You are on page 1of 8

A.

Ancaman di Bidang Politik


Ancaman di bidang politik dapat bersumber dari luar negeri maupun dalam negeri. Dari
luar negeri, ancaman di bidang politik dilakukan oleh suatu negara dengan melakukan tekanan
politik terhadap Indonesia. Intimidasi, provokasi, atau blokade politik merupakan bentuk
ancaman non-militer berdimensi politik yang sering kali digunakan oleh pihak-pihak lain untuk
menekan negara lain. Kedepan, bentuk ancaman yang berasal dari luar negeri diperkirakan masih
berpotensi terhadap Indonesia, yang memerlukan peran dari fungsi pertahanan non-militer untuk
menghadapinya.
Ancaman yang berdimensi politik yang bersumber dari dalam negeri dapat berupa
penggunaan kekuatan berupa pengerahan massa untuk menumbangkan suatu pemerintahan yang
berkuasa, atau menggalang kekuatan politik untuk melemahkan kekuasaan pemerintah. Selain
itu, ancaman separatisme merupakan bentuk lain dari ancaman politik yang timbul di dalam
negeri. Sebagai bentuk ancaman politik, separatisme dapat menempuh pola perjuangan politik
tanpa senjata dan perjuangan bersenjata. Pola perjuangan tidak bersenjata sering ditempuh untuk
menarik simpati masyarakat internasional. Oleh karena itu, separatisme sulit dihadapi dengan
menggunakan kekuatan militer. Hal ini membuktikan bahwa ancaman di bidang politik memiliki
tingkat resiko yang besar yang mengancam kedaulatan, keutuhan, dan keselamatan bangsa.

B. Ancaman Integrasi Nasional Dalam Bidang Politik


1. Pengertian Politik
Politik berasal dari bahasa Yunani (politicos) yang berarti dari, untuk, atau yang
berkaitan dengan warga negara.
2. Pengertian Ancaman Integrasi Nasional Dalam Bidang Politik
Pengertian Ancaman Integrasi Nasional Dalam Bidang Politik adalah setiap usaha dan
kegiatan baik dalam negeri maupun luar negeri yang dikategorikan sebagai hal yang
membahayakan dan memecah belah persatuan dengan mengatas namakan politik.
Ancaman di bidang politik dapat bersumber dari luar negeri maupun dalam negeri. Dari
luar negeri, ancaman di bidang politik dilakukan oleh suatu negara dengan melakukan
tekanan politik terhadap Indonesia. Intimidasi, provokasi, atau blokade politik
merupakan bentuk ancaman non-militer berdimensi politik yang sering kali digunakan
oleh pihak-pihak lain untuk menekan negara lain.
Ancaman yang berdimensi politik yang bersumber dari dalam negeri dapat berupa
penggunaan kekuatan berupa pengerahan massa untuk menumbangkan suatu pemerintahan yang
berkuasa, atau menggalang kekuatan politik untuk melemahkan kekuasaan pemerintah.
Contoh kasus Ancaman Integrasi Nasional Dalam Bidang Politik
a) Politik uang (money politics)
Kasus korupsi yang marak terjadi pada Pemil 2014 kemaren, banyak partai politik yang
melakukan politik uang ini dengan cara konvensional yaitu dengan memberikan
sejumlah uang maupun barang.
b) Politik SARA
Politik sara adalah politik yang mengeksplorasikan perbedaan agama dan etnis bahkan
ideologi. Contoh kasusnya adalah puluhan orang yang mengaku warga Lenteng Agung,
Jakarta Selatan berdemo menolak Lurah Susan dengan alasan agama Lurah Susan yang
dilantik sebagai Lurah Lenteng Agung baru-baru ini merupakan produk kebijakan
lelang lurah dari Gubernur DKI Jakarta, Jokowi penolakan atas Lurah Susan atas alasan
agama sangatlah tidak tepat.
c) Politik Oligarki
Oligarki adalah bentuk pemerintahan berikut sistem politik yang kekuasaan politiknya
secara efektif dipegang oleh satu kelompok ataupun golongan masyarakat. Baik
dibedakan menurut keluarga ataupun kekayaan. Ini merupakan pelanggaran dalam hal
demokrasi. Demokrasi ini memiliki dua dimensi.
Sebagai kasus contohnya, berkaitan dengan kasus suap yang ditijikan kepada Ratu Atut
dan adiknya Tubagus (Wawan), yang ternyata memiliki Dinasti Politiknya sendiri,
diantaranya Kakak Tri Atut sebagai Walikota Tanggerang Selatan, Kakak Tri Atut
menjadi Walikota Serang, dan anak tirinya Hervani yang menjadi wakil bupati
Pandeglang. Hal ini menimbulkan kontroversi karena sistem politik di Banten ridak lagi
murni atas nama domokrasi.
d) Penyerangan batas wilayah negara
Kasus Ambalat. Ambalat adalah blok laut yang terletak di Laut Sulawesi dan Selat
Makasar di dekat perpanjangan perbatasan darat antara Sabah Malaysia dan Kalimantan
Timur. Persoalan klaim dimulai saat adanya perjanjian Tapal Batas Kontonental
Indonesia yang ditanda tangani oleh Indonesia dan Malaysia. Namun Indonesia
akhirnya melihat hal tersebut sebagai ekspansi terhadap wilayah Indonesia dan
mengurangi kedaulatan NKRI.

