Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Katarak adalah suatu kelainan pada mata dimana terdapat kekeruhan lensa
sehingga mengakibatkan terganggunya fungsi mata sebagai indra penglihatan.
Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun dan ketika katarak sudah
sangat memburuk lensa yang lebih kuat pun tidak akan mampu memperbaiki
penglihatan. Penyebab utama katarak adalah usia, tetapi banyak hal lain yang
dapat terlibat seperti trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok
dan herediter (Vaughan & Asbury, 2007). Berdasarkan studi potong lintang
prevalensi katarak pada usia 65 tahun adalah 50% dan prevalensi ini meningkat
hingga 70% pada usia lebih dari 75 tahun (Vaughan & Asbury, 2007).
1
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan umum : Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien
dengan Katarak
Tujuan khusus : Mahasiswa mampu :
1) Melakukan pengkajian
2) Merumuskan diagnosa keperawatan
3) Menerapkan indicator keberhasilan (NOC)
4) Merumuskan intervensi keperawatan
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
a. Anatomi lensa
Lensa terdiri dari enam puluh lima persen air, 35% protein, dan sedikit
sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih
tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation
terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri,
pembuluh darah atau pun saraf di lensa.
b. Fungsi lensa
3
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi,
menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa
sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas
cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda
dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa
yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh
peningkatan daya biasnya.
Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah
gambaran yang diproyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum
kehilangan pandangan secara bertahap (Asuhan Keperawatan Klien gangguan
Mata, 128)
Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur – angsur
penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya (Barbara C.Long, 1996).
4
Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya
yang disebabkan oleh berbagai keadaan. (Sidarta Ilyas, dkk, 2008)
Katarak adalah opasitas lensa kristalina atau lensa yang berkabut (opak) yang
normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat proses penuaan, tapi dapat timbul pada
saat kelahiran (katarak congenital). (Brunner & Suddarth: 2002)
a) Katarak Kongenital
b) Katarak Juvenil
Terbentuknya pada usia 3 bulan sampai kurang dari 9 tahun. Katarak
juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital.
c) Katarak Senil
Terjadi setelah usia 50 tahun akibat penuaan. Katarak senile biasanya
berkembang lambat selama beberapa tahun, Kekeruhan lensa dengan nucleus
yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari
60 tahun. (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3). Stadium Katarak Senil
terdiri dari 4: Katarak Insipien, Katarak Imatur, Katarak Matur, dan Katarak
Hipermatur.
5
Insipien Imatur Matur Hipermatur
b) Katarak Kortikal
c) Katarak Subkapsular
2.3 Etiologi
6
c) Dipercepat oleh faktor lingkungan seperti merokok, dan bahan
beracun lainnya.
d) Trauma terjadi oleh karena pukulan benda tajam/tumpul, terpapar
oleh sinar X atau benda – benda radioaktif.
e) Penyakit mata seperti uveitis.
f) Penyakit metabolik seperti DM.
g) Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
h) Paparan sinar radiasi.
7
h) EKG, kolesterol serum, lipid
i) Tes toleransi glukosa : kotrol DM
j) Keratometri
k) Pemeriksaan lampu slit
l) A-scan ultrasound (echographhy)
m) Penghitungan sel endotel
b. Operatif
8
Bentuk ECCE yang terbaru dimana menggunakan getaran
ultrasonic untuk menghancurkan nucleus sehingga material nucleus
dan kortek dapat diaspirasi melalui insisi ± 3 mm. Operasi katarak
ini dijalankan dengan cukup dengan bius lokal atau menggunakan
tetes mata anti nyeri pada kornea (selaput bening mata), dan
bahkan tanpa menjalani rawat inap. Sayatan sangat minimal,
sekitar 2,7 mm. Lensa mata yang keruh dihancurkan
(Emulsifikasi) kemudian disedot (fakum) dan diganti dengan lensa
buatan yang telah diukur kekuatan lensanya dan ditanam secara
permanen. Teknik bedah katarak dengan sayatan kecil ini hanya
memerlukan waktu 10 menit disertai waktu pemulihan yang lebih
cepat.
c. Pasca Operatif
2.7 Komplikasi
a) Glaucoma
b) Uveitis
c) Kerusakan endotel kornea
d) Sumbatan pupil
e) Edema macula sistosoid
f) Endoftalmitis
g) Fistula luka operasi
h) Pelepasan koroid
i) Bleeding
2.8 WOC
(terlampir)
9
BAB III
3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien dan Penanggung jawab
Kaji identitas klien mulai dari nama, jenis kelamin, umur, pekerjaan,
pendidikan, agama, alamat, status, tanggal masuk RS, dan diagnosa medis,
serta kaji juga identitas dari penanggung jawab klien.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
10
penglihatan barulah klien berobat ke RS. Pengkajian dilakukan terhadap
kebiasaan klien mengkonsumsi alkohol, merokok, dan menggunakan obat-
obat tertentu, serta bagaimana penangganan klien terhadap penyakit Katarak
ini.
