You are on page 1of 6

[LAPORAN KASUS]

Seorang Perempuan 21 Tahun dengan Autoimmune Hemolytic


Anemia (AIHA) dan Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
Oktafany, Deborah Natasha
Fakultas kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Autoimmune anemia hemolytic (AIHA) adalah sebuah kelainan pada sel darah merah yang ditandai dengan kerusakan
eritrosit oleh autoantibodi dalam tubuh pasien. AIHA bisa terjadi pada penderita-penderita Systemic Lupus Erythematosus
(SLE). Seorang perempuan, 21 tahun datang ke Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Jendral Ahmad Yani kota Metro dengan
keluhan lemas seluruh tubuh disertai dengan gejala nyeri sendi, nyeri perut, nyeri kepala dan riwayat sindrom nefrotik
berulang. Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva anemis, malar rash, nyeri pada regio epigastrium, limpa di
Schuffner 3 dan nyeri ketika sendi digerakkan. Pada pemeriksaan laboratorium, Hemoglobin (Hb) pasien 7,6 g/dL, pada
pemeriksaan morfologi apusan darah tepi ditemukan anemia normositik normokromik suggest anemia hemolitik, dan
coombs test dengan hasil positif. Pasien disarankan untuk melakukan pemeriksaan profil ANA, haptoglobin. Pasien diterapi
dengan IVFD RL 2000 cc/24 jam, methylprednisolone 125 mg/12 jam injeksi, transfusi PRC sampai dengan Hb 12 g/dL dan
pengawasan saat transfusi serta pengukuran tanda-tanda vital berkala. Pasien dirawat selama satu minggu di ruang
penyakit dalam dan hasil ANA test positif. Pasien pulang dengan perbaikan kondisi serta kadar Hb mencapai 12,5 g/dL .

Kata kunci: AIHA, ANA test, Coombs test, SLE

A 21-Year-old Female with Autoimmune Hemolytic


Anemia (AIHA) and Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
Abstract
Autoimmune hemolytic anemia (AIHA) is a disorder of red blood cells characterized by destruction of erythrocytes by
autoantibodies in the body of the patient. AIHA is common in people with Systemic Lupus Erythematosus (SLE). A 21-year-
old woman came to Emergency Room General Hospital Ahmad Yani Metro city with complaints of weakness throughout the
body accompanied by symptoms of joint pain, abdominal pain, headache and a history of recurrent nephrotic syndrome.
On physical examination, conjunctiva anemis, malar rash, pain in the epigastric region, spleen in Schuffner 3 and pain when
joints are moved. On laboratory examination, the patient's Haemoglobin (Hb) 7.6g/dL, erythrocyte morphology's finding
normochromic normocytic anemia suggest haemolytic anemia, and Coombs test with positive results. Patients are advised
to perform an ANA profile check, haptoglobin. Patients were treated with IVFD RL 2000cc/24 h, methylprednisolone
125mg/12 h injections, PRC transfusions up to 12g/dL Hb and transfusion monitoring and periodic vital measurements.
Patients were treated for one week and positive ANA test results. Patients discharged from hospital with improvement of
the condition and Haemoglobin levels reached 12,5g/dL.

Keywords: AIHA, ANA test, Coombs test, SLE

Korespondensi: Deborah Natasha, alamat Jl. Maulana Yusuf no. 22 BandarLampung, HP. 082280559731 e-mail:
deborah.natasha28@gmail.com

Pendahuluan autoimun) serta AIHA tipe campuran. AIHA


Anemia hemolitik autoimun atau yang diklasifikasikan sebagai AIHA warm type
umum disebut dengan autoimmune hemolytic (disebabkan oleh adanya reaksi hemolisis
anemia (AIHA) adalah sebuah kelainan yang ekstravaskular yang bersuhu tinggi yang
jarang dan yang dikarakteristikkan dengan dimediasi oleh IgG, kurang lebih 75% kasus
adanya proses hemolisis oleh reaksi AIHA), AIHA cold type (disebabkan oleh adanya
autoantibodi yang menyerang langsung sel reaksi hemolisis intravaskular bersuhu rendah
darah merah penderita, dengan insidensi 1-3 yang dimediasi oleh komplemen, kurang lebih
orang per 100.000 populasi per tahun dan 15% kasus AIHA), dan tipe campuran (kurang
rerata mortalitasnya mencapai kurang lebih dari 5%), pembagian ini didasarkan pada
11%. Mortalitas lebih rendah pada anak-anak rentang suhu dari autoantibodi yang berperan
(4%) tapi akan meningkat (hingga 10%) pada dalam patogenesis. Penyebab AIHA
Evans Syndrome (terdapat trombositopenia bermacam-macam, umumnya idiopatik (50%),

