You are on page 1of 12

PROSES TERBENTUKNYA ALAM SEMESTA DALAM

PERSPEKTIF SAINS DAN ALQURAN

A. Teori Kabut
Teori kabut dikemukakan oleh dua orang ilmuan yaitu Imanuel Kant (1724-
1804) seorang ahli filsafat bangsa Jerman dan Piere Simon Laplace (1749-1827)
ahli astronomi bangsa Perancis. Kant mengemukakan teorinya tahun 1755,
sedangkan Laplace mengemukakan tahun 1796 dengan nama Nebular Hypothesis.
Pada akhir abad ke-19 teori kabut disanggah oleh beberapa ahli seperti
James Clark Maxwell yang memeberikan kesimpulan bahwa bila bahan pembentuk
planet terdistribusi disekitar matahari membentuk suatu cakram atau suatu piringan,
maka gaya yang disebabkan oleh perbedaan perputaran (kecepatan anguler) akan
mencegah terjadinya pembekuan planet. Pada abad ke-20 percobaan dilakukan
untuk membuktikan terbentuknya cincin-cincin Laplace, menunjukkan bahwa
medan magnet dan medan listrik matahari tekah merusak proses pembekuan batu-
batuan. Jadi tidak ada alasan yang kuat untuk menyatakan bahwa cincin gas dapat
membeku membantuk planet.

B. Teori Planetisimal
Teori planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlain
dan Forest R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa
tata surya kita terbentuk akibat adanya bintang lain yang hampir menabrak
matahari.
C. Teori Pasang Surut Bintang
Teori pasang surut bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jean dan
Herold Jaffries pada tahun 1917. Hipotesis pasang surut bintang sangat mirip
dengan hipotesis planetisimal. Namun perbedaannya terletak pada jumlah awalnya
matahari.

D. Teori Kondensasi
Teori kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang
bernama G.P. Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi
menjelaskan bahwa tata surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar
membentuk cakram raksasa.
E. Teori Bintang Kembar
Menurut teori bintang kembar, awalnya ada dua buah bintang yang
berdekatan (bintang kembar), salah satu bintang tersebut meledak dan berkeping-
keping. Akibat pengaruh grafitasi dari bintang kedua, maka kepingan-kepingan itu
bergerak mengelilingi bintang tersebut dan berubah menjadi planet-planet.
Sedangkan bintang yang tidak meledak adalah matahari.
F. Teori Ledakan Maha Dahsyat (Big Bang)
Pada awal abad ke-21 muncul teori ledakan maha dahsyat Big
Bang, membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 15 milyar tahun yang lalu.
Jagat raya tercipta dari suatu ketaidaan sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal.
Pada awalnya alam semesta ini berupa satu massa maha padat. Massa maha padat
ini dapat dianggap suatu atom maha padat dengan ukuran maha kecil yang
kemudian mengalami reaksi radioaktif dan akhirnya mneghasilkan ledakan maha
dahsyat.

PEMBENTUKAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF SAINS


Pemahaman manusia tentang alam semesta mempergunakan seluruh
pengetahuan di bumi, berbagai prinsip-prinsip, kepercayaan umum dalam sains
(seperti ketidakpastian Heisenberg tentang pengukuran simultan dimensi ruang dan
waktu), serta berbagai aturan untuk keperluan praktis. Melalui sebuah kerangka
besar gagasan yang menghubungkan berbagai fenomena (teori relativitas umum,
teori kinetik materi, teori relativitas khusus) coba dikemukakan satu penjelasan.
Berbagai hipotesa, gagasan awal atau tentatif dikemukakan untuk menjelaskan
fenomena. Tentu gagasan tersebut masih perlu diuji kebenarannya untuk dapat
dikatakan sebuah hukum.
Dunia fisika membahas konsep energi, hukum konservasi, konsep gerak
gelombang, dan konsep medan. Pembahasan Mekanika pun sangat luas, dari
Mekanika klasik ke Mekanika Kuantum Relativistik. Mekanika Kuantum
Relativistik mengakomodasi pemecahan persoalan mekanika semua benda,
Mekanika kuantum melayani persoalan mekanika untuk semua massa yang
kecepatannya kurang dari kecepatan cahaya. Mekanika Relativistik memecahkan
persoalan mekanika massa yang lebih besar dari 10-27 kg dan bagi semua kecepatan.
Mekanika Newton (disebut juga mekanika klasik) menjelaskan fenomena benda
yang relatif besar, dengan kecepatan relatif rendah, tapi juga bisa dipergunakan
sebagai pendekatan fenomena benda mikroskopik.
Mekanika statistik (kuantum klasik) adalah suatu teknik statistik untuk
interaksi benda dalam jumlah besar untuk menjelaskan fenomena yang besar, teori
kinetik dan termodinamik. Dalam penjelajahan akal manusia di dunia
elektromagnet dikenal persamaan Maxwell untuk mendeskripsikan kelakuan
medan elektromagnet, juga teori tentang hubungan cahaya dan elektromagnet.
Dalam pembahasan interaksi partikel, ada prinsip larangan Pauli, interaksi
gravitasi, dan interaksi elektromagnet. Medan menyebabkan gaya; medan-gravitasi
menyebabkan gaya gravitasi, medan-listrik menyebabkan gaya listrik dan
sebagainya. Demikianlah, metode sains mencoba dengan lebih cermat
menerangkan realitas alam semesta yang berisi banyak sekali benda langit (dan
lebih banyak lagi yang belum ditemukan).
Pengetahuan tentang luas alam semesta dibatasi oleh keberadaan objek
berdaya besar, seperti Quasar atau inti galaksi, sebagai penuntun tepi alam semesta
yang bisa diamati; selain itu juga dibatasi oleh kecepatan cahaya dan usia alam
semesta (15 miliar tahun). Itulah sebabnya ruang alam semesta yang pernah diamati
manusia berdimensi 15-20 miliar tahun cahaya. Namun, banyak benda langit yang
tak memancarkan cahaya dan tak bisa dideteksi keberadaannya, protoplanet
misalnya. Menurut taksiran, sekitar 90% objek di alam semesta belum atau tak akan
terdeteksi secara langsung. Keberadaannya objek gelap ini diyakini karena secara
dinamika mengganggu orbit objek-objek yang teramati, lewat gravitasi.
Berbicara tentang daya objek, dalam kehidupan sehari-hari ada lampu
penerangan berdaya 10 watt, 75 watt dan sebagainya; sedangkan Matahari berdaya
1026 watt dan berjarak satu sa* dari Bumi, menghangatinya. Jika kita lihat, lampu-
lampu kota dengan daya lebih besarlah yang tampak terang. Menurut hukum
cahaya, terang lampu akan melemah sebanding dengan jarak kuadrat, jadi sebuah
lampu pada jarak 1 meter tampak 4 kali lebih terang dibandingkan pada jarak 2
meter, dan apabila dilihat pada jarak 5 meter tampak 25 kali lebih redup.
Maka, kemampuan mata manusia mengamati bintang lemah terbatas.
Ukuran kolektor cahaya juga akan membatasi skala terang objek yang bisa diamati.
Untuk pengamatan objek langit yang lebih lemah dipergunakan kolektor atau
teleskop yang lebih besar. Teleskop yang besar pun mempunyai keterbatasan dalam
mengamati obyek langit yang lemah, walaupun berhasil mendeteksi obyek langit
yang berjuta atau bermiliar kali lebih lemah dari bintang terlemah yang bisa
dideteksi manusia. Makin jauh jarak galaksi, berarti pengamatan kita juga
merupakan pengamatan masa silam galaksi tersebut. Cahaya merupakan fosil
informasi pembentukan alam semesta yang berguna, dan manusia berupaya
menangkapnya untuk mengetahui prosesnya hingga takdir di masa depan yang
sangat jauh, yang akan dilalui melalui hukum-hukum alam ciptaan-Nya.
Pengetahuan kita tentang hal tersebut sangat bergantung pada pengetahuan kita
tentang hukum alam ciptaan-Nya; sudah lengkap dan sudah sempurnakah, ataukah
baru sebagian kecil, sehingga mungkin bisa membentuk ekstrapolasi persepsi yang
salah.

