You are on page 1of 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor Pariwisata sebagai kegiatan perekonomian telah menjadi andalan dan


prioritas pengembangan bagi sejumlah negara, terlebih bagi negara berkembang
seperti Indonesia yang memiliki potensi wilayah yang luas dengan adanya daya
tarik wisata yang besar, keindahan alam, aneka warisan sejarah budaya dan
kehidupan masyarakat. Untuk meningkatkan peran kepariwisataan, sangat terkait
antara barang berupa objek wisata sendiri yang dapat dijual dengan srana dan
prasarana yang mendukungnya yang terkait dalam industri pariwisata. Usaha
mengembangkan suatu daerah tujuan wisata harus memperhatikan berbagai faktor
yang berpengaruh terhadap suatu daerah tujuan wisata. Pembangunan bidang
pariwisata diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, karena sektor
pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan di bidang ekonomi. Kegiatan
pariwisata merupakan salah satu sektor non-migas yang diharapkan dapat
memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Negara. Usaha
mengembangkan dunia pariwisata ini didukung dengan UU No 10 Tahun 2009 yang
menyebutkan bahwa keberadaan obyek wisata pada suatu daerah akan sangat
menguntungkan, antara lain meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD),
meningkatnya taraf hidup masyarakat dan memperluas kesempatan kerja mengingat
semakin banyaknya pengangguran saat ini, meningkatkan rasa cinta lingkungan
serta melestarikan alam dan budaya setempat. Objek wisata Setiap daerah di
Indonesia memiliki keunikan baik dari segi keindahannya maupun adat istiadat
yang ada di daearah tersebut sehingga menarik minat wisatawan untuk
mengunjunginya. Negara Indonesia memiliki banyak objek daya tarik yang sangat
potensial dan tidak kalah indahnya dengan pulau Bali, salah satunya adalah kota
Garut, yang memiliki beragam tempat Pariwisata alam, dari pantai hingga
pegunungan.

Namun masih banyak wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang


belum mengetahuinya karena banyak masyarakat Indonesia yang kurang mengerti
tentang cara mengembangkan objek wisata, apa saja persyaratan dari objek wisata

1
yang harus dimiliki untuk bisa menarik banyak wisatawan. Oleh Karena itu perlu
adanya penjelasan kepada khalayak umum mengenai objek daya tarik wisata,
pengetahuan ini tidak hanya penting bagi pengusaha di bidang pariwisata namun
juga diperlukan untuk para generasi muda yang kelak akan mewarisi sebagai
pengelola pariwisata Indonesia di masa depan.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
a. Untuk mengetahui destinasi wisata di Kota Garut
b. Untuk memperkenalkan potensi-potensi wisata di Kota Garut, sehingga bisa
lebih dikenal orang secara luas.
c. Membandingkan kelebihan dan kekurangan kawasan wisata yang satu
dengan wisata lainnya yang ada di Kota Garut.

1.3. Metoda Penelitian


1. Studi Literatur
Studi literatur dalam pembahasan makalah ini adalah dengan pengumpulan
data-data, mulai dari buku, jurnal hingga internet yang dapat mendukung
kelengkapan makalah yang akan dibahas yaitu tentang pariwisata.

2. Studi Banding
Membandingkan dari 3 tempat berdasarkan data yang telah didapatkan.

1.4. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini Terdapat pemaparan mengenai latar belakang dari permasalahan


pariwisata yang diambil, dan juga manfaat, tujuan maupun metoda penelitian
yang dilakukan.

Bab ini terdiri dari pemaparan mengenai latar belakang yang memuat
hal-hal yang memicu pembuatan makalah berserta dengan manfaat dan
tujuan penulisan, perumusan masalah, ruang lingkup masalah, metode
pembahasan, dan urutan penulisan makalah.
BAB II KAJIAN TEORI

2
Bab ini berisi tentang teori-teori pariwisata berupa denifisi tentang destinasi
suatu kawasan dari yang umum hingga khusus, yang dijadikan studi kasus
dalam pembuatan makalah ini.

BAB III PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan dan memaparkan tentang pariwisata yang menjadi


objek pengamatan, yaitu Curug Orok, Situ Cangkuang, dan Gunung
Papandayan. Mulai dari sejarah, lokasi hingga potensi yang dimiliki dari suatu
kawasan tersebut.

BAB IV KESIMPULAN

Menguraikan analisis dari data yang diperoleh, sehingga dapat


memperoleh kesimpulan dari daya Tarik suatu objek wisata.

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. Teori Pariwisata


Pariwisata atau turisme adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi
atau liburan, dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini. Seorang wisatawan
atau turis adalah seseorang yang melakukan perjalanan paling tidak sejauh 80 km (50
mil) dari rumahnya dengan tujuan rekreasi, merupakan definisi oleh Organisasi
Pariwisata Dunia.Definisi yang lebih lengkap, turisme adalah industri jasa. Mereka
menangani jasa mulai dari transportasi, jasa keramahan, tempat tinggal, makanan,
minuman, dan jasa bersangkutan lainnya seperti bank, asuransi, keamanan, dll. Dan
juga menawarkan tempat istrihat, budaya, pelarian, petualangan, dan pengalaman baru
dan berbeda lainnya.
Banyak negara, bergantung banyak dari industri pariwisata ini sebagai sumber
pajak dan pendapatan untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh
karena itu pengembangan industri pariwisata ini adalah salah satu strategi yang dipakai
oleh Organisasi Non-Pemerintah untuk mempromosikan wilayah tertentu sebagai
daerah wisata untuk meningkatkan perdagangan melalui penjualan barang dan jasa
kepada orang nonlokal.
Menurut Undang Undang No. 10/2009 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud
dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah
dan Pemerintah Daerah.
Pariwisata adalah istilah yang diberikan apabila seseorang wisatawan
melakukan perjalanan itu sendiri, atau dengan kata lainaktivitas dan kejadian yang
terjadi ketika seseorang pengunjung melakukan perjalanan (Sutrisno, 1998, hal: 23).
Pariwisata secara singkat dapat dirumuskan sebagai kegiatan dalam masyarakat yang
berhubungan dengan wisatawan (Soekadijo, 2000, hal: 2). Pariwisata merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan
sosial dan ekonomi.
Diawali dari kegiatan yang semula hanya dinikmati oleh segelintir orang-orang
yang relatif kaya pada awal abad ke-20, kini telah menjadi bagian dari hak azasi

4
manusia. Hal ini terjadi tidak hanya di negara maju tetapi mulai dirasakan pula di negara
berkembang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dalam tahap
pembangunannya, berusaha membangun industri pariwisata sebagai salah satu cara
untuk mencapai neraca perdagangan luar negeri yang berimbang. Melalui industri ini
diharapkan pemasukan devisa dapat bertambah (Pendit, 2002). Sebagaimana diketahui
bahwa sektor pariwisata di Indonesia masih menduduki peranan yang sangat penting
dalam menunjang pembangunan nasional sekaligus merupakan salah satu faktor yang
sangat strategis untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan devisa negara.
Menurut Pendit (1994), ada beberapa jenis pariwisata yang sudah dikenal,
antara lain:
a. Wisata budaya, yaitu perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan
untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan cara
mengadakan kunjungan ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari
keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka, cara hidup mereka,
kebudayaan dan seni meraka.
b. Wisata kesehatan, yaitu perjalanan seseorang wisatawan dengan tujuan
untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari di mana ia
tinggal demi kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan
rohani.
c. Wisata olahraga, yaitu wisatawan-wisatawan yang melakukan
perjalanan dengan tujuan berolahraga atau memang sengaja bermakasud
mengambil bagian aktif dalam pesta olahraga di suatu tempat atau
Negara.
d. Wisata komersial, yaitu termasuk perjalanan untuk mengunjungi
pameran-pameran dan pecan raya yang bersifat komersial, seperti
pameran industri, pameran dagang dan sebagainya.
e. Wisata industri, yaitu perjalanan yang dilakukan oleh rombongan
pelajar atau mahhasiswa, atau orang-orang awam ke suatu kompleks
atau daerah perindustrian, dengan maksud dan tujuan untuk
mengadakan peninjauan atau penelitian.
f. Wisata Bahari, yaitu wisata yang banyak dikaitkan dengan danau, pantai
atau laut.
g. Wisata Cagar Alam, yaitu jenis wisata yang biasanya diselenggarakan
oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha

5
dengan mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar alam, taman
lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya yang kelestariannya
dilindungi oleh undang-undang.
h. Wisata bulan madu, yaitu suatu penyelenggaraan perjalanan bagi
pasangan-pasangan pengantin baru yang sedang berbulan madu dengan
fasilitasfasilitas khusus dan tersendiri demi kenikmatan perjalan.

