Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Etika Profesi Akuntansi merupakan suatu ilmu yang membahas perilaku perbuatan baik dan
buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia terhadap pekerjaan yang
membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus sebagai
Akuntan. Dalam menjalankan profesi sebagai seorang akuntan harus dengan sadar
menjalankan tugas, hak, kewajiban dan fungsinya. Namun, menjadi seorang akuntan
bukanlah hal yang mudah.
Dalam etika profesi, sebuah profesi memiliki komitmen moral yang tinggi yang biasanya
dituangkan dalam bentuk aturan khusus yang menjadi pegangan bagi setiap orang yang
mengembangkan profesi yang bersangkutan. Aturan ini merupakan aturan main dalam
menjalankan atau mengemban profesi tersebut yang biasanya disebut sebagai kode etik yang
harus dipenuhi dan ditaati oleh setiap profesi.
BAB 2
PEMBAHASAN
Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas
menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi
profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang
harus dilakukan dan apa yang harus dihindari.
Kode Etik Akuntan Indonesia, yaitu norma perilaku etika akuntan di Indonesia dalam
memenuhi tanggung jawab profesinya yang mengatur hubungan antara akuntan publik
dengan klien, antara akuntan publik dengan rekan sejawat dan antara profesi dengan
masyarakat. Etika profesi terdiri dari lima dimensi yaitu kepribadian, kecakapan profesional,
tangung jawab, pelaksanaan kode etik, penafsiran dan penyempurnaan kode etik.
Sedangkan kode etik akuntansi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam
melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari dalam profesi akuntansi. Kode etik
akuntansi dapat menjadi penyeimbang segi-segi negatif dari profesi akuntansi, sehingga kode
etik bagai kompas yang menunjukkan arah moral bagi suatu profesi dan sekaligus menjamin
mutu moral profesi akuntansi dimata masyarakat.
Kantor AkuntanPublik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang
memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berusaha di bidang
pemberian jasa profesional dalam praktik akuntan publik.
IAI (IkatanAkuntan Indonesia) adalah wadah organisasi profesi akuntan Indonesia yang
diakui pemerintah.
Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau
nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional. Tujuan
profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan standar profesionalisme
tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada kepentingan publik.
Dua sasaran pokok dari kode etik yaitu:
1. Akuntan Publik
2. Akuntan Manajemen
Akuntan manajemen merupakan sebuah profesi akuntansi yang biasa bertugas atau
bekerja di perusahaan-perusahaan. Akuntan manajemen bertugas untuk membuat
laporan keuangan di perusahaan.
3. Akuntan Pendidik
Akuntan pendidik merupakan sebuah profesi akuntansi yang biasa bertugas atau
bekerja di lembaga-lembaga pendidikan, seperti pada sebuh Universitas, atau lembaga
pendidikan lainnya. Akuntan manajemen bertugas memberikan pengajaran tentang
akuntansi pada pihak – pihak yang membutuhkan.
4. Akuntan Internal
Auditor internal adalah auditor yang bekerja pada suatu perusahaan dan oleh
karenanya berstatus sebagai pegawai pada perusahaan tersebut. Tugas audit yang
dilakukannya terutama ditujukan untuk membantu manajemen perusahaan tempat
dimana ia bekerja.
5. Konsultan SIA / SIM
Salah satu profesi atau pekerjaan yang bisa dilakukan oleh akuntan diluar pekerjaan
utamanya adalah memberikan konsultasi mengenai berbagai hal yang berkaitan
dengan sistem informasi dalam sebuah perusahaan. Seorang Konsultan SIA/SIM
dituntut harus mampu menguasai sistem teknologi komputerisasi disamping
menguasai ilmu akuntansi yang menjadi makanan sehari-harinya. Biasanya jasa yang
disediakan oleh Konsultan SIA/SIM hanya pihak-pihak tertentu saja yang
menggunakan jasanya ini.
