You are on page 1of 32

LAPORAN PENDAHULUAN

KETUBAN PECAH DINI


1. Pengertian
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda persalinan (Manuaba,
1998). Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya/rupturnya selaput amnion sebelum
dimulainya persalinan yang sebenarnya atau pecahnya selaput amnion sebelum usia
kehamilannya mencapai 37 minggu dengan atau tanpa kontraksi.
2. Etiologi
a. Persalinan premature
b. Malposisi atau malpresentasi janin
c. Faktor yang mengabitkan kerusakan serviks
1. Pemakaian alat-alat pada serviks sebelumnya (aborsi terapeutik, dan sebagainya)
2. Peningkatan paritas yang memungkinkan kerusakan serviks selama pelahiran
sebelumnya
d. Riwayat KPD sebelumnya sebanyak dua kali atau lebih
e. Kelebihan berat badan sebelum kehamilan
g. Merokok selama kehamilan
h. Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat daripada ibu muda
3. Patofisiologi
Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan menginduksi
kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban. Pada infeksi juga dihasilkan
produk sekresi akibat aktivitas monosit/makrofag, yaitu sitokrin, interleukin 1, factor
nekrosis tumor dan interleukin 6. Platelet activating factor yang diproduksi oleh paru-paru
janin dan ginjal janin yang ditemukan dalam cairan amnion, secara sinergis juga
mengaktifasi pembentukan sitokin. Endotoksin yang masuk kedalam cairan amnion juga
akan merangsang sel-sel disidua untuk memproduksi sitokin dan kemudian prostaglandin
yang menyebabkan dimulainya persalinan.
Adanya kelemahan local atau perubahan kulit ketuban adalah mekanisme lain
terjadinya ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi. Enzim bacterial dan atau
produk host yang disekresikan sebagai respon untuk infeksi dapat menyebabkan
kelemahan dan rupture kulit ketuban.
4. Pathway
5. Tanda dan gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina,
aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut
masih merembes atau menetes dengan ciri pucat dan bergaris warna darah, cairan ini
tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila anda
duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak dibawah biasanya “mengganjal “atau
menyambut kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri
perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
(buku asuhan patologi kebidanan, sujiyatini, 2009,hal:14)
6. Penatalaksanaan
a. Pencegahan
1. Obati infeksi gonokokus, klamidi, dan vaginosis bacterial
2. Diskusikan pengaruh merokok selama kehamilan dan dukung untuk mngurangi
atau berhenti.
3. Motivasi untuk menambah berat badan yang cukup selama hamil
4. Anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada trisemester akhir bila ada
faktor predisposisi.
b. Panduan Mengantisipasi
1. Jelaskan pasien yang memiliki riwayat berikut ini saat prenatal bahwa mereka
harus segera melapor bila ketuban pecah.
2. Kondisi yang menyebabkan ketuban pecah dapat mengakibatkan prolaps tali
pusat
3. Letak kepala selain vertex
4. Herpes aktif
5. Riwayat infeksi streptokus beta hemolitiukus sebelumnya
c. Bila Ketuban Telah Pecah
1. Anjurkan pengkajian secara saksama. Upayakan mengetahui waktu terjadinya
pecahnya ketuban
2. Bila robekan ketuban tampak kasar:
a. Saat pasien berbaring terlentang, tekan fundus untuk melihat adanya
semburan cairan dari vagina.
b. Basahi kapas asupan dengan cairan dan lakukan pulasan pada slide untuk
mengkaji ferning dibawah mikroskop.
c. Sebagian cairan diusapkan kekertas Nitrazene. Bila positif, pertimbangkan uji
diagnostik bila pasien sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual tidak
ada perdarahan dan tidak dilakukan pemeriksaan pervagina menggunakan jeli
K-Y.
3. Bila pecah ketuban dan / atau tanda kemungkinan infeksi tidak jelas, lakukan
pemeriksaan pekulum steril.
a. Kaji nilai bishop serviks (lihat Nilai Bishop, tabel 5-2).
b. Lakukan kultur serviks hanya bila ada tanda infeksi.
c. Dapatkan spesimen cairan lain dengan lidi kapas steril yang dipulaskan pada
slide untuk mengkaji ferning dubawah mikroskop.
4. Bila usia gestasi kurang dari 37 minggu atau pasien terjangkit herpes Tipe 2,
rujuk ke dokter.
d. Penatalaksanaan Konservatif
1. Kebanyakan persalinan dimulai dalam 24-72 jam setelah ketuban pecah.
2. Kemungkinan infeksi berkurang bila tidak ada alat yang dimasukan kevagina,
kecuali spekulum steril ; jangan melakukan pemeriksaan vagina.
3. Saat menunggu , tetap pantau pasien dengan ketat.
4. Ukur suhu tubuh empat kali sehari ; bila suhu meningkatkan secara signifikan,
dan/atau mencapai 380 C, berikan macam antibiotik dan pelahiran harus
diselesaikankan.
5. Observasi rabas vagina: bau menyengat, purulen atau tampak kekuningan
menunjukan adanya infeksi.
6. Catat bila ada nyeri tekan dan iritabilitas uterus serta laporkan perubahan apa pun
e. Penatalaksaan Agresif
1. Jel prostaglandin atau misoprostol (meskipun tidak disetujui penggunaannya)
dapat diberikan setelah konsultasi dengan dokter
2. Mungkin dibutuhkan rangkaian induksi pitocin bila serviks tidak berespons
3. Beberapa ahli menunggu 12 jam untuk terjadinya persalinan. Bila tidak ada tanda,
mulai pemberian pitocin
4. Berikan cairan per IV, pantau janin
5. Peningkatan resiko seksio sesaria bila induksi tidak efektif.
6. Bila pengambilan keputusan bergantung pada kelayakan serviks untuk di indikasi,
kaji nilai bishop (lihat label 5-2) setelah pemeriksaan spekulum. Bila diputuskan
untuk menunggu persalinan, tidak ada lagi pemeriksaan yang dilakukan, baik
manipulasi dengan tangan maupun spekulum, sampai persalinan dimulai atau
induksi dimulai
7. Periksa hitung darah lengkap bila ketuban pecah. Ulangi pemeriksaan pada hari
berikutnya sampai pelahiran atau lebih sering bila ada tanda infeksi
8. Lakukan NST setelah ketuban pecah; waspada adanya takikardia janin yang
merupakan salah satu tanda infeksi
9. Mulai induksi setelah konsultasi dengan dokter bila:
 Suhu tubuh ibu meningkat signifikan
 Terjadi takikardia janin
 Lokia tampak keruh
 Iritabilitas atau nyeri tekan uterus yang signifikan
 Kultur vagina menunjukan strepkus beta hemolitikus
 Hitung darah lengkap menunjukan kenaikan sel darah putih
f. Penatalaksanaan Persalinan Lebih Dari 24 Jam Setelah ketuban Pecah
1. Pesalinan spontan
 Ukur suhu tubuh pasien setiap 2 jam, berikan antibiotik bila ada demam
 Anjurkan pemantauan janin internal
 Beritahu dokter spesialis obstetri dan spesialis anak atau praktisi perawat
neonates
 Lakukan kultur sesuai panduan
2. Indikasi persalinan
 Lakukan secara rutin setelah konsultasi dengan dokter
 Ukur suhu tubuh setiap 2 jam
 Antibiotik : pemberian antibiotik memiliki beragam panduan , banyak yang
memberikan 1-2 g ampisilin per IV atau 1-2 g Mefoxin per IV ssetiap 6 jam
sebagai profilakis . Beberapa panduan lainnya menyarankan untuk mengukur
suhu tubuh ibu dan DJJ untuk menentuan kapan aantibiotik mungkin
diperlukan.(buku obstetric dan ginekologi,2009,geri morgan)
7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu di periksa warna konsentrasi, bau dan PH nya.
Cairan yang keluar dari vagina kecuali air ketuban mungkin juga urine atu secret vagina,
Sekret vagina ibu hamil pH :4,5 dengan kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap kuning .1.a
tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan
adanya air ketuban (alkalis).Ph air ketuban 7-7,5 darah dan infeksi vagina dapat menghaslkan
tes yang positif palsu .1b. mikroskop (tes pakis ), dengan meneteskan air ketuban pada gelas
objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun psikis.
b. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum
uteri pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi
kesalahan pada penderita oligohidroamion. Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup
banyak macam dan caranya ,namun pada umunya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan
anamnesa dan pemeriksaan sederhana. (buku asuhan patologi kebidanan, sujiyatini,
2009,hal:16-17)
8. Komplikasi
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia 37 minggu adalah
sindrom distress pernapasan,yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko infeksi
meningkat pada kejadian KPD.Semua ibu hamil dengan KPD premature sebaiknya
dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan
amnion). Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD.
Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD Praterm. Hipoplasia
paru merupakan komplikasi fatal terjadi pada KPD praterm.Kejadiannya mencapai
hampir 100% apabila KPD praterm ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23
minggu.
a. Infeksi intrauterine
b. Tali pusat menumbung
c. Prematuritas
9. Pengkajian
a. Identitas ibu
b. Riwayat penyakit
 Riwayat kesehatan sekarang ;ibu datang dengan pecahnya ketuban sebelum usia
kehamilan mencapai 37 minggu dengan atau tanpa komplikasi
 Riwayat kesehatan dahulu
1. Adanya trauma sebelumnya akibat efek pemeriksaan amnion
2. Sintesi, pemeriksaan pelvis dan hubungan seksual
3. Infeksi vagiana /serviks oleh kuman streptokokus
4. Selaput amnion yang lemah/tipis
5. Posisi fetus tidak normal
6. Kelainan pada otot serviks atau genital seperti panjang serviks yang pendek
7. Multiparitas dan peningkatan usia ibu serta defisiensi nutrisi.
c. Pemeriksaan fisik
1. Kepala dan leher
 Mata perlu diperiksa dibagian skelra,konjungtiva
 Hidung, ada atau tidaknya pembengkakan konka nasalis. Ada /tidaknya
hipersekresi mukosa
 Mulut :gigi karies/tidak, mukosa mulut kering dan warna mukosa gigi
 Leher berupa pemeriksaan JVP,KGB Dan tiroid
2. Dada
 Troraks
Inspeksi: Kesimetrisan dada, jenis pernapasan toraka abdominal, dan tidak ada
retraksi dinding dada. Frekuensi pernapasan normal.
Palpasi: Payudara tidak ada pembengkakan
Auskultasi: Terdengar Bj 1 dan II di IC kiri/kanan, bunyi napas normal
vesikuler
 Abdomen
Inspeksi : Ada a/tidak bekas operasi, striae dan linea
Palpasi: TFU kontraksi ada/tidak, posisi, kandung kemih penuh/tidak
Auskultasi: DJJ ada/tidak.
 Genitalia
Inspeksi: Kebersihan ada/tidaknya tanda-tanda REEDA (Red, Edema,
discharge, approxiamately); pengeluaran air ketuban (jumlah, warna, bau dan
lendir merah muda kecoklatan)
Palpasi : Pembukaan serviks (0-4)
 Ekstrimitas : Edema, varises ada/tidak.
d. Pemeriksaan diagnostic
1. Hitung darah lengkap untuk menentukan adanya anemia,infeksi
2. Golongan darah dan faktor Rh
3. Rasio lestin terhadap spingomielin (rasio US): menentukan maturitas janin
4. Tes ferning dan kertas nitrazine: memastikan pecah ketuban
5. Ultrasonografi ; menentukan usia gestasi ,ukuran janin ,gerakan jantung janin dan
lokasi plasenta.
6. Pelvimetri ; identifikasi posisi janin
d. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan prosedur infasif, pemeriksaan
vagina berulang dan rupture membrane amniotic
2. Risiko tinggi cedera pada janin yang berhubungan dengan melahirkan bayi
premature /tidak matur
3. Ansietas yang berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada diri sendiri/janin
4. Risiko tinggi cedera pada ibu yang berhubungan dengan intervensi pembedahan,
penggunaan obat tokolitik.
5. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan hipersensitivitas.
6. Risiko tinggi kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan penurunan
masukan cairan

e. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosis 1 : Ansietas yang berhubungan dengaan krisis situasi, ancaman
konsep diri, ancaman yang dirasakan/actual dari kesejahteraan maternal, dan
janin transmisi interpersonal.
Tujuan : Ansietas pada iibu dapat teratasi
Kriteria hasil :
 Mengungkapkan rasa takut pada keselamatan ibu dan janin
 Mendiskusikan perasaan tentang kelahiran caesarea
 Pasien tampak benar-benar rileks
 Menggunakan sumber / system pendukung dengan efektif
Intervensi :
a. Kaji respon psikologi pada kejadian dan ketersediaan system pendukung
Rasional: makin ibu merasakan ancaman, makin besar tingkat ansietas.
b. Pastikan apakah prosedur direncanakan atau tidak direncanakan.
Rasional: pada kelahiran caesarea yang tidak direncanakan, ibu dan
pasangan biasanya tidak mempunyai waktu untuk persiapan psikologi dan
fisiologi.
c. Tetap bersama ibu dan tetap bicara perlahan, tunjukan empati.
Rasional: membantu transmisi ansietas interpersonal dan
mendemonstrakan perhatian terhadap ibu.
d. Beri penguatan aspek positif dari ibu dan janin
Rasional : memfokuskan pada kemungkinan keberhasilan akhir dan
membantu membawa ancaman yang dirasakan/ actual kedalam prespektif.
e. Anjurkan ibu dan pasangannya mengungkapkan atau mengekspresikan
perasaan
Rasional : membantu membatasi perasaan dan memberikan kesempatan
untuk mengatasi perasaaan ambivalen atau berduka. Ibu dapat merasakan
ancaman emosional pada harga diri nya karena perasaannya bahwa ia telah
gagal, wanita yang lemah.
f. Dukung atau arahkan kembali mekanime koping yang diekspresikan
Rasional : mendukung mekanisme kopin dasar dan otomatis meningkatkan
kepercayaan diri serta penerimaan dan menurunkan ansietas.
g. Berikan masa privasi terhadap rangsangan lingkungan seperti jumlah
orang yang ada sesuai kenginan ibu.
h. Rasional : memungkinkan kesempatan bagi ibu untuk memperoleh
informasi, menyusun sumber – sumber, dan mengatasi cemas dengan
efektif.
2. Diagnosis 2 : Resiko tinggi terhadap infeksi yang berhubungan dengan
prosedur invasif pecah ketuban, kerusakan kulit dan penurunan Hb.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil :
 Klien bebas infeksi
 Pencapaian tepat waktu dalam pemulihan luka tanpa komplikasi
Intervensi :
a. Tinjau ulang kondisi factor resiko yang ada sebelumnya.
Rasional : kondisi dasar ibu : seperti DM dan hemoragi menimbulkan
potensial resiko infeksi atau penyembuhan luka yang buruk. Adanya
proses infeksi dapat meningkat resiko kontaminasi janin.
b. Kaji terhadap tanda dan gejala infeksi ( misalnya peningkatan suhu, nadi,
jumlah sel darah putih atau bau / warna secret vagina.
Rasional : pecah ketuban terjadi 24 jam sebelum pembedahan dapat
mengakibatkan korioamonitis sebelum mengintervensi bedah dan dapat
mengubah penyembuhan luka.
c. Berikan perawatan perineal sedikitnya setiap 4 jam bila ketuban telah
pecah.
Rasional : membantu mengurangi resiko infeksi asenden.
KOLABORASI
d. Lakukan persiapan kulit praoperatif, scrub sesuai protocol.
Rasional : menurunkan kontaminan kulit memasuki insisi, menurunkan
resiko infeksi pasca-operatif
e. Dapatkan kultur darah vagina dan plasenta sesuai indikasi.
Rasional : mengidentifikasi organisme yang meninfeksi dan tingkat
keterlibatan.
f. Catat Hb dan Ht catat perkiraan kehilangan darah selama prosedur
pembedahaan.
Rasional : resiko infeksi pasca melahirkan serta penyembuhan lebih lama
bila kadar Hb rendah dan kehilangan darah berlebihan.