Strategi dalam Mengatasi Ancaman di Bidang Politik


Dalam menghadapi ancaman yang berdimensi politik, strategi pertahanan di bidang
politik ditentukan oleh kemampuan sistem politik dalam menanggulangi segala bentuk ancaman
yang ditujukan kepada kehidupan politik bangsa Indonesia. Menurut Noor Ms Bakry (2009:366),
strategi di bidang politik terwujud dengan adanya kehidupan politik bangsa yang berlandaskan
demokrasi Pancasila yang telah mampu memelihara stabilitas politik yang sehat dan dinamis
serta mampu Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif.
Adapun, langkah-langkah yang ditempuh untuk melaksanakan strategi dalam menghadapi
ancaman berdimensi politik dilakukan melalui dua pendekatan berikut.
1) Pendekatan ke dalam
Yaitu pembangunan dan penataan sistem politik dalam negeri yang sehat dan dinamis dalam
kerangka negara demokrasi yang menghargai kebhinnekaan atau kemajemukan bangsa
Indonesia. Hasil yang diharapkan adalah terciptanya stabilitas politik dalam negeri yang
dinamis serta memberikan efek penangkal yang tinggi. Penataan ke dalam diwujudkan
melalui pembangunan dan penataan sistem politik dalam negeri yang dikemas ke dalam
penguatan tiga pilar berikut.

 Penguatan penyelenggaraan pemerintahan negara yang sah, efektif, bersih,


berwibawa, bebas KKN (korupsi, kolusi, nepotisme) dan bertanggung jawab yang
berkemampuan mewujudkan tujuan pembentukan pemerintah negara, seperti tercantum
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
 Penguatan lembaga legislatif sehingga menjadi lembaga yang berkualitas dan
profesional pada bidangnya. Lembaga legislatif yang mampu bekerja sama dengan
pemerintah dalam memproses dan melahirkan produk-produk legislasi (berupa peraturan
perundang-undangan) bagi kepentingan pembangunan nasional. Lembaga legislatif yang
melaksanakan fungsi kontrol secara efektif terhadap penyelenggaraan pemerintahan
dalam kerangka kepentingan bangsa dan negara bukan atas kepentingan golongan atau
pribadi, serta berdasarkan kaidah dan etika bernegara dalam negara demokrasi.
 Penguatan kekuatan politik nasional baik partai politik maupun organisasi masyarakat
sebagai alat untuk memberdayakan masyarakat sebagai subjek politik dan pembangunan
nasional. Kekuatan politik berkewajiban mewujudkan dan meningkatkan perannya dalam
pendidikan politik bagi warga negara, terutama konstituennya sehingga menjadi warga
negara yang sadar hukum yang memahami kewajiban dan hak sebagai warga negara.
(Buku Putih Pertahanan Indonesia Tahun 2008: 85)

2) Pendekatan ke luar
Pendekatan keluar diarahkan untuk mendinamisasikan strategi dan upaya diplomatik
melalui peningkatan peran instrumen politik luar negeri dalam membangun kerja sama dan
saling percaya dengan negara-negara lain sebagai kondisi untuk mencegah atau mengurangi
potensi konflik antarnegara, yang dimulai dari tataran internal, regional, supraregional,
hingga global. Pendekatan keluar diwujudkan dengan cara berikut.