2) Nutrisi dan metabolisme
Pengkajian terhadap nutrisi dan riwayat diet klien terutama defisiensi
vitamin A. Pola nutrisi dan metabolisme juga akan mempenagruhi
penyakit katarak karena salah satu penyebab atau etiologi katarak adalah
penyakit sistemik (DM).
3) Eliminasi
Pengkajian terhadap pola miksi dan defekasi klien, apakah terdapat gelaja
inteinensia kandung kemih, gangguan fungsi usus, dan apakah memakai
alat bantu. Biasanya klien dengan Katarak tidak memiliki gangguan
eliminasi.
4) Aktivitas dan latihan
Adanya perubahan pada aktifitas atau hobi klien sehubungan dengan
gangguan penglihatan.
5) Tidur dan istirahat
11
penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat atau
merasa diruang gelap, penglihatan seperti berawan/kabur, tampak
lingkaran cahaya/pelangi di sekitar sinar, perubahan kacamata, fotofobia (
glukoma akut ). Gangguan ini ditandai dengan tampak adanya kecoklatan
atau putih susu pada pupil (katarak), pupil menyempit dan mata keras serta
peningkatan air mata.
9) Pola Reproduksi Seksual
3.3 Pemeriksaan
1) Tanda-tanda Vital
2) Pemeriksaan fisik
12
3.4 Perumusan NANDA, NOC, NIC
13
penglihatan tenaga kesehatan,
Indikator: dokter, dan/atau ahli
1. Monitor gejala terapis dalam
dari kemunduran merencanakan dan
penglihatan memantau kegiatan
2. Posisikan sendiri program sebaimana
untuk kebaikan mestinya
penglihatn 2. Tentukan komitmen
3. Mengingatkan pasien untuk
untuk meningkatkan frekuensi
menggunakan dan/atau jangkauan
teknik kegiatan
penglihatan 3. Bantu untuk
4. Menggunakan menemukan makna diri
cahaya yang melalui aktivitas yang
adekuat dalam biasa (misalnya bekerja)
melakukan dan/atau aktivitas
aktifitas liburan yang disukai
5. Menggunakan 4. Bantu memilih kegiatan
kacamata dengan yang sesuai dengan
benar kemampuan fisik,
6. merawat psikologi, dan social
kacamata dengan 5. Bantu untuk
benar memfokuskan pada apa
7. Menggunakan yang dapat dilakukan
kontak lensa pasien bukan pada
dengan benar kelemahan pasien
8. Menggunakan 6. Bantu mengidentifikasi
tulisan dan memperoleh
sumber daya yang
diperlukan untuk
kegiatan yang
14
dikehendaki
15
lingkungan stress.
2. factor resiko Pemberian obat
perilaku
Intervensi:
3. Strategi control
resiko 1. Beri obat sesuai indikasi
2. Pertahankan
Kontrol gejala
perlindungan mata
Indikator: sesuai indikasi.
1. Permulaan gejala
Identifikasi resiko
2. Frekuensi gejala
Intervensi:
3. Variasi gejala
4. Tindakan 1. Lihat riwayat kesehatan
mengurangi dahulu
gejala 2. Identifikasi pasien
dengan kebutuhan
perawatan lanjutan
3. Tentukan kehadiran dan
kualitas dari dukungan
keluarga
4. Identifikasi strategi
koping klien dan
keluarga
5. Identifikasi cara untuk
membantu penurunan
factor resiko
16
wajah 3. Berikan informasi
5. Iritabilitas faktual mengenai
6. Masalah prilaku diagnosis, terapi, dan
7. Panic prognosis.
8. Tekanan darah 4. Bantu pasien untuk
meningkat untuk meminimalisir
9. Denyut nadi rasa cemas yang
meningkat timbul.
10. Pernapasan 5. Kaji tanda-tanda
meningkat kecemasan baik secara
11. Gangguan tidur verbal maupun non
verbal.
6. Cari pemahaman
perspektif pasien dalam
situasi stress
7. Damping pasien untuk
meningkatkan
keamanan dan
mengurangi ketakutan
8. Berikan gosokkan
belakang / leher, jika
dibutuhkan
9. Anjurkan aktivitas
nonkompetitif, jika
diperlukan
10. Anjurkan untuk
mengutarakan
perasaan, persepsi dan
ketakutan
11. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi situasi
apa yang mempercepat
17
kecemasan
12. Kontrol stimulus, jika
diperlukan untuk pasien
yang membutuhkan
13. Dukung penggunaan
mekanisme pertahanan
yang sesuai
Terapi relaksasi
Intervensi:
1. Pemikiran untuk
relaksasi dan kebaikan,
batas dan jenis dari
relaksasi yang ada.
(example meditasi,
music, dan relaksasi
otot)
2. Menetapkan intervensi
untuk relaksasi yang
akan digunakan
3. Membiarkan pasien
rileks
4. Menggunakan nada
yang lembut dengan
pelan, berirama
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Katarak adalah opasitas lensa kristalina atau lensa yang berkabut (opak)
yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat proses penuaan, tapi dapat timbul
pada saat kelahiran (katarak congenital). (Brunner & Suddarth: 2002)
4.2 Saran
19