You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tumor esofagus merupakan jenis tumor yang paling sering terjadi di dalam sel yang
melewati dinding kerongkongan. Tumor esofagus ada yang bersifat jinak dan ada yang
bersifat ganas. Tumor jinak yang paling sering terdapat pada esofagus adalah tumor yang
berasal dari lapisan otot, yang disebut dengan leiomioma. Sedangkan tumor yang bersifat
ganas sering dikenal dengan kanker esofagus. Jenis yang paling sering terjadi pada kanker
kerongkongan adalah squamous sel carcinoma dan adenokarsinoma, Dari kedua tumor
tersebut sekitar 95% tumor yang ada di esofagus adalah tumor yang bersifat ganas.1

Kanker esofagus merupakan jenis kanker yang sering ditemukan di daerah yang
dikenal dengan julukan Asian Esophageal Cancer Belt yang terbentang dari tepi selatan laut
Kaspia di sebelah barat sampai ke utara Cina meliputi Iran, Asia Tengah, Afganistan, Siberia,
dan Mongolia.1,2

Kanker esofagus merupakan peringkat ke enam penyebab kematian yang disebabkan


oleh kanker. Sekitar 80 persen kematian terjadi di negara berkembang seperti Afrika Selatan
dan Cina. Insidens karsinoma esofagus sangat bervariasi diberbagai negara, banyak ditemukan
di China, Jepang, Rusia, Hongkong, Skandinavia, dan Iran. Di negara-negara barat seperti
Amerika dan Inggris jarang ditemukan karsinoma esofagus. Dilaporkan di China insiden
karsinoma esofagus 19,6/100.000 pada laki-laki dan 9,8/100.000 pada wanita, bahkan pada
propinsi Hