You are on page 1of 36

Kartika Aprilia

Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Pohan

Ekonomi Universitas Padjadjaran Maret 120110070049


Luthfi Adil
2010
120110070058
Rany Tiara

120110070079
Nuraningrum

120110070089
Nurul
BAB 1 Awalunnisa
TINJAUAN
ANALISIS Analisis Laporan 120110070096
Keuangan
LAPORAN PT Surya Citra Media
KEUANGA
N
DAFTAR ISI
I. Menjelaskan Analisis Bisnis dan Hubungannya dengan Analisis Laporan Keuangan.........................6

II. Analisis Bisnis PT Surya Media Citra Tbk..........................................................................................7

A.Business Environment......................................................................................................................7

B.Business Strategy.............................................................................................................................9

III. Analisis Menggunakan Laporan Keuangan..................................................................................12

IV. Analisis Keuangan.........................................................................................................................12

V. Analisis Akuntansi.........................................................................................................................19

VII. Menganalisis dan Menginterpretasikan Laporan Keuangan sebagai Awal Analisis yang Lebih
Mendetail...................................................................................................................................................23

VIII. Menerapkan Beberapa Teknik Dasar Analisis Laporan Keuangan................................................24

IX. Menentukan dan Merumuskan beberapa Model Penilaian Fundamental.......................................24

X. Menjelaskan Maksud Analisis Laporan Keuangan dalam Pasar yang Efisien...................................24

2
TINJAUAN ANALISIS LAPORAN
KEUANGAN
Tujuan Analisis

I. Menjelaskan Analisis Bisnis dan Hubungannya dengan Analisis Laporan Keuangan

Business Environment Business Strategy


Labor market Scope of Business
Capital market Degree of diversification
Product market Type of diversification
Suppliers Competitive Positioning
Customers Cost of Leadership
Competitors Differentiation
Business Regulation Business Activities Key Success factors and risk
Operating Activities
Investment Activities
Financing Activities

Accounting Environment Accounting Strategy


Capital Market structure Choice of accounting
Contracting and Governance Accounting System policies
Accounting Conventions and Choice of accounting
Measure and report
regulations estimates
economic
Tax and Financial Accounting Choice of reporting
Consequences of
linkages format
business activities
Third Party Auditing Choice of supplementary
Legal system for Accounting disclosure
disputes

Financial Statement
Managers’ superior
information on business
activities
Estimation Errors
Distortions from managers’
accounting choices

3
II. Analisis Bisnis PT Surya Media Citra Tbk

A. Business Environment

Saat ini industri TV nasional diperkirakan memiliki sekitar 70 stasiun televisi lokal yang sudah
mengudara dari sekitar 200 lebih pemegang ijin penyiaran televisi. Dimana pada saat ini, televisi lokal
tersebut telah secara rutin mengudara selama 6 hingga 7 jam per harinya. SCTV, anak perusahaan SCM,
sebagai salah satu televisi nasional yang pada saat ini mengudara 24 jam sehari dan bersiaran melalui 46
stasiun relay-nya yang mencakup lebih dari 240 kota dan menjangkau lebih dari 175 juta potensi pemirsa.

Industri media merupakan salah satu industri yang saat ini sedang berkembang pesat di regional Asia juga
Indonesia. Selain itu, tekanan kompetisi lokal maupun global, serta dorongan untuk makin meningkatkan
efisiensi, menurunkan cost, dan meningkatkan profit, memunculkan berbagai merger atau aliansi antara
berbagai institusi media, khususnya di media televisi siaran di Indonesia.

Dalam salah satu media dikutip bahwa “Sektor penyiaran dalam negeri telah meningkat dengan pesat
seiring dengan meningkatnya konsumsi masyarakat Indonesia akan dunia hiburan. Bahkan iklan di
televisi diprediksi akan meningkat hingga sembilan persen pada tahun 2010 nanti.”

Competitors

Pemain terbesar dalam industri ini adalah kelompok MNC (PT Media Nusantara Citra). MNC
mempunyai tiga stasiun TV “free to air”(FTA), RCTI, TPI, dan Global TV. Melalui ketiga stasiun TV
tersebut, MNC meraih pangsa pasar belanja iklan televisi sebesar 33%.

Kelompok kedua, dengan payung PT Bakrie Brothers (Grup Bakrie), membawahi: ANTV dan Lativi.
Kelompok ketiga, dengan payung PT Trans Corporation (Grup Para), membawahi: Trans TV dan Trans-7
(dulu TV7).

Business Regulation

Lembaga yang Mengatur Industri Media

4
Lembaga yang mengatur media dan pertelekomunikasian dalam dunia internasional adalah Federation
Communication Commission (FCC). Lembaga inilah menentukan garis besar aturan bagi organisasi
media serta standar dalam bidang telekomunikasi.

Beberapa pakta yang dikeluarkan oleh Federation Communication Commission adalah


Telecommunication Act dan Communication Act. Pakta Komunikasi yang dikeluarkan pada tahun 1934
mengatur kegiatan penyiaran media yang menggunakan saluran frekuensi. Sedangkan Pakta
Telekomunikasi lebih mengatur kebijakan standar bagi media televisi. Selain berisikan kebijakan standar
bagi media televisi, Pakta Telekomunikasi mengatur kepemilikan suatu organisasi media. Televisi kabel,
perusahaan telepon, dan studio film adalah beberapa yang termasuk dalam organisasi media yang diatur
oleh pakta tersebut.

Aturan-aturan dan standar yang berlaku dalam kedua pakta tersebut kemudian diadopsi oleh International
Telecommunication Union (ITU). International Telecommunication Union yang berlaku dalam dunia
internasional memberikan batasan-batasan bagi media dan telekomunikasi.

Di Indonesia, salah satu lembaga yang mengatur industri media dan telekomunikasi adalah Komisi
Penyiaran Indonesia (KPI). Lembaga ini bertugas menetapkan aturan dalam bidang penyiaran. Aturan-
aturan tersebut kemudian disosialisasikan kepada industri media dan telekomunikasi. Pelanggaran atas
aturan yang disusun oleh Komisi Penyiaran Indonesia akan mendapatkan teguran maupun sanksi berupa
misalnya pencabutan hak tayang bagi suatu program televisi.

Peraturan Perpajakan

Siaran televisi stasiun swasta berdampak besar terhadap penerimaan negara dari sektor pajak. Hal ini
seiring dengan tuntutan kemandirian pembiayaan pembangunan nasional, maka sektor pajak sebagai
ujung tombak sumber penerimaan APBN memerlukan langkah-langkah pengamanan. Salah satu langkah
pengamanan penerimaan dengan intensifikasi adalah melakukan pengawasan pembayaran pajak terhadap
transaksi pengadaan acara/film asing yang dilakukan stasiun televisi swasta.

 Pengadaan acara/film merupakan unsur biaya operasional yang harus dikeluarkan untuk
kelangsungan jalannya operasi televisi. Atas penayangan acara/film asing di dalamnya terutang :
- Hak tayang/siar film yang merupakan obyek royalti PPh Pasal 26 sebesar 20% (tarif sesuai Tax
Treaty)

5
- Pemanfaatan/konsumsi hak tayang oleh stasiun televisi swasta di Indonesia yang merupakan
obyek PPn atas Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau Jasa Kena Pajak dari luar negeri
sebesar 10%.

 Pemerintah mengeluarkan peraturan baru terkait perlakukan pajak penghasilan atas royalti pada karya
sinematografi yaitu peraturan dirjen pajak no. PER 33/PJ/2009 dan diperjelas dengan surat edaran
SE no. 58/PJ/2009.

