang-alang yang padatkan
tinggi Tanaman/alang-alang dipangkas

3 Bahu Jalan Erosi Dibentuk kembali (grading operation)


Bergelombang Dibentuk kembali (grading operation)
Berlubang Ditambal dan dibentuk kembali
Kehilangan kemiringan Dibentuk kembali (grading operation)
4 Trotoir Retak Diperbaiki
Turun Diperbaiki
Pecah Diperbaiki
5 Saluran Macet Dibersihkan/diperbaiki
samping Pengendapan lumpur Dibersihkan/diperbaiki
Air menggenang Dibersihkan/diperbaiki
Penggerusan Dasar Diperbaiki
6 Gorong-gorong Macet Dibersihkan/diperbaiki
(Culvert) Pengendapan lumpur Dibersihkan/diperbaiki
Patah akibat setlement Diperbaiki
7 Retaining Wall Pecah Diperbaiki
dan Slope Runtuh Diganti baru
protection

8 Guardrail Rusak ditabrak Diganti baru


Hilang Diganti baru

9 Rambu Rusak Diganti baru


lalulintas Kotor Dibersihkan
Hilang Diganti baru
10 Marka Jalan Tidak terlihat jelas Dicat kembali

Sistem penanganan tersebut merupakan gambaran secara umum , namun dalam


pelaksana kegiatan dilapangan harus membuat metode kerja sesuai dengan rencana
kerja dan jenis kerusakan jalan dan jembatan dilapangan serta disesuaikan dengan
jenis peralatan dan bahan yang akan digunakan, sehingga akan didapat hasil
pekerjaan sesuai kinerja yang diharapkan.

44
Sedangkan yang dimaksud kriteria kerusakan elemen bahan beton atau mutu beton
yang rendah dibagi dalam 3 kriteria sebagai berikut :
a). Kerusakan Kriteria I :
 Lebar retak berkisar antara 0,1 mm sampai 0,25 mm dan mencakup daerah
kurang dari 30% dari luas elemen yang bersangkutan.
 Tidak terjadi rembesan atau adanya bocoran air.

 Mutu beton lantai kurang dari 225 kg /cm2

 Mutu beton pada gelagar, kepala jembatan, pilar kurang dari 225 kg /cm2

 Nilai kondisi elemen yang bersangkutan adalah 2.

b). Kerusakan Kriteria II :


 Lebar retak kurang dari 2 mm dan mencakup daerah kurang lebih 50% dari
luas elemen yang bersangkutan
 Tidak terjadi rembesan atau adanya bocoran air

 Diperlukan suatu perkuatan yang disebabkan terjadinya beban yang


berlebihan yang tidak dapat diterima oleh lantai atau gelagar akibat mutu
beton yang tidak sesuai dengan persyaratan
 Mutu beton lantai kurang dari 225 kg /cm2.

 Mutu beton gelagar, kepala jembatan, pilar kurang dari 225 kg /cm2.

 Nilai kondlsi elemen yang bersangkutan adalah 3.

c). Kerusakan Kriteria III :


 Lebar retak lebih besar dari 2 mm dan mencakup daerah lebih dari 50% luas
elemen tersebut
 Terjadi rembesan atau adanya bocoran air

 Mutu beton lantai kurang dari 225 kg /cm2

 Mutu beton gelagar, kepala jembatan, pilar kurang dari 225 kg /cm2.

 NiIai kondisi elemen yang bersangkutan adalah 4 atau 5.

45

You might also like