g. Berikan antibiotic spectrum luas parental pada pra-operasi


Rasional : Antibiotik profilaktik dapat dipesankan untuk mencegah
terjadinya proses infeksi sebagai pengobatan pada infeksi sebagai
pengobatan pada infeksi yang teridentifikasi.

DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida bagus Gede, 1998, Ilmu Kebidanan Penyaki Kandungan dan KB, Penerbit
Buku Kedokteran, EGC : Jakarta.
Mitayani ,2009, Asuhan Keperawatan Maternitas,Jakarta : Salemba Medika
Errol norwiz,2011, anatomi dan fisiologi
Geri morgan,2009, obsteri dan ginekologi panduan praktik, Jakarta EGC.
Sujiyati ,2008, asuhan patologi kebidanan, jakarta ; Numed.
http://firwanintianur93.blogspot.com/2014/01/laporan-pendahuluan-ketuban-pecah-dini.html
LAPORAN PENDAHULUAN
KETUBAN PECAH DINI

1. DEFINISI
- Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum tanda-tanda persalinan dan
ditunggu satu jam belum dmulainya tanda persalinan. Waktu sejak ketuban pecah
samapi terjadinya kontraksi rahim disebut “kejadian ketuban pecah dini” periode
laten
- Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan
pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari. Bila preiode laten
terlalu meningkat dan ketuban sudah pecah maka akan terjadi infeksi yang
meningkatkan angka kemtian ibu dan anak.
- Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi proses
persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu
(Cunningham, Mc. Donald, gant, 2002).
- Ketuban Pecah Dini adalah rupturnya membrane ketuban sebelum persalinan
berlangsung (Manuaba, 2002)
- Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh
sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37
minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum
waktunya melahirkan.

2. ETIOLOGI
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya
kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan
serviks. Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab
lainnya adalah sebagai berikut :
a. Inkompetensi serviks (leher rahim)
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot leher
atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka
ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang
semakin besar.
Adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi yang nyata, disebabkanlaserasi
sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan congenital pada
serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihantanpa perasaan nyeri dan
mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti
dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi
(Manuaba, 2002).
b. Peninggian tekanan inta uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihandapat
menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya :
- Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
- Gemelli
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan
gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya
ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi
rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban ) relative kecil sedangkan
dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput
ketuban tipis dan mudah pecah. (Saifudin. 2002)

- Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan
makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi dan
menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga menekan selaput
ketuban, manyebabkan selaput ketuban menjadi teregang,tipis, dan kekuatan
membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah pecah.
(Winkjosastro, 2006)
- Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000mL. Uterus
dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis
adalah peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur.
Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan
mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja
c. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.
d. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP (sepalo
pelvic disproporsi).
e. Korioamnionitis
Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaranorganism
vagina ke atas. Dua factor predisposisi terpenting adalah pecahnyaselaput ketuban >
24 jam dan persalinan lama.
f. Penyakit Infeksi
Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yangmeyebabkan
infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi menyebabkanterjadinya proses
biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan
ketuban pecah.
g. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik)
h. Riwayat KPD sebelumya
i. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
j. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu

3. TANDA DAN GEJALA


Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air
ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih
merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak
akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila Anda
duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal”
atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara.
Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat
merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi

4. PATOGENESIS
Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan retikuler korion dan
trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan
inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi
peningkatan aktifitas IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan,
sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion / amnion, menyebabkan
selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.

5. FAKTOR RESIKO ATAU PREDISPOSISI KETUBAN PECAH DINI


- kehamilan multipel : kembar dua (50%), kembar tiga (90%)
- riwayat persalinan preterm sebelumnya : risiko 2 – 4
- tindakan sanggama : TIDAK berpengaruh kepada risiko, KECUALI jika higiene
buruk, predisposisi terhadap infeksi
- perdarahan pervaginam : trimester pertama (risiko 2x), trimester kedua/ketiga (20x)
- bakteriuria : risiko 2x (prevalensi 7%)
- pH vagina di atas 4.5 : risiko 32% (vs. 16%)
- servix tipis / kurang dari 39 mm : risiko 25% (vs. 7%)
- flora vagina abnormal : risiko 2-3x
- fibronectin > 50 ng/ml : risiko 83% (vs. 19%)
- kadar CRH (corticotropin releasing hormone) maternal tinggi misalnya pada stress
psikologis, dsb, dapat menjadi stimulasi persalinan preterm

6. PENGARUH KPD
a. Terhadap Janin
Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah
terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dahulu terjadi (amnionitis,vaskulitis)
sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan morrtalitas danmorbiditas
perinatal.
b. Terhadap Ibu
Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila terlalu
sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis atau nifas,
peritonitis dan septikemia, serta dry-labor. Ibu akan merasa lelah karena terbaring di
tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat dan
nampaklah gejala-gejala infeksi lainnya

7. PENATALAKSANAAN KPD
a. Pertahankan kehamilan sampai cukup matur, khususnya maturitas paru sehingga
mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang yang sehat
b. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi pemicu sepsis,
meningitis janin, dan persalinan prematuritas
c. Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung
dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin
dapat terjamin.
d. Pada kehamilan 24 sampai 32 minggu yang menyebabkan menunggu berat janin
cukup, perlu dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan, dengan
kemungkinan janin tidak dapat diselamatkan.
e. Menghadapi KPD, diperlukan KIM terhadap ibu dan keluarga sehingga terdapat
pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin dilakukan dengan pertimbangan
untuk menyelamatkan ibu dan mungkin harus mengorbankan janinnya.
f. Pemeriksaan yang rutin dilakukan adalah USG untuk mengukur distansia biparietal
dan peerlu melakukan aspirasi air ketuban untuk melakukan pemeriksaan
kematangan paru melalui perbandingan L/S
g. Waktu terminasi pada hamil aterm dapat dianjurkan selang waktu 6 jam sampai 24
jam, bila tidak terjadi his spontan.