Definisi wisatawan menurut Norval (Yoeti, 1995) adalah setiap orang yang
datang dari suatu Negara yang alasannya bukan untuk menetap atau bekerja di situ
secara teratur, dan yang di Negara dimana dia tinggal untuk sementara itu
membelanjakan uang yang didapatkannya di lain tempat.
Sedangkan menurut Soekadijo (2000), wisatawan adalah pengunjung di Negara
yang dikunjunginya setidaktidaknya tinggal 24 jam dan yang datang berdasarkan
motivasi:
1. Mengisi waktu senggang atau untuk bersenang-senang, berlibur, untuk alasan
kesehatan, studi, keluarga, dan sebagainya.
2. Melakukan perjalanan untuk keperluan bisnis.
3. Melakukan perjalanan untuk mengunjungi pertemuan-pertemuan atau sebagai
utusan (ilmiah, administrative, diplomatik, keagamaan, olahraga dan sebagainya).
4. Dalam rangka pelayaran pesiar, jika kalau dia tinggal kurang dari 24 jam.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia no 9 tentang kepariwisataan, Bab


I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 1 dan 2 dirumuskan:
a. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang
dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya
tarik wisata.
b. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.

Berdasarkan sifat perjalanan, lokasi di mana perjalanan dilakukan wisatawan


dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Karyono, 1997).
a. Foreign Tourist (Wisatawan asing) Orang asing yang melakukan perjalanan
wisata, yang datang memasuki suatu negara lain yang bukan merupakan Negara
di mana ia biasanya. Wisatawan asing disebut juga wisatawan mancanegara atau
disingkat wisman.

6
b. Domestic Foreign Tourist Orang asing yang berdiam atau bertempat tinggal di
suatunegara karena tugas, dan melakukan perjalanan wisata di wilayahnegara
di mana ia tinggal.Misalnya, staf kedutaan Belanda yangmendapat cuti tahunan,
tetapi ia tidak pulang ke Belanda, tetapimelakukan perjalanan wisata di
Indonesia (tempat ia bertugas).
c. Domestic Tourist (Wisatawan Nusantara) Seorang warga negara suatu negara
yang melakukan perjalanan wisata dalam batas wilayah negaranya sendiri tanpa
melewati perbatasan negaranya. Misalnya warga negara Indonesia yang
melakukan perjalanan ke Bali atau ke Danau Toba. Wisatawan ini disingkat
wisnus.
d. Indigenous Foreign Tourist Warga negara suatu negara tertentu, yang karena
tugasnya atau jabatannya berada di luar negeri, pulang ke negara asalnya dan
melakukan perjalanan wisata di wilayah negaranya sendiri. Misalnya, warga
negara Perancis yang bertugas sebagai konsultan di perusahaan asing di
Indonesia, ketika liburan dia kembali ke Perancis dan melakukan perjalanan
wisata disana. Jenis wisatawan ini merupakan kebalikan dari Domestic Foreign
Tourist.
e. Transit Tourist Wisatawan yang sedang melakukan perjalanan ke suatu Negara
tertentu yang terpaksa singgah pada suatu pelabuhan/airport/stasiun bukan atas
kemauannya sendiri.
f. Business Tourist Orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan bisnis bukan
wisata tetapi perjalanan wisata akan dilakukannya setelah tujuannya yang utama
selesai. Jadi perjalanan wisata merupakan tujuan sekunder, setelah tujuan
primer yaitu bisnis selesai dilakukan.

2.2. Definisi Perencanaan Pariwisata


Pada hakikatnya perencanaan merupakan penentuan suatu tujuan utama beserta
cara-cara untuk menentukan tujuan tersebut. Maka dalam Pariwisata sangat dibutuhkan
perencanaan untuk mengembangkan suatu obyek wisata. Karena dalam kepariwisataan
perencanaan tidak lepas dari segala aspek yang berhubungan dengan pariwisata, dengan
demikian perencanaan kepariwisataan mencakup seluruh jaringan yang berkaitan
dengan pariwisata yaitu diantarnya adalah:
1. Kalangan pemerintah, (Vertikal maupun horizontal).
2. Para pelaku usaha pariwisata.

7
3. Masyarakat umum.

Pentingnya perencanaan dalam sebuah wisata dikarenakan perencanaan


digunakan sebagai pedoman penyelenggara wisata, sebagai sarana untuk
memprediksikan kemungkinan timbulnya hal-hal di luar dugaan sekaligus alternatif
untuk memecahkanya, sebagai sarana untuk mengarahkan penyelenggaran wisata
sehingga dapat mencapai tujuannya, yaitu mewujudkan wisata secara efektif dan
efisien, dan sebagai alat ukur tingkat keberhasilan wisata sebagai upaya pengawasan
atau evaluasi dalam rangka memberikan umpan balik bagi penyelenggaraan wisata
selanjutnya.

Dalam perencanaan pembangunan pariwisata memerlukan berbagai proses


tahapan-tahapan yaitu diantaranya adalah:
1. Persiapan study, adalah awalan bagi badan perencana di bawah pemerintahan
daerah memutuskan atau melakukan study dan menyusun acuan kerja atau
organisasi.
2. Penentuan sasaran, merumuskan maksud pokok memrakarsai study, misalnya untuk
menunjang pengembangan pariwisata kota dalam rangka meraih manfaat ekonomi
(yang terukur) dan lingkungan kota serta manfaat bagi penduduk kota melalui
menciptakan lapangan kerja dan memperluas pelayanan bagi penduduk maupun
wisatawan.
3. Sigi semua elemen, menghimpun ragam sumberdaya pariwisata dan perkembangan
daerah maupun ekonomi kepariwisataan. Untuk itu perlu dikumpulkan data perihal
kebutuhan pariwisata kota (misalnya: karakteristik wisatawan, pola perjalanana,
dan kecenderungan- nya) dan ketersediaan sumber daya kepariwisataan (misalnya:
daya tarik, akomodasi, fasilitas, prasarana, struktur ekonomi pariwisata, dan
lingkungan) serta penilaian kemungkinan tentang penanaman modal bagi
perkembangan dimasa depan.
4. Analisis dan sintesis temuan temuan, mengacu pada proses analisis informasi yang
diperoleh dari hasil penyigian sebagai dasar perumusan rencana.
5. Rumusan kebijakan dan rencana, menyususun draft rencana pengembangan
berdasarkan pilihan kebijakan pariwisata.
6. Dasar pertimbangan usulan, adalah tahap perencanaan seluruhnya diajukan kepada
komisi perencanaan pemerintah daerah untuk dikaji dan memperoleh masukan.

8
Diskusi berlangsung antara penyusun rencana dan komisi perencanaan pemerintah
dapat juga dilakukan konsultasi kepada pihak-pihak lain yang mempunyai perhatin.
7. Pelaksanaan dan pemantauan rencana, tahap rencana diwujudkan dalam tindakan,
kegagalan baru disadari saat proses berjalan maka dari itu pelu diadakan
pemantauan.
8. Tinjauan berkala, mengacu pada proses pelaporan balik atas kemajuan rencana dan
tahap study persiapan sering perlu dilakukan lagi. Kegagalan rencana di tahap ini
sering diakibatkan oleh:
a. Kegagalan membangkitkan minat pengembang.
b. Ketidak mampuan membuat aturan yang diperlukan untuk proses
pengembangan lahan.
c. Kegagalan koordinasi sector public dan swasta.
d. Kelangkaan anggaran sector public untuk melaksanakan rencana
keseluruhan.
e. Ketersediaan sarana prasarana angkutan yang tidak memadai.
f. Ketidak mampuan memahami oposisi masayarakat atas pengembangan
pariwisata yang dapat menunda rencana.

Hirarki perencanaan pembangunan kepariwisataan meliputi berbagai tinkatan yaitu


diantaranya adalah:
 Tingkat nasional ( nasional planning), mencakup wilayah nasional dengan
mengacu pada rencana strategis RENSTRA yang meliputi : A. UU no. 10 Th 2009
B. RPJM C. RIPNAS
 Tingkat DTW, SUB DTW, dan Kawasan,mencakup wilayah kabupaten dan
propinsi dengan mengacu pada RPJMD, RENSTRADA yang meliputi:
A. RIPDA Tk 1
B. RIPDA
C. Rencana induk pengembangan kawasan.
 Obyek wisata, mencakup wilayah dimana obyek wisata tersebut berada dengan
mengacu pada RTR dan desain teknis yang meliputi rencana tapak dan desain
teknis.