Jumlah royalti yang menjadi dasar pengenaan pajak penghasilan adalah sebesar seluruh penghasilan
yang diterima atau diperoleh pemegang hak cipta jika terjadi pemberian hak cipta sinematografi
kepada pihak lain untuk mengumumkan dan atau memperbanyak karyanya dengan jangka waktu dan
wilayah tertentu. Sedangkan jika dilakukan dengan sistem bagi hasil antara pengusaha bioskop dan
pemegang hak cipta, dasar pengenaan pajak penghasilannya adalah 10%.

B. Business Strategy

 Sekilas Tentang PT. Surya Citra Media Tbk.


PT Surya Citra Media Tbk (SCM) didirikan dengan tujuan untuk mengembangkan potensi dan
nilai aset usaha PT Surya Citra Televisi (SCTV), stasiun televisi nomor 1 di Indonesia saat ini, yang
merupakan anak perusahaan dan investasi terbesar SCM. SCM yang dalam usahanya memfokuskan diri
di bidang usaha media serta turunan usaha media terkait, bekerjasama dengan induk grupnya yaitu Elang
Mahkota Teknologi (EMTEK) melakukan sinergi positif dan interaktif dalam meraih peluang
pengembangan usaha bagi Perseroan dan anak perusahaan agar makin meningkat semakin luas dan
diakui, baik secara nasional maupun internasional.
Perkembangan konvergensi digital new media yang semakin pesat seperti akhir-akhir ini, makin
mendorong SCM untuk mengambil peranan yang lebih luas dalam industri baru ini agar dapat
memposisikan dirinya secara strategis, sehingga dapat mengoptimalkan upayanya dalam pengembangan
usaha ke depan secara keseluruhan, dimana makin melengkapi potensi usaha grup karena SCTV tunduk
secara hukum terhadap peraturan yang membatasi lingkup kerjanya sesuai peruntukan izin usahanya.
Namun dengan kapabilitas kedua perusahaan ini, maka keduanya dapat saling menyatu dalam
memperluas bidang usahanya. Sementara itu peluang usaha di bidang multimedia yang makin
berkembang luas, dapat cepat digarap, sehingga dapat menambah potensi profitabilitas Perseroan ke
depan.

6
Dalam pengembangan usaha ini, manajemen memiliki pedoman dan berkomitmen untuk
menggarap usaha baru dengan hati-hati, agar hasilnya dapat maksimal dan memberikan profitabilitas
jangka panjang. Potensi usaha di bidang media ini mendorong SCM untuk terus meningkatkan
pengetahuan teknologi dan medianya agar dapat mengikuti perkembangan teknologi yang sedang berjalan
maupun yang sedang dipersiapkan secara aktif. Teknologi di bidang media sangat dinamis dan cepat
berubah, menandai keinginan penggunanya yang makin kompleks dan makin bervariasi. Untuk itu
kemampuan adaptasi teknologi dan sekaligus adaptasi organisasi menjadi kesuksesan usaha ini. Industri
media merupakan salah satu industri yang saat ini sedang berkembang pesat di regional Asia juga
Indonesia.
Dengan tingkat belanja domestik yang tinggi, serta pertumbuhan daya beli masyarakat yang ada,
membawa suatu peluang yang tidak mungkin dilepaskan begitu saja oleh grup usaha SCM dan SCTV.
Untuk itu perusahaan yang tergabung dalam grup Elang Mahkota Teknologi (EMTEK) termasuk di
dalamnya SCM dan SCTV, melakukan sinergi usaha dan berupaya membantu SCM dan SCTV, untuk
menempati posisi terdepan dalam industrinya sekaligus meraih beragam aplikasi media sebagai
penggerak pertumbuhannya.
SCM membeli 100% saham SCTV dalam kurun waktu antara November 2001 dan April 2002,
serta menjadi perusahaan publik di bulan Juli 2002. SCM tercatat di Bursa Efek Indonesia.

 Visi dan Misi


Visi
Memposisikan SCM sebagai pemimpin dalam usaha dan jasa multimedia dalam rangka
memberikan kontribusi kultur dan kultural yang berharga bagi kesejahteraan bangsa, melalui
kreasi inovatif dan integrasi teknologi informasi, media dan telekomunikasi

Misi
Memaksimalkan peluang dalam konvergensi teknologi informasi, media dan telekomunikasi, di
antaranya melalui pengenalan jasa penyiaran televise paling mutakhir di Indonesia dan
pencapaian kegiatan operasional yang sempurna serta keuntungan yang berkelanjutan dalam
penciptaan nilai bagi stakeholder

 Filosofi Perusahaan

7
Nilai-nilai utama yang dianut SCM dan Anak Perusahaan SCTV, tercermin dalam setiap tindakan
Perseroan dalam komitmen untuk menjunjung tinggi standar integritas dan pencapaian korporasi
maupun pribadi. Nilai-nilai utama itu terangkum dalam slogan “5 TOP”.
 “5” T yang menggambarkan nilai individual
Teachable (Terbuka):
Mengembangkan diri dan terbuka terhadap ide serta inovasi yang dapat menjadikan SCM
terdepan pada bidangnya.
Thoughtful (Bijaksana):
Setiap langkah dipertimbangkan secara cermat, ber-tanggung jawab, positif, bijak, dan hati-hati.
Thankful (Bersyukur):
Bersyukur kepada Tuhan YME dan berterima kasih atas dukungan para stakeholder terhadap
keberhasilan kami.
Trustworthy (Dipercaya):
Integritas merupakan kunci kepercayaan segenap stakeholder.
Triumphant (Unggul):
Menjadi pribadi yang unggul di segala bidang

 “5” O yang menggambarkan nilai kerja SCM


Organised (Teratur):
Sistematis dan teratur dalam bekerja sehingga sumber daya SCM dapat digunakan secara efektif
maupun kreatif.
Obedient (Taat):
Patuh dan tunduk pada seluruh undang-undang dan peraturan yang berlaku, termasuk prosedur
pelaksanaan kerja.
Obliging (Bertanggung Jawab):
Bertanggung jawab atas setiap tindakan dan keputusan yang diambil atas nama perusahaan.
Optimistic (Optimis):
Bersikap dan berperilaku optimis.
Occupied (Berdedikasi):
Bekerja dengan produktif, efektif, dan efisien.
 “5” P yang menggambarkan nilai keberhasilan
Perform (Berprestasi):
Kinerja terbaik individu maupun perusahaan dilandasi oleh visi, kreatifitas, dan inovasi.
Professional (Profesional):
Menyelesaikan seluruh tugas dengan penuh integritas, komitmen serta tanggung jawab.

8
Perfect (Sempurna):
Berupaya mencapai kesempurnaan.
Prestigious (Terpandang):
Bertekad menjadi perusahaan yang terpandang dan dikenal secara luas.
Preferred (Terpilih):
Menjadi perusahaan media pilihan bagi pelanggan maupun para stakeholder lainnya.

9
MATRIKS SWOT PT SURYA CITRA MEDIA Tbk.
Strength (S) Weakness (W)
1. Rentang pengalaman yang panjang dibidang teknologi 1. Belum siapnya perusahaan untuk
selular, satelit, telekomunikasi, internet, software, yang menghadapi profil resiko usaha baru
mana ini adalah suatu aset yang mungkin tidak dimiliki dibidang ini serta struktur / model usaha
oleh semua kompetitor. yang tepat sebagai pondasi perusahaan ke
depan.
2. Pencapaian posisi No.1 atas pangsa pemirsa untuk siaran 2. Sulitnya implementasi UU No. 32 Tahun
SCTV di tahun 2008 dicapai sebanyak 44 kali untuk 2002 tentang Penyiaran.
segmen pemirsa 5+ ABCDE.

3. Membentuk 3 kanal siaran konten yaitu SURYA CITRA


ENTERTAINMENT, SURYA CITRA MUSIK, dan
SURYA CITRA NEWS.

