Professional Documents
Culture Documents
MENYUSUI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja perubahan fisiologis ibu pada masa nifas dan menyusui?
2. Apa saja perubahan psikologis ibu pada masa nifas dan menyusui?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perubahan fisiologis ibu pada masa nifas dan menyusui.
2. Untuk mengetahui perubahan psikologis ibu pada masa nifas dan menyusui.
BAB II
PEMBAHASAN
b) Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat
setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan
motilitas ke keadaan normal.
c) Pengosongan Usus
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan tonus otot usus menurun
selama proses persalinan dan awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum
melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan pada
masa nifas membutuhkan waktu untuk kembali normal.
Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur, antara lain:
1) Pemberian diet / makanan yang mengandung serat.
2) Pemberian cairan yang cukup.
3) Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan.
4) Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.
Bila usaha di atas tidak berhasil dapat dilakukan pemberian huknah atau obat yang lain.
8. Perubahan sistem perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam
pertama. Kemungkinanan penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema agar
kandung kemih sesudah bagian ini mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis
selama persalinan berlangsung.
Urin dalam jumlah besar akan di hasilkan dalam 12-36 jam post partum. Kadar hormone estrogen
yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut disebut
“dieresis” ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam 6 minggu.
Dinding kandung kemih memperlibatkan odem dan hiperymia, kadang-kadangodem trigonum
yang menimbulkan alostaksi dari uretra sehingga menjadi retensio urine. Kandung kemih dalam masa
nifas menjadi kurang sensitive dan kapasitas bertambah sehingga setiap kali kencing masih tertinggal
urine residual (normal kurang lebih 15 cc). dalam hal ini, sisa urine dan trauma pada kandung kemih
sewaktu persalinan dapat menyebabkan infeksi.
c) Tekanan darah.
Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah dipompa
oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara
90-120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg. Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah
biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat
diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada post partum merupakan tanda
terjadinya pre eklamsia post partum. Namun demikian, hal tersebut sangat jarang terjadi.
d) Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali per menit. Pada ibu post
partum umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan
atau dalam kondisi istirahat. Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut
nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan
khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan
ada tanda-tanda syok.
b) Hormone pituitary
Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita yang tidak menyusui, prolaktin
menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH akan meningkat pada fase konsentrasi folikuler ( minggu
ke-3) dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
c) Hypotalamik pituitary ovarium
Lamanya seorang wanita mendapatkan menstruasi juga di pengaruhi oleh faktor menyusui.
Sering kali menstruasi pertama ini bersifat anovulasi karena rendahnya kadar estrogen dan progesteron.
d) Kadar estrogen
Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang bermakna sehingga aktifitas prolaktin
yang juga sedang meningkat dapat mempengaruhi kelenjar mamae dalam menghasilkan ASI.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Secara psikologis, setelah melahirkan seorang ibu akan merasakan gelaja-gejala psikiatrik,
demikian juga pada masa menyusui. Meskipun demikian, ada pula ibu yang tidak mengalami hal ini.
Agar perubahan psikologi yang dialami tidak berlebihan, ibu perlu mengetahui tentang hal yang lebih
lanjut. Wanita banyak mengalami perubahan emosi selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri
menjadi seorang ibu.
Penting sekali bagi seorang bidan untuk mengetahui tentang penyesuaian psikologis yang
normal sehingga ia dapat menilai apakah seorang ibu memerlukan asuhan khusus dalam masa nifas ini
atau tidak.
B. Saran
Meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam penanganan kasus ibu yang mengalami
perubahan fisiologi dan psikologis pada masa nifas.
perubahan fisiologi dan psikologi pada masa nifas dan
menyusui
Sistem peredaran darah atau sistem kardiovaskular adalah suatu sistem organ yang berfungsi
memindahkan zat ke dan dari sel. Sistem ini juga menolong stabilisasi suhu dan pH tubuh (bagian dari
homeostasis).
Organ-organ penyusun sistem kardiovaskuler terdiri atas jantung sebagai alat pompa utama,
pembuluh darah, serta darah. Sistem kardiovaskuler yang sehat ditandai dengan proses sirkulasi yang
normal, apabila sirkulasi terhambat akibat keabnormalan dari organ-organ penyusun sistem
kardiovaskuler ini maka akan dapat menimbulkan berbagai penyakit bahkan bisa mematikan.