9
2.3. Definisi Potensi Pariwisata
Dalam definisi penulis akan memberikan pengertian berdasarkan permasalahan
yang akan dibahas antara lain:
1. Potensi wisata adalah kemampuan dalam suatu wilayah yang mungkin dapat
dimanfaatkan untuk pembangunan, mencakup alam dan manusia serta hasil
karya manusia itu sendiri (Sujali, 1989)
2. Potensi internal obyek wisata adalah potensi wisata yang dimiliki obyek itu
sendiri yang meliputi komponen kondisi fisik obyek, kualitas obyek, dan
dukungan bagi pengembangan (Sujali, 1989)
3. Potensi eksternal obyek wisata adalah potensi wisata yang mendukung
pengembangan suatu obyek wisata yang terdiri dari aksesibilitas, fasilitas
penunjang, dan fasilitas pelengkap (Sujali, 1989).
4. Pengembangan adalah kegiatan untuk memajukan suatu tempat atau daerah
yang dianggap perlu ditata sedemikian rupa baik dengan cara memelihara yang
sudah berkembang atau menciptakan yang baru.
5. Obyek Wisata adalah suatu tempat dimana orang atau rombongan melakukan
perjalanan dengan maksud menyinggahi obyek karena sangat menarik bagi
mereka. Misalnya obyek wisata pantai, obyek wisata alam, obyek wisata sejarah
dan sebagainya. Faktor-faktor adalah segala aspek/unsur yang terkait dengan
permasalahan-permasalahan yang terdapat pada sektor kepariwisataan, dan
pada umumnya dibagi menjadi faktor pendukung seperti tersedianya obyek
wisata dan daya tarik wisata dan faktor penghambat seperti obyek wisata yang
belum dikelola dengan baik, rendahnya kesadaran masyarakat dalam
mengembangkan sektor pariwisata, sarana dan prasarana yang belum memadai,
keamanan yang kurang mendukung dan sebagainya
6. Sektor Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata yaitu
kegiatan perjalanan yang dilakukan untuk menikmati obyek dan daya tarik
wisata, termasuk pengusahaan obyek serta usaha-usaha yang terkait dibidang
pariwisata.
7. Strategi adalah rencana-rencana atau kebijakan yang dibuat dengan cermat
untuk memajukan atau mengembangkan sektor pariwisata sehingga dapat
diperoleh hasil yang maksimal.
8. Kontribusi sektor pariwisata adalah sumbangan yang diberikan oleh sektor
pariwisata terhadap pendapatan asli daerah (PAD).

10
2.4. Definisi Pengembangan Pariwisata
Pengembangan diartikan sebagai usaha untuk menuju ke arah yang lebih baik,
lebih luas atau meningkat (kamus Webster). Pengembangan pariwisata menurut Pearce
(1981:12) dapat diartikan sebagai “usaha untuk melengkapi atau meningkatkan fasilitas
dan pelayanan yang dibutuhkan masyarakat”.
Dalam pengembangan pariwisata, terdapat faktor yang dapat menentukan
keberhasilan pengembangan pariwisata (Yoeti : 1996) yaitu :
 Tersedianya objek dan daya tarik wisata.
 Adanya fasilitas accessibility yaitu sarana dan prasarana sehingga
memungkinkan wisatawan mengunjungi suatu daerah atau kawasan
wisata.
 Tersedianya fasilitas amenities yaitu sarana kepariwisataan yang dapat
memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Agar pengembangan pariwisata dapat berkelanjutan, maka perlu diperhatikan
kode etik pengembangan pariwisata seperti yang ditetapkan dalam konferensi
pariwisata tahun 1999 yang mengatur etika global pariwisata untuk menjamin sumber
daya alam yang menjadi sumber kehidupan kepariwisataan dan melindungi lingkungan
dari dampak buruk kegiatan bisnis pariwisata (kartawan : 2004; Waluyo : 2007).
Adapun kode etik dalam pengembangan pariwisata global ini, dapat dilihat seperti
penjelasan dibawah ini:
1. Kewajiban Pemerintah
a. Melakukan perlindungan terhadap wisatawan dan pemberian
kemudahan dalam penyediaan informasi.
b. Penduduk setempat harus diikutsertakan dalam kegiatan kepariwisataan
dan secara adil menikmati keuntungan ekonomi, sosial, dan budaya.
c. Kebijakan pariwisata harus diarahkan sedemikian rupa agar dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat.
d. Kebijakan dan kegiatan pariwisata harus diarahkan dalam rangkaian: (a)
penghormatan, perlindungan, pemeliharaan terhadap warisan kekayaan
seni, arkeologi, budaya, monumen, tempat suci, museum, tempat
bersejarah; (b) kelangsungan hidup dan berkembangnya hasilhasil
budaya, seni tradisional dan seni rakyat.

11
e. Menjaga kelestarian lingkungan alam, dalam perspektif pertumbuhan
ekonomi yang sehat berkelanjutan dan berkesinambungan
2. Kewajiban dan hak usaha pariwisata
a. Kewajiban:
1.1. Memberikan informasi yang objektif tentang tempat-tempat
tujuan dan kondisi perjalanan pada para wisatawan.
1.2. Memperhatikan keamanan, keselamatan dan mengusahakan
adanya sistem asuransi bagi para wisatawan.
1.3. Harus melakukan studi tentang dampak rencana
pembangunan terhadap lingkungan hidup dan alam sekitar
b. Hak:
1.1.Pajak-pajak dan beban-beban khusus yang memberatkan
bagi industri pariwisata serta merugikan dalam persaingan
harus dihapuskan atau diperbaiki secara bertahap.
1.2.Pengusaha dan penanam modal terutama dari kalangan
perusahaan kecil dan menengah berhak mendapat
kemudahan akses memasuki sektor wisata.
1.3.Kewajiban dan Hak Masyarakat
a. Kewajiban: Harus belajar untuk mengerti dan
menghormati para wisatawan yang mengunjungi
mereka.
b. Hak:
1. Penduduk setempat harus diikutsertakan dalam
kegiatan kepariwisataan, dan secara adil menikmati
keuntungan ekonomis, sosial dan budaya yang
mereka usahakan, dalam menciptakan lapangan
pekerjaan.
2. Wisata alam dan wisata eko sebagai bentuk kegiatan
pariwisata dapat memperkaya dan meningkatkan
penghasilan, apabila dikelola dengan menghormati
lingkungan alam dan melibatkan penduduk setempat.

2.5. Kebijakan Pariwisata

12
Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan Bab I
Pasal 1 ; dinyatakan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan
rekreasi, pengembangan pribadi atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
Berdasarkan penjelasan di atas, pada dasarnya wisata mengandung unsur yaitu
: (1) Kegiatan perjalanan; (2) Dilakukan secara sukarela; (3) Bersifat sementara; (4)
Perjalanan itu seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati obyek dan daya
tarik wisata.
Sedangkan pengertian daya tarik wisata menurut Undang-undang No. 10 Tahun 2009
yaitu segala suatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa
keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi
sasaran atau tujuan kunjungan wisata.
1. Kebijakan Pokok
a. Mewadahi, membangun dan mengembangkan manfaat potensi pariwisata
sebagai kegiatan ekonomiyang menciptakan lapangan kerja.
b. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan aparatur serta pemberdayaan
tugas dan fungsi organisasi Diparda sebagai fasilitatordan regulator
pengembangan pariwisata.
c. Meningkatkan kesempatan berusaha dan keterlibatan masyarakat dalam
mengembangkan kawasan wisata.
d. Melaksanakan kerjasama pariwisata antar daerah dan dunia usaha.
2. Kebijakan Spasial (keruangan) Pariwisata
a. Memberikan arahan yang jelas bagi pengembangan pariwisata di Kabupaten
Garut berdasarkan karakteristik keruangannya melalui penetapan zonasi
pengembangan.
b. Untuk kemudahan pembangunan serta pengelolaannya, perlu dilakukan
pengelompokkan obyek dan daya tarik wisata pada Satuan Kawasan Wisata
(SKW). Satuansatuan kawasan wisata tersebut merupakan kawasan yang
memiliki pusat-pusat kegiatan wisatawan dan mempunyai keterkaitan sirkuit
atau jalur wisata.
c. Melakukan urutan prioritas pengembangan satuan kawasan wisata dengan
memperhatikan dampaknya terhadap perkembangan obyek dan daya tarik
wisata.

13
3. Kebijakan Pengembangan Produk Wisata
a. Asas keberlanjutan (sustainibility), keserasian (harmonizes), keterjangkauan
(affordability) dan kerakyatan merupakan landasan pokok dalam
pengembangan produk wisata.
- Keberlanjutan mengandung arti: pengembangan produk wisata
bukan hanya ditujukkan bagi pengembangan saat ini saja, tetapi
juga untuk masa yang akan datang.
- Harmonisasi mengandung arti: pengembangan produk wisata yang
bernuansa lingkungan hidup, yaitu dengan selalu memperhatikan
kelestarian alam, adat istiadat dan budaya daerah.
- Keterjangkauan mengandung arti: pengembangan produk wisata
tidak hanya ditujukan bagi kalangan tertentu, tetapi produk wisata
yang dikembangkan tersebut harus dapat dinikmati oleh segenap
lapisan masyarakat.
- Kerakyatan mengandung arti: pengembangan produk wisata tidak
hanya menguntungkan beberapa golongan tertentu tetapi harus
dapat memberikan manfaat bagi masyarakat terutama masyarakat
sekitar obyek dean potensi wisata yang bersangkutan.
b. Pengembangan produk wisata diarahkan bagi penguatan identitas daerah yang
dapat memunculkan “warna” pariwisata kabupaten Garut yang khas serta
memiliki keunikan dan keunggulan daya saing oleh karenanya diperlukan
penggalian, penataan dan pengembangan diversifikasi produk wisata.
c. Perlunya penetapan produk wisata unggulan bagi Kabupaten Garut sebagai
faktor penarik utama bagi pengembangan pariwisata di Kabupaten garut.
d. Obyek-obyek dan daya tarik wisata budaya dan kesenian daerah serta event-
event pariwisata masih harus didukung oleh Pemerintah Daerah melaui
pengembangan dan pematapan pembinaan seni budaya dan penyelenggaraan
event seni budaya tertentu.
4. Kebijakan Pengembangan Obyek dan Daya Tarik Wisata
a. Pengembangan obyek dan daya tarik wisata menyangkut aspek perencanaa,
pemanfaatan dan pengendalian yang satu sama lainnya merupakan satu
kesatuan yang terintegrasi, oleh karenanya pembangunan obyek dan daya tarik
wisata harus didasarkan pada sistem perencanaan.

14
b. Pengembangan obyek dan daya tarik wisata dilakukan berdasarkan pendekatan
pembangunan Satuan Kawasan Wisata dengan nuansa nilai agama, budaya,
estetika dan moral yang dianut oleh masyarakat.
c. Pengembangan obyek dan daya tarik wisata dilakukan sesuai dengan
mekanisme pasar dan meliputi wisata alam, wisata budaya, wisata minat
khusus, wisata pantai dan wisata petualangan.
5. Kebijakan Pengembangan Sarana dan Prasarana Pariwisata
a. Penyiapan sistem perencanaan Tata Ruang Kawasan Wisata
b. Meningkatkan aksesibilitas ke kawasan wisata
c. Pemenuhan fasilitas standar (fasilitas kesehatan, keamanan, kebersihan,
komonikasi) di kawasan wisata sesuai dengan kebutuhan
d. Menarik investor untuk membangun akomodasi dan fasilitas penunjang lainnya.
6. Kebijakan Pemasaran dan Promosi Wisata
a. Penataan dan pengembangan sistem informasi pariwisata yang efektif secara
komprehensif dengan akses pasar dalam dan luar negeri.
b. Mengembangkan pola kerjasama promosi antar daerah dan dengan dunia usaha
pariwisata.
c. Mengikuti pelaksanaan event promosi di tingkat internasional, nasional,
regional maupun penyelenggaraan kegiatan promosi dengan melaksanakan
kegiatan-kegiatan festival kepariwisataan di daerah.

15
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Sejarah Kota Garut

(Gambar 2.1 Peta Kab. Garut)

Kabupaten Garut adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia.


Ibukotanya adalah Garut. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Sumedang di
utara, Kabupaten Tasikmalaya di timur, Samudera Hindia di selatan, serta Kabupaten
Cianjur dan Kabupaten Bandung di barat.

Sebagian besar wilayah kabupaten ini adalah pegunungan, kecuali di sebagian


pantai selatan berupa dataran rendah yang sempit. Di antara gunung-gunung di Garut
adalah: Gunung Papandayan (2.262 m) dan Gunung Guntur (2.249 m), keduanya
terletak di perbatasan dengan Kabupaten Bandung, serta Gunung Cikuray (2.821 m) di
selatan kota Garut.

Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Tenggara pada


koordinat 6º56'49 - 7 º45'00Lintang Selatan dan 107º25'8 - 108º7'30 Bujur Timur.
Kabupaten Garut memiliki luas wilayah administratif sebesar 306.519 Ha (3.065,19
km²) dengan batas-batas sebagai berikut :

 Utara: Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang


 Timur: Kabupaten Tasikmalaya
 Selatan: Samudera Hindia
 Barat: Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur

16
Sejarah Garut tak bisa dilepaskan dari Kabupaten Limbangan.Kabupaten
Limbangan adalah Kabupaten lama yang ibukotanya dipindahkan ke Garut kini karena
seringkali terjadi bencana alam berupa banjir yang melanda daerah ibukota. Selain itu,
kurang berkembangnya pusat pemerintahan karena jauh dari sungai yang menjadi
sarana transportasi dan irigasi areal pesawahan dan
perkebunan. Bupati Adiwijaya (1813-1831) membentuk panitia survei lokasi untuk
ibukota kabupaten yang baru. Pilihan akhirnya jatuh di tempat yang
dikelilingi gunung dan memiliki mata air yang mengalir ke Ci Manuk. Tempat tersebut
berjarak ± 17 km dari pusat kota lama. Saat menemukan mata air, seorang
panitia kakarut (bahasa sunda: tergores) belukar. Orang Belanda yang ikut survei tak
dapat menirukan kata tadi, dan menyebutnya gagarut.

Pada awalnya, nama kabupaten yang ibukotanya telah dipindahkan tidak akan
diubah, masih Kabupaten Limbangan. Namun, atas saran sesepuh hendaknya nama
kabupaten diganti dengan nama baru sehingga tidak menimbulkan bencana dan
malapetaka dikemudian hari seperti yang sering menimpa kabupaten Limbangan. Dari
kejadian kakarut tersebut, yang dilafalkan oleh orang belanda dengan gagarut,
muncullah nama kebupaten baru, Garut. Hari jadi Garut diperingati setiap tanggal 17
Maret. Kabupaten Garut terdiri atas 42 kecamatan, yang dibagi lagi atas 420 desa dan
19 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Tarogong Kidul.

3.2.Geomorfologi Kota Garut

Bentang alam Kabupaten Garut Bagian Utara terdiri dari atas dua aransemen
bentang alam, yaitu :

1. dataran dan cekungan antar gunung berbentuk tapal kuda membuka ke arah
utara,
2. rangkaian-rangkaian gunung api aktif yang mengelilingi dataran dan
cekungan antar gunung, seperti komplek G. Guntur - G. Haruman - G.
Kamojang di sebelah barat, G. Papandayan - G. Cikuray di sebelah selatan
tenggara, dan G. Cikuray - G. Talagabodas - G. Galunggung di sebelah
timur. Bentang alam di sebelah Selatan terdiri dari dataran dan hamparan
pesisir pantai dengan garis pantai sepanjang 80 Km.

17
Evolusi bentang alam Kabupaten Garut khususnya Garut Utara dapat dijelaskan
melalui 2 (dua) pendekatan hipotesis, yaitu:

1. Bemmelen (1949) berpendapat bahwa terbentuknya tataan bentang alam,


khususnya di sekitar Garut, dikontrol oleh aktivitas volkanik yang berlangsung
pada periode Kuarter (sekitar 2 juta tahun lalu sampai sekarang). Setelah terjadi
pergerakan tektonik yang memicu pembentukan pegunungan di akhir
Pleistosen, terjadilah deformasi regional yang digerakan oleh beberapa patahan,
seperti patahan Lembang, patahan Kancana, dan patahan Malabar-Tilu. Khusus
di sekitar dataran antar gunung Garut diperkirakan telah terjadi suatu penurunan
(depresi) akibat isostasi (proses menuju keseimbangan) dari batuan dasar dan
pembebanan batuan sedimen volkaniklasik diatasnya.
2. Menurut konsep Tektonik Lempeng (Hamilton, 1979), proses pembentukan
gunung api di Zona Bandung tidak terlepas dari proses pembentukan busur
magmatis Sunda yang dikontrol oleh aktivitas penunjaman (subduksi) Lempeng
Samudera Indonesia yang menyusup sekitar 6-10 cm/tahun di bawah Lempeng
Kontinen Asia. Bongkahan (slab) lempeng samudera setebal lebih dari 12 km
tersebut akan tenggelam ke mantel bagian luar yang bersuhu lebih dari 3000°,
sehingga mengalami pencairan kembali. Akibat komposisi lempeng kerak
samudera bersifat basa, sedangkan mantel bagian luar bersifat asam, maka pada
saat pencairan akan terjadi asimilasi magma yang memicu bergeraknya magma
ke permukaan membentuk busur magmatis berkomposisi andesitis-basaltis.
Setelah terbentuk busur magmatis, pergerakan tektonik internal (intra-
arctectonics) selanjutnya bertindak sebagai penyebab utama terjadinya proses
perlipatan, patahan, dan pembentukan cekungan antar gunung.

3.3.Topografi dan Geologi Kota Garut

Ibukota Kabupaten Garut berada pada ketinggian 717 m dpl dikelilingi oleh
Gunung Karacak (1.838 m), Gunung Cikuray (2.821 m), Gunung Papandayan(2.622
m), dan Gunung Guntur (2.249 m).