8. KOMPLIKASI KPD
a. Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia
kehamilan. Dapat terjadi Infeksi Maternal ataupun neonatal, persalinan prematur,
hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden SC, atau
gagalnya persalinan normal.
Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten
tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah
ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam.
Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
b. Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu terjadi
Korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis.
Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban Pecah Dini
premature, infeksi lebih sering dari pada aterm. Secara umum insiden infeksi
sekunder pada KPD meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.
Hipoksia dan asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga
terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan
derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.
Syndrom deformitas janin
Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin
terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta
hipoplasi pulmonal

9. PENANGANAN
a. Konservatif
Rawat di rumah sakit
Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusioplasenta
Jika ada tanda-tanda infeksi (demam dan cairan vagina berbau), berikanantibiotika
sama halnya jika terjadi amnionitosis
Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu:
- Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin
- Ampisilin 4x 500mg selama 7 hari ditambah eritromisin 250mg per oral 3x
perhari selama 7 hari.
Jika usia kehamilan 32 - 37 mg, belum inpartu, tidak ada infeksi, beridexametason,
dosisnya IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 x, observasi tanda-tanda infeksi dan
kesejahteraan janin.
Jika usia kehamilan sudah 32 - 37 mg dan sudah inpartu, tidak ada infeksi maka
berikan tokolitik ,dexametason, dan induksi setelah 24 jam.
b. Aktif
Kehamilan lebih dari 37 mg, induksi dengan oksitosin
Bila gagal Seksio Caesaria dapat pula diberikan misoprostol 25 mikrogram – 50
mikrogram intravaginal tiap 6 jam max 4 x.
Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan diakhiri.
Indikasi melakukan induksi pada ketuban pecah dini adalah sebagai berikut :
- Pertiimbangan waktu dan berat janin dalam rahim. Pertimbangan waktuapakah
6, 12, atau 24 jam. Berat janin sebaiknya lebih dari 2000 gram.
- Terdapat tanda infeksi intra uteri. Suhu meningkat lebih dari 38°c, dengan
pengukuran per rektal. Terdapat tanda infeksi melalui hasil
pemeriksaanlaboratorium dan pemeriksaan kultur air ketuban
c. Penatalaksanaan lanjutan
- Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan suhu sering kali didahului
kondisi ibu yang menggigil.
- Lakukan pemantauan DJJ. Pemeriksaan DJJ setiap jam sebelum persalinan
adalah tindakan yang adekuat sepanjang DJJ dalam batas normal. Pemantauan
DJJ ketat dengan alat pemantau janin elektronik secara kontinu dilakukan
selama induksi oksitosin untuk melihat tanda gawat janin akibat kompresi tali
pusat atau induksi. Takikardia dapat mengindikasikan infeksiuteri.
- Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu.
- Ketika melakukan pemeriksaan dalam yang benar-benar diperlukan, perhatikan
juga hal-hal berikut:
 Apakah dinding vagina teraba lebih hangat dari biasa
 Bau rabas atau cairan di sarung tanagn anda
 Warna rabas atau cairan di sarung tangan
- Beri perhatian lebih seksama terhadap hidrasi agar dapat diperoleh
gambaranjelas dari setiap infeksi yang timbul. Seringkali terjadi peningkatan
suhu tubuhakibat dehidrasi.
NTERVENSI
Dx : G..........P..........UK........... dengan KPD +
Tujuan :
KH :

Intervensi
1. Periksan usia kehamilan bila ada dengan USG
R : penentuan usia kehamilan digunakan untuk menetukan tindakan yang tepat pada
KPD menggunakan distansis dan kematangan paru
2. Berikan rehidrasi cairan infus dan pantau input/output cairan
R : pengantian pengeluaran cairan tubuh ibu yang berlebihan untuk mencegah dehidrasi
3. Lakukan pemeriksaan inspakulo (dengan speculum DTT)
R : menilai cairan yang keluar ( jumlah, warna, bau dan membedakan dengan urine)
4. Batasi pemeriksaan dalam
R :engurangi terjadinya infeksi
5. Kaji TTV ibu dengan DJJ
R : deteksi dini adanya perubahan yang berpengaruh pada tanda-tanda bahaya
6. Lakukan titah baring dengan menganjurkan klien untuk miring ke kiri
R : miring ke kiri dapat memperlancar sirkulasi darah uterus
7. Tentukan tanda-tand inpartu
R : untuk menentukan waktu persalinan yang tepat
8. Posisi knne cheat / sujud bila janin hidup dan terdapat prolops tali pusat
R : menghindari tali pusat tertekan kepala janin
9. Kolaborasi dengan dokter untuk tindakan selanjutnya
R : menentukan tindakan yang tepat apabila kemungkinan terjadi komplikasi

Masalah
A. Cemas
Tujuan : mengurangi kecemasan atau ketakutan yang dialami ibu
KH : ibu tidak merasa cemas dan lebih merasa tenang
Intervensi
1. Berikan penjelasan tentang keadaan yang dialami klien
R : dengan penjelsan ibu akan merasa lebih tenang
2. Berikan motivasi dan dukungan emosional kepada klien dan keluarga
R : pemberian motivasi dan semagat pada ibu dan keluarga dapat menimbulkan
kemauan, dan mempengaruhi kondisi psikologis untuk menghadapi persalinan
3. Beri penjelasan setiap tindakan
R : pasien dapat lebih kooperatif / bekerjasama dengan tindakan yang akan dilakukan

B. Nyeri
Tujuan : nyeri berkuang atau hilang
KH : TTV dalam batas normal
Ibu tampak tenang
Nyeri pada perut ibu berkurang
Intervensi
1. Lakukan pendektan terapeutik pada ibu dan keluarga
R : terjalin hubungan kerjasama terhadap tindakan yang akan dilakukan
2. Kaji TTV ibu
R : untuk mengetahui keadaan umum pada ibu
3. Anjurkan pasien teknik relaksasi
R : untuk menggurangi nyeri yang dirasakan
4. Atur posisi pasien
R : untuk memberikan rasa nyaman
5. Lakukan kolaborasi
R : untuk mendapat perawatan lebih intensif

C. Trauma
Tujuan : traumateratasi / berkurang
KH : KU ibu baik
TTV dalam keadaan normal
Kebutuhan cairan tercukupi
Intevensi
1. Lakukan pendekatan terapeutik pada ibu dan keluarga
R : terjalin hubungan kerja sama terhadap tindakan yang akan dilakukan
2. Anjurkan ibu minum-minuman yang manis
R : mengurangi syok / memulihkan tenaga / energi
3. Anjurkan ibu istirahat yang cukup
R : mengurangi rasa trauma dan mengalihkan perasaan trauma
4. Jelaskan pada ibu penyebab terjadinya KPD
R : untuk pengethuan dan mencegah terulang kembali
5. Berikan motivasi/ dukungan supaya ibu tidak berlarut-larut khawatir
R : untuk mengurangi terjadinya stress pada ibu
6. Lakukan kolaborasi
R : untuk mendapatkan perawatan lebih intensif

Kebutuhan
A. Motivasi dan dukungan
Tujuan : Ibu tetap semangat dan tidak trauma pada saat melahirkan
KH : Ibu tampak tenang
Ibu dapat beradaptasi
Intervensi
1. Lakukan pendekatan terpeutik pada ibu dan keluarga
R : terjalin hubungan kerjasama terhadap tindakan yang akan dilakukan
2. Anjurkan keluarga dan suami selalu memberikan semangat
R : dengan memberikan semangat dari orang-orang terdekat dapat mengurangi stress
3. Berikan penjelasan pada Ibu
R : dengan diberikan penjelsan ibu dapat segera beradaptasi
4. Anjurkan ibu rileks dan tidak khawatir
R : dengan ibu rileks menghindari dari ketakutan melahirkan

B. Cairan dan nutrisi


Tujuan : kebutuhan cairan ibu tercukupi
KH : KU ibu bauk
Kesadaran Composmentis
Ibu tidak lemas
Ibu mau makan dan minum
Intervensi
1. Lakukan pendekatan terapeutik pada ibu dan keluarga
R: terjalin hubungan kerja sama terhadap tindakan yang akann dilakukan
2. Anjurkan ibu makan makanan yang bergizi seimbang
R : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan
3. Anjurkan minum-minuman yang bergula
R : untuk pemulihan tenaga

C. Istirahat dan tidur cukup


Tujuan : kebutuhan istirhat dan tidur ibu tidak ada gangguan
KH : ibu tenang
Intervensi
1. Lakukan pendakan terapietik pada ibu dan keluarga
R : terjalin hubungan kerjasama terhadap tindakan yang akan dilakukan
2. Anjurkan ibu istrhat / tidur
R : mengurangi kelelahan
3. Jelaskan pada ibu pentingnya kebutuhan istirhat tidur
R : untuk mengurangi kelelahan yang menambah stres pada ibu
4. Anjurkan keluarga / suami membatasi keluarga yang ingin menjenguk
R : meminimalkan terjadinya kelelahan yang berlebihan pada ibu

D. Pemberian antibiotik
Tujuan : masalah berkurang dengan diberikan antibiotik
KH : ibu merasa tenang dan nyaman
Tidak terjadi infeksi
Intervensi
1. Lakukan pendekatan terpeutik pada klien dan keluarga
R : terjalin hubungan kerjasama terhadap tindakan yang akan dilakukan
2. Berikan antibiotik
R : untuk mencegah infeksi
3. Observasi TTV
R : untuk mengetahui kondisi umum ibu
DATA ETIOLOGI DIAGNOSA
 Ds : mengeluh keluar cairan dari Beberapa factor resiko Resiko Infeksi
jalan lahir sejak kemarin pagi, ↓
pasien tidak berani beraktivitas Mempengaruhi pembentukan dan pemeliharan
berat dan hanya tiduran kolagen
sepanjang hari, mengeluh selaput amnion kurang optimal
badannya demam, dan dari hasil ↓
anamnesa perawat, pasien Selaput ketuban mudah pecah
mengatakan jarang control ↓
kehamilan ke puskesmas Cairan amnion merembes keluar melalui jalan lahir
 Do : Td :120/80, suhu : 37’C, DJJ ↓
: 120x. pH amnion netral & Adanya kondisi kelembabab dan kebersihan daerah
keruh. parineal yang buruk

Perkembangan pathogen dan invasi

Meningkatkan resiko terjasdinya infeksi
 Ds : mengeluh keluar cairan dari Beberapa factor resiko Ansietas
jalan lahir sejak kemarin pagi, ↓
pasien tidak berani beraktivitas Mempengaruhi pembentukan dan pemeliharan
berat dan hanya tiduran kolagen
sepanjang hari, mengeluh selaput amnion kurang optimal
badannya demam, dan dari hasil ↓
anamnesa perawat, pasien Selaput ketuban mudah pecah
mengatakan jarang control ↓
kehamilan ke puskesmas Cairan amnion merembes keluar melalui jalan lahir
 Do : Td :120/80, suhu : 37’C, DJJ ↓
: 120x. pH amnion netral & Kurangnya pajanan informasi tentang kondisinya
keruh. Pasien tampak tegang, ↓
pucat dan gelisah. Memicu kondisi tegang, gelisah dan penuruna
konsentrasi
 Ds: mengeluh keluar cairan dari Selama kehamilah, ibu jarang control ke RS (pernah Ketidakefektifan
jalan lahir sejak kemarin pagi, tapi tidak rutin sesuai jadwal) manajemen
pasien tidak berani beraktivitas ↓ kesehatan diri
berat dan hanya tiduran Ibu kurang informasi tentang tanda-tanda dan gejala b.d kurang
sepanjang hari, mengeluh di setiap usia kehamilan, apa yang harus dilakukan pengetahuan
badannya demam, dan dari hasil dan apa yang harus dihindari selama kehamilan
anamnesa perawat, pasien ↓
mengatakan jarang control Ibu terpajan dengan factor resiko ekternal ataupun
kehamilan ke puskesmas. internal yang membuat membrane amnion tidak
 DO : Pasien tampak tegang, pucat adekuat
dan gelisah. ↓
Ketuban pecah dini terjadi pada ibu

Ibu tidak tau apa yang terjadi dan apa yang harus
dilakukan

Ibu hanya tiduran sepanjang hari

ketidakefektif dalam manajemen kesehatan dirinya

C. PERENCANAAN INTERVENSI
DIAGNOSA TUJUAN & KH INTERVENSI
Risiko Infeksi Tujuan : Setelah dilakukan tindakan  Kaji tanda dan gejala infeksi
keperawatan 2x24 jam risiko infeksi pada (kemerahan, panas, drainase)
klien terkendali/terkontrol  Monitor jumlah granulosit, WBC
KH :  Monitor kerentanan terhadap infeksi
 Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi  Pertahankan teknik aseptik pada pasien
yaitu demam suhu : 37 0C yang beresiko
 Menunjukan kemampuan untuk mencegah  Instruksikan pasien untuk minum
timbulnya infeksi: mengurangi demam antibiotik seperti ampicilin 4x500 mg
atau eritomicin bila tidak tahan ampicilin
dan metronidozol 2x500mg selama 7
hari
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda
gejala infeksi
 Ajarkan cara menghindari infeksi
 Laporkan kecurigaan infeksi
 Laporkan kultur positif

Ansietas b.d Tujuan : Setelah dilakukan tindakan  Kaji tingkat kecemasan


perubahan keperawatan 1x24 jam ansietas yang di  Gunakan pendekatan yang
dalam status alamai klien terkontrol atau terkendali menyenangkan
kesehatan KH :  Jelaskan semua prosedur dan apa yang
 Klien mampu mengidentifikasi, dirasakan selama prosedur
mengungkapkan dan menunjukan teknik  Temani pasien untuk memberikan
untuk mengontrol cemas keamanan dan mengurangi takut
 Klien menunjukan postur tubuh, ekspresi  Berikan informasi faktual mengenai
wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktifitas diagnosis, tindakan prognosis
mengalami penurunan kecemasan  Intruksikan pasien untuk menggunakan
teknik relaksasi
 Berikan obat untuk mengurangi
kecemasan sesuai indikasi

Ketidak Tujuan : Setelah dilakukan tindakan  gunakan teknik intervensi sesuai dengan
efektifan keperawatan selama 1 x 20 klien mampu usia klien
managemen memenejemen kesehatan dirinya (kesadaran  Identivikasi factor ekterna dan internal
kesehatan b.d akan pentingnya kontrol kehamilan) yang mengurangi motivasi klien
kurang KH :  Ajarkan dalam membuat jadwal
pengetahuan  klien mampu menyeimbangkan aktivitas kegiatan yang sesuai dengan kondisi
dan istirahat klien
 Klien mengerti pentingnya control rutin  Kolaborasi dengan keluarga untuk
ke pelayanan kesehatan mempermudah klien menuju pelayanan
kesehatan
 Yakinkan klien agar rutin memeriksakan
kesehatan

A. TINJAUAN TEORITIS
1. Pengertian

Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya/rupturnya selaput amnion sebelum dimulainya
persalinan yang sebenarnya atau pecahnya selaput amnion sebelum usia kehamilannya
mencapai 37 minggu dengan atau tanpa kontraksi.(mitayani,2011.buku keperawatan
maternitas,hal:74)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan dan
ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda-tanda persalinan (Manuaba, 1998).
Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah spontan yang terjadi pada sembarang usia
kehamilan sebelum persalinan di mulai (William,2001).

Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan berusia
22 minggu sebelum proses persalinan berlangsung dan dapat terjadi pada kehamilan
preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm. (saifudin,2002)

Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Ketuban
pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membrane atau
meningkatnya tekanan intra uterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya
kekuatan mambran disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina serviks.
(Sarwono Prawiroharjo, 2002)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu bila pembukaan primi
kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. (Sarwono Prawirohardjo, 2005)

2. Etiologi
Walaupun banyak publikasi tentang KPD, namun penyebabnya masih belum diketahui dan
tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang
berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit
diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor predesposisi adalah:

1. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari vagina
atau
infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.

2. Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan
pada
servik uteri (akibat persalinan,curetage).

3. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi
uterus)
misalnya trauma, hidramnion gemelli. Trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai
faktor
predisisi atau penyebab terjadinya KPD. Trauma yang didapat misalnya hubungan
seksual,
pemeriksaan dalam, maupun amnosintesis menyebabakan terjadinya KPD karena
biasanya
disertai infeksi.

4. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi
pintu atas
panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.

5. Faktor lain
a. Faktor golongan darah
b. Akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan
bawaan termasuk kelemahan jaringan kulit ketuban.
c. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.
d. Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum.
e. Defisiesnsi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C).
3. Patofisiologi

Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini dengan menginduksi kontraksi
uterus dan atau kelemahan fokal kulit ketuban . Banyak mikroorganisme
servikovaginal, menghasilkan fosfolipid C yang dapat meningkatkan konsentrasi secara
local asam arakidonat, dan lebih lanjut menyebabkan pelepasan PGE2 dan PGF2 alfa
dan selanjutnya menyebabkan kontraksi miometrium . Pada infeksi juga dihasilkan
produk sekresi akibat aktivitas monosit/makrofag , yaitu sitokrin, interleukin 1 , factor
nekrosis tumor dan interleukin 6. Platelet activating factor yang diproduksi oleh paru-
paru janin dan ginjal janinyang ditemukan dalam cairan amnion , secara sinergis juga
mengaktifasi pembentukan sitokin. Endotoksin yang masuk kedalam cairan amnion
juga akan merangsang sel-sel disidua untuk memproduksi sitokin dan kemudian
prostaglandin yang menyebabkan dimulainya persalinan.

Adanya kelemahan local atau perubahan kulit ketuban adalah mekanisme lain terjadinya
ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi . Enzim bacterial dan atau produk host
yang disekresikan sebagai respon untuk infeksi dapat menyebabkan kelemahan dan
rupture kulit ketuban .Banyak flora servikoginal komensal dan patogenik mempunyai
kemampuan memproduksi protease dan kolagenase yang menurunkan kekuatan tenaga
kulit ketuban.Elastase leukosit polimorfonuklear secara spesifik dapat memecah
kolagen tipe III papa manusia, membuktikan bahwa infiltrasi leukosit pada kulit
ketuban yang terjadi karena kolonisasi bakteri atau infeksi dapat menyebabkan
pengurangan kolagen tipe III dan menyebabkan ketuban pecah dini.

Enzim hidrolitik lain , termasuk katepsin B , katepsin N, kolagenase yang dihasilkan netrofil
dan makrofag , nampaknya melemahkan kulit ketuban . Sel inflamasi manusia juga
menguraikan aktifator plasminogen yang mengubah plasminogen menjadi plasmin ,
potensial , potensial menjasi penyebab ketuban pecah dini.

4. Manifestasi Klinis
• Keluarnya air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan
sedikit-sedikit atau sekaligus banyak
• Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
• Janin mudah diraba
• Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
• Inspeksi : Tampak air ketuban mengalir, atau selaput ketuban tidak ada air dan
ketuban sudah kering.
• Bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat
merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
(Buku asuhan patologi kebidanan, sujiyatini, 2009, hal:14)

5. Penatalaksanaan
A. Pencegahan
1. Obati infeksi gonokokus, klamidi, dan vaginosis bakterial
2. Diskusikan pengaruh merokok selama kehamilan dan dukung untuk mngurangi
atau berhenti.
3. Motivasi untuk menambah berat badan yang cukup selama hamil
4. Anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada trisemester akhir bila ada
faktor predisposisi.

B. Panduan mengantisipasi: jelaskan pasien yang memiliki riwayat berikut ini saat
prenatal bahwa mereka harus segera melapor bila ketuban peccah.
1. Kondisi yang menyebabkan ketuban pecah dapat mengakibatkan prolaps tali pusat
a. Letak kepala selain verteks
b. Polihdramnion
2. Herpes aktif
3. Riwayat infeksi streptokus beta hemolitiukus sebelumnya

C. Bila ketuban telah pecah


1. Anjurkan pengkajian secara saksama. Upayakan mengetahui waktu terjadinya
pecahnya ketuban
2. Bila robekan ketuban tampak kasar :
a. Saat pasien berbaring terlentang , tekan fundus untuk melihat adanya semburan
cairan dari vagina.
b. Basahai kapas asupan dengan cairan dan lakukan pulasan pada slide untuk
mengkaji ferning dibawah mikroskop.
c. Sebagian cairan diusapkan kekertas Nitrazene. Bila positif, pertimbangkan uji
diagnostik bila pasien sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual tidak
ada perdarahan dan tidak dilakukan pemeriksaan pervagina menggunakan jeli K-Y.
3. Bila pecah ketuban dan / atau tanda kemungkinan infeksi tidak jelas, lakukan
pemeriksaan spekulum steril.
a. Kaji nilai bishop serviks (lihat Nilai Bishop, tabel 5-2).
b. Lakukan kultur serviks hanya bila ada tanda infeksi.
c. Dapatkan spesimen cairan lain dengan lidi kapas steril yang dipulaskan pada
slide untuk mengkaji ferning dibawah mikroskop.
4. Bila usia gestasi kurang dari 37 minggu atau pasien terjangkit herpes Tipe 2, rujuk ke
dokter.