PEMBENTUKAN ALAM SEMESTA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN


Allah SWT. Menurunkan Al-Quran kepada manusia 14 abad yang lalu.
Beberapa fakta yang baru dapat diungkap dengan teknologi pada abad ke-21, yang
telah difirmankan Allah SWT. didalam Al-Quran 14 abad yang lalu. Didalam Al-
Quran terdapat banyak bukti yang memberikan informasi dasar mengenai beberapa
hal seperti penciptaan alam semesta. Kenyataan bahwa didalam Al-Quran tersebut
telah sesuai dengan penemuan terbaru ilmu pengetahuan modern adalah hal
terpenting, karena kesesuaian ini menegaskan bahwa Al-Quran adalah Firma Allah
SWT.
Dalam Al-Quran surat Fush-shilat (41:11)
Artinya: “Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu
masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah
kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". keduanya
menjawab: "Kami datang dengan suka hati".
Kata asap dalam tersebut menurut para ahli tafsir adalh merupakan
kumpulan dari gas-gas dan pertikel-partikel halus baik dalam bentuk padat maupun
cair pada temperatur yang tinggi maupun rendah dalam suatu campuran yang lebih
atau kurang stabil.
Salah satu teori mengenai terciptanya alam semesta (teori Big bang)
disebutkan bahwa alam semesta tercipta dari suatu ledakan kosmis sekitar 10-20
milyar tahun yang lalu mengakibatkan adanya ekspansi (pengembangan) alam
semesta. Sebelum terjadinya ledakan kosmis tersebut, seluruh ruang materi dan
energi terkumpul dalam bentuk titik.
Didalam Al-Quran dijelaskan tentang terbentuknya alam ini (QS Al-Anbiya
: 30)
Artinya: “Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu
(sebingkah penuh), kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami
jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga
beriman”.
Berdasarkan terjemahan dan tafsir Bachtiar Surin (1978:692) ditafsirkannya
bahwa matahari adalah benda angkasa yang menyala-nyala yang telah berputar
mengeliligi sumbunya sejak berjuta-juta tahun. Dalam peroses perputarannya
denagn kecepatan tinggi itu, maka terlontarlah bingkahan-bingkahan yang akhirnya
menjadi bumi dan beberapa benda angkasa lainnya dari bingkahan matahari itu.
Masing-masing bingkah beredar menurut garis tengah lingkaran matahari, semakin
lama semakin bertambah jauh, hingga masing-masing menempati garis edarnya.
Dan seterusnya akan tetap beredar dengan teratur sampai batas waktu yang hanya
diketahui oleh Allah SWT.
Kemudian dalam surat Adz-Dzaariyaat (51:47)
Artinya: “Dan langit, denag kekuasaan Kami, Kami bangun dan Kami akan
memuaikannya selebar-lebarnya”.
Teori ledakan maha dahsyat juga mengatakan adanya pemuaian alam
semesta secara terus-menerus denagn kecepatan maha dahsyat yang diumpamakan
mengembangnya permukaan balon yang sedang ditiup yang mengisyaratkan bahwa
galaksi akan hancur kembali. Isyarat ini sudah dijelaskan dalam surat Al-Anbiya’
(21:104)
Artinya: “(yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung
lembaran - lembaran kertas. sebagaimana Kami telah memulai panciptaan
pertama Begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami
tepati; Sesungguhnya kamilah yang akan melaksanakannya”.
Dalam surat Ath-Tholaq (65:12)
ªArtinya: “Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula
bumi. perintah Allah Berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar
meliputi segala sesuatu”.
Ayat ini mengisyaratkan bahwa ruang angkasa terdiri dari 7 lapis.
Didalam surat As-Sajada (32:4)
Artinya: “Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada
di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas
'Arsy[1188]. tidak ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan
tidak (pula) seorang pemberi syafa'at[1189]. Maka Apakah kamu tidak
memperhatikan”.
[1188] Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita
imani, sesuai dengan kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.
[1189] Syafa'at: usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat
bagi orang lain atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain. syafa'at yang
tidak diterima di sisi Allah adalah syafa'at bagi orang-orang kafir.
Uraian penciptaan langit dan bumi dan apa-apa yang ada diantara keduanya,
terdapat dalam surat Fush-Shilat ayat 9, 10 dan 12
Artinya: “Katakanlah: "Sesungguhnya Patutkah kamu kafir kepada yang
menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya?
(yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam".
ŸArtinya: “Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh
di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-
makanan (penghuni)nya dalam empat masa”. (Penjelasan itu sebagai jawaban)
bagi orang-orang yang bertanya.
Artinya: “Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia
mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. dan Kami hiasi langit yang dekat
dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-
baiknya. Demikianlah ketentuan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui”.
Dengan perincian penafsirannya sebagai berikut :
1. Tahap pertama penciptaan bumi 2 rangakain waktu
2. Tahap kedua penyempurnaan bumi 2 rangkaian waktu
3. Tahap ketiga penciptaan angkasa raya dan planet-planetnya 2 rangkaian waktu
Jadi terbentuknya alam raya ini terjadi dalam 6 rangkaian waktu atau 6
masa. Selain surat-surat tersebut diatas masih banyak lagi yang menjelaskan tentang
terbentuknya alam raya ini, namun dari yang telah kami sampaikan dalam ringkasan
ini terlihat bahwa secara umum proses terciptanya alam raya ini berlangsung dalam
6 masa, dimana tahapan-tahapan dalam proses tersebut saling berkaitan. Disebutkan
juga bahwa terciptanya alam raya ini terjadi melalui proses pemisahan massa yang
tadinya satu.