Karakteristik topografi Kabupaten Garut: sebelah Utara terdiri dari dataran


tinggi dan pegunungan, sedangkan bagian Selatan (Garut Selatan) sebagian besar

18
permukaannya memiliki tingkat kecuraman yang terjal dan di beberapa tempat labil.
Kabupaten Garut mempunyai ketinggian tempat yang bervariasi antara wilayah yang
paling rendah yang sejajar dengan permukaan laut hingga wilayah tertinggi d ipuncak
gunung. Wilayah yang berada pada ketinggian 500 -100 m dpl terdapat di
kecamatan Pakenjeng dan Pamulihan dan wilayah yang berada pada ketinggian 100 -
1500 m dpl terdapat dikecamatan Cikajang, Pakenjeng, Pamulihan, Cisurupan dan
Cisewu.

Wilayah yang terletak pada ketinggian 100-500 m dpl terdapat di kecamatan


Cibalong, Cisompet, Cisewu, Cikelet dan Bungbulang serta wilayah yang terletak di
daratan rendah pada ketinggian kurang dari 100 m dpl terdapat di kecamatan Cibalong
dan Pameungpeuk.

Rangkaian pegunungan vulkanik yang mengelilingi dataran antar gunung Garut


Utara umurnya memiliki lereng dengan kemiringin 30-45% disekitar puncak, 15-30%
di bagian tengah, dan 10-15% di bagian kaki lereng pegunungan. Lereng gunung
tersebut umumnya ditutupi vegetasi cukup lebat karena sebagian diantaranya
merupakan kawasan konservasi alam. Wilayah Kabupaten Garut mempunyai
kemiringan lereng yang bervariasi antara 0-40%, diantaranya sebesar 71,42% atau
218.924 Ha berada pada tingkat kemiringan antara 8-25%. Luas daerah landai dengan
tingkat kemiringan dibawah 3% mencapai 29.033 Ha atau 9,47%; wilayah dengan
tingkat kemiringan sampai dengan 8% mencakup areal seluas 79.214 Ha atau 25,84%;
luas areal dengan tingkat kemiringan sampai 15% mencapai 62.975 Ha atau 20,55%
wilayah dengan tingkat kemiringan sampai dengan 40% mencapai luas areal 7.550 Ha
atau sekitar 2.46%.

Berdasarkan arah alirannya, sungai-sungai di wilayah Kabupaten Garut dibagi


menjadi dua daerah aliran sungai (DAS) yaitu Daerah Aliran Utara yang bermuara di
Laut Jawa dan Daerah Aliran Selatan yang bermuara di Samudera Indonesia. Daerah
aliran selatan pada umumnya relatif pendek, sempit dan berlembah-lembah
dibandingkan dengan daerah aliran utara. Daerah aliran utara merupakan DAS sungai
Cimanuk Bagian Utara, sedangkan daerah aliran selatan merupakan DAS Cikaengan
dan Sungai Cilaki. Wilayah Kabupaten Garut terdapat 33 buah sungai dan 101 anak
sungai dengan panjang sungai seluruhnya 1.397,34 Km; dimana sepanjang 92 Km
diantaranya merupakan panjang aliran sungai Cimanuk dengan 58 buah anak sungai.

19
Berdasarkan interpretasi citra landsat Zona Bandung, nampak bahwa pola aliran
sungai yang berkembang di wilayah dataran antar gunung Garut Utara menunjukan
karakter mendaun, dengan arah aliran utama berupa sungai Cimanuk menuju ke utara.
Aliran Sungai Cimanuk dipasok oleh cabang-cabang anak sungai yang berasal dari
lereng pegunungan yang mengelilinginya. Secara individual, cabang-cabang anak
sungai tersebut merupakan sungai-sungai muda yang membentuk pola penyaliran sub-
paralel, yang bertindak sebagai subsistem dari DAS Cimanuk.

Berdasarkan peta geologi skala 1:100.000 lembar Arjawinangun, Bandung dan


Garut yang dikompilasi oleh Ratman & Gafor (1998) menjadi peta geologi skala
1:500.000, tataan dan urutan batuan penyusun di wilayah Kabupaten Garut bagian utara
didominasi oleh material vulkanik yang berasosiasi dengan letusan (erupsi) gunungapi,
diantaranya erupsi G. Cikuray, G. Papandayan dan G. Guntur. Erupsi tersebut
berlangsung beberapa kali secara sporadik selama periode Kuarter (2 juta tahun) lalu,
sehingga menghasilkan material volkanis berupa breksi, lava, lahar dan tufa yang
mengandung kwarsa dan tumpuk menumpuk pada dataran antar gunung di Garut.

Batuan tertua yang tersingkap di lembah Sungai Cimanuk diantaranya adalah


breksi volkanik bersifat basaltic yang kompak, menunjukan kemas terbuka dengan
komponen berukuran kerakal sampai bongkah. Secara umum, batuan penyusun dataran
antar gunung Garut didominasi oleh material volkaniklasik berupa alluvium berupa
pasir, kerakal, kerikil, dan Lumpur. Jenis tanah komplek podsolik merah kekuning-
kuningan, podsolik kuning dan regosol merupakan bagian yang paling luas terutama di
bagian Selatan, sedangkan di bagian Utara didominasi tanah andosol yang memberikan
peluang terhadap potensi usaha sayur-mayur.

3.4. Prioritas Pembangunan Kota Garut

Prioritas Pembangunan Daerah dengan kondisi, potensi, permasalahan dan


peluang yang ada serta memperhatikan strategi oleh program-program yang bertujuan
untuk mewujudkan amanat visi dan misi yang sudah ditentukan.

Guna mewujudkan aspek keberlanjutan serta sinergitas pelaksanaan


pembangunan daerah, maka dalam penyusunan prioritas pembangunan memperhatikan
pula tema pembangunan nasional tahun 2010 yaitu “Pemulihan Perekonomian Nasional
dan Peningkatan Kesejahteraan Rakyat”, yang dijabarkan kedalam 5 prioritas

20
pembangunan nasional meliputi pertama Pemeliharaan Kesejahteraan Rakyat. serta
Penataan Kelembagaan dan Pelaksanaan Sistem Perlindungan Sosial. Kedua,
Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia Indonesia; Ketiga, Pemantapan Reformasi
Birokrasi dan Hukum, serta Pemantapan Demokrasi dan Keamanan Nasional;
Keempat, Pemulihan Ekonomi yang Didukung oleh Pembangunan Pertanian,
infrastruktur dan Energi; Kelima, Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Kapasitas Penanganan Perubahan Iklim.

Peningkatan Kualitas Kesehatan, Kemandirian Pangan, Peningkatan Daya Beli


Masyarakat, Peningkatan Kinerja Aparatur, Penanganan Bencana dan Pengendalian
Lingkungan Hidup, Pengembangan Infrastruktur Wilayah, Pengembangan Energi dan
Pembangunan Perdesaan) serta Program Non Common Goal (Rintisan; Tupoksi SKPD
dan Fixed cost). Dalam upaya memberikan fokus yang lebih jelas terhadap pencapaian
Visi Pemerintah Kabupaten Garut, Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), dengan
berorientasi pada upaya mewujudkan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Garut Tahun
2009-2014. Berdasarkan hal itu, maka dirumuskan prioritas pembangunan untuk
menjawab permasalahan mendesak yang dihadapi dan mengantisipasi tantangan ke
depan, dengan memperhatikan pula kerangka ekonomi makro sebagai gambaran
perekonomian daerah pada tahun 2010, agar dapat mewujudkan pertumbuhan ekonomi,
serta dapat menanggulangi permasalahan mendasar daerah terutama kemiskinan dan
pengangguran, dengan tetap mempertahankan stabilitas ekonomi.

3.5. Wisata Alam Kota Garut

Dengan potensi yang ada, maka di sector pariwisata bisa meningkatkan


ekonomi kota garut, Tempat Wisata di Garut Jawa Barat ini adalah Salah satu kota yang
menawarkan wisata alamnya yang indah. Garut adalah kota yang terdapat di Jawa
Barat. Lokasinya yang tak jauh dari Bandung ini memiliki banyak sekali spot untuk
wisata. Tempat wisata Garut cukup bervariasi. Mulai dari pemandangan gunung yang
indah hingga suasana romantis pantai yang bisa Anda dapatkan disini.

Letaknya yang sangat strategis dan dekat dengan Bandung membuat Garut
menjadi salah satu kota yang paling banyak disinggahi oleh turis. Turis yang
berdatanganpun tak hanya dari Indonesia saja bahkan tak sedikit turis mancanegara

21
mendatangi tempat-tempat menarik di Garut. Tak sedikit tempat wisata Garut Jawa
Barat yang menawarkan kesejukan dengan pemandangannya yang indah serta
suasananya yang sejuk.