J AgromedUnila | Volume 4| Nomor 1 | Juni 2017 | 43


Debora natasha | seorang perempuan 21 th dengan Autoimmune Hemolytic Anemia (AIHA) dan Systemic Lupus

sindrom limfoproliferatif (20%), penyakit pendekatan diagnosis dan tatalaksana yang


autoimun seperti systemic lupus benar akan memberikan hasil yang signifikan.
erythematosus (SLE) (20%) hingga infeksi dan
tumor.1-3 Kasus
Manifestasi klinis dari AIHA umumnya Seorang wanita berusia 21 tahun datang
akan terlihat perlahan beberapa bulan hingga ke UGD Rumah Sakit Jendral Ahmad Yani kota
tahunan bergantung pada keparahan anemia Metro dengan keluhan utama lemas badan
yang diderita penderitanya, dari asimtomatik sejak dua hari sebelum masuk rumah sakit
yang terkompensasi dengan retikulositosis (SMRS). Keluhan dirasakan seluruh badan,
dengan hiperbilirubinemia ringan hingga sepanjang hari, memberat ketika beraktivitas
hemolisis fulminan dengan jaundice, dan tidak menghilang setelah pasien
hepatosplenomegali, takikardi dan angina. beristirahat. Pasien tidak mengonsumsi
Manifestasi klinis tersebut juga dibedakan vitamin atau obat apapun untuk mengatasi
berdasarkan adanya penyakit dasar dan keluhan ini.
derajat hemolisis yang bergantung pada tipe Pasien juga mengeluh sering nyeri sendi
autoantibodi. Pasien dengan reaksi hangat IgM dan sifatnya selalu bersamaan antara sendi
dilaporkan cenderung memiliki keparahan anggota gerak kanan dan kiri, sakit kepala,
hemolisis yang tinggi dan angka mortalitasnya nyeri perut dan kulit terasa terbakar ketika
lebih tinggi jika dibandingkan dengan AIHA tipe berada di bawah matahari tanpa tabir surya.
dingin. Derajat anemia umumnya bergantung Keluhan ini sering dirasakan pasien hilang
pada kemampuan kompensasi tubuh dengan timbul dua tahun terakhir. Pasien juga
peningkatan kadar retikulosit dan pada pasien mengaku untuk keluhan nyeri sendi, nyeri
dengan retikulositopenia umumnya memiliki perut dan nyeri kepala, pasien sering
keadaan klinis yang lebih buruk dan mengonsumi obat-obatan warung. Sedangkan
memerlukan transfusi sel darah merah yang untuk keluhan kulit terasa terbakar, pasien
sesuai.4 mengatasinya dengan mengoleskan tabir surya
Pendekatan diagnosis AIHA secara garis ke seluruh tubuh, pasien juga mengaku sering
besar cukup membutuhkan pembuktian merasa nyeri saat sendi kedua anggota gerak
adanya anemia yang disebabkan proses digerakkan terutama pada pagi hari.
hemolisis dan hasil pemeriksaan serologis yang Pada autoanamnesis juga diperoleh data
membuktikan adanya antibodi anti-eritrosit bahwa pasien pernah didiagnosis sindrom
yang dapat terdeteksi dengan direct nefrotik saat pasien berusia 17 tahun dan
antiglobulin test (DAT).5 menjalani terapi regimen sindrom nefrotik
AIHA (Autoimmune Hemolytic Anemia) tetapi oleh karena kepatuhan pasien kurang
juga sangat erat kaitannya dengan penyakit baik, pasien sering masuk RS dengan keluhan
SLE. SLE merupakan suatu penyakit autoimun yang sama yaitu bengkak seluruh tubuh, tetapi
heterogen yang menyerang multi-organ dan profil ANA belum dilakukan. Sejak dua tahun
memberikan klinis bervariatif sesuai dengan terakhir, keluhan tersebut tidak lagi dirasakan
organ yang terkena. SLE sendiri oleh pasien. Pada riwayat keluarga, tidak
mengklasifikasikan AIHA sebagai gejala klinis diperoleh keluhan yang sama pada keluarga
dari kelainan hematologis yang umum. Pada pasien.
AIHA oleh karena SLE, gejala selain AIHA akan Pada pemeriksaan fisik pasien
nampak yaitu terdapat gangguan pada organ didapatkan keadaan umum tampak sakit
lain karena SLE.6 Oleh karena insidensi AIHA sedang, kesadaran compos mentis, tekanan
pada kasus SLE semakin meningkat dan darah 100/60 mmHg, frekuensi nadi 100 kali
penyakit ini membutuhkan terapi segera, maka per menit, berirama reguler, tegangan cukup,