KESIMPULAN
Dari pembahasan tentang perkembangan pemikiran tentang terbentuknya
alam raya, yang diungkapkan melalui pendapat / pemikiran dari berbagai peradaban
bangsa, teori-teori yang dikemukakan dari beberapa ilmuan serta dari pandangan
Islam berdasarkan Al-Quran, maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan
tentang pemikiran tentang terbentuknya alam semesta sudah sejak lama telah
menjadi bagian pemikiran manusia, begitu juga pendapat-pendapat dari berbagai
peradaban bangsa, begitu banyak teori-teori yang muncul tentang terbentuknya
alam raya ini.
Dari sekian banyak teori-teori yang dikemukakan oleh para ilmuan ternyata
ilmuan modern menyetujui bahwa Teori Ledakan Maha Dahsyat (Teori Big Bang)
merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan
mengenai asal mula alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi
ada. Namun perlu kita sadari bahwa jauh sebelum para ahli mengemukakan teori
Big Bang, ayat-ayat Al-Quran telah secara jelas menceritakan bagaimana alam
semesta ini terbentuk dalam 6 masa.

DAFTAR PUSTAKA
Trianto. 2007. Wawasan Ilmu Alamiah Dasar Prespektif Islam dan Barat. Jakarta:
Prestasi Pustaka
Baiquni, Ahmad. 1997. Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman. Yogyakarta: PT.
Dana Bhakti Primayasa
Mawardi, Nur Hidayat. 2000. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya
Dasar. Jakarta: CV Pustaka Setia
http://efrialdy.wordpress.com/2009/07/01/al-qur%E2%80%99an-sains-dan-alam-
semesta/
http://www.keajaibanalquran.com/earth_formationofrain.html
ASAL USUL MANUSIA DALAM PERSPEKTIF
SAINS DAN ISLAM