Adapun yang dibahas hanya 3 lokasi yang sudah terkenal, diantaranya:

1. Curug Orok

(Gambar 2.2 Curug Orok, Garut)

Curug Orok memiliki ketinggian sekitar 45 m dan berada di ketinggian 250


meter di atas permukaan laut dengan konfigurasi umum lahan berbukit karena letaknya
di kaki gunung Papandayan. Dengan tingkat kemiringan lahan yang sebagian landai
dan sebagian lainnya curam. Tingkat stabilitas dan daya serap tanah di kawasan ini baik
dengan tingkat abrasi yang rendah. Jenis material tanahnya yaitu berupa tanah liat yang
berbatu dan kerikil. Curug Orok memiliki air yang jernih, bau air normal dan
temperatur yang dingin. Terdapat pengaruh musim dimana pada saat musim kemarau
debit airnya lebih sedikit. Flora dominan di sekitar Curug Orok adalah pohon pinus,
pepaya dan tumbuhan liar lainnya. Sedangkan fauna yang terdapat di kawasan yaitu
monyet dan ular.

Curug ini terdiri dari dua buah curug yaitu curug besar yang mana aliran airnya
jatuh langsung dari atas tebing yang berasal dari aliran sungai di atasnya. Limpahan
curahan air ini membentuk kolam air dibawahnya. Kolam ini cukup besar dan tidak
terlalu dalam sehingga dapat digunakan untuk sekedar mandi ataupun
berendam. Sedangkan curug yang kecil terdiri dari beberapa kucuran air yang keluar
dari rembesan dinding tebingnya.

Tak jauh dari curug ini sekitar 500 m juga terdapat curug lain yang bernama
Curug Kembar. Curug ini masih satu aliran air dengan Curug Orok.

22
Menurut legenda setempat, sebelum bernama Curug Orok, curug ini bernama
Curug Sanghyang Prabu Gebur. Nama Curug Orok konon berasal dari cerita
masyarakat setempat tentang seorang wanita yang pernah membuang bayi hasil
hubungan gelap di curug tersebut pada tahun 1968.

A. Lokasi

Terletak di Desa Cikandang, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut,


Propinsi Jawa Barat.
Peta dan Koordinat GPS: 7° 23' 16.81" S 107° 44' 6.08" E

Jarak kawasan ini dari ibukota kecamatan Cikajang 5 Km, sedangkan dari
ibukota Kabupaten Garut 31 Km

B. Fasilitas

Didekat curug ini tersedia dua buah toilet yang sekaligus berfungsi sebagai
tempat bilas. Sayangnya kondisinya kurang baik bahkan mengenaskan. Untuk
memdapatkan toilet yang lebih baik tersedia di area dekat parkir.

Selain toilet yang lebih baik di area parkiran juga terdapat beberapa fasilitas
seperti kolam renang, gazebo, area perkemahan, area permainan anak, penginapan,
mushola, dan rumah makan.

Area perparkiran cukup luas menampung kendaraan baik roda dua maupun
empat. Kapasitas area ini sekitar 500 m2 dengan daya tampung 10 bus, 20 mobil
dan 50 motor.

C. Aksesibilitas

Berejarak sekitar 9 km dari ibukota Kecamatan Cikajang, sedangkan dari


ibukota Kabupaten Garut sekitar 31 Km. Dapat dicapai dengan kendaraan roda dua
atau empat dengan kondisi jalan aspal cukup baik. Waktu tempuh menuju lokasi
ini sekitar 1.5 jam perjalanan dari pusat kota Garut.

Bila menggunakan kendaraan pribadi dari kota Garut perjalanan di arahkan


ke kecamatan Cikajang. Sesampainya di kecamatan ini akan ditemui pertigaan
yang dikenal dengan nama pertigaan Papanggungan. Ambil belokan ke kanan ke

23
arah Curug Orok, selanjutnya ikuti jalan tersebut hingga tiba di jalan masuk ke
lokasi wisata yang ditandai dengan adanya plang di sebelah kiri jalan “Wana Wisata
dan Bumi Perkemahan Angling Darma: Curug Orok, Ci Kahuripan, Curug
Kembar”. Setibanya di gerbang pintu masuk tersebut, perjalanan diteruskan ke
pelataran parkir yang berjarak sekitar 500 m dengan konsisi jalan tanah yang sudah
dikeraskan. Sebelum tiba di area parkir akan ditemui pos jaga sekaligus loket tiket
masuk. Setiba di area parkir kendaraan perjalanan diteruskan dengan berjalan kaki
menuruni jalan setapak yang sudah dibuatkan undakan (sebagian sudah dibuatkan
dari semen) sejauh sekitar 200 m menuju lokasi curug berada, Jalan setapak ini
cukup curam dan licin bila hujan.

Sedangkan bagi yang menggunakan kendaraan umum, dari terminal Guntur


di pusat kota Garut naik angkot jurusan Garut - Cikajang. Turun di pertigaan
Papanggungan. Dari pertigaan ini ganti naik angkot biru kuning dengan jurusan
Curug Orok. Ongkos angkot Garut - Cikajang adalah Rp 5000 sedangkan
Papanggungan - Curug Orok adalah Rp. 3000. Setiba di depan gapura masuk
kawasan wisata Curug Orok perjalanan diteruskan dengan berjalan kaki hingga tiba
di lokasi.

D. Intervensi Pemerintah

Upaya pemerintah dalam mengelola curug orok ini terlihat pada fasilitas-
fasilitas yang tersedianya lahan parkir untuk pengunjung, hingga fasilitas-fasilitas
pendukung lainnya seperti toilet dan mushola.

2. Situ Cangkuang (Candi Cangkuang)

(Gambar 2.3 Situ Cangkuang, Garut)

Situ Cangkuang terletak sekitar 16 km ke arah utara Kota Garut. Situ ini
terdapat di Desa Cangkuang Kecamatan Leles, Kab.Garut. Untuk menuju ketempat

24
lokasi ini dari Kecamatan Leles para Turis biasanya menggunakan kendaraan delman
(andong) yang unik. Situ Cangkuang sebagian ditutupi oleh bunga teratai yang indah.
Ada sebuah pulau kecil ditengah‐tengah situ, dimana sebuah Candi Cangkuang
berada. Didalam candi itu terdapat patung Siwa Hindu. Nama Cangkuang sendiri
diambil dari pohon Cangkuang (Pandanus Furcatus) yang masih terdapat di sekitar
kawasan tersebut Cangkuang telah dibangun pada jaman kerajaan sunda pertama yaitu
Kerajaan Galuh. Didekat Situ ada makam peninggalan penganut agama Islam, yaitu
Arif Muhammad. Dia salah seorang Tentara Kerajaan Mataram dari Jawa Tengah yang
pergi menyerang Belanda di Batavia pada abad ke 17. Penyerangannya gagal, dia tidak
kembali, tetapi dia menetap di daerah Cangkuang untuk mengajar dan menyebarkan
agama Islam kepada masyarakat disekitanya, tepatnya di kampung Pulo dimana
keturunannya menetap sampai saat ini.

Di kampung Pulo terdapat kampung adat yang terdiri dari 6 buah rumah yang
berjejer dan berhadap‐hadapan, masing‐masing 3 buah disebelah kiri dan 3 buah
disebelah kanan ditambah dengan sebuah masjid. Kedua deretan tersebut tidak boleh
ditambah dan tidak boleh dikurangi, yang berdiam di sana hanya 6 keluarga. Untuk
menyebrang ke Situ Cangkuang kita dapat mengunakan angkutan tradisional yaitu rakit
yang terbuat dari bambu, tetapi ditumpanginya aman dan nyaman sambil melihat
pemandangan panorama yang indah, dengan latar belakang pegunungan. Tersedia
penginapan dan rumah makan dengan fasilitas sederhana. Tempat parkir luas, adanya
rumah terapung, museum kecil, mushola, MCK, dan arena bermain untuk anak‐
anak. Cagar budaya Situ Cangkuang merupakan salah satu daerah tujuan wisata
andalan di Kabupaten Garut. Kekuatan daya tarik wisata Situ Cangkuang yang
didalamnya ada peninggalan sejarah berupa situs yang tergolong langka dan merupakan
satu‐satunya bentuk peninggalan sejarah yang mempunyai nilai heritage (estetika,
sosial, sains, dan budaya) yang lengkap di Kabupaten Garut.

Daya Tarik wisata peninggalan sejarah cagar budaya Situ Cangkuang


mempunyai keunikan sendiri dengan adanya danau/situ yang mengelilingi lokasi situs
yang merupakan bagian dari nilai sejarah yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah
berdirinya situ tersebut. Berdasarkan konsep cultural heritage daya tarik yang
ditawarkan memiliki dua bentuk atraksi yang menjadi satu kesatuan dalam bentuk sites
(situs) dan landscape (situ) dan ini jarang dimiliki oleh tujuan wisata lain baik di
Kabupaten Garut maupun di Jawa Barat. Daya tarik wisata lain yang menunjang

25
kawasan Situ Cangkuang adalah cara pencapaian ke Situ dengan menggunakan rakit,
serta aktifitas wisata yang mampu berkembang seperti rekreasi, piknik, memancing,
meneliti / mempelajari budaya dan keunikan Situ serta masyarakat Kampung Pulo, serta
wisata ziarah. Secara keseluruhan kondisi lingkungan fisik di Situ Cangkuang dapat
dikatakan berkualitas baik.