J Agromed Unila | Volume 4| Nomor 1 | Juni 2017| 44


Debora natasha | seorang perempuan 21 th dengan Autoimmune Hemolytic Anemia (AIHA) dan Systemic Lupus

laju respirasi dua puluh kali per menit, suhu adalah berupa cairan Ringer Laktat 2000 cc per
tubuh 36,7 derajat celsius, status gizi baik, 24 jam, methylprednisolon 2x125 mg
activity daily living (ADLs) dinilai mandiri, intravena, Parasetamol 3x500 mg per oral dan
konjungtiva kedua mata anemis, leher dalam Ranitidin 2x150 mg intravena, serta PRC
batas normal, status neurologis dalam batas sampai dengan Hb pasien 12 g/dL. Transfusi
normal. Pada pemeriksaan kulit diperoleh kulit dilakukan setelah hasil uji silang serasi (cross
wajah kemerahan bilateral pada daerah pipi. match) keluar dan pada pemeriksaan hasilnya
Pada pemeriksaan thoraks pasien adalah reaksi silang minor incompatible lalu
didapatkan inspeksi gerakan dinding dada pasien ditransfusikan PRC yang tidak memiliki
simetris dan tidak ada retraksi, fremitus vokal reaksi silang.
simetris pada paru kiri dan kanan, perkusi Pasien diobservasi dan di-follow up
sonor di semua lapang paru, auskultasi suara selama tujuh hari, dengan hari pertama
napas vesikuler, tidak terdapat suara ronkhi tanggal 11 Juni 2016 pasien masih mengeluh
dan bunyi jantung I dan II normal tanpa lemas dan nyeri pada persendian dan saat
disertai suara murmur. diperiksa, konjungtiva tampak anemis. Pada
Pada pemeriksaan abdomen didapatkan hari kedua tanggal 12 Juni 2016, keluhan nyeri
kesan normal pada inspeksi, bising usus sendi dan lemas masih dirasakan oleh pasien,
normal, nyeri tekan pada palpasi regio terapi belum berubah dan ditambah transfusi
epigastrium, pada palpasi limpa juga teraba PRC 2 pack. Pada hari ketiga tanggal 13 Juni
pada Schuffner 3 dan pada perkusi didapatkan 2016, pasien juga ditransfusi PRC 1 pack serta
timpani tanpa adanya tanda-tanda kelainan. pada saat proses transfusi, tanda-tanda vital
Pada pemeriksaan ekstremitas didapatkan dan keadaan pasien diobservasi secara ketat.
nyeri saat pasien melakukan range of motion Pada hari keempat tanggal 14 Juni 2016,
aktif. Pada pemeriksaan laboratorium keluhan nyeri sendi dan lemas mulai
didapatkan hemoglobin (Hb) 7,6 g/dL, leukosit berkurang, konjungtiva tidak anemis. Terapi
3000/µL, hematokrit (Ht) 18%, trombosit belum berubah, pasien juga ditransfusi PRC 1
336.000/µL. Pada pasien ini dilakukan pack serta pada saat proses transfusi, tanda-
pemeriksaan morfologi apusan darah tepi tanda vital dan keadaan pasien diobservasi
(ADT) didapatkan gambaran berupa sferosit, secara ketat. Pada hari kelima tanggal 15 Juni
serta polikromasi dan pada kesimpulan 2016, keluhan lemas dan nyeri sendi sudah
diperoleh anemia normositik normokromik berkurang, pasien dapat menggerakkan sendi
suggest anemia hemolitik, dari hasil Coombs tanpa merasa sakit. Pada hari keenam tanggal
test didapatkan positif. Pasien juga dianjurkan 16 Juni 2016, pasien sudah tidak memiliki
untuk dilakukan pemeriksaan profil ANA, LDH, keluhan dan kembali ditransfusi PRC 1 pack
serta kadar haptoglobin. serta direncanakan pemeriksaan darah
Pasien didiagnosis kerja dengan AIHA lengkap keesokan hari serta pengambilan hasil
pada penderita SLE. Sementara pasien ANA test. Pada hari ketujuh tanggal 17 Juni
menunggu hasil profil ANA, pasien diterapi 2016, kondisi pasien membaik, tidak ada
selama satu minggu untuk mengatasi keluhan, pasien juga dicek darah lengkap dan
gejalanya. Pada terapi non-medikamentosa, diperoleh Hb 12,5 g/dL dan hasil ANA test
pasien dianjurkan untuk bed rest untuk menunjukkan hasil positif SLE. Pasien dirawat
sementara waktu, penggunaan tabir surya dan hingga hari ketujuh dengan kondisi mengalami
pelindung tubuh pada kulit ketika berada di perbaikan serta dianjurkan untuk kontrol
bawah matahari, edukasi mengenai penyakit terapi ke Poli Penyakit Dalam seminggu
pada pasien dan keluarga. Terapi selanjutnya.
medikamentosa yang diberikan pada pasien

