Professional Documents
Culture Documents
bentuk sediaan padat ke dalam media pelarut. Sediaan obat yang harus diuji
disolusinya adalah bentuk padat atau semi padat, seperti kapsul, tablet atau salep
agar suatu obat diabsorbsi, mula-mula obat tersebut harus larutan dalam cairan pada
tempat absorbsi. Sebagai contoh, suatu obat yangdiberikan secara oral dalam
bentuk tablet atau kapsul tidak dapat diabsorbsi sampai partikel-partikel obat larut
dalam cairan pada suatu tempat dala msaluran lambung"usus. Dalam hal dimana
kelarutan suatu obat tergantungdari apakah medium asam atau medium basa, obat
tersebut akan dilarutkan. (Ansel, 1985)
Kecepatan disolusi dari obat dapat diuji secara in vitro maupun secara in
vivo. Pengujian secara in vivo biasanya diambil dari plasma tubuh, darah, maupun
melalui urin. Namun pengujian ini tidak dapat dilakukan dengan rutin oleh karena
itu lebih baik dilakukan dengan uji secara in vitro. Pengujian secara in vitro
biasanya menggunakan suatu cairan yang dimiripkan dengan kondisi tubuh, baik
dari larutan tersevut, pH, hingga suhu (RSC, 2018).
1). Polimorfi
Bentuk hidrat dan anhidrat dapat mempengaruhi kecepatan disolusi obat tetapi
pengaruhnya tidak dapat dipastikan. Kalsium sulfat bentuk anhidrat mempunyai
kecepatan disolusi lebih tinggi daripada bentuk hidratnya, namun pada kondisi
tertentu bentuk hidrat mempunyai kecepatan disolusi yang lebih tinggi (Wurster &
Taylor, 1965).
Faktor yang mempengaruhi luas kontak muka padatan cairan yaitu ukuran partikel.
Semakin kecil ukuran partikel suatu bahan obat maka luas permukaan obat yang
kontak langsung dengan medium semakin besar sehingga kecepatan disolusinya
semakin besar (Thuladhar, dkk., 1983).
Kelarutan obat dalam air merupakan faktor utama dalam menentukan laju disolusi.
Kelarutan yang besar menghasilkan laju disolusi yang cepat. (Shargel dan Andrew,
1988)
5). Suhu
Meningginya suhu umumnya memperbesar kelarutan (Cs) suatu zat yang bersifat
endotermik serta memperbesar harga koefisien difusi zat. (Martin, 1993).
6).Viskositas
Turunnya viskositas pelarut akan memperbesar kecepatan disolusi suatu zat sesuai
dengan persamaan Einstein. Meningginya suhu juga menurunkan viskositas dan
memperbesar kecepatan disolusi. (Martin, 1993).
7). pH pelarut
pH pelarut sangat berpengaruh terhadap kelarutan zat-zat yang bersifat asam atau
basa lemah.
Untuk asam lemah: Jika (H+) kecil atau pH besar maka kelarutan zat akan
meningkat. Dengan demikian, kecepatan disolusi zat juga meningkat.
Untuk basa lemah: Jika (H+) besar atau pH kecil maka kelarutan zat akan
meningkat. Dengan demikian, kecepatan disolusi juga meningkat.
(Martin, 1993).
8). Pengadukan
9). Polimorfisme
Kelarutan suatu zat dipengaruhi pula oleh adanya polimorfisme. Struktur internal
zat yang berlainan dapat memberikan tingkat kelarutan yang berbeda juga. Kristal
meta stabil umumnya lebih mudah larut daripada bentuk stabilnya, sehingga
kecepatan disolusinya besar. (Martin, 1993)
Pada umumnya zat-zat yang digunakan sebagai bahan obat bersifat hidrofob.
Dengan adanya surfaktan di dalam pelarut, tegangan permukaan antar partikel zat
dengan pelarut akan menurun sehingga zat mudah terbasahi dan kecepatan
disolusinya bertambah. (Martin, 1993)
Contoh Obat yang dipengaruhi Oleh Kecepatan Disolusi : Metformin
Hidroklorida Generik Berlogo dan Bermerek
Sumber :
Metformin hidroklorida memiliki sifat kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi
mempunyai permeabilitas yang rendah (BCS kelas III), di mana hanya sekitar 50%
- 60% pemberian metformin hidroklorida secara oral diabsorpsi dari saluran
pencernaan, sehingga perlu dilakukan uji ekuivalensi in vitro (uji disolusi
terbanding) dan in vivo. Perbedaan bahan tambahan dan proses produksi masing-
masing pabrik dapat menyebabkan perbedaan kualitas tablet metformin
hidroklorida yang dihasilkan, salah satunya perbedaan profil disolusi.
Pada penelitian tersebut dilakukan komparasi untuk mengetahui profil
disolusi antara 5 produk obat metformin hidroklorida yang berbeda, dimulai dengan
pengujian keseragaman tablet, kekerasan dan waktu hancur, lalu uji disolusi.
Fagerberg, J. H., et al. 2010. Dissolution Rate and Apparent Solubillity of Poorly
Soluble Drugs in Biorelevant Dissolution Media. Molecular Pharmaceutics.
Vol 7 (5), 1419-1430.
Sari, D. P., Saifullah Sulaiman, dan Okti R. M. 2013. Uji disolusi terbanding tablet
metformin hidroklorida generik berlogo dan bermerek. Majalah Farmaseutik,
Vol. 9 No. 1 Tahun 2018
Thuladhar, M. D., Carless, J. E., & Summers, M. P.. 1983. The Effect of
Polymorphism, Partical Size and Compression Pressure on the
Dissolution Rate of Phenylbutazones Tablets, J. Pharm. Sci., 35, 269-
274.
Wurster , D. E., & Taylor, P. W.. 1965. Dissolution Rates, J. Pharm. Sci., 54 (2),
169- 175. Yuwono, T., 1987,