A. Asal Usul Manusia menurut Teori Evolusi


Teori evolusi ini dipelopori oleh seorang ahli zoologi bernama Charles
Robert Darwin (1809-1882). Dalam teorinya ia mengatakan : "Suatu benda (bahan)
mengalami perubahan dari yang tidak sempurna menuju kepada
kesempurnaan". Kemudian ia memperluas teorinya ini hingga sampai kepada asal-
usul manusia.
Menurut Darwin manusia sekarang ini adalah hasil yang paling sempurna
dari perkembangan tersebut secara teratur oleh hukum-hukum mekanik seperti
halnya tumbuhan dan hewan. Kemudian lahirlah suatu pengertian bahwa manusia
yang ada sekarang ini merupakan hasil evolusi dari kera-kera besar (manusia kera
berjalan tegak) selama bertahun-tahun dan telah mencapai bentuk yang paling
sempurna.
Tetapi dalam hal ini Darwin sendiri kebingungan karena ada beberapa jenis
tumbuhan yang tidak mengalami evolusi dan tetap dalam keadaan seperti semula.
Hal ini di antaranya merupakan kelemahan teori yang dikemukakan oleh
Darwin. Karena tidak ada titik temu antara teori yang ada dengan kenyataan.
Sebagai contoh, para ahli zoologi sangat akrab dengan suatu species yang
bernama panchronic yang tetap sama sepanjang masa. Juga ganggang biru yang
diperkirakan telah ada lebih dari satu milyar tahun namun hingga sekarang tetap
sama. Yang lebih jelas lagi adalah hewan sejenis biawak/komodo yang telah ada
sejak berjuta-juta tahun yang lalu dan hingga kini tetap ada serta tidak mengalami
perubahan.
Satu lagi masalah dari pandangan Darwin tentang “asal-usul manusia”
adalah sesuatu yang didasarkan pada begitu sedikit “bukti” hanya satu biji gigi,
potongan kecil tulang paha, dan hanya ada tiga atau empat kerangka yang tersedia
untuk melacak seluruh pembelajaran tentang evolusi manusia (Los Angeles
Times, ibid., hal. A18). Darwin berkata, “hanya ada tiga atau empat”. Jika memang
hanya ada empat maka memang seharusnya ia katakan demikian. Itu berarti bahwa
paling sedikit satu dari antaranya lebih kecil dari sebuah fragmen. Ini berarti bahwa
dengan penemuan kerangka fosil “baru” ini, yang terbaik, hanya empat kerangka
yang lengkap. Ini adalah keseluruhan dasar untuk teori evolusi tentang “asal-usul
manusia” – “hanya ada tiga atau empat” kerangka. Ini merupakan “bukti” yang
sangat lemah dan sangat sedikit untuk suatu teori yang dipegang secara luas ini.
Di dalam teorinya Darwin berpendapat bahwa manusia berasal dari
perkembangan makhluk sejenis kera yang sederhana kemudian berkembang
menjadi hewan kera tingkat tinggi sampai akhirnya menjadi manusia. Makhluk
yang tertua yang ditemukan dengan bentuk mirip manusia adalah Australopithecus
yang diperkirakan umurnya antara 350.000 - 1.000.000 tahun dengan ukuran otak
sekitar 450 - 1450 cm3.
Perkembangan dengan perubahan volume otak ini besar pengaruhnya bagi
kecerdasan otak manusia. Australopithecus yang mempunyai volume otak rata-rata
450 cm3 berevolusi menjadi manusia kera (Neandertal) yang mempunyai volume
otak 1450 cm3. Dari penelitian ini diperkirakan dalam waktu antara 400.000-
500.000 tahun volume otak itu bertambah 1000 cm3. Tetapi anehnya perkembangan
dari Neandertal ke manusia modern sekarang ini selama kurang lebih 100.000 tahun
volume otaknya tidak berkembang. Teori ini tidak mengemukakan alasannya.
Namun banyak juga Ahli yang mengatakan bahwa teori yang dianggap
ilmiah itu ternyata tidak mutlak karena antara teori dengan kenyataan tidak dapat
dibuktikan.