Bentang alam yang dikelilingi oleh Situ Cangkuang memberikan nilai keunikan
tersendiri dibandingkan dengan tempat lain yang sejenis. Selain itu secara geografis
Situ Cangkuang memiliki luas kawasan yang cukup luas (340,775 Ha). Kondisi
tofografi yang memiliki konfigurasi lahan datar berbukit dengan kemiringan agak
landai memberikan kemudahan pencapaian ke Situ. Sedangkan kondisi geologis
dengan kestabilan dan daya serap tanah yang baik serta tingkat erosi yang rendah
menjadi Situ Cangkuang terlindung dari gangguan kerusakan alam. Kemudian kondisi
rendah visibilitas bebas tampak terhalang rambu iklan. Namun demikan terdapat
beberapa faktor lingkungan alam yang perlu mendapat perhatian lebih, khususnya pada
perencanaan tanah akibat sampah pengunjung, tingkat kebisingan yang cukup karena
lokasi yang dekat dengan pemukiman penduduk, dan pola ruang yang terkonsentrasi
sebagai tanah adat.

Kondisi tersebut tentunya dapat mengurangi tingkat kenyamanan maupun


wisatawan sehingga penetapan pelestarian lingkungan alam perlu ditingkatkan agar
terhindar dari permasalahan kerusakan ekosistem. Selain itu Situ Cangkuang
merupakan salah satu tujuan wisata andalan di Kabupaten Garut, namanya yang diambil
dari nama pohon Cangkuang (Pandanus Furcatus) yang masih terdapat di sekitar
kawasan tersebut dan terdapatnya Situ atau Danau Cangkuang yang menjadi bagian
kronologis sejarah islam yang tidak terlepas dari nilai heritage situ menjadikan Situ
Cangkuang sebagai daerah tujuan wisata yang sangat menarik.

1.1. Bangunan Candi

26
(Gambar 2.4 Candi Cangkuang, Garut)

Bangunan Candi Cangkuang yang sekarang dapat kita saksikan merupakan


hasil pemugaran yang diresmikan pada tahun 1978. Candi ini berdiri pada sebuah
lahan persegi empat yang berukuran 4,7 x 4,7 m dengan tinggi 30 cm. Kaki
bangunan yang menyokong pelipit padma, pelipit kumuda, dan pelipit
pasagi ukurannya 4,5 x 4,5 m dengan tinggi 1,37 m. Di sisi timur
terdapat penampil tempat tangga naik yang panjangnya 1,5 m dan lébar 1,26 m.

Tubuh bangunan candi bentuknya persegi empat 4,22 x 4,22 m dengan


tinggi 2,49 m. Di sisi utara terdapat pintu masuk yang berukuran 1,56 m (tinggi) x
0,6 m (lebar). Puncak candi ada dua tingkat: persegi empat berukuran 3,8 x 3,8 m
dengan tinggi 1,56 m dan 2,74 x 2,74 m yang tingginya 1,1 m. Di dalamnya terdapat
ruangan berukuran 2,18 x 2,24 m yang tingginya 2,55 m. Di dasarnya terdapat
cekungan berukuran 0,4 x 0,4 m yang dalamnya 7 m.

Di antara sisa-sisa bangunan candi, ditemukan juga arca (tahun 1800-an)


dengan posisi sedang bersila di atas padmasana ganda. Kaki kiri menyilang datar
yang alasnya menghadap ke sebelah dalam paha kanan. Kaki kanan menghadap ke
bawah beralaskan lapik. Di depan kaki kiri terdapat kepala sapi (nandi) yang
telinganya mengarah ke depan. Dengan adanya kepala nandi ini, para ahli
menganggap bahwa ini adalah arca Siwa. Kedua tangannya menengadah di atas
paha. Pada tubuhnya terdapat penghias perut, penghias dada dan penghias telinga.

Keadaan arca ini sudah rusak, wajahnya datar, bagian tangan hingga kedua
pergelangannya telah hilang. Lebar wajah 8 cm, lebar pundak 18 cm, lebar pinggang
9 cm, padmasana 38 cm (tingginya 14 cm), lapik 37 cm & 45 cm (tinggi 6 cm dan
19 cm), tinggi 41 cm.

A. Lokasi

Candi Cangkuang terletak di Kampung Pulo, Desa Cangkuang, Kecamatan


Leles, Kabupaten Garut. Desa Cangkuang dikelilingi oleh empat gunung besar di
Jawa Barat, yang antara lain Gunung Haruman, Gunung Kaledong, Gunung
Mandalawangi dan Gunung Guntur.

B. Fasilitas

27
Kondisi fasilitas di Situ Cangkuang dapat dikatakan cukup
memadai. Fasilitas wisata yang ada antara lain museum, kios makanan, dan
cinderamata, tempat parkir, pos tiket, gerbang pintu masuk, pelayanan informasi,
toilet, shelter, tempat sampah, dermaga rakit, dan lain‐lain. Meskipun demikian
terdapat beberapa fasilitas yang kwalitasnya masih kurang baik karena banyak
terdapat kerusakan dan kurang terdapat kerusakan dan kurang terawat khususnya
toilet, dermaga rakit, kios makanan/warung dan museum hal yang perlu
diperhatikan adalah fasilitas interprestasi merupakan salah satu fasilitas utama yang
dapat memberikan pengalaman lebih, yaitu : penambahan wawasan pengetahuan
yang mampu menimbulkan kesadaran akan pentingnya memahami dan
melestarikan benda‐benda peninggalan sejarah untuk generasi penerus serta
meningkatkan apresiasi & penghargaan atas hasil budi daya para leluhur . Oleh
karenannya kualitas informasi mengenai nilai sejarah, estetika fisik situ, budaya,
social maupun science baik melalui pemandu wisata maupun media tertulis perlu
disempurnakan dengan bantuan visualisasi media (brosur, animasi, mini teater,
dll) yang interaktif dan menarik. Ketersediaan infrastruktur seperti jaringan listrik,
sumber air bersih dan jaringan komuikasi telah ada. Hal tersebut disebabkan
karena lokasi Situ Cankuang yang menyatu dengan komunitas wilayah pemukiman
penduduk dan dekat dengan kota kecamatan menyebabkan infrasstrukturnya
lengkap termasuk penediaan sumber daya listrik, sumber air bersih, sistem
pembuangan limbah, dan sistem komunikasi yang sudah terbangun dan terdistribusi
dengan baik.

C. Aksesibilitas

Secara umum kondisi aksesibilitas ke Situ Cangkuang dapat dikatakan


memadai. Hal tersebut ditunjukan dengan kemudahan pengunjung/wisatawan
mencapai lokasi karena jalan akses yang sudah beraspal, dan tersedia transfortasi
umum dengan frekuensi sering ojek dan kereta kuda/ delman sertadapat
menggunakan kendaraan pribadi, moda transfortasi berupa kereta kuda/ delman
sebagai sarana akses mempunyai keunikan tersendiri selain mempermudah
pencapaian ke lokasi juga mempunyai nilai budaya tradisional yang dapat menjadi
daya tarik wisata penunjang. Permasalahan aksesibilitas hanya terdapat pada
kualitas jalan akses yang lebarnya masih kurang memadai serta terminal (tempat

28
pemangkalan) kereta kuda yang masih kurang tertata dengan baik dan menimbulkan
kemacetan

D. Intervensi Pemerintah

Sistem pengelolaan Situ Cangkuang termasuk yang terbaik dibandingkan


dengan sistem pengelolaan lain yang sejenis. Sistem pengelolaan Cangkuang
berada dibawah pengaturan pemerintah daerah (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Garut) dan Dinas Kepurbakalaan Serang dengan pembagian tanggung
jawab yang jelas. Kondisi pengeloalan Situ Cangkuang ditinjau dari segi
pemasaran dapat dikatakan cukup baik dimana jumlah pengunjung/wisatawan
cukup banyak dan cenderung meningkat. Hal tersebut dapat dilihat pada profil
geografis berasal dari berbagai daerah negara, mayoritas wisatawan nusantara
(Garut, Bandung, dan Jabodetabek) dan minoritas mancanegara (Inggris, Perancis,
Jerman). Rata ‐rata lama kunjungan lebih dari 6 hari dengan kegiatan pasif. Kondisi
tersebut juga ditunjang dengan program promosi yang dilakukan dengan
menggunakan variasi media komunikasi. Melihat kepada tingkat persaingan yang
rendah sebaiknya kepengeloaan dapat tetap dipertahankan dan ditingkatkan untuk
dapat bersaing dengan daerah lain. Sedangkan kondisi pengelolaan Situ Cangkuang
bila dilihat dari segi sumber daya manusia termasuk cukup dikarenakan tingkat
variasi profesi yang cukup beragam, karakter sumber daya manusia yang berusia
produktif dengan latar belakang pendidikan yang juga bervariasi.

