You are on page 1of 5

1.

Hukuman Mati di dalam Sistem Pidana Indonesia

Di Indonesia, hukuman mati hingga kini menjadi topik yang selalu hangat untuk
dibicarakan. Selalu ada perdebatan pro kontra mengenai pantas tidaknya atau boleh tidaknya
hukuman mati dijatuhkan. Ada perdebatan-perdebatan yang menyebutkan bahwa lebih baik
seorang terpidana itu mendapatkan hukuman penjara seumur hidup daripada hukuman mati
karena mereka akan lebih mendapatkan balasan atau ganjaran yang setimpal atas perbuatan
mereka. Ditengah perdebatan-perdebatan yang panas dan alot mengenai pantas atau
boleh tidaknya hukuman mati dijatuhkan, pemerintah Indonesia tetap mengeksekusi mati
beberapa terpidana, yang saat ini sedang marak-maraknya adalah hukuman mati yang
dijatuhkan terhadap tindakan yang berhubungan dengan narkoba, yaitu Menyelundupkan,
memasok maupun menjual narkoba. Salah satu terpidana kasus narkoba yang telah dieksekusi
adalah AYODYA Prasad Chaubey, seorang warga negara India berusia 67 tahun telah
dijatuhi hukuman mati karena terbukti melakukan penyelundupan heroin ke Indonesia seberat
12,9 kg.

Kitab Undang-undang Hukum Pidana di Indonesia juga mengenakan hukuman mati


terhadap beberapa tindak pidana atau tindak kejahatan lain, selain terhadap tindakan
menyelundupkan, memasok dan menjual narkoba, yang terdapat pada Buku II (Kejahatan)
Kitab Undang-undang Hukum Pidana adalah sebagai berikut:)

1. Pada Bab I Tentang Kejahatan terhadap keamanan negara


1.Pasal 104 :

"Makar dengan maksud membunuh Presiden atau Wakil Presiden, atau


dengan maksud merampas kemerdekaan mereka atau menjadikan mereka
tidak mampu memerintah.."

2.Pasal 124 ayat (3) :

Ke-1. memberitahukan pada musuh, menghabcurkan atau merusak sesuatu


tempat atau pos yang diperkuat atau diduduki, suatu alat penghubung,
gudang persediaan perang, atau kas perang ataupun angkatan laut, angkatan
darat atau bagian daripadanya, merintangi, menghalang-halangi atau
mengagalkan usaha untuk menggenangi air atau bangunan tentara lainnya
yang direncanakan atau diselenggarakan untuk menangkis atau menyerang"

Ke-2 Menyebabkan atau mempelancara timbulnya huruhara, pemberontakan


atau desersi dikalangan angkatan perang."

3. Bab III Tentang kejahatan terhadap negara sahabat dan terhadap kepla Negara
sahabat serta wakilnya

Pasal 140 ayat (3):

"Jika makar terhadap nyawa dilakukan dengan rencana serta berakibat maut..."
1. Bab XIX tentang Kejahatan terhadap nyawa

Pasal 340 :

"Barang siapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain,
diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau
pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh
tahun"

1. Bab XXII tentang pencurian

Pasal 365(4) :

"Diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu
tertentu paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan ( pencurian yang didahului,
disertai atau diikuti dengan kekerasan, terhdap orang dengan maksud untuk
mempersiapkan atau memeprmudah pencurian, atau dalam hal tertangkap tangan,
untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk tetap
menguasai barang yang dicurinya) mengakibatkan luka berat atau mati dan dilakukan
oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu, ..."

1. Bab XXIX tentang kejahatan pelayaran

Pasal 444 :

"Jika perbuatan kekerasan yang diterangkan dalam pasal 438 (pembajakan dilaut),
439 (pembajakan ditepi laut), 440 (pembajakan di pantai), 441 (pembajakan disungai)
mengakibatkan seseorang dikapal yang diserang atau seseorang yang diserang itu
mati, maka nakhoda, panglima atau pemimpin kapal dan mereka yang turut serta
melakukan kekerasan, diancam dengan pidana mati, atau pidana penjara selama waktu
tertentu paling lama dua puluh tahun."