4. YAHOO menggandeng kerjasama dengan SCTV


melalui sharing konten Liputan 6 pada website
Liputan6.com.
Opportunity (O) Strategi SO : Strategi WO :
1. Tingginya pangsa pemirsa
Indonesia. 1. Manajemen terus mengevaluasi situasi perkembangan 1. Mempersiapkan profil resiko usaha baru
pasar dan teknologi, agar peluang usaha dibidang dibidang ini serta struktur/model usaha
2. Potensi pasar di Indonesia teknoilogi siaran TV digital dapat dimanfaatkan sebaik- yang tepat sebagai pondasi perusahaan ke
yang masih cukup besar baiknya. depan.
dibidang pengembangan
layanan teknologi New Media. 2. Pengembangan teknologi selular, satelit, telekomunikasi, 2. Melakukan kerjasama yang solid dengan
internet, dan software. mitra kerjanya di dalam dan luar negeri.
Kerjasama ini penting karena di dalam
3. Bersinergi secara utuh dalam mengantisipasi segala usaha New Media diperlukan konsolidasi
bentuk kompetisi yang ada dan dan koordinasi dengan partner usaha di
mengimplementasikannya secara hati-hati di kedua level dalam industri lain, sehingga diharapkan
perusahaan agar masing-masing berkembang dan sinergi operasional ini dapat dicapai dan
semakin maju menghadapi persaingan yang ada. mencapai target pendapatan perusahaan.

Threat (T) Strategi ST : Strategi WT :


1. Regulasi industri media di
Indonesia yang belum siap. 1. Meningkatkan fungsi efisiensi dan internal kontrol serta 1. Sinergisasi dengan seluruh komponen
memastikan bahwa pola operasi yang ada makin optimal industri untuk membantu memberikan
2. Krisis Global di tahun 2008 produktifitasnya dengan tidak mengurangi kreatifitas dan masukannya kepada pemerintah, agar
yang berimplikasi besar pada performanya. industri ini menjadi maju dan
bisinis perusahaan. memberikan manfaat yang sebesar-
2. Penyelesaikan kewajiban hutang-hutangnya di 2007 besarnya bagi masyarakat dan bangsa
3. Kondisi industri penyiaran sehingga mendorong posisi cash di tahun 2008 sehingga Indonesia.
televisi swasta sekarang yang membantu operasional SCTV di masa krisis 2009.
diindikasikan sudah mulai 2. Pemetaan resiko yang tepat dan
mengarah kepada praktek 3. Bersinergi secara efisien dengan perusahaan-perusahaan berkelanjutan, agar resiko yang ada dapat
monopoli dan persaingan dalam Group EMTEK, dimana masing-masing di ”transfer” menjadi suatu ”potensi”
usaha tidak sehat (Bisnis perusahaan memiliki kompetensi yang luas dibidang nilai baru yang memberikan nilai tambah
Indonesia, 31 Oktober 2007) teknologi informasi dan telekomunikasi yang justru bagi usaha serta bagi seluruh stakeholder.

11
yang apabila kondisi ini tidak sangat dibutuhkan dalam pengembangan awal
segera ditanggulangi kompetensi inti Operator New Media. 3. Pengembangan penggunaan ERP-SAP
dikhawatirkan dapat membawa dalam peningkatan kontrol, produktifitas
dampak yang tidak baik bagi dan efisiensi operasional, sehingga
perkembangan industri pemetaan resiko lebih baik dan dapat
tersebut di tanah air. bersaing di bisnis media.

12
KOMBINASI STRATEGI BERSAING GENERIK DARI PORTER

PT Surya Citra Media Tbk, menjalankan strategi perusahaannya dengan biaya operasional yang tinggi
dan produk diferensiasi yang tinggi pula, sehingga menurut Generic Strategy Porter berada di posisi
Focus Strategy. Dimana keterampilan dan sumber daya yang disyaratkan adalah kombinasi dari kebijakan
tersebut diarahkan pada strategi tertentu dan otganisasi harus mempersiapkan kebijakan – kebijakan untuk
mendukung strategi perusahaan.

Strategi bisnis PT Surya Citra Media adalah :

o Terus meningkatkan pengembangan tim kami dan produktivitas, PT Surya Citra Media Tbk.
berkomitmen untuk berinvestasi dalam program pendidikan dan pelatihan dalam perusahaan
dan SCTV.
o SCTV fokus dan membantu dalam mengembangkan fasilitas produksi baru dan program, serta
mempromosikan konten SCTV di luar Indonesia.
o Mengeksplorasi peluang-peluang baru di Indonesia dan di sekitar kawasan memanfaatkan
kompetensi inti perusahaan untuk meningkatkan nilai pemegang saham.
o Berkonsentrasi pada industri televisi dan kemampuan untuk mengembangkan bisnis media
massa yang lebih luas.
III. Analisis Menggunakan Laporan Keuangan

Business Strategy Analysis


Generate performance expectations
through industry analysis and competitive
strategy analysis

Accounting Analysis
Evaluate Accounting Quality
by assessing accounting Financial Analysis Prospective Analysis
policies and estimates. Evaluate Performance using Make Forecasts and value
ratios and cash flow analysis. Business

IV. Analisis Keuangan

Analisis Keuangan PT Surya Citra Media Tbk

 Pendapatan Bersih Konsolidasi


Tahun 2008, SCM mencatat peningkatan pendapatan bersih konsolidasi sebesar 31,7% menjadi
Rp 1.723,9 miliar. Pada level anak perusahaan, pendapatan bersih SCTV meningkat sebesar
32,5% dari tahun sebelumnya menjadi Rp 1.712,4 miliar dari Rp 1.292,5 miliar di tahun 2007.
Pertumbuhan pendapatan bersih SCTV yang cukup besar ini sebagai akibat tercapainya posisi
SCTV sebagai TV yang paling banyak ditonton oleh Pemirsa di tahun 2008.
Posisi premium dalam pangsa pemirsa di sepanjang tahun 2008 menjadikan SCTV dapat
meningkatkan rate cards untuk program-program prime time tertentu. Sebagai akibat dari
pemilihan dan pengembangan program yang baik bersama dengan penyedia program SCTV,
SCTV memperoleh posisi nomor 1 sebanyak 41 kali dari 53 minggu di sepanjang tahun 2008,
dengan perolehan pangsa pemirsa rata-rata 18,9%. SCTV berhasil menggunakan posisi sebagai
stasiun TV nomor 1 dan memperoleh 15% pangsa pasar dari Adex di tahun lalu.

 Beban Program & Penyiaran


Biaya Program dan Penyiaran dalam Laporan Keuangan SCM Konsolidasi tahun 2008 meningkat
36,0% menjadi Rp. 881,1 miliar. Namun, peningkatan yang besar pada biaya Program dan

14
Penyiaran ini tergantikan dengan posisi pangsa pemirsa yang unggul di sepanjang tahun 2008.
SCTV memperoleh posisi nomor 1 sebanyak 41 kali dari 53 minggu di tahun 2008 dengan rata-
rata pangsa pemirsa sebesar 18,9. Perolehan laba kotor mencapai 842,8 miliar, meningkat 27,6%
dibandingkan tahun lalu. Marjin laba kotor menurun dari 50,5% di tahun 2007 menjadi 48,9% di
tahun 2008.

 Biaya Umum dan Administrasi


Biaya umum dan administrasi konsolidasi SCM mengalami peningkatan sebesar 13,2% menjadi
Rp. 383,6 miliar. Namun persentasi dari biaya umum dan administrasi atas pendapatan bersih
menjadi 22,2% dibandingkan tahun lalu yaitu 25,9%.