J Agromed Unila | Volume 4| Nomor 1 | Juni 2017| 45


Debora natasha | seorang perempuan 21 th dengan Autoimmune Hemolytic Anemia (AIHA) dan Systemic Lupus

Pembahasan SLE (minimal 1 kriteria klinis dan 1 kriteria


Diagnosis AIHA dapat ditegakkan imunologis) berdasarkan Systemic Lupus
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan International Collaborating Clinics
8,9
pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis Classification (SLICCC). Hal ini didasarkan
didapatkan keluhan utama badan terasa lemas adanya gejala lupus akut, anemia hemolitik,
sejak 2 hari SMRS yang dirasakan seluruh leukopenia, dan manifestasi gangguan ginjal.
tubuh, sepanjang hari, memberat ketika Akan tetapi pada pasien ini tetap dilakukan
beraktivitas dan tidak menghilang setelah profil ANA untuk mengonfirmasi SLE.
pasien beristirahat, keluhan lain juga Oleh karena pada SLE mengenali semua
didapatkan nyeri sendi, nyeri kepala, nyeri partikel sel sebagai antigen, maka antibodi
perut, serta kulit terasa terbakar jika di bawah yang ditemukan pada pasien SLE sangat
matahari tanpa penggunaan tabir surya. Pada banyak, oleh karena itu pemeriksaan berbagai
pemeriksaan fisik didapatkan, konjungtiva antibodi tersebut disebut dengan profil ANA.
anemis bilateral, kemerahan pada wajah Akan tetapi, hasil pemeriksaan antibodi yang
bagian pipi bilateral, nyeri pada sendi bilateral positif tidak selalu sesuai dengan adanya
ketika digerakkan, pada pemeriksaan penyakit autoimun yang terkait dengan
abdomen, nyeri pada palpasi regio antibodi tersebut karena beberapa antibodi
epigastrium, limpa teraba di Schuffner 3. Pada dapat ditemukan pada penyakit hati kronik,
pemeriksaan laboratorium, Hb pasien 7,6 g/dL, keganasan, infeksi.10
Ht 18%, serta pada ADT didapatkan hasil Antibodi antieritrosit pada penderita SLE
anemia normositik normokromik suggest diketahui sebagian besar adalah IgG (tipe
anemia hemolitik serta pada Coombs test hangat). Patogenesis terjadinya AIHA pada
didapatkan hasil positif. pasien SLE belum sepenuhnya diketahui.
Das et al. melaporkan bahwa penderita Beberapa penelitian menunjukkan adanya
AIHA 66% adalah wanita. Manifestasi klinis keterkaitan dengan penurunan ekspresi gen
AIHA tidak jauh berbeda dengan manifestasi CD55 dan CD59 pada eritrosit penderita SLE
anemia hemolitik lainnya. Pasien akan yang akan memicu terjadinya AIHA. Protein
memberikan klinis khas anemia: kulit pucat, membran ini merupakan suatu barier
konjungtiva anemis, serta pada anemia pertahanan untuk melawan adanya
hemolitik bisa didapatkan ikterus dan mekanisme lisis yang berasal dari antibodi,
pembesaran organ-organ reticuloendothelial sebagaimana penjelasan AIHA itu sendiri. Jika
system (RES) seperti limpa dan hepar. Semua barier ini tidak ada maka akan timbul
pasien AIHA akan memberikan gejala klinis penghancuran eritrosit secara progresif. Pada
khas AIHA tetapi pada AIHA yang disebabkan pemeriksaan penunjang, selain profil ANA
oleh penyakit autoimun seperti SLE akan untuk konfirmasi diagnosis, pada pasien
memberikan gejala yang predominan SLE.7 disarankan untuk diperiksa kadar Lactat
Pada pasien ini berjenis kelamin wanita Dehydrogenase (LDH) dan serum haptoglobin,
dan diperoleh keluhan khas anemia serta pada LDH akan dikeluarkan oleh karena adanya
pemeriksaan fisik juga diperoleh tanda perusakan eritosit. Sedangkan, hemoglobin
pembesaran organ RES yaitu limpa yang bebas oleh karena kerusakan eritosit akan
berada pada Schuffner 3. Pada keluhan dikonversikan menjadi bilirubin tak
tambahan pasien dapat diduga merupakan terkonjugasi di limpa dan akan terikat pada
gejala-gejala SLE (pada pasien ini terdapat plasma oleh adanya haptoglobin. Ikatan
nyeri sendi, keluhan pada kulit, dan sindrom hemoglobin-haptoglobin secara cepat akan
nefrotik berulang). Pada pasien ini didiagnosis dibersihkan di hepar, oleh karena itu kadar
SLE karena memenuhi dari minimal 4 kriteria