D. Penatalaksanaan konservatif
a. Kebanyakan persalinan dimulai dalam 24-72 jam setelah ketuban pecah.
b. Kemungkinan infeksi berkurang bila tidak ada alat yang dimasukan kevagina , kecuali
spekulum steril ; jangan melakukan pemeriksaan vagina.
c. Saat menunggu, tetap pantau pasien dengan ketat.
1. Ukur suhu tubuh empat kali sehari ; bila suhu meningkatkan secara signifikan, dan /
atau
mencapai 380 C , berikan macam antibiotik dan pelahiran harus diselesaikankan.
2. Observasi rabas vagina : bau menyengat menyengat, purulen atau tampak
kekuningan
menunjukan adanya infeksi.
3. Catat bila ada nyeri tekan dan iritabilitas uterus serta laporkan perubahan apa pun

E. Penatalaksaan agresif
a. Jel prostaglandin atau misoprostol (meskipun tidak disetujui penggunaannya) dapat
diberikan setelah konsultasi dengan dokter
b. Mungkin dibutuhkan rangkaian induksi pitocin bila serviks tidak berespons
c. Beberapa ahli menunggu 12 jam untuk terjadinya persalinan. Bila tidak ada tanda,
mulai
pemberian pitocin
d. Berikan cairan per IV , pantau janin
e. Peningkatan resiko seksio sesaria bila induksi tidak efektif.
f. Bila pengambilan keputusan bergantung pada kelayakan serviks untuk di indikasi, kaji
nilai
bishop (lihat label 5-2) setelah pemeriksaan spekulum. Bila diputuskan untuk
menunggu
persalinan, tidak ada lagi pemeriksaan yang dilakukan, baik manipulasi dengan tangan
maupun spekulum, sampai persalinan dimulai atau induksi dimulai
g. Periksa hitung darah lengka bila ketuban pecah. Ulangi pemeriksaan pada hari
berikutnya
sampai pelahiran atau lebih sering bila ada tanda infeksi

6. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu di periksa warna konsentrasi,bau dan PH nya.Cairan
yang keluar dari vagina kecuali air ketuban mungkin juga urine atu secret vagina,Sekret
vagina ibu hamil pH :4,5 dengan kertas nitrazin tidak berubah warna ,tetap kuning .1.a
tes lakmus (tes nitrazin),jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan
adanya air ketuban (alkalis).Ph air ketuban 7-7,5 darah dan infeksi vagina dapat
menghaslkan tes yang positif palsu .1b. mikroskop (tes pakis ),dengan meneteskan air
ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering.Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan
gambaran daun psikis.

b. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)


Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri pada
kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit .Namun sering terjadi kesalahan
pada penderita oligohidroamion.Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak
macam dan caranya ,namun pada umunya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan
anamnesa dan pemeriksaan sederhana.(buku asuhan patologi
kebidanan,sujiyatini,2009,hal:16-17)

7. Komplikasi
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia 37 minggu adalah sindrom distress
pernapasan,yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir.Risiko infeksi meningkat pada
kejadian KPD.Semua ibu hamil dengan KPD premature sebaiknya dievaluasi untuk
kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion).Seklain itu
kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD.
Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD Praterm.Hipoplasia paru
merupakan komplikasi fatal terjadi pada KPD praterm.Kejadiannya mencapai hampir
100% apabila KPD prater mini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.
a. Infeksi intrauterine
b. Tali pusat menumbung
c. Prematuritas
d. Distosia
(buku asuhan patologi
kebidanan,sujiyatini,2009,hal:17)

B. TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas ibu
b. Riwayat penyakit
a) Riwayat kesehatan sekarang ;ibu datang dengan pecahnya ketuban sebelum usia
kehamilan mencapai 37 minggu dengan atau tanpa komplikasi
b) Riwayat kesehatan dahulu
1. Adanya trauma sebelumnya akibat efek pemeriksaan amnion
2. Sintesi ,pemeriksaan pelvis dan hubungan seksual
3. Infeksi vagiana /serviks oleh kuman sterptokokus
4. Selaput amnion yang lemah/tipis
5. Posisi fetus tidak normal
6. Kelainan pada otot serviks atau genital seperti panjang serviks yang pendek
7. Multiparitas dan peningkatan usia ibu serta defisiensi nutrisi.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC, penyakit
kelamin abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien.
d. Riwayat psikososial
Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara merawat bayinya, berat badan
yang semakin meningkat dan membuat harga diri rendah.

Pola-pola fungsi kesehatan


a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara pencegahan,
penanganan, dan perawatan serta kurangnya menjaga kebersihan tubuhnya akan
menimbulkan
masalah dalam perawatan dirinya

b. Pola Nutrisi dan Metabolisme


Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari keinginan untuk
menyusui bayinya.

c. Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada
aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas
didapatkan
keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.

d. Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing selama masa
nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi
dari
uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan BAB.

e. Pola istirahat dan tidur


Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya kehadiran
sang
bayi dan nyeri epis setelah persalinan

f. Pola hubungan dan peran


Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang lain.

g. Pola penagulangan sters


Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas

h. Pola sensori dan kognitif


Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan nyeri perut
akibat
involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan
merawat
bayinya

i. Pola persepsi dan konsep diri


Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih menjelang
persalinan
dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri antara lain dan body image dan
ideal diri

j. Pola reproduksi dan sosial


Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi dari seksual
yang
tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas ( Sharon J. Reeder, 1997:285)

k. Pola tata nilai dan kepercayaan


Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan klien akan terganggu
dalam
hal ibadahnya karena harus bedre total setelah partus sehingga aktifitas klien dibantu oleh
keluarganya.

Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya cloasma
gravidarum, dan apakah ada benjolan

b. Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena adanya proses
menerang
yang salah

c. Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-kadang
keadaan
selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera
kunuing

d. Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah cairan yang
keluar
dari telinga.

e. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-kadang ditemukan
pernapasan
cuping hidung

f. Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola mamae dan papila
mamae. Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri. Fundus
uteri 3 jari dibawa pusat.

g. Genitaliua
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat pengeluaran
mekomium
yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.

h. Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur

i. Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus, karenan
preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.

j. Muskulis skeletal
Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena adanya luka episiotomi

k. Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat, pernafasan
meningkat, suhu tubuh turun.