1. Volume darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor, misalnya kehilangan darah selama
melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran caira ekstravaskuler (edema fisiologis). Kehilangan darah
merupakan akibat penurunan volume darah total yang cepat, tetapi terbatas. Setelah itu terjadi
perpindahan normal cairan tubuh y ang menyebabkan volume darah menurun dengan lambat. Pada
minggu ke 3 dan ke 4 setelah bayi lahir volume darah biasanya menurun sampai mencapai volume
Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300-400 cc. bila kehiran melalui seksio sesaria,
maka kehilangan darah dapat dua kali lipat. Perubahan terdiri dari volume darah dan hermatokrit
(haemoconcentration). Bila perasalinan pervaginan, hematokrit akan naik dan pada seksio sesaria,
hemaktokrit cendrung stabil dan kembali normal setelah 4-6 minggu.
hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang mengurangi ukuran pembuluh darah maternal 10% sampai 15%
2. Curah Jantung
Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung meningkat sepanjang msa hamil. Segera
setelah wanita melahirkan, keadan ini meningkat bahkan lebih tinggiselamaa 30 sampai 60 menit
karena darah yang biasaya melintasi sikuir uteroplasenta tiba-tiba kembali kesirkulasi umum. Nilai ini
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah
kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan hemoglobin kembali normal pada
hari ke-5.
Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun
kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan
dengan demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus dicegah dengan penanganan yang
Penarikan kembali esterogen menyebabkan diuresis terjadi, yang secara cepat mengurangi
volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah
kelahiran bayi. Selama masa ini ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urin. Hilangnya progesteron
membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan
Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relatif akan
bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan beban pada jantung, dapat menimbulkan decompensation
cordia pada penderita vitum cordia. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan
timbulnya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala, umumnya hal ini terjadi
Tanda-tanda vital
Tekanan darah sama saat bersalin, suhu meningkat karena dehidrasi pada awal post partum terjadi
bradikardi.
Volume darah
Perubahan hematologik
Jantung
mengandung elektrolit dan merupakan suatu medium pertukaran antar sel yang terfikasi dalam tubuh
Perubahan lokal terlihat jelas pada tungkai bawah dan akibat tekanan yang ditimbulkan oleh
uterus terhadap vena pelvik. Oleh karena 1/3 darah dalam sirkulasi berada dalam tungkai bawah maka
peningkatan tekanan terhadap vena akan menyebabkan varises dan edema vulva dantungkai. Keadaan
ini lebih sering terjadi pada siang hari akibat sering berdiri. Keadaan ini cenderung untuk reversibel
saat malam dimana pasien berada dalam keadaan berbaring : edema akan direabsorbsi – venous return
meningkat dan output ginjal meningkat sehingga terjadi nocturnal diuresis. Bila pasien dalam keadaan
telentang, tekanan uterus terhadap vena akan juga meningkat sehingga aliran balik ke jantung menurun
Suatu contoh ekstrim terjadi saat uterus menekan vena cava dan menurunkan CO sehingga
pasien terengah-engah dan dapat menjadi tidak sadarkan diri. Dapat terjadi sensasi nause dan gejala
muntah. Gejala ini – Supine Hypotensive Syndrome harus senantiasa diingat saat melakukan
Perubahan nilai hasil pemeriksaan darah seperti nilai haemoglobin merupakan akibat dari
Dengan demikian maka terjadi penurunan hitungeritrosit per mililiter dari 4.5 juta menjadi 3.8 juta.
Dengan semakin bertambahnya usia kehamilan, volume plasma semakin menurun dan hitung eritrosit
menjadi sedikit meningkat sehingga kadar hematokrit selama kehamilan menurun namun sedikit
Non – pregnant 40 – 42
Minggu ke 20 39
Minggu ke 30 38
Minggu ke 40 40
Perubahan kadar haemoglobin paralel dengan yang terjadi pada eritrosit. Mean Cell
Haemoglobin Concentration pada keadaan non pregnant adalah 34% yang berarti bahwa setiap 100 ml
eritrosit mengandung 34 g haemoglobin. Nilai ini selama kehamilan tidak berubah dengan demikian
maka nilai volume eritrosit total dan haemoglobin total meningkat selama kehamilan
Selama masa kehamilan kadar haemoglobin turun sampai minggu ke 36. Penurunan ini mulai terlihat
Terlihat dari data diatas bahwa tidak ada satu nilai normal yang dapat ditemukan selama
kehamilan. Fakta ini penting dalam menegakkan diagnosa anemia dalam kehamilan. Pada minggu ke
30, kadar haemoglobin sebesar 105g/l adalah normal, namun nilai tersebut pada minggu ke 20
2. Zat besi
Dengan peningkatan jumlah eritrosit, kebutuhan akan zat besi dalam proses produksi
hemoglobin meningkat. Bila suplemen zat besi tidak diberikan, kemungkinan akan terjadi anemia
Kebutuhan zat besi pada paruh kedua kehamilan kira-kira 6–7 mg/hari. Bila suplemen zat besi
tidak tersedia, janin akan menggunakan cadangan zat besi maternal. Sehingga anemia pada neonatus
jarang terjadi ; akan tetapi defisiensi zat besi berat pada ibu dapat menyebabkan persalinan preterm,
3. Leukosit
Terjadi kenaikan kadar leukosit selama kehamilan dari 7.109 / l dalam keadaan tidak hamil
menjadi 10.5.109 / l. Peningkatan ini hampir semuanya disebabkan oleh peningkatan sel PMN –
4. Trombosit
Pada kehamilan terjadi thromobositopoeisis akibat kebutuhan yang Kadar prostacyclin (PGI2)
sebuah “platelet aggregation inhibitor” dan Thromboxane (A2) sebuah perangsang aggregasi platelet
Nilai rata – rata selama awal kehamilan adalah 275.000 / mm3 sampai 260.000 / mm3 pada
minggu ke 35. Mean Platelet Size sedikit meningkat dan life span trombosit lebih singkat.
Kehamilan disebut sebagai hipercoagulable state. Terjadi peningkatan kadar fibrinogen dan
Kadar fibrinogen dari 1.5 – 4.5 g/L (tidak hamil) meningkat dan sampai akhir kehamilan
mencapai 4 – 6.5 g/L. Sintesa fibrinogen terus meningkat akibat meningkatnya penggunaan dalam
Faktor II, V dan XI sampai XIII tidak berubah atau justru malah semakin menurun.
Nampaknya peningkatan resiko tromboemboli yang terkait dengan kehamilan lebih diakibatkan
oleh stasis vena dan kerusakan dinding pembuluh darah dibandingkan dengan adanya perubahan faktor
1. Perubahan peran
Terjadinya perubahan peran, yaitu menjadi orang tua setelah kelahiran anak. Sebenarnya suami
dan istri sudah mengalami perubahan peran mereka sejak masa kehamilan. Perubahan peran ini
semakin meningkat setelah kelahiran anak. Contoh, bentuk perawatan dan asuhan sudah mulai
diberikan oleh si ibu kepada bayinya saat masih berada dalam kandungan adalah dengan cara
memelihara kesehatannya selama masih hamil, memperhatikan makanan dengan gizi yang baik, cukup
Selanjutnya, dalam periode postpartum atau masa nifas muncul tugas dan tanggung jawab baru,
disertai dengan perubahan-perubahan perilaku. Perubahan tingkah laku ini akan terus berkembang dan
selalu mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan waktu cenderung mengikuti suatu arah
Pada awalnya, orang tua belajar mengenal bayinya dan sebaliknya bayi belajar mengenal orang
tuanya lewat suara, bau badan dan sebagainya. Orang tua juga belajar mengenal kebutuhan-kebutuhan
Periode berikutnya adalah proses menyatunya bayi dengan keluarga sebagai satu kesatuan/unit
keluarga. Masa konsolidasi ini menyangkut peran negosiasi (suami-istri, ayah-ibu, orang tua-anak,
Selama periode postpartum, tugas dan tanggung jawab baru muncul dan kebiasaan lama perlu
diubah atau ditambah dengan yang baru. Ibu dan ayah, orang tua harus mengenali hubungan mereka
dengan bayinya. Bayi perlu perlindungan, perawatan dan sosialisasi. Periode ini ditandai oleh masa
pembelajaran yang intensif dan tuntutan untuk mengasuh. Lama periode ini bervariasi, tetapi biasanya
keluarga. Periode waktu meliputi peran negosiasi (suami-istri, ibu-ayah, saudara-saudara) orang tua
mendemonstrasikan kompetensi yang semakin tinggi dalam menjalankan aktivitas merawat bayi dan
menjadi lebih sensitif terhadap makna perilaku bayi. Periode berlangsung kira-kira selama 2 bulan.
sesuai dengan yang diharapkan. Karena dampak dari kekecewaan ini dapat mempengaruhi proses
pengasuhan anak.
Walaupun kebutuhan fisik terpenuhi, tetapi kekecewaan tersebut akan menyebabkan orang tua
kurang melibatkan diri secara penuh dan utuh. Bila perasaan kecewa tersebut tidak segera diatasi, akan
membutuhkan waktu yang lama untuk dapat menerima kehadiran anak yang tidak sesuai dengan
harapan tersebut.
Orang tua perlu memiliki keterampilan dalam merawat bayi mereka, yang meliputi kegiatan-
kegiatan pengasuhan, mengamati tanda-tanda komunikasi yang diberikan bayi untuk memenuhi
kebutuhannya serta bereaksi secara cepat dan tepat terhadap tanda-tanda tersebut.
Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab orang tua terhadap bayinya, antara lain :
1. Orang tua harus menerima keadaan anak yang sebenarnya dan tidak terus terbawa dengan
khayalan dan impian yang dimilikinya tentang figur anak idealnya. Hal ini berarti orang tua
harus menerima penampilan fisik, jenis kelamin, temperamen dan status fisik anaknya.
2. Orang tua harus yakin bahwa bayinya yang baru lahir adalah seorang pdibadi yang terpisah dari
diri mereka, artinya seseorang yang memiliki banyak kebutuhan dan memerlukan perawatan.
3. Orang tua harus bisa menguasai cara merawat bayinya. Hal ini termasuk aktivitas merawat bayi,
memperhatikan gerakan komunikasi yang dilakukan bayi dalam mengatakan apa yang
4. Orang tua harus menetapkan criteria evaluasi yang baik dan dapat dipakai untuk menilai
5. Orang tua harus menetapkan suatu tempat bagi bayi baru lahir di dalam keluarga. Baik bayi ini
merupakan yang pertama atau yang terakhir, semua anggota keluarga harus menyesuaikan
Dalam menunaikan tugas dan tanggung jawabnya, harga diri orang tua akan tumbuh bersama
dengan meningkatnya kemampuan merawat/mengasuh bayi. Oleh sebab itu bidan perlu memberikan
bimbingan kepada si ibu, bagaimana cara merawat bayinya, untuk membantu mengangkat harga
dirinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi orang tua pada masa post
partum adalah :
4. Pengaruh budaya
Ada tiga fase dalam masa adaptasi peran pada masa nifas, antara lain adalah :
1. Fase dependent
Pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan, ketergantungan ibu sangat menonjol. Pada saat
ini ibu mengharapkan segala kebutuhannya dapat dipenuhi oleh orang lain. Rubin (1991) menetapkan
periode beberapa hari ini sebagai fase menerima yang disebut dengan taking in phase. Dalam
penjelasan klasik Rubin, fase menerima ini berlangsung selama 2 sampai 3 hari.
Ia akan mengulang-ulang pengalamannya waktu bersalin dan melahirkan.Pada saat ini, ibu
memerlukan istirahat yang cukup agar ibu dapat menjalan masa nifas selanjutnya dengan baik.
Membutuhkan nutrisi yang lebih, karena biasanya selera makan ibu menjadi bertambah. Akan
tetapi jika ibu kurang makan, bisa mengganggu proses masa nifas.
2. Fase independent
Pada ibu-ibu yang mendapat perawatan yang memadai pada hari-hari pertama setelah
melahirkan, maka pada hari kedua sampai keempat mulai muncul kembali keinginan untuk melakukan
berbagai aktivitas sendiri. Di satu sisi ibu masih membutuhkan bantuan orang lain tetapi disisi lain ia
ingin melakukan aktivitasnya sendiri. Dengan penuh semangat ia belajar mempraktekkan cara-cara
merawat bayi. Rubin (1961) menggambarkan fase ini sebagai fase taking hold.
Pada fase taking hold, ibu berusaha keras untuk menguasai tentang ketrampilan perawatan bayi,
misalnya menggendong, menyusui, memandikan dan memasang popok. Pada masa ini ibu agak
sensitive dan merasa tidak mahir dalam melakukan hal-hal tsb, cenderung menerima nasihat bidan atau
perawat karena ia terbuka untuk menerima pengetahuan dan kritikan yang bersifat pribadi. Pada tahap
a. Orang tua yang baru melahirkan untuk pertama kali dan belum pernah mempunyai pengalaman
mengasuh anak
b. Wanita karir
c. Wanita yang tidak mempunyai keluarga atau teman dekat untuk membagi suka dan duka
e. Single parent
3. Fase interdependent
Periode ini biasanya terjadi “after back to home” dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan
perhatian yang diberikan oleh keluarga. Ibu akan mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi,
ia harus beradaptasi dengan kebutuhan bayi yang sangat tergantung, yang menyebabkan berkurangnya
Pada fase ini, kegiatan-kegiatan yang ada kadang-kadang melibatkan seluruh anggota keluarga,
tetapi kadang-kadang juga tidak melibatkan salah satu anggota keluarga. Misalnya, dalam menjalankan
perannya, ibu begitu sibuk dengan bayinya sehingga sering menimbulkan kecemburuan atau rasa iri
Pada fase ini harus dimulai fase mandiri (letting go) dimana masing-masing individu
mempunyai kebutuhan sendiri-sendiri, namun tetap dapat menjalankan perannya dan masing-masing
harus berusaha memperkuat relasi sebagai orang dewasa yang menjadi unit dasar dari sebuah keluarga.