J Agromed Unila | Volume 4| Nomor 1 | Juni 2017| 46


Debora natasha | seorang perempuan 21 th dengan Autoimmune Hemolytic Anemia (AIHA) dan Systemic Lupus

haptoglobin akan turun pada pasien anemia secara intavena per hari selama tiga hari),
hemolitik.11 azathriopine (<2mg/kg/hari), siklofosfamid
Pemeriksaan Direct Antiglobulin (<2mg/kg) atau splenektomi (keberhasilan
Test/Coombs test merupakan suatu hingga 60%). Pada AIHA yang refrakter,
pemeriksaan yang cukup sensitif adanya AIHA. alternatif pengobatan lain meliputi
Coombs test bertujuan untuk menunjukkan imunoglobulin intravena, danazol,
14,15
adanya antibodi atau komplemen pada mycophenolate dan rituximab. Pasien juga
permukaan eritrosit. Pemeriksaan ini diberikan terapi Ranitidin 2x150 mg untuk
menggunakan darah pasien yang dicampur mencegah terjadinya stress ulcer dan
dengan antibodi kelinci yang melawan IgG atau Parasetamol 3x500 mg sebagai antinyeri.
C3 manusia. Hasil tes positif menunjukkan Selain tatalaksana farmakologis, pasien
adanya aglutinasi antara antibodi penderita juga diberikan edukasi mengenai The Systemic
atau eritrosit yang diliputi komplemen dengan Lupus Erythomatosus Disease Index (Mex-
serum anti-IgG atau anti-C3. Pada pemeriksaan SLEDAI) sebelum pasien pulang, suatu
lebih lanjut akan dilihat apakah aglutinasinya penilaian mengenai kualitas hidup pasien SLE
dengan anti-IgG (pada AIHA warm type) atau yang berfungsi untuk memonitoring
anti-C3 (pada AIHA cold type).12 progresivitas penyakit SLE yang diderita
Pendekatan tatalaksana AIHA meliputi pasien.16,17
pengobatan medikamentosa dan non-
medikamentosa. Pada pengobatan Simpulan
medikamentosa pasien ini, diberikan cairan AIHA akibat SLE merupakan masalah
yang jarang ditemui di praktik klinik sehari-hari.
Ringer Laktat 2000 cc per hari. Pasien ini juga
Oleh karena itu, pengetahuan mengenai
diberikan transfusi PRC sampai Hb 12 g/dL. pendekatan diagnosis dan terapi sangat
Menurut kepustakaan, transfusi sebaiknya penting untuk mencegah adanya misdiagnosis
dilakukan dengan pengawasan dan dianjurkan dan terapi. Pada kasus ini dapat disimpulkan
pada anemia yang mengancam nyawa dan bahwa penegakkan diagnosis dan
umumnya pada warm type diberikan ketika Hb penatalaksanaan AIHA sesuai dengan standar
kurang dari 5 g/dL. Penelitian pada 75-96% operasional prosedur di rumah sakit. Akan
tetapi, pada penatalaksanaan yang dilakukan di
pasien AIHA yang disebabkan oleh SLE akan
rumah sakit belum sesuai dengan referensi
berespon pada steroid (1 mg/kg/hari yang ada.
prednison atau steroid jenis lain yang
ekuivalen dibagi dalam beberapa dosis) Daftar Pustaka
sebagai agen imunosupresan. Umumnya tubuh 1. Park SH. Diagnosis and treatment of
akan memberikan respon 2-3 minggu autoimmune hemolytic anemia: classic
pengobatan. Steroid baru diturunkan dosisnya approach and recent advantages.
JBloodResearch. 2016;51(2):69-71.
atau di-taperring-off ketika kadar hematokrit
2. Salama A. Treatment options for primary
dalam darah mengalami peningkatan dan autoimmune hemolytic anemia: a short
kadar retikulosit menurun.13 comprehensive review. J Transfusion
Pada pasien ini diberikan dosis steroid Medicine Hemotherapy. 2015; 42(5):294-
Methylprednisolon (MP) 2x125 mg (1 vial 301.
mengandung 125 mg methylprednisolon yang 3. Cooling L, Boxer G, Simon R. Life
threatening autoimmune hemolytic
dilarutkan dalam 2 mL pelarut). Pada literatur,
anemia treated with manual whole blood
prednison 1 mg/kg/hari merupakan exchange with rapid clinical improvement.
pengobatan AIHA lini pertama dan apabila J Blood Disorders Transfusion. 2013;
tidak ada respon terhadap terapi, pemberian 4(5):1-6.
steroid dosis tinggi dianjurkan (1000 mg MP