 Pada lingkup internal, yaitu melalui penciptaan, pembangunan, dan peningkatan


kondisi dalam negeri yang semakin mantap dan stabil, yang dibarengi dengan upaya-
upaya peningkatan dan perbaikan pertumbuhan ekonomi yang sehat dan kuat serta
penguatan dan peningkatan kehidupan sosial kemasyarakatan.
 Pada lingkup regional, politik dan diplomasi Indonesia diarahkan untuk selalu aktif dan
berperan dalam membangun dan meningkatkan kerja sama dengan negara lain dalam
kerangka prinsip saling percaya, saling menghargai, dan tidak saling mengintervensi
urusan dalam negeri.
 Pada lingkup supraregional, politik luar negeri dikembangkan untuk berperan dalam
penguatan ASEAN plus Enam yang terdiri atas 10 negara anggota bersama-sama dengan
Cina, Jepang, Korea Selatan, India, Australia, dan Selandia Baru, melalui hubungan
bilateral yang harmonis dan terpelihara serta diwujudkan dalam kerja sama yang lebih
konkret. Dalam kerangka penguatan ASEAN plus Enam tersebut, kinerja politik luar
negeri Indonesia harus mampu membangun hubungan dan kerja sama yang memberikan
jaminan atas kedaulatan dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
tidak adanya intervensi, terutama jaminan tidak adanya agresi terhadap wilayah
kedaulatan Indonesia.
 Pada lingkup global, politik luar negeri harus memainkan perannya secara maksimal
dalam memperjuangkan kepentingan nasional melalui keberadaan Indonesia sebagai
anggota PBB, Gerakan Non-Blok, Organisasi Konferensi Islam (OKI) dan Forum
Regional ASEAN (ARF). Peran diplomasi harus mampu mengidentifikasi potensi-
potensi ancaman berdimensi politik yang mengancam kedaulatan dan kepentingan
nasional Indonesia serta melakukan langkah-langkah pencegahan. Lapis pertahanan
militer dalam menghadapi ancaman politik yang membahayakan kedaulatan, keutuhan
wilayah NKRI, mengembangkan strategi pertahanan militer dalam konteks memperkuat
usaha-usaha diplomasi yang dilakukan unsur pertahanan nir-militer. Implementasi upaya
pertahanan militer dalam konteks menghadapi ancaman berdimensi politik (Buku Putih
Pertahanan Indonesia Tahun 2008: 86).

Separatisme politis adalah suatu gerakan untuk mendapatkan kedaulatan dan memisahkan suatu
wilayah atau kelompok manusia (biasanya kelompok dengan kesadaran nasional yang tajam)
dari satu sama lain (atau suatu negara lain).

Untuk mencapai hal tersebut, bangsa Indonesia harus segera mewujudkan hal-hal sebagai
berikut:

1) Mengembangkan demokrasi politik.


2) Mengaktifkan masyarakat sipil dalam arena politik.
3) Mengadakan reformasi lembaga-lembaga politik agar menjalankan fungsi
dan peranannya secara baik dan benar.
4) Memperkuat kepercayaan rakyat dengan cara menegakkan pemerintahan
yang bersih dan berwibawa.
5) Menegakkan supremasi hukum.
6) Memperkuat posisi Indonesia dalam kancah politik internasional.