B. Asal Usul Manusia menurut Islam

Sebagai umat Islam yang mengakui dan meyakini rukun iman yang ke-
enam, maka sudah sepantasnya kita mengakui bahwa Al Qur’an adalah satu-
satunya literatur yang paling benar dan bersifat global bagi ilmu pengetahuan.
“Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka
yang bertaqwa (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib…..” (QS. Al
Baqarah (2) : 2-3)
Dengan memperhatikan ayat tersebut maka kita seharusnya tidak perlu
berkecil hati menghadapi orang-orang yang menyangkal kebenaran keterangan
mengenai asal usul manusia. Hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki unsur
utama yang dijelaskan dalam Al Qur’an yaitu Iman kepada yang Ghaib. Ini
sebenarnya tampak pula dalam pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan oleh
mereka dalam menguraikan masalah tersebut yaitu selalu diawali dengan kata
kemungkinan, diperkirakan, dan sebagainya.
Tahapan kejadian manusia :
a) Proses Kejadian Manusia Pertama (Adam)
Dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh Allah dari tanah
yang kering kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang sebaik-baiknya.
Setelah sempurna maka oleh Allah ditiupkan ruh kepadanya maka dia menjadi
hidup. Hal ini ditegaskan oleh Allah di dalam firman-Nya :
“Yang membuat sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang
memulai penciptaan manusia dari tanah”. (QS. As Sajdah (32) : 7)
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah
liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk”. (QS. Al Hijr (15)
: 26)
Disamping itu Allah juga menjelaskan secara rinci tentang penciptaan
manusia pertama itu dalah surat Al Hijr ayat 28 dan 29 . Di dalam sebuah Hadits
Rasulullah saw bersabda :
Sesunguhnya manusia itu berasal dari Adam dan Adam itu (diciptakan) dari
tanah”. (HR. Bukhari)
b) Proses Kejadian Manusia Kedua (Siti Hawa)
Pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia ini selalu
dalam keadaan berpasang-pasangan. Demikian halnya dengan manusia, Allah
berkehendak menciptakan lawanjenisnya untuk dijadikan kawan hidup (isteri). Hal
ini dijelaskan oleh Allah dalam salah sati firman-Nya :
“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya,
baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa
yang tidak mereka ketahui” (QS. Yaasiin (36) : 36)
Adapun proses kejadian manusia kedua ini oleh Allah dijelaskan di dalam
surat An Nisaa’ ayat 1 yaitu :
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan
isterinya, dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan
perempuan yang sangat banyak” (QS. An Nisaa’ (4) : 1)
Di dalam salah satu Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim
dijelaskan :
“Maka sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk Adam”
(HR. Bukhari-Muslim)
Apabila kita amati proses kejadian manusia kedua ini, maka secara tak
langsung hubungan manusia laki-laki dan perempuan melalui perkawinan adalah
usaha untuk menyatukan kembali tulang rusuk yang telah dipisahkan dari tempat
semula dalam bentuk yang lain. Dengan perkawinan itu maka akan lahirlah
keturunan yang akan meneruskan generasinya.

C. Perpaduan Al Qur’an dengan Hasil Penelitian Ilmiah tentang Asal-usul Manusia

Terwujudnya alam semesta ini berikut segala isinya diciptakan oleh Allah
dalam waktu enam masa. Hal ini sesuai dengan firman Allah :
"Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada iantara keduanya
dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam diatas Arsy (Dialah) Yang Maha
Pemurah, maka tanyakanlah itu kepada Yang Maha Mengetahui." (QS. Al Furqaan
(25) : 59)
Keenam masa itu adalah Azoikum, Ercheozoikum,
Protovozoikum, Palaeozoikum, Mesozoikum, dan Cenozoikum. Dari penelitian
para ahli, setiap periode menunjukkan perubahan dan perkembangan yang bertahap
menurut susunan organisme yang sesuai dengan ukuran dan kadarnya masing-
masing. (tidak berevolusi).
"...dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-
ukurannya dengan serapi-rapinya" (QS. Al Furqaan (25) : 2)
Perpaduan antara Al Qur’an dengan hasil penelitian ini maka teori evolusi
Darwin ternyata tidak dapat diterima. Penelitian membuktikan bahwa kurun akhir
(cenozoikum) adalah masa dimana mulai muncul manusia yang berbudaya dan
Allah menciptakan lima kurun sebelumnya lengkap dengan segala isinya adalah
untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh manusia.
Hal ini dijelaskan oleh Allah di dalam salah satu firman-Nya :
"Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan
Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia
Maha Mengetahui atas segala sesuatu" (QS Al Baqarah (2) : 29)