J Agromed Unila | Volume 4| Nomor 1 | Juni 2017| 47


Debora natasha | seorang perempuan 21 th dengan Autoimmune Hemolytic Anemia (AIHA) dan Systemic Lupus

4. Zanella A, Barcellini W. Treatment of 11. Sullivan MO, McLean-Tooke A, Loh RKS.


autoimmune hemolytic anemia. J Antinuclear antibody test. J American
Haemotologica. 2014;99(10):1547-8. Academy of Family Physcian. 2013;
5. Kamesaki T, Toyotsuji T, Kaijii E. 42(10):718-21.
Characterization of direct antiglobulin 12. Alegretti AP, Mucenic T, Brenol JCT, Xavier
test-negative autoimmune hemolytic RM. The role of (CD55 and CD59)
anemia: a study of 154 cases. J American complement regulatory proteins on
of Hematology. 2013;88:93-6. peripheral blood cells of systemic lupus
6. Kuhn A, Bonsmann G, Anders H, Herzer P, erythematosus patients. J Brasiliera of
Tenbrock K, Schneider M, et al. The Rheumatology. 2009;49(3):276-87.
diagnosis and treatment of systemic lupus 13. Dhaliwal G, Cornett P, Tierney LM.
erythematosus. J Deutsches Arzteblatt Hemolytic anemia. J American Academy
International. 2015;112(25):423-32. Family Physcian. 2004;69(11):2599-609.
7. Zeerleder S. Autoimmune hemolytic 14. Bashal F. Hematological disorders in
anemia-a practical guide to cope with a patients with systemic lupus
diagnostic and therapeutic challenge. J erythematosus. J Open Rheumatology.
Netherland of Medicine. 2011;69(4):177- 2013;7:87-95.
80. 15. Fauci AS, Braundwald E, Kasper DL, Hauser
8. Chaudary RK, Das SS. Autoimmune SL, Longo DL, Jameson JL et al. Harrison's
hemolytic anemia: from lab to bedside. J principles of internal medicine. Edisi ke-
Asian of Transfusion Science. 2014; 8(1):5- 17. New York: McGraw-Hill; 2008.
12. 16. Anic F, Zuvic-Butorac M, Stimac D, Novac
9. Fayyaz A, Igoe A, Kurien BT, Danda D, S. New classification criteria for systemic
James JA, Stafford HA, Scofield RH.et al., lupus erythematosus correlate with
Haematological manifestastions of lupus. disease activity. J Croatian Medical.
J British Medical.2015; 2:1-18. 2014;55:514-9.
10. Petri M, Orbai AM, Alarcon GS, Gordon C, 17. Ozsoylu S, Berenschot HWA. Mega dose
Merril JT, Fortin PRN, et al. Derivation and methylprednisolone (MDMP) treatment in
validation of the Systemic Lupus a patient with autoimmune hemolytic
International Collaborating Clinics anemia (AIHA) resistant to conventional
classification criteria for systemic lupus corticosteroid administration: a case
erythematosus. J Arthritis Rheumatology. report. J Turkish of Hematology. 2013;
2012;64:2677–86. 30(2):194-7.

J Agromed Unila | Volume 4| Nomor 1 | Juni 2017| 48

You might also like