6. Akuntan Pemerintah
Prinsip Etika memberikan kerangka dasar bagi Aturan Etika, yang mengatur pelaksanaan
pemberi jasa pofesional oleh anggota. Prinsip Etika disahkan dan berlaku bagi seluruh
anggota, sedangkan aturan etika disahkan dan hanya mengikat anggota himpunan yang
bersangkutan. Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh
Badan yang dibentuk oleh himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan
pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam menerapkan aturan etiks,
tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya.
2. Kepentingan Publik
Profesi akuntan memegang peran yang penting di masyarakat, dimana publik dari
profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja,
pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada
obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara
tertib. Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa
akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai
dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut.
3. Integritas
4. Obyektivitas
Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan
anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak,
jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan
kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain.
7. Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik
dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
8. Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis
dan standar profesional yang relevan.
Aturan Etika
1. Independensi
Tahun 1999 Andersen memisahkan fungsi akuntansi dan konsultasi. Namun seringkali
strategi ini menjadikan persaingan di antara kedua unit yang cenderung melemahkan dan
memicu kerahasiaan dan keegoisan. Komunikasi menjadi merosot, merintangi kemampuan
perusahaan untuk tanggap dan bekerja efektif menghadapi krisis. Dengan pendapatan yang
berkembang, unit konsultasi menuntut kompensasi dan pengakuan yang lebih besar.
Perselisihan yang meruncing ini menjadikan pertikaian. Tahun 2000 dalam pengadilan
arbitrase, hakim memutuskan bahwa konsultan Andersen bisa memisahkan diri dan bekerja
secara efektif. Perusahaan konsultasi berubah namanya menjadi Accenture. Pada Januari
2001, Andersen mengangkat Joseph Berardino sebagai CEO baru dalam auditing. Tugas
pertamanya adalah melacak perusahaan yang lebih kecil melalui sejumlah tuntutan hukum
yang sudah ada. Andersen membayar amat mahal untuk tuntutan-tuntutan ini. Tahun
berikutnya, banyak perusahaan klien Andersen meninjau ulang hubungannya dengan
Andersen. Bagian selanjutnya adalah menjabarkan segelintir kasus yang membuat keruntuhan
Andersen.
Keruntuhan
BFA
Skandal Baptist Foundation of Arizona (BFA) menjadi kebangkrutan terbesar
perusahaan amal nirlaba dalam sejarah AS, dimana Andersen bertindak sebagai auditornya.
Mereka dianggap menipu investor sebesar $570 juta. BFA didirikan untuk menghimpun dana
dan mengelola gereja di Arizona. Lembaga ini bekerja seperti bank, membayar bunga
deposito yang digunakan sebagian besar untuk berinvestasi di Arizona real estate. Ini
merupakan investasi yang lebih spekulatif daripada apa yang dilakukan lembaga pembaptis
lainnya.
Masalah dimulai ketika pasar real estate mengalami penurunan, dan manajemen
dituntut untuk menghasilkan keuntungan. Karenanya, pengurus yayasan diduga
menyembunyikan kerugian dari investor sejak 1986 dengan menjual beberapa properti
dengan harga tinggi kepada entitas-entitas yang telah meminjam uang dari ayyasan yang tak
mungkin membayar properti kecuali kondisi pasar real estate berbalik. Dalam dokumen
pengadilan apa yang disebut dengan “skema Ponzi” setelah kasus peniupuan yang terkenal,
pejabat yayasan diduga mengambil uang dari investor baru untuk membayar investor yang
sudah ada untuk menjaga arus kas. Sementara itu, pejabat puncak menerima gaji. Skema ini
akhirnya terurai, mengarah pada investigasi kriminal dan tuntutan terhadap BFA dan
Andersen. Akhirnya, yayasan mengajukan petisi Bab 11 mengenai perlindungan
kebangkrutan pada tahun 1999.