3. Gunung Papandayan

(Gambar 2.5 Gunung Papandayan, Garut)

Kawasan hutan gunung Papandayan di tetapkan sebagai Cagar Alam berdasarkan


Gb. Tanggal 14-2-1924 Nomor : 36 Stbl. 43 , seluas 884 Ha. Kemudian pada tanggal 5-10-

29
1978 melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 610/Kpts/Um/10/1978, sebagian
wilayah seluas 221 Ha diubah menjadi Taman Wisata Alam. Berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Pertanian Nomor: 68/Kpts/Um/79 tanggal 22-1-1979 kawasan cagar alamnya
diperluas sehingga menjadi 6.000 Ha. Kemudian atas dasar Surat Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor: 226/Kpts-II/1990 tanggal 8-5-1990, Cagar Alam Papandayan
ditetapkan menjadi seluas 6.807 Ha dan Taman Wisata Alam seluas 225 Ha.

A. Lokasi

Gunung Papandayan adalah gunung api strato yang terletak di Kabupaten Garut,
Jawa Barat tepatnya di Kecamatan Cisurupan. Gunung dengan ketinggian 2665 meter
di atas permukaan laut itu terletak sekitar 70 km sebelah tenggara Kota Bandung.

Batas administrasi Gunung Papandayan yaitu:

 Sebelah Utara yaitu Kecamatan Pasirwangi dan Desa Kepakan


 Sebelah Selatan Kecamatan Bungbulang dan Timurnya Kecamatan
Cisurupan.
 Baratnya Kabupaten Bandung, Batas alam Gunung Papandayan yaitu
Utara, Barat, Selatan dan Timurnya adalah Kawasan Perum Perhutani
sebagai hutan produksi.
B. Fasilitas

Fasilitas wisata dapat dikatakan cukup memadai, dikarenakan tujuan wisata


Gunung Papandayan merupakan kawasan konservasi, sehingga pembangunan fasilitas
wisata pun terbatas. Namun demikian dalam suatu kawasan konservasi masih
diperbolehkan adanya fasilitas wisata pada zona tertentu dengan jenis kegiatan tertentu.
Di Gunung Papandayan peletakan fasilitas wisata sudah pada zona penyangga dengan
jenis seperti kios/warung makan, tempat parkir, shelter, pos penjaga, toilet dengan
kualitas yang cukup. Kondisi prasarana baik secara kualitas maupun kuantitas di
Gunung Papandayan masih dikatakan cukup memadai. Kondisi kurang memadai pada
aspek infrastruktur di tujuan wisata ini seperti kapasitas sumber daya listrik yang rendah
(kurang dari 900 KWH) untuk memfasilitasi kawasan yang luas dan pendistribusiannya
tidak ada. Kemudian jarak sumber air bersih yang relatif jauh dan belum ada takan baik
dengan menggunakan septic tank. Pemanfaatan yang optimal untuk penyaluran air

30
bersih ini. Adapun sistem pembuangan limbah baik padat dan cair dikatakan baik
dengan menggunakan septic tank.

Fasilitas lainnya yaitu terdapat parkir dengan luas 1 Ha dekat pintu masuk, yang
dapat memuat 100 bus, 200 mobil dan juga motor dengan jumlah yang banyak. Kondisi
parkiran baik, lapisan tanah beraspal, tanah, rumput dan jumalh vegetasi peneduh yang
cukup.

C. Aksesibilitas

Kawasan Gunung Papandayan Ibu Kota Kecamatan Cisurupan berjarak 9 km,


dari Ibu Kota Kabupaten Garut, berjarak 24 km, dari Ibu kota Propinsi berjarak 24 km,
dari Bandara Udara Husen Sastranegara berjarak 84 km, dari pelabuhan Laut Santolo
(Pameungepeuk) 80 km, dari terminal bus/angkot Guntur berjarak 24, dari Stasiun
kereta Api Cibatu berjarak 64 km dan dari akomodasi terdekat di Bayongbong berjarak
16 km yaitu Penginapan Kondang Sari.

Untuk mencapai gunung papandayan dapat ditemput dengan menggunakan


perjalanan darat. Terdapat dua akses untuk melalui Pangalengan, namun untuk akses
jalur yang kedua dibutuhkan kedaraan yang mumpuni untuk mengtasi treknya dan
dibutuhkan pemandu untuk menembus trek dari daerah Pangalengan menuju Gunung
Papandayan ini.

Bagi yang membawa kendaraan pribadi dari kota garut dapat langsung menuju
pertigaan Cisurupan, disini baray akan menemukan plang Selamat Datang di Gunung
Papandayan. Sedangkan untuk yang tidak membawa kendaraan pribadi bisa langsung
menuju terminal Guntur, Garut. Dari terminal Guntur baru naik angkot menuju
cisurupan.

D. Potensi

Beberapa lokasi yang menarik utuk dikunjungi oleh para wisatawan diantaranya
adalah:

a. Kawah Papandayan: Merupakan Komplek gunung berapi yang masih aktif seluas
10 Ha. Pada komplek kawah terdapat lubang-lubang magma yang besar maupun
kecil, dari lubang-lubang tersebut keluar asap / uap air hingga menimbulkan
berbagai macam suara yang unik.

31
b. Blok Pondok Saladah: merupakan areal padang rumput seluas 8 Ha, dengan
ketinggian 2.288 meter di atas permukaan laut. Di daerah ini mengalir sungai
Cisaladah yang airnya mengalis sepanjang tahun. Tempat ini sangat baik untuk
berkemah.
c. Blok sumber air panas: Letaknya di perbatasan Blok Cigenah, sumber air panas ini
mengandung belerang dan berhasiat dalam penyembuhan penyakit terutama gatal.

Secara keseluruhan kawasan ini memiliki panorama alam yang indah dengan
lingkungan yang relatif masih utuh dan alami yang ditunjang dengan kesejukan udara.
Kegiatan Wisata alam yang dapat dilakukan :

- Menikmati keindahan dan keunikan alam


- Lintas alam
- Berkemah
- Memotret
- Mandi air yang mengandung belerang, untuk pengobatan.

E. Intervensi Pemerintah
Gunung Papandayan memiliki destinasi wisata berdbeda daripada daerah lain,
maka pemerintah akan lebih mengembangkan wisata vulkanik di gunung
Papandayan ini.
Namun, upaya mendorong pembangunan wisata tersebut tidak pada
kawasan wisatanya, karena berbenturan dengan kewenangan wilayah. Dikarenakan
kewenangan sepenuhnya bukan pada Pemerintah Kabupaten Garut, tetapi Balai
Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).
Adapun upaya yang dilakukan yaitu upaya Pemkab Garut dalam mendorong
wisata tersebut selain memperbaiki jalan, juga mempromosikan wisata agar dapat
diketahui oleh masyarakat dan mau berwisata ke Garut. Sedangkan pembangunan
fasilitas di kawasan wisata dibangun oleh pihak swasta yang mau bekerja sama
dalam pengembangan wisata tersebut.

32
33
BAB IV

PENUTUP

4.1.Kesimpulan
Objek wisata yang ada di Indonesia merupakan kekayaan alam yang
patut untuk dibanggakan. Setiap daerah di Indonesia memiliki keunikan baik
dari segi keindahannya maupun adat istiadat yang ada di daerah tersebut
sehingga menarik minat wisatawan untuk mengunjunginya. Negara Indonesia
memiliki banyak objek daya tarik yang sangat potensial dan tidak kalah
indahnya dengan pulau Bali seperti di Kabupaten Garut, terdapat Gunung
Papandayan yang dikembangkan menjadi wisata vuknaik, Danau atau yang
dikenal Situ Cangkuang dengan Nilai sejarah dan juga adat budaya penduduk
kampung pulo, serta wisata air terjun atau lebih di kenal Curug Orok yang
menyegarkan dengan air yang sangat jernih.
Selain objek wisata itupun, garut masih memiliki beberapa Gunung yang
biasa digunakan untuk hiking, dan juga pantai-pantai yang indah yang akan
menarik wisatawan jika dikelola lebih baik.

4.2.Saran
Dengan potensi yang ada dikota garut ini dengan berbagai macam tempat wisata
mulai dari wisata kuliner, budaya, danau, pegunungun hingga pantai maka
peran pemerintah sangat diperlukan.
Perlu dilakukannya peningkatan pengelolaan hingga pengenalan objek wisata
di Kota Garut supaya lebih dikenal banyak orang.
Dengan mengembangkan di sektor wisata, maka bisa menaikan tingkat
kesejahtraan masyarakatnya pula.

34
DAFTAR PUSTAKA

https://www.garutkab.go.id/galleries/pdf_link/ekonomi/investasi/cangkuang.pdf

http://candi.perpusnas.go.id/temples/deskripsi-jawa_barat-candi_cangkuang

https://www.slideshare.net/indahyuliana13/potensi-wisata-gunung-papandayan

https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Papandayan

https://id.wikipedia.org/wiki/Curug_Orok

https://sites.google.com/site/wisataairterjun/jawa-barat/curug-orok---garut

35

You might also like