1. Resiko infeksi b.d Interaksi langsung intraamnion dengan daerah luar


Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam tanda tanda
infeksi tidak ada.
Kriteria Hasil: WBC normal(dibawah 10.000)
Suhu normal(36-37oC)
Tidak ada kemerahan
Tidak ada bengkak
Tidak ada perubahan fungsi
No Intervensi Rasional
1. Pasien dirawat di rumah sakit - Mencegah penyulit yang lain
sampai air ketuban berhenti dalam kehamilan serta
mengalir memberikan penatalaksanaan
secara tepat dan komprehenshif
pada pasien.
- Lebih dari 6 jam
kemungkinan infeksi telah terjadi,
proses persalinan umumnya
Berikan antibiotika (golongan
berlangsung lebih dari 6 jam.
penisilin seperti ampisilin/
Selain mencegah keberlanjutan
2. amoksilinatau eritrosin jika tidak infeksi, pemberian antibiotik ini
tahan terhadap penisilin.
diharapkan pasien akan inpartu
dengan senndirinya.
- Mencegah keberlanjutan
infeksi ke janin dan bagian tubuh
ibu yang lain.

- Bila serviks telah matang,


diharapkan persalinan dilakukan
Bila terdapat tanda-tanda infeksi, pervaginam.
diberikan antibiotika dosis tinggi
kombinasi(penisilin,metrodinasol,dan
gentamisin)
Pelvis score <5 dilakukan seksio
cesaerea - Pecah ketuban terjadi 24jam
3. Pelvic score >5 dilakukan induksi sebelum pembedahan dapat
persalinan, usahakan persalinan menyebabkan amnionitis
pervaginam sebelum intervensi bedah dan
Catat waktu pecah ketuban. dapat mengubah penyembuhan
luka.
- Untuk mengevaluasi status
infeksi.
4.
- Untuk mencegah agar tidak
terjadi infeksi
Evaluasi WBC dan tanda-tanda
infeksi(Kemerahan, Hipertermi,
5. Bengkak, Nyeri, dan Perubahan
fungsi).
Berikan perawatan perineal
sedikitnya setiap 4 jam bila ketuban
telah pecah.

6.

7.

1. Resiko cidera pada janin berhubungan dengan berkurangnya jumlah air ketuban
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x20 menit. Tanda – tanda
cidera terhadap janin berkurang
Kriteria Hasil :
1. Tanda – tanda vital ibu dalam batas normal
( TD : 120/80 mmhg, nadi 80 x/menit, suhu: 36 C, RR 16-20 x/ menit )
1. Keadaan janin dalam batas normal yaitu:
Denyut jantung janin reguler, gerakan janin baik, kontraksi uterus sesuai dengan
fase persalinan
1. Tanda-tanda asfiksia tidak terjadi (setelah bayi lahir) :
- Tidak bernafas atau nafas tersengal-sengal
- Warna kulit kebiruan
- Kejang
- Penurunan kesadaran
- APGAR score normal
No Intervensi Rasional
1. Pasang NST - Menilai kesejahteraan janin
dalam kandungan
- Membantu meningkatkan
tenaga dalam proses persalinan
2. Sambil menunggu pembukaan
lengkap perbaiki kondisi ibu:
 Anjurkan ibu untuk minum
sedikit-sedikit tapi sering
 Perbaiki nutrisi
 Kolaborasi dalam pemberian
antibiotik
Ajarkan cara mengedan yang
efektif sebelum pembukaan
lengkap
Setelah pembukaan lakukan - Mempermudah proses
pertolongan asuhan persalinan persalinan
normal dengan teknik septic dan
aseptic.
3. Siapkan oksigen
- Mengurangi resiko infeksi

4. Pantau proses persalinan,


periksa dan catat:
1. Nadi ibu setiap 30 menit
2. Ferkuensi dan lama kontraksi - Persiapkan oksigen untuk
setiap 30 menit mencegah terjadinya asfeksia
3. DJJ setiap selesai mengejan pada bayi baru lahir.
atau setiap 5-10 menit - Kondisi ibu, bayi dan
4. Penurunan kepala bayi setiap 30 kemajuan persalinan harus selalu
5.
menit melalui pemeriksaan di pantau secara berkala dan
abdomen (periksa luar) ketat selama berlangsungnya
5. Warna cairan ketuban jika kala II persalinan
selaputnya sudah pecah (jernih
atau bercampur mekonium atau
6. darah)

.
1. Anxietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai air ketuban pecah
dini
Tujuan : Setelah di berikan tindakan perawatan selama 30 menit perasaan cemas
klien ber-kurang.
Kriteria Hasil:
1. Koping efektif
2. Ekpresi wajah lebih tenang
3. Tanda – tanda vital dalam batas normal
( TD : 120/80 mmhg,nadi 80 x/menit, suhu: 36 C, respirasi 16-20 x/ menit )
1. Kondisi pasien rileks
No Intervensi Rasional
1. Beri ibu dukungan psikologis . - Bahwa ibu melewati
Bahwa ibu melewati persalinan persalinan ini dengan lancar.
ini dengan lancar. Berikan ibu Berikan ibu support, dan
support, dan dampingi ibu dalam dampingi ibu dalam persalinan.
persalinan
Jelaskan faktor-faktor penyebab
dan pengaruh terjadinya KPD - Penjelasan secara rasional
dan partus yang lama serta menurunkan tingkat kecemasan
tindakan medis yang akan dan memperlancar persalinan
dilakukan menolong persalinan.
2. Jelaskan pada ibu tentang
kondisi saat ini dan pantau
tanda-tanda vital
- Pemberian setiap informasi
diharapkan klien lebih kooperatif
dalam setiap tindakan yang
dilakukan dan peningkatan
tanda vital menunjukkan
peningkatan anxietas.
3. Anjurkan satu anggota keluarga - Pendampingan
terdekat untuk mendampingi ibu menguatkan psikis ibu sehingga
dapat menurunkan kecemasan

ata Etiologi Masalah Keperawatan


Data Subjektif : Ketuban pecah Resiko infeksi (intra
- Ibu mengatakan dari uterine)
vaginanya keluaran
cairan berwarna putih
keruh sejak 8 jam yang Jalan lahir terbuka
lalu.
Data Objektif :
- Dari pemeriksaan
didapatkan ketuban telah Terpapar lingkungan
pecah, konsistensi
serviks lunak, dan telah
pembukaan 3.
Hubungan langsung
antara dunia luar dan
ruang intra uterin

Resiko infeksi
(intrauterin)

Data Subjektif : Ketuban pecah Risiko distress janin


- Ibu mengatakan
telah keluar cairan putih
keruh dari vaginanya.
Data Objektif : Oligohidromnion
- Dari pemeriksaan
didapat ketuban telah
pecah dan kering, DJJ :
136x/mnt. Menekan tali pusar

Hipoksia

Risiko distress janin


Data Subjektif : Ketuban pecah Ansietas
- Ibu mengatakan
cemas dengan
kondisinya terutama
bayinya karena Cairan ketuban
ketubannya telah pecah merembes
tapi bayi tidak juga bisa
lahir.
Data Objektif :
- Ekspresi wajah Air ketuban
klien tegang dan
gelisah.

Dry labor

Kurang Pengetahuan

Ansietas

You might also like