 Pendapatan Operasional
Pendapatan operasional konsolidasi mencatat peningkatan sebesar 42,7% dari tahun sebelumnya
menjadi Rp. 459,3 miliar di tahun 2008 merupakan fungsi dari lebih tingginya laba kotor. Marjin
operasional meningkat menjadi 26,6% di tahun 2008, yang merupakan marjin keuntungan
operasional terbesar sejak tahun 2003. EBITDA Konsolidasi mencapai Rp. 510,6 miliar,
menunjukan pertumbuhan sebesar 40,8%, sedangkan marjin EBITDA adalah 29,6% meningkat
dari 27,7% pada tahun 2007.

 Biaya Lain-Lain – Bersih


Biaya lain-lain bersih tahun 2008 menurun dari Rp. 113,1 miliar di tahun 2007 menjadi Rp. 110,4
miliar menunjukan penurunan 2,4%. Penurunan ini sebagian besar dikarenakan oleh pendapatan
bunga dan forex yang meningkat, walaupun ada Rp. 4,6 miliar peningkatan pada biaya lain-lain.

 Laba Bersih
Laba bersih konsollidasi SCM pada tahun 2008 sebesar Rp 208,0 miliar, pertumbuhan sebesar
63,7% dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp. 127,0 miliar. Pada tahun 2008 marjin laba bersih
meningkat sebesar 12,1% dari 9,7% di tahun 2007. Laba bersih sebelum amortisasi goodwill pada
tahun 2008 naik 48,3% dari tahun sebelumnya menjadi Rp 248,5 miliar.

 Arus Kas
Dibandingkan tahun 2007, Arus kas operasional pada tahun 2008 meningkat sebesar Rp. 201,6
miliar menjadi Rp. 343,7 miliar. Sebagian besar dipengaruhi oleh jumlah uang kas yang
terkumpul dari supplier dan rendahnya pembayaran bunga dan biaya keuangan.

15
Belanja modal sepanjang tahun meningkat menjadi Rp. 135,0 miliar, dibandingkan Rp. 65,5 di
tahun 2007. Pembayaran Dividen Kas Rp. 91,2 miliar dibandingkan Rp. 53,0 miliar di tahun
2007. Arus Kas keluar sehubungan dengan pelunasan Obligasi SCTV I adalah sebesar Rp. 425
miliar. Faktor-faktor tersebut yang menyebabkan penurunan pos kas bersih dan setara kas sebesar
Rp. 320,4 miliar.

 Aktiva Lancar
Per 31 Desember 2008, SCM memiliki aktiva lancar sebesar Rp 1.212,1 miliar, sebagian besar
terdiri atas kas dan setara kas, piutang dagang, inventaris program dan biaya dibayar dimuka.

 Aktiva Tidak Lancar


Per 31 Desember 2008, SCM memiliki aktiva tidak lancar sebesar Rp 1.110,2 miliar, sebagian
besar terdiri dari bangunan dan peralatan sebesar Rp. 394,8 miliar, dan goodwill senilai Rp. 523,3
miliar yang timbul dari akuisisi SCTV oleh SCM.

 Kewajiban Lancar
Per 31 Desember 2008, SCM memiliki kewajiban lancar senilai Rp. 380,7 miliar, merupakan
penurunan sebesar 47,2% dibanding dengan tahun sebelumnya yang disebabkan oleh pelunasan
Obligasi SCTV I.

 Kewajiban Tidak Lancar


Per 31 Desember 2008, kewajiban jangka panjang konsolidasi SCM berjumlah Rp. 585,6 miliar,
terutama disebabkan oleh penerbitan obligasi SCTV II tahun 2007.

 Ekuitas
Ekuitas SCM naik 9,5% dibanding tahun sebelumnya menjadi Rp. 1.356,0 miliar per 31
Desember 2008. SCM memiliki hutang bersih sebesar Rp. 166,9 miliar pada akhir 2008, dengan
rasio hutang bersih yang terhadap ekuitas sebesar 12,3%.

Analisis Keuangan Antara PT Surya Citra Media Tbk. Dengan


PT Media Nusantara Citra (MNC)

Dari perbandingan laporan keuangan tahun 2008 SCM dengan Media Nusantara Citra (MNC)
sebagai salah satu kompetitor dalam bidang yang sama, pendapatan usaha MNC yakni sebesar

16
Rp3.922.000.000.000 dan pendapatan SCM sebesar Rp1.723.945.532.000. Terdapat perbedaan signifikan
antara pendapatan kedua perusahaan tersebut yakni pendapatan MNC lebih besar 127% dari pendapatan
SCM. Hal ini mungkin disebabkan oleh brand image MNC yang begitu baik sehingga para pengguna jasa
periklanan lebih memilih beriklan pada MNC daripada di SCM.
Perbandingan net income cukup mengherankan, SCM memiliki laba bersih yang lebih besar
dibandingkan dengan MNC. Hal ini disebabkan dari beban usaha yang besar pada MNC. Net income pada
MNC pada tahun 2008 sebesar Rp167.000.000.000 dan SCM sebesar Rp207.960.589.000.
Dari data yang kami kumpulkan, merek RCTI (sebagai anak perusahaan MNC) berada pada
urutan pertama di tingkat top of mind dengan 50,25%.untuk brand association, terdapat tiga asosiasi yang
membentuk brand image RCTI, yaitu asosiasi RCTI Oke, Indonesian Idol, dan Seputar Indonesia.
Perbandingan modal dari utang dan ekuitas:

SCM MNC

LIABILITIES Rp966.341.449 Rp3.077.000.000.000

EQUITY Rp1.355.960.452 Rp4.266.000.000.000

Pada MNC, liabilities lebih kecil daripada equity. Hal ini terjadi pula pada SCM, meskipun pada SCM
tidak terjadi rentang perbedaan jumlah liabilities dan equty yang begitu besar bila dibandingkan dengan
MNC.

17
Analisis Rasio-Rasio Keuangan Utama pada PT Surya Citra Media
Tbk.

a. Current Ratio ( Rasio Lancar)

Aktiva Lancar
Current Ratio=
Utang Lancar

Tahun 2004 = 370,0 Tahun 2007 = 204,9


Tahun 2005 = 328,6 Tahun 2008 = 318,3
Tahun 2006 = 355,9

Hal ini berarti bahwa kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan
aktiva lancar, untuk tahun 2008 adalah setiap Rp1 hutang lancar dijamin oleh aktiva lancar Rp318,3.
Untuk tahun 2007 adalah setiap hutang lancar Rp1 dijamin oleh Rp204,9 aktiva lancar. Dari data-data
rasio lancar yang ada di PT Surya Citra Media Tbk. tersebut dapat dilihat bahwa kemampuan
perusahaan ini untuk membayar hutang perusahaan dari tahun 2004 sampai 2008 berfluktuasi dan
rasionya lancarnya sangat bagus karena jaminan aset untuk hutang setiap Rp1-nya sangat besar.

b. Total Debt to Equity Ratio (Rasio Hutang terhadap Ekuitas)

Total Utang
Total Debt ¿ Equity Ratio=
Ekuitas Pemegang Saham
Tahun 2004 = 58,8 Tahun 2007 = 106,1
Tahun 2005 = 62,1 Tahun 2008 = 71,3
Tahun 2006 = 59,8

Hal ini berarti bahwa perbandingan antara hutang–hutang dan ekuitas dalam pendanaan
perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri, perusahaan untuk memenuhi seluruh
kewajibanya. Untuk tahun 2008 adalah setiap Rp1 total hutang dijamin oleh ekuitas Rp71,3. Untuk
tahun 2007 adalah setiap hutang lancar Rp1 dijamin oleh Rp106,1 ekuitas. Dari data-data rasio lancar
yang ada di PT Surya Citra Media Tbk. tersebut dapat dilihat bahwa kemampuan perusahaan ini

18
untuk membayar hutang perusahaan dari tahun 2004 sampai 2008 berfluktuasi dan rasionya lancarnya
sangat bagus karena jaminan aset untuk hutang setiap Rp1-nya sangat besar.

c. Total Debt to Total Asset Ratio ( Rasio Hutang terhadap Total Aktiva )

Total Utang
Total Debt ¿ Total Asset Ratio=
Total Aktiva

Tahun 2004 = 37,0 Tahun 2007 = 51,5


Tahun 2005 = 38,3 Tahun 2008 = 41,6
Tahun 2006 = 37,4

Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka panjang dan
jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang
dibelanjai oleh hutang. Untuk tahun 2008 adalah setiap Rp1 total aktiva dibiayai oleh Rp41,6. Untuk
tahun 2007 adalah setiap setiap Rp1 total aktiva dibiayai oleh Rp51,5. Dari data-data rasio hutang
terhadap total aktiva yang ada di PT Surya Citra Media Tbk. tersebut dapat dilihat bahwa kemampuan
perusahaan ini untuk memperoleh asetnya tidak berasal dari pembiayaan yang berasal dari hutang.
Hal ini menunjukkan bahwa PT Surya Citra Media Tbk tidak tergantung pada pembiayaan hutang.

d. Gross Profit Margin ( Margin Laba Kotor)

Laba Kotor
Gross Profit Margin=
Penjualan Bersih

Tahun 2004 = 45,9 Tahun 2007 = 50,5


Tahun 2005 = 49 Tahun 2008 = 43,9
Tahun 2006 = 45,2

Rasio ini merupakan perbandingan antar penjualan bersih dikurangi dengan harga pokok
penjualan dengan tingkat penjualan, Rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari
jumlah penjualan. Untuk tahun 2008 margin laba kotornya sebesar 43,9 sedangkan untuk tahun 2007
margin laba kotornya sebesar 50,5. Dari data-data margin laba kotor yang ada di PT Surya Citra
Media Tbk. tersebut dapat dilihat bahwa laba kotor yang diperoleh oleh PT Surya Citra Media

19
mengalami penurunan dari tahun 2007 ke tahun 2008. Hal ini menunjukkan bahwa PT Surya Citra
Media Tbk mengalami kenaikan biaya produksi dan kurang bagus bagi PT Surya Citra Media.

e. Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)

Laba Setelah Pajak


Net Profit Margin=
Penjualan Bersih

Tahun 2004 = 5,3 Tahun 2007 = 9,7


Tahun 2005 = 6,2 Tahun 2008 = 12,1
Tahun 2006 = 6,0

Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak lalu
dibandingkan dengan volume penjualan. Seperti namanya, margin ini menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam mencetak laba bersih (penjualan dikurangi semua biaya dan pajak). Untuk tahun
2008 margin laba bersihnya sebesar 12,1 sedangkan untuk tahun 2007 margin laba kotornya sebesar
9,7. Dari data-data margin laba bersih yang ada di PT Surya Citra Media Tbk. tersebut dapat dilihat
bahwa margin laba bersih yang diperoleh oleh PT Surya Citra Media mengalami kenaikan dari tahun
2007 ke tahun 2008. Data ini menunjukkan bahwa PT Surya Citra Media mencetak tingkat
keuntungan yang tinggi. Ujung-ujungnya, perusahaan tersebut dapat membagikan dividen yang tinggi
pula untuk pemegang saham.

20
21
Analisis Rasio-Rasio Keuangan Utama Antara PT Surya Citra Media
Tbk. Dengan PT Media Nusantara Citra (MNC)

RASIO KEUANGAN 2008 (dalam %)

      MNC SCM

Current Ratio 337.8 318.3

Total Liabilities to Total Assets 38.4 41.6

Total Liabilities to Total Equity 72.1 71.3

Gross Profit Margin 42.1 43.9

Net Profit Margin 4.3 12.1

Kemampuan untuk membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar, MNC lebih baik
daripada SCM karena setiap Rp 1 utang lancar dijamin oleh aktiva lancarRp 337,8. Dibandingkan dengan
SCM, MNC lebih tidak bergantung pada utang pembiayaan aset-asetnya. Kemampuan MNC untuk
membayar utang dari ekuitas lebih baik daripada SCM meskipun tidak begitu jauh perbedaannya. Dari
gross profit margin bisa kita lihat bahwa MNC memiliki rasio yang lebih kecil, hal ini mungkin saja
mengindikasikan MNC mengalami kenaikan biaya produksi atau lainnya. Dilihat dari net profit margin
SCM jauh lebih baik daripada MNC.

V. Analisis Akuntansi

Tujuan analisis akuntansi adalah untuk mengevaluasi sejauh mana suatu akuntansi perusahaan
menangkap realitas yang mendasarinya. Dengan cara mengidentifikasi tempat-tempat di mana ada
akuntansi fleksibilitas, dan dengan mengevaluasi kelayakan dari kebijakan akuntansi perusahaan dan
perkiraan, para analis dapat menilai tingkat distorsi dalam angka akuntansi perusahaan. Langkah
penting lain dalam analisis akuntansi adalah untuk "membatalkan" distorsi akuntansi dengan
membentuk kembali sebuah angka akuntansi perusahaan untuk menciptakan bias data akuntansi.

22
Analisis Kebijakan Akuntansi Pada PT SCM Tbk

a. Penyusunan laporan konsolidasi diatur dalam PSAK No. 4. Prosedur konsolidasi yang dilakukan
SCm telah sesuai dengan PSAK No.4, yaitu transaksi dan saldo resiprokal antara induk dan
perusahaan dan anak perusahaan harus dieliminasi.

b. Persediaan. Pengukuran persediaan telah sesuai dengan PSAK No. 14 yaitu persediaan harus
diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi neto, mana yang lebih rendah. Namun, SCM tidak
mencantumkan kebijakan “ketika kondisi yang semula mengakibatkan penurunan nilai persediaan
di bawah biaya ternyata tidak ada lagi atau ketika terdapat bukti yang jelas terhadap peningkatan
nilai realisasi bersih karena perubahan ekonomi, maka jumlah penurunan nilai harus dibalik
(dalam hal ini pemulihan adalah terbatas untuk jumlah penurunan nilai awal) sehingga jumlah
tercatat yang baru dari persediaan adalah terendah dar biaya atau nilai realisasi neto yang telah
direvisi.

c. Aset tetap diukur menggunakan cost model, ketentuan lain mengenai penyusutan dan biaya
pemeliharaan sudah sesuai dengan PSAK No.16. Namun, SCM tidak mencantumkan kebijakan
untuk melakukan review atas nilai residu dan umur manfaat setiap aset tetap. Hal ini menjadi
penting karena dalam PSAK No.16 dicantumkan bahwa “apabila hasil review berbeda dengan
estimasi sebelumnya maka perbedaan tersebut harus diperlakukan sebagai perubahan estimasi
sesuai dengan PSAK No. 25…”

d. Transaksi dan saldo dalam mata uang asing telah sesuai dengan ketentuan PSAK No. 10.

e. Sewa. Transaksi sewa yang dilakukan telah disesuaikan dengan PSAK no.30 tentang Sewa.
Perubahan atas penggunaan PSAk yang sebelumnya tidak menimbukkan dampak yang signifikan
bagi aktivitas sewa yang dilakukan oleh SCM.

Kebijakan Akuntansi pada PT Surya Citra Media Tbk.

a. Dasar pengukuran dan penyusunan laporan keuangan konsolidasi

23
Laporan keuangan konsolidasi disusun berdasarkan konsep biaya perolehan (historical cost),
kecuali untuk persediaan yang dinyatakan sebesar nilai yang lebih rendah antara biaya perolehan
setelah dikurangi amortisasi dengan nilai realisasi bersih. Laporan keuangan konsolidasi disusun
menggunakan konsep akrual, kecuali laporan keuangan arus kas konsolidasi.

b. Prinsip konsolidasi

Laporan keuangan konsolidasi meliputi Laporan Keuangan Perusahaan dan PT Surya Citra
Televisi, Anak Perusahaan, dengan kepemilikan saham sebesar 99,99% atau sebesar 229.999.999
saham. Seluruh saldo akun dan transaksi yang material antar perusahaan yang dikonsolidasi telah
dieliminasi untuk mencerminkan posisi keuangan dan hasil usaha Perusahaan dan Anak
Perusahaan sebagai satu kesatuan usaha. Selisih lebih yang tidak teridentifikasi antara biaya
perolehan dengan nilai wajar aktiva bersih Anak Perusahaan yang diakuisisi dibukukan sebagai
goodwill dan diamortisasi menggunakan metode garis lurus selama 20 tahun.

c. Kas, setara kas, dan penempatan jangka pendek


Kas dan setara kas terdiri dari kas, kas di bank dan deposito berjangka dengan jangka waktu tiga
bulan atau kurang sejak tanggal penempatan dan tidak dijadikan sebagai jaminan pinjaman serta
tanpa pembatasan penggunaan. Deposito berjangka dengan jangka waktu lebih dari tiga bulan
tapi tidak melebihi satu tahun diklasifikasikan sebagai “Penempatan Jangka Pendek”.

d. Penyisihan piutang ragu-ragu


Penyisihan piutang ragu-ragu ditetapkan berdasarkan hasil penelaahan terhadap kemungkinan
tertagihnya piutang pada akhir periode.

e. Transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa


Perusahaan dan Anak Perusahaan melakukan transaksi dengan pihak-pihak tertentu yang
mempunyai hubungan istimewa sesuai dengan PSAK No.7 mengenai “Pengungkapan Pihak-
Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa.” Seluruh transaksi yang signifikan dengan pihak-
pihak yang mempunyai hubungan istimewa telah diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan konsolidasi.

f. Persediaan
Persediaan materi program dinyatakan sebesar nilai terendah antara biaya perolehan setelah
dikurangi amortisasi dengan nilai realisasi bersih. Biaya perolehan persediaan materi program
24
ditentukan dengan metode identifikasi khusus (specific identification method). Persediaan materi
program diamortisasi berdasarkan jumlah penayangan program yang umumnya sebanyak dua kali
berdasarkan metode menurun, yaitu sebesar 70% pada penayangan pertama dan 30% pada
penanyangan kedua untuk program film, sinetron dan serial, kecuali untuk program produksi
sendiri, infotainment, berita, olah raga dan program talk show yang diamortisasi sepenuhnya pada
saat ditayangkan. Saldo persediaan yang belum diamortisasi namun kontrak penayangannya telah
berakhir dibebankan pada tahun kontrak tersebut berakhir.
Pada akhir tahun, manajemen melakukan penelaahan untuk menentukan adanya indikasi
terjadinya penurunan nilai materi program dan melakukan penyesuaian, apabila diperlukan, ke
estimasi nilai yang terpulihkan untuk penayangan di masa yang akan datang dan dibebankan
sebagai kerugian pada usaha periode berjalan.
Program dalam proses adalah akumulasi biaya produksi atas acara in-house, yang sampai tanggal
neraca tersebut belum selesai diproduksi.

g. Biaya dibayar di muka


Biaya dibayar di muka dibebankan pada usaha selama masa manfaatnya. Biaya sewa jangka
panjang disajikan dalam akun “Biaya Sewa Dibayar di Muka Jangka Panjang” dalam aktiva tidak
lancer. Bagian lancar dari biaya sewa dibayar di muka jangka panjang disajikan dalam akun
“Biaya Dibayar di Muka dan Aktiva Lancar Lainnya” dalam aktiva lancar.

h. SEWA
Perusahaan melaporkan transaksi sewa yang tidak memenuhi krtiteria sebagai capital lease
dengan menggunakan metode operating lease, dimana pembayaran sewa diakui sebagai beban
pada laporan laba rugi dengan menggunakan metode garis lurus (straight-line method) selama
periode sewa. Perusahaan dan anak perusahaan telah menerapkan PSAK No. 30 (revisi 2007).
Sewa kontinjen, jika ada, diakui sebagai pendapatan pada periode-periode pendapatan tersebut
dihasilkan.

i. Aktiva tetap
Aktiva tetap dinyatakan sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan, kecuali tanah
yang tidak disusutkan. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (straight-
line method) berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aktiva tetap sebagai berikut:

25
Aktiva dalam penyelesaian dinyatakan sebesar biaya perolehan dan disajikan sebagai bagian dari
aktiva tetap. Akumulasi biaya perolehan akan direklasifikasi ke akun aktiva tetap yang
bersangkutan pada saat aktiva telah selesai dan siap untuk digunakan.
Biaya perbaikan dan pemeliharaan dibebankan pada laporan laba rugi pada saat terjadinya;
pemugaran dan penambahan dalam jumlah signifikan dan memperpanjang masa manfaat
dikapitalisasi.
Aktiva tetap yang sudah tidak digunakan lagi atau yang dijual, biaya perolehan serta akumulasi
penyusutannya dikeluarkan dari kelompok aktiva tetap yang bersangkutan dan laba atau rugi yang
timbul dikreditkan atau dibebankan pada usaha tahun berjalan.
Biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan perolehan atau perpanjangan izin atas tanah
ditangguhkan dan disajikan sebagai biaya ditangguhkan dalam akun “Aktiva Lain-Lain” pada
neraca konsolidasi dan diamortisasi sepanjang periode hak atas tanah atau umur ekonomis tanah,
mana yang lebih pendek.
Perusahaan dan Anak Perusahaan melakukan penelaahan untuk menentukan adanya indikasi
peristiwa atau perubahan kondisi yang mengindikasikan bahwa nilai tercatat tidak dapat
dipulihkan seluruhnya pada setiap tanggal pelaporan. Apabila kondisi tersebut terjadi, Perusahaan
dan Anak Perusahaan diharuskan untuk menentukan taksiran jumlah yang tidak dapat diperoleh
kembali (recovable amount) atas semua aktivanya dan mengakuinya sebagai kerugian dalam
laporan laba rugi konsolidasi periode berjalan.

j. Biaya emisi efek ekuitas

Biaya-biaya yang terjadi sehubungan dengan penawaran umum saham perusahaan kepada
masyarakat dicatat sebagai pengurang dari akun “Tambahan Modal Disetor”.

k. Biaya emisi obligasi

Biaya emisi obligasi yang terjadi sehubungan dengan penerbitan obligasi disajikan sebagai
pengurang dari hasil penerimaan emisi obligasi. Biaya emisi obligasi diamortsasikan dengan
menggunakan metode garis lurus selam jangka waktu obligasi yaitu selama lima tahun.

26
l. Transaksi dan saldo dalam mata uang asing

Transaksi dalam mata uang asing dicatat dalam rupiah berdasarkan kurs yang berlaku pada saat
transaksi dilakukan. Pada tanggal neraca, aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing
dijabarkan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah terakhir yang dipublikasikan oleh
Bank Indonesia pada tanggal tersebut. Laba atau rugi kurs yang timbul dikreditkan atau
dibebankan pada usaha periode berjalan.
Pada tanggal 31 Maret 2008 atau 2007, kurs yang digunakan berdasarkan kurs tengah transaksi
terakhir yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia pada tanggal 31 Maret 2008 dan 30 Maret 2007
masing-masing sebesar:

2008 2007

AS$ 1 9.217,00 9.118,00

Euro 1 14.558,79 12.154,30

SGD 1 6.683,50 6.011,55

JPY 1 92,27 77,57

m. Kompensasi berbasis saham

Perusahaan menerapkan PSAK No. 53 tentang “Akuntansi Kompensasi Berbasis Saham” yang
mengatur perlakuan akuntasi untuk nilai wajar opsi pemilikan saham yang diberikan kepada
karyawan dan instrumen ekuitas sejenis lainnya. Beban kompensasi diakui selama periode
pengakuan hak kompensasi (vesting period) berdasarkan nilai wajar opsi saham pada tanggal
pemberian (grant date).

n. Pengakuan pendapatan dan beban

Pendapatan dari iklan diakui pada saat iklan yang bersangkutan ditayangkan. Uang muka yang
diterima dari pelanggan dicatat dalam akun “Uang Muka Pelanggan”. Beban diakui pada saat
terjadinya.

o. Kewajiban diestimasi atas kesejahteraan karyawan


27
Perusahaan dan anak perusahaan menerapkan PSAK No. 24 (Revisi 2004) mengenai “Akuntansi
Imbalan Kerja” yang mengatur akuntansi dan pengungkapan atas imbalan kerja karyawan
berdasarkan pada peraturan perusahan dan anak perusahaan dan sesuai Undang-Undang No.
13/2003 tanggal 25 Maret 2003. Dalam PSAK ini, nilai kini kewajiban imbalan pasti, beban jasa
kini dan beban jasa lalu ditentukan dengan menggunakan metode penilaian Projected Unit Credit.
Keuntungan dan kerugian aktuaris diakui sebagai pendapatan atau beban jika akumulasi bersih
keuntungan dan kerugian aktuaris yang belum diakui pada saat akhir periode pelaporan
sebelumnya melebihi 10% dari nilai kini kewajiban imbalan pasti atau nilai wajar aktiva program
pada tanggal tersebut. Keuntungan dan kerugian aktuarial yang melebihi 10% koridor diakui
dengan menggunakan metode garis lurus berdasarkan perkiraan rata-rata sisa masa kerja
karyawan. Biaya jasa lalu yang timbul pada saat program imbalan pasti diperkenalkan pertama
kali atau terjadi atau perubahan-perubahan dalam kewajiban imbalan kerja program yang sudah
ada diamortisasi sampai imbalan tersebut telah menjadi hak karyawan.

p. Pajak penghasilan

Beban pajak tahun berjalan dihitung berdasarkan taksiran penghasilan kena pajak tahun berjalan.
Aktiva dan kewajiban pajak tengguhan dicatat atas beda temporer antara dasar komersial dan
pajak atas aktiva dan kewajiban pada setiap tanggal pelaporan. Manfaat pajak masa mendatang,
seperti rugi fiskal yang dapat dikompensasi, diakui apabila kemungkinan besar jumlah manfaat
pajak pada masa mendatang tersbut direalisasikan.
Aktiva dan kewajiban pajak tangguhan dihitung berdasarkan tarif pajak yang akan dikenalkan
pada saat nilai aktiva direalisasikan atau nilai kewajiban tersebut diselesaikan, berdasarkan tarif
pajak (dan peraturan pajak) yang berlaku atau berlaku secara substantif pada tanggal neraca.
Perubahan terhadap kewajiban perpajakan dicatat pada saat hasil ketetapan pajak diterima atau
apabila perusahaan dan anak perusahaan mengajukan keberatan, pada saat keputusan atas
keberatan tersebut ditentukan.

q. Laba per saham


LPS dihitung dengan membagi laba bersih konsolidasi periode berjalan dengan jumlah rata-rata
tertimbang saham yang beredar pada tahun yang bersangkutan, yaitu sejumlah 1.893.750.000
saham masing-masing untuk periode tiga bulan yang berakhir pada 31 Maret 2008 dan 2007. LPS
dilusian dihitung dengan membagi laba bersih konsolidasi periode berjalan dengan jumlah rata-
rata tertimbang saham yang beredar pada periode yang bersangkutan setelah mempertimbangkan

28
pengaruh semua saham yang berpotensi dilutif yang timbul dari pemberian waran karyawan pada
tanggal 11 Mei 2007, 2006, 2005, 2004, dan 2003. Jumlah rata-rata tertimbang saham yang
beredar atas dasar dilusi setara dengan 1.936.733.491 saham pada 31 Maret 2008 dan
1.923.744.581 saham pada 31 maret 2007.

r. Penggunaan estimasi
Penyajian laporan keuangan konsolidasi sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum
mengharuskan manajemen untuk membuat estimasi dan asumsi terhadap jumlah yang dilaporkan.
Oleh karena tidak adanya kepastian dalam membuat estimasi, maka terdapat kemungkinan hasil
aktual yang dilaporkan pada masa yang akan datang akan berbeda dengan estimasi tersebut.
Perbedaan antara estimasi dan hasil aktual dibebankan atau dikreditkan pada usaha periode
berjalan.

29
Business Activities (PT Surya Citra Media Tbk)

- Operating Activities

2008 2007
- Pendapatan Iklan 2.130.365.788 1.617.891.344
- Pendapatan lain-lain 1.916.973 1.917.481
- Potongan penjualan dan komisi (408.337.229) (311.223.082)

Total 1.723.945.532 1.308.585.743

- Investment Activities

 Aset tetap yang dimiliki PT SCM tbk

 Investasi Jangka pendek

Akun ini merupakan deposito berjangka yang ditempatkan pada bank dengan jangka waktu 6
(enam) bulan sampai 9 (Sembilan) bulan dari tanggal penempatan sebagai berikut:

2008 2007
Rupiah
- PT Bank CIMB Niaga Tbk (dahulu PT Bank Niaga - 27.396.375
Tbk)
Dolar AS - 2.420.683

30
- PT ANZ-Panin Bank (AS$257.000)
Total 29.817.058

- Financing Activities

Menurut Laporan Arus Kas, Sumber pendanaan eksternal dalam PT SCM Tbk berasal dari Investor
Ekuitas dan Kreditur (obligasi).

- Penerimaan dari pelaksanaan opsi saham atas Rp1.767.125.000


ESOP
- Pembayaran Hutang Obligasi (Rp425.000.000.000)
- Pembayaran Dividen
- Pemabyaran saham yang diperoleh kembali ( Rp91.203.265.000)
- Penerimaan dari penerbitan obligasi-bersih
(Rp838.217.000)
0

31
32
VI. Analisis Prospektif

Analisis Prospektif
Pada PT Surya Citra Media Tbk.

Analisis prospektif merupakan peramalan hasil masa depan, biasanya laba, arus kas, atau
keduanya. Analisis ini ditarik dari analisis akuntansi, analisis keuangan, serta analisis lingkungan bisnis
dan strategi. Output analisis prospektif adalah hasil yang diharapkan di masa depan yang digunakan untuk
mengestimasi nilai perusahaan.

 Penilaian
Penilaian merupakan tujuan utama banyak jenis analisi bisnis. Penilaian adalah proses mengubah
ramalan hasil di masa depan menjadi estimasi nilai perusahaan.

 Analisis Laporan Keuangan dan Analisis Bisnis


Analisis laporan keuangan merupakan kumpulan proses analisis yang merupakan bagian dari
analisis bisnis. Proses terpisah ini memeiliki kesamaan dalam hal penggunaan informasi laporan
keuangan, dalam berbagai tingkatan, untuk kepentingan analisis. Walaupun laporan keuangan
berisis informasi tentang rencana bisnis perusahaan, analisis lingkungan bisnis dan strategi
perusahaan kadang kala dipandang di luar analisis laporan keuangan yang konvensional. Tetapi
sebagian besar setuju bahwa penilaian, yang memerlukan ramalan, merupakan bagian dari
analisis laporan keuangan. Karenanya, analisis laporan keuangan seharusnya dipandang sebagai
bagian penting dan terpisahkan dari analisi bisnis dan seluruh komponen analisisnya.

Bisnis dibidang elektronik media memang masih membukukan daya tariknya tersendiri, hal ini
dibuktikan dengan pencapaian pangsa pasar yang masih cukup besar dibidang pembelanjaan iklan yaitu
sebesar 65% di sektor televisi. Inilah mengapa SCM dan SCTV masih memfokuskan usahanya di bidang
ini, walau terus mengembangkan diri seiring dengan akan dimulainya era TV digital di Indonesia di awal
tahun 2009 ini. Terutama lagi dengan telah dibentuknya Konsorsium TV Digital dengan SCTV sebagai
salah satu anggota untuk memulai uji cobanya di Indonesia.
Maka dari itu, manajemen untuk terus mengevaluasi situasi perkembangan pasar dan teknologi,
agar peluang usaha di bidang teknoilogi siaran TV digital dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya, dan
perusahaan masuk pada jeda waktu usaha yang tepat. Disamping itu dengan berkembangnya industri
digital ini maka turunan usaha di bidang TV maupun New Media akan mulai marak di kalangan
masyrakat. Regulasi dibidang ini masih belum siap. Ini menjadi tugas bersama seluruh komponen industri
33
untuk membantu memberikan masukannya kepada Pemerintah, agar Industri ini menjadi maju dan
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat dan bangsa Indonesia.
Tantangan lain dari manajemen adalah mempersiapkan profil resiko usaha baru dibidang ini
serta struktur/model usaha yang tepat sebagai pondasi perusahaan ke depan. Saat ini hampir semua negara
maju di dunia sedang melakukannya. Belum ada suatu ramuan yang tepat dalam menentukan konsep
usaha dibidang New Media ini. Namun Dewan Komisaris melihat bahwa Group Elang Mahkota
Teknologi, induk perusahaan SCM dan SCTV, memiliki rentang pengalaman yang panjang dibidang
teknologi selular, satelit, telekomunikasi, internet, software, yang mana ini adalah suatu aset yang
mungkin tidak dimiliki oleh semua kompetitor. Aset ini menjadi titik awal penting bagi group, dan
merupakan tugas manajemen untuk mengembangkannya.
Tantangan lain di 2009 adalah mempersiapkan SCTV, anak perusahaan SCM untuk
mengembangkan kegiatan operasionalnya dalam hal sistem siaran berjaringan, dimana akhir tahun 2009
adalah batas waktu Perpanjangan Penerapan Sistem Stasiun Jaringan, yang mana hal ini diatur di dalam
UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran dan PP 50 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran
Lembaga Penyiaran Swasta. Perjalanan implementasi UU tersebut sejak 7 (tujuh) tahun yang lalu,
dirasakan memang sulit diterapkan secara menyeluruh mengingat implikasi yang luas secara industri
maupun Perseroan, terutama dari sisi pemecahan kepemilikan. Namun, yang tidak kalah penting adalah
adanya benturan terhadap Undang- Undang atau peraturan lain yang juga harus dipatuhi oleh Perseroan,
terutama apabila Perseroan tersebut sudah tercatat di bursa, dan telah melakukan penawaran umum, baik
itu hutang maupun saham. Komplikasi ini tidak dapat diabaikan begitu saja, mengingat implikasi lain
yang juga muncul, khususnya seperti yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP).

Pembahasan bersama Regulator terus diupayakan untuk menjembatani hal ini sehingga
diharapkan para pihak, yaitu pihak yang terkait dengan Industri TV dan regulator, dapat bersama-sama
mencari solusi terbaik bagi semua pihak.
Ke depan tantangan bagi SCM selanjutnya adalah mengembangkan prestasi tahun 2008 menjadi
suatu pijakan usaha baru bagi SCM dan SCTV. Persaingan di bidang ini akan makin meningkat
mengingat Industri Media memang memiliki daya tarik serta potensi keuntungan tersendiri. Terutama lagi
mempertimbangkan potensi pasar di Indonesia yang masih cukup besar dibidang pengembangan layanan
teknologi New Media.

Usaha baru ini bukannya tanpa resiko. Sebagai usaha baru perlu dilakukan pemetaan resiko
yang tepat dan berkelanjutan, agar resiko yang ada dapat di ”transfer” menjadi suatu ”potensi” nilai baru
yang memberikan nilai tambah bagi usaha serta bagi seluruh stakeholder. Di sisi lain, krisis ekonomi yang
muncul di pertengahan semester ke dua tahun 2008 kemungkinan akan berlanjut di tahun 2009.
Beruntung SCTV telah menyelesaikan kewajiban hutang-hutangnya di 2007 dan performa yang baik di
34
2008 mendorong posisi cash mencapai lebih dari Rp. 405 M dimana nilai ini sangat membantu
operasional SCTV di masa krisis 2009. Ini merupakan tantangan sendiri bagi manajemen.
Untuk itu, SCM mengembangkan dirinya bersinergi secara efisien dengan perusahaan-
perusahaan dalam Group EMTEK, dimana masing-masing perusahaan memiliki kompetensi yang luas
dibidang teknologi informasi dan telekomunikasi yang justru sangat dibutuhkan dalam pengembangan
awal kompetensi inti Operator New Media. Selanjutnya SCM akan melakukan kerjasama yang solid
dengan mitra kerjanya di dalam dan luar negeri. Kerjasama ini penting karena di dalam usaha New Media
diperlukan konsolidasi dan koordinasi dengan partner usaha di dalam industri lain, sehingga diharapkan
sinergi operasional ini dapat dicapai dan mencapai target pendapatan Perusahaan. Inilah dasar
pengembangan usaha SCM yang paling utama dan merupakan kunci strategis utama dalam
pengembangan usaha secara global.
Globalisasi dunia usaha seperti ini sudah menjadi target Group EMTEK sejak lama.
Peningkatan prospek usaha, pendapatan sekaligus tingginya perhatian pemirsa Indonesia atas produk
media yang dikembangkan menjadi indikator baiknya pemanfaatan kesempatan dalam globaisasi
teknologi di bidang media ini.
Tahun 2009, SCM, SCTV dan perusahaan-perusahaan lain dalam Grup EMTEK akan bersinergi
lebih erat melakukan kerjasama untuk meneruskan proyek strategis yang sudah dipersiapkan ditahun-
tahun sebelumnya serta memulai proyek-proyek baru yang secara hati-hati dipilih menjadi champion
program SCM. Hal ini makin dimungkinkan mengingat saat ini semua sudah berkantor pada satu lokasi
perkantoran yang sama di Senayan City uyang merupakan salah satu pusat bisnis dan mall paling strategis
di Jakarta.
Di sisi lain proyek pengembangan internal penting di 2009 lainnya adalah penggunaan ERP-
SAP dalam peningkatan kontrol, produktifitas dan efisiensi operasional. Ini merupakan komitmen
manajemen terhadap pengembangan perseroan.
Kemajuan dan kebahagiaan yang telah diperoleh SCM dan SCTV serta Group tidaklah terlepas
dari peran serta kontribusi masyarakat. Oleh karenanya, SCM dan SCTV serta Group merasa kepada
masyarakatlah SCM dan SCTV serta Group harus membagi, menjadi bagian dan bertanggung jawab
untuk meringankan beban mereka sebagai pemirsa yang juga telah menjadi bagian dari kesuksesan SCM
dan SCTV hingga saat ini.
Untuk itu, melalui Program Bantuan Pundi Amal SCTV, dikembangkanlah program-program
Corporate Social Responsibility (CSR) dalam bentuk program bantuan bencana alam, bantuan
pendidikan, bantuan kesehatan dan pengembangan lingkungan. Seluruh karyawan SCM dan SCTV secara
bergantian terjun langsung ke sentra-sentra bencana, membangun dan melatih guru-guru pendidik,
membagikan batuan obat-obatan dan pengobatan gratis serta melakukan penyuluhan media ke instansi

35
pendidikan guna mempersiapkan tunas-tunas baru di bidang penyiaran nasional. Hasil pendistribusian
Pundi Amal ini diaudit oleh kantor akuntan independent setiap tahunnya.

VII. Informasi Tambahan

36

You might also like