Kemudian di dalam surat Al Baqarah ayat 31 s/d 32 Allah berfirman :


"Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman :
‘Sebutlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang
benar!’. Mereka menjawab : ‘Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui
selain daripada apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya
Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS. Al Baqarah (2) : 31-
32)
Untuk memelihara kelebihan ilmu yang dimiliki oleh Adam a.s maka Allah
berkenan menurunkan kepada semua keturunannya agar derajat mereka lebih tinggi
daripada makhluk yang lain. Apabila kita menilik kepada literatur-literatur yang
berkaitan dengan masalah antropologi, maka akan tampak sekali keragu-raguan
dari para ahli antropologi sendiri, apakah Homo Sapiens itu benar-benar berasal
dari Pithecanthropus atau Sinanthropus, Setelah melalui berbagai pertimbangan
akhirnya para ahli mengambil kesimpulan bahwa Pithecanthropus dan
Sinanthropus bukanlah asal (nenek moyang) dari Homo Sapiens (manusia), tetapi
keduanya adalah makhluk yang berkembang dengan bentuk pendahuluan yang
mirip dengan manusia kemudian musnah atau punah.
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat :
‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’. Mereka
berkata : ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang
akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’. Tuhan
berfirman : ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tdak kamu ketahui’."(QS. Al
Baqarah (2) : 30)
Dari ayat ini banyak mengandung pertanyaan, siapakah makhluk yang
berbuat kerusakan yang dimaksud oleh malaikat pada ayat diatas. Dalam literatur
Antropologi memang ada jawabannya yaitu sebelum manusia Homo Sapiens
(manusia berbudaya) memang ada makhluk yang mirip dengan manusia yang
disebut Pithecanthropus, Sinanthropus, Neanderthal, dan sebagainya yang tentu
saja karena mereka tidak berbudaya maka mereka selalu berbuat kerusakan seperti
yang dilihat para malaikat.
Nama-nama mkhluk yang diungkapkan para ahli antropologi diatas dapat
pula ditemui dalam pendapat para ahli mufassirin. Salah satu diantaranya adalah
Ibnu Jazir dalam kitab tafsir Ibnu Katsir mengatakan :
"Yang dimaksud dengan makhluk sebelum Adam a.s diciptakan adalah Al
Jan yang kerjanya suka berbuat kerusuhan"
Dengan demikian dari uraian diatas maka dapatlah disimpulkan bahwa
Adam a.s adalah manusia pertama, khalifah pertama dan Rasul (nabi) pertama. Hal
ini sesuai dengan firman Allah :
"Dan tidak ada suatu umatpun (manusia) melainkan telah ada padanya
seorang pemberi peringatan (Nabi)" (QS. Fathir : 24)
"Tiap-tiap umat mempunyai Rasul" (QS. Yunus : 47)
KESIMPULAN :

Dari uraian diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa dalam Al-Qur’an
dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh Allah dari tanah kemudian dibentuk oleh
Allah dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Setelah sempurna maka oleh Allah
ditiupkan ruh kepadanya maka dia menjadi hidup.
Manusia diciptakan oleh Allah berasal dari tanah sebagaimana yang telah
dilampirkan dalam Al-Qur`an dan manusia sesuai dengan hakikatnya menurut
Islam adalah sebagai pengelola atau penjaga bumi, serta manusia juga merupakan
penerus ajaran agama yang telah turun temurun dilaksanakan oleh para ulama
sebelum kita.

DAFTAR PUSTAKA

Dr Maurice Bucaille.1992.Asal-usul Manusia Menurut Bibel Al-Qur’an


Sains.Bandung:Mizan.
Syahminan.1984.Mengenal Manusia Lewat Al-Qur’an.Bina Ilmu.
http://adisuryadi-pendidikan.blogspot.com/2011/06/ asal-usul-manusia.html
http://bebibandel.blogspot.com/2010/02/makalah-asal-usul-manusia.html
http://rosmana12.blogspot.com/2009/02/asal-mula-manusia-teori-evolusi-dan-
al.html

You might also like