Dana “money politics” tersebut biasanya diperoleh dari dua sumber. Pertama, berasal dari
pendukung yang memiliki kepentingan. Di Indonesia, hampir 60 persen diperoleh dari
pengusaha. Kondisi ini berimplikasi serius yakni kebijakan pemerintahan yang terpilih akan
mengutamakan kepentingan pengusaha yang mendukung. Kedua, dana berasal dari pribadi
sehingga menciptakan politik balik modal. Dari perhitungan sederhana, praktik money politics
membuka ruang yang sangat lebar untuk korupsi. Pasalnya ketika ia menduduki suatu jabatan,
maka ia akan berusaha untuk mengembalikan dana yang telah ia habiskan melalui berbagai cara.
Tak jarang, banyak pula wakil rakyat yang diberitakan telah melakukan berbagai penyimpangan
dan pelanggaran hukum. Melatih masyarakat untuk bertindak curang. Pelakunya pun bila
terpilih, mungkin sekali melakukan penyalahgunaan jabatan dan terlibat kasus korupsi.
Sementara mereka yang gagal menjabat, bisa-bisa terganggu secara psikologis atau depresi. Di
sisi lain, kerugian berjalannya money politics bagi pemerintah adalah terciptanya produk
perundangan atau kebijakan yang kolutif dan tidak tepat sasaran. Pasalnya mereka yang
menjabat tidak sesuai dengan kapasitas atau bukan ahli di bidangnya. Tak hanya berimbas buruk
bagi masyarakat, pelaku, dan pemerintah, praktik money politics ini berakibat pada pencitraan
yang buruk serta terpuruknya partai politik. Melalui pendidikan dan sosialiasi politik, lama-
kelamaan masyarakat akan sadar mana parpol yang bersih dan santun. Sosialisasi politik adalah
suatu proses agar setiap individu atau kelompok dapat mengenali sistem politik dan menentukan
sifat persepsi-persepsinya mengenai politik serta reaksi-reaksinya terhadap fenomena-fenomena
politik.

Pertama membuka peluang maraknya tindak pidana korupsi. Praktik politik kekerabatan
tersebut berpotensi memunculkan perilaku koruptif. Hal ini terlihat seperti dalam kasus Ratu
Atut Chosiyah dan Fuad Amin. Adanya kekuasaan yang terpusat dalam suatu kelompok akan
memunculkan penyelewengan kekuasaan.

Kedua, merusak tata birokrasi di daerah. Praktik politik kekerabatan juga akan
mengundang persoalan bagi penyelenggaraan birokrasi di daerah. Mobilisasi birokrasi akan
digunakan untuk menopang kepentingan politik kekerabatan, seperti mengerahkan perangkat
birokrasi dalam ajang kontestasi politik. Contohnya seperti Pilkada Provinsi Banten tahun 2011,
dimana ditemukan pembagian sajadah, stiker, dan kalender bergambar Ratu Atut Chosiyah serta
uang pada sosialisasi pembentukan Desa Siaga Bencana di Patra Anyer (kompas.com, 6/9/2011).

Ketiga, praktik politik kekerabatan juga akan menurunkan kualitas demokrasi tingkat
lokal. Kompetisi dalam kontestasi politik lokal cenderung menjadi tidak sehat. Mobilisasi
kekuatan finansial dan birokrasi memunculkan persaingan yang tidak sehat dalam pilkada.
Ditambah lagi dengan kegagalan partai politik menjadi ruang rekrutmen politik yang terbuka
dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme yang demokratis. Sehingga sulit
memunculkan calon-calon pemimpin baru yang terlepas dari politik kekerabatan.

Langkah yang harus dilakukan yaitu pertama mengawasi aliran dana kampanye pasangan
calon, terutama calon yang berasal dari keluarga petahana
Daftar Pustaka

Kemendikbud RI.2015.Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.Jakarta.Kemendikbud

http://ppkn-smp.blogspot.co.id/2015/03/ancaman-non-militer-bidang-ekonomi-dan.html

http://www.kompasiana.com/daris/ancaman-militer-dan-nirmiliter_5508e9a6a33311da5b2e3fc9

http://www.habibullahurl.com/2015/05/pengertian-ancaman-tantangan-hambatan-
gangguan.html

http://ilmupelajaran2.blogspot.co.id/2014/06/bentuk-bentuk-ancaman-terhadap-negara.html
TUGAS RESUME PKN

Disusun Oleh :

1. Nabila Oktariyana
2. Wiwice Arianti
3. Sega Destri Utia
4. Edo Hardianto
5. Arba’I Anathio. P
6. Reza Samudra

Kelas : X IPS. C

Pembimbing : Yossi Prahmali, M.Pd

SMA NEGERI 2 MUARA ENIM


TAHUN AJARAN 2017/2018

You might also like