1. Bab XXIX A. Tentang kejahatan penerbangan dan kejahatan sarana dan prasarana
penerbangan.(UU No. 4 Tahun 1976, LN 1976-26).
1. Pasal 479k (2):

"Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya seseorang atau hancurnya pesawat


udara itu, dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau
pidana ppidana penjara selama-lamanya dua puluh tahun."

1. Pasal 479o(2) :

"Jika perbuatan itu (kekerasan terhadap seseorang didalam pesawat udara


dalam penerbangan, merusak pesawat udara dalam dinas dan menyebabkan
kerusakan, dan menempatkan atau menyebabkan ditempatkannya di dalam
pesawat udara didalam dinas) mengakibatkan matinya seseorang, hancurnya
pesaat udara itu, dipidana dengan pidana mati, atau pidana penjara seumur
hidup atau pidana selama-lamanya dua puluh tahun"

Pengaturan pelaksanaan Pidana mati di Indonesia diatur dalam Pasal 11 Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana yang berbunyi:

Pidana mati dijalankan oleh algojo pada tempat gantungan dengan menjeratkan tali
yang terikat di tiang gantungan pada leher terpidana kemudian menjatuhkan papan
tempat terpidana berdiri.

Tetapi terjadi perubahan karena dengan keluarnya peraturan pemerintah tentang pelaksanaan
eksekusi terpidana mati yang berbunyi bahwa pelaksanaan eksekusi terhadap terpidana mati
dengan cara ditembak sampai mati oleh tim regu tembak kepolisian.

Sedangkan dikarenakan adanya pembaharuan hukum pidana di Indonesia, maka sedang


disusun mengenai Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang baru, sehingga didalam
KUHPidana tersebut terjadi beberapa perubahan juga mengenai pidana mati. Sedangkan
pengaturan mengenai pidana mati tersebut dalam Rancangan KUHPidana tahun 2004
adalah:)

Paragraf 11

Pidana Mati

Pasal 84

Pidana mati secara alternatif dijatuhkan sebagai upaya terakhir untuk mengayomi
masyarakat.

Pasal 85

1. Pidana mati dilaksanakan dengan menembak terpidana sampai mati oleh regu tembak.
2. Pidana mati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dilaksanakan di muka umum.
3. Pelaksanaan pidana mati terhadap wanita hamil atau orang yang sakit jiwa ditunda
sampai wanita tersebut melahirkan atau orang yang sakit jiwa tersebut sembuh.
4. Pidana mati baru dapat dilaksanakan setelah permohonan grasi bagi terpidana ditolak
Presiden.

Pasal 86

1. Pelaksanaan pidana mati dapat ditunda dengan masa percobaan selama 10 (sepuluh)
tahun, jika :
1. Reaksi masyarakat terhadap terpidana tidak terlalu besar;
2. Terpidana menunjukkan rasa menyesal dan ada harapan untuk diperbaiki;
3. Kedudukan terpidana dalam penyertaan tindak pidana tidak terlalu penting;
dan
4. Ada alasan yang meringankan.
2. Jika terpidana selama masa percobaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menunjukkan sikap dan perbuatan yang terpuji, maka pidana mati dapat diubah
menjadi pidana seumur hidup atau pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun
dengan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.
3. Jika terpidana selama masa percobaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak
menunjukkan sikap dan perbuatan yang terpuji serta tidak ada harapan untuk
diperbaiki, maka pidana mati dapat dilaksanakan atas perintah Jaksa Agung.

Pasal 87

Jika permohonan grasi terpidana mati ditolak dan terpidana mati tidak dilaksanakan selama
10 (sepuluh) tahun bukan karena terpidana melarikan diri, maka pidana mati tersebut dapat
diubah menjadi pidana seumur hidup dengan Keputusan Presiden.