Waste Management
Andersen juga terlibat dalam pengadilan atas data akuntansi yang dipertanyakan
mengenai pendapatan yang berlebih sebesar $1,4 miliar dari Waste Management. Gugatan
diajukan oleh SEC atas penipuan laporan keuangan selama lebih dari lima tahun. Menurut
SEC, Waste Management membayar jasa audit kepada Andersen, yang menyarankan bahwa
bisa memperoleh biaya tambahan melalui “tugas khusus”. Awalnya Andersen
mengidentifikasi praktek-praktek akuntansi yang tidak tepat dan disajikan kepada Waste
Management. Namun pimpinan Waste Management menolak mengkoreksi. Hal ini dilihat
oleh SEC sebagai upaya menutupi penipuan masa lalu untuk melakukan penipuan masa
depan. Hasilnya, Andersen harus membayar $220 juta ke pemegang saham Waste
Management dan $7 juta ke SEC. Andersen dipaksa untuk melakukan perjanjian untuk tidak
melakukan laporan palsu di masa mendatang atau izin usahanya akan dicabut – suatu
persetujuan yang kemudian memutuskan hubungannya dengan Enron.
Enron
Bulan Oktober 2001, SEC mengumumkan investigasi akuntansi Enron, salah satu
klien terbesar Andersen. Dengan Enron, Andersen mampu membuat 80 persen perusahaan
minyak dan gas menjadi kliennya. Namun, pada November 2001 harus mengalami kerugian
sebesar $586 juta. Dalam sebulan, Enron bangkrut.
Perusahaan Telekomunikasi
Sayangnya, tuduhan penipuan tidak berakhir pada kasus Enron. Berita segera muncul
ketika WorldCom, klien terbesar Andersen, memiliki penyimpangan sebesar $3,9 miliar.
Harga sahamnya kemudian jatuh dan investor melayangkan serangkaian tuntutan hukum
yang mengirim WorldCom ke Pengadilan Kepailitan. Andersen menyalahkan WorldCom dan
bersikeras bahwa penyimpangan tidak pernah diungkapkan kepada auditor dan bahwa ia telah
memenuhi standar SEC dalam auditnya. WorldCOm balik menuduh Andersen karena gagal
menemukan penyimpangan yang ada. Selama kasus Enron dan WorldCom berlanjut, banyak
perusahaan-perusahaan lainnya dituduh melakukan penyimpangan akuntansi.
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Dari kasus – kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa KAP Arthur Andersen sudah melanggar
kode etik yang seharusnya menjadi pedoman dalam melaksanakan tugasnya dan bukan untuk
dilanggar. Mungkin saja pelanggaran tersebut awalnya mendatangkan keuntungan bagi
perusahaan seperti misalnya pada kasus enron, tetapi akhirnya dapat menjatuhkan kredibilitas
bahkan menghancurkan enron dan KAP Arthur Andersen. Dalam kasus ini KAP yang
seharusnya bersikap independen, tidak dilakukan oleh AA. Karena perbuatan tersebut, kedua-
duanya menuai kehancuran dimana enron bangkrut dengan meninggalkan hutang millayaran
dollar. Sedangkan KAP AA sendiri kehilangan keindependensiannya dan kepercayaan dari
masyarakat terhadap KAP tersebut, juga berdampak pada karyawan yang bekerja di KAP
yang bersangkutan dimana mereka menjadi sulit untuk mendapatkan pekerjaan akibat kasus
ini.
Saran
Harus ada lembaga yang berbeda-beda dalam menaungi berbagai profesi yang ada, dimana
lembaga tersebut merupakan sekumpulan orang yang memiliki profesi yang sama dengan
tujuan dapat menciptakan tatanan etik dalam pekerjaan. Dan semua lembaga-lembaga profesi
tersebut harus memiliki tujuan yang satu yaitu, mengutamakan profesionalitasdalam bekerja
yang dilihat dari kepatuhan menjadikan kode etik profesi sebagai pedoman.
Etika profesi akuntansi diatur oleh suatu badan atau organisasi yang bertanggung jawab
dilingkup akuntansi seperti Ikatan akuntansi Indonesia (IAI), Ikatan Akuntan Publik
Indonesia (IAPI) sedangkan untuk etika profesi yang lain diatur oleh organisasi yang berbeda
sesuai dengan profesinya masing-masing.Sanksi tegas harus diberikan kepada akuntan yang
melanggar kode etik yang telah ditetapkan.