1. Perbedaan dan Persamaan Pidana Mati di dalam


Sistem Pidana Jepang dan Indonesia.
1. Perbedaan Pidana Mati di dalam Sistem Pidana Jepang dan Indonesia.

Perbedaan pengaturan pidana mati di dalam Sistem Pidana Jepang dan Indonesia, yakni:

Pertama, ada beberapa tindak pidana yang diatur dalam hukum Jepang yang diancam
pidana mati sedangkan di Indonesia tidak, padahal tindak pidana tersebut mengenai
ketertiban umum dan kejahatan di dalam keluarga seperti: Pasal 108 tentang pembakaran
bangunan yang didiami, Pasal 119 tentang tindakan menghancurkan bangunan dengan
genangan air, serta Pasal 200 tentang tindak pidana pembunuhan orang tua secara vertikal
keatas. Tindak pidana tersebut diatas di Indonesia tidak termasuk yang diancam dengan
hukuman mati.

Kedua, pelaksanaan eksekusi terpidana mati di dalam KUHPidana Jepang dan di


KUHPidana Indonesia terdapat perbedaan, dimana apabila kita lihat seperti apa yang
tercantum dalam Pasal 11 KUHPidana Jepang bahwa pelaksanaannya dengan cara
terpidana digantung di penjara sedangkan seperti apa yang tercantum Peraturan
Pemerintah tentang pelaksanaan eksekusi terpidana mati menyatakan bahwa terpidana
mati dieksekusi dengan tembakan oleh regu tembak kepolisian Republik Indonesia.

1. Persamaan Pidana Mati di dalam Sistem Pidana Jepang dan Indonesia.

Persamaan pengaturan pidana mati di dalam Sistem Pidana Jepang dan Indonesia, yakni:

Pertama, Pengaturan Hukuman mati oleh kedua negara ini masih dianut dengan adanya
keringanan-keringanan seperti di Jepang bahwa hukuman mati dapat dialternatifkan
dengan hukuman seumur hidup atau hukuman kerja paksa seumur hidup, sedangkan di
Indonesia dapat dialternatifkan dengan hukuman seumur hidup atau dengan upaya-upaya
hukum luar biasa serta pengajuan grasi ke Presiden.

Kedua, beberapa kesamaan terhadap tindak pidana yang diancam dengan hukuman mati
dikedua negara seperti tindak pidana yang mengancam jiwa seseorang dan terhadap
kedaulatan negara. Seperti Pasal 77 KUHPidana Jepang mengenai pemberontakan dan
Pasal 81 KUHPidana Jepang mengenai Pendorongan Agresi Asing. Sedangkan Pasal 104,
Pasal 124 dan Pasal 140 KUHPidana Indonesia mengenai keamanan negara.

1. Hal-hal yang dapat meringankan pelaksanaan hukuman mati di KUHPidana


Jepang dan KUHPidana Indonesia.

Pelaksanaan hukuman mati di Jepang dan di Indonesia terdapat perbedaan didalam


pelaksanaan teknisnya dimana kalau di Jepang dilaksanakan dengan cara digantung
sedangkan di Indonesia dengan cara ditembak oleh regu tembak kepolisian Republik
Indonesia. Pelaksanaan eksekusi terpidana mati ini dilaksanakan apabila tahap-tahap
permohonan keringanan hukuman sudah tidak ada lagi, seperti di Jepang pelaksanaan
eksekusi terhadap terpidana mati dapat dibatalkan apabila terpidana mati dapat diringankan
dengan pidana kerja paksa seumur hidup atau penjara seumur hidup.

Pelaksanaan eksekusi terpidana mati di Indonesia dapat dibatalkan apabila upaya-upaya


hukum luar biasa ditolak dan juga permohonan grasi kepada Presiden juga ditolak, tetapi juga
hukuman mati dapat diubah dengan hukuman seumur hidup. Dan di Indonesia tidak
mengenal pidana kerja paksa seperti apa yang ada di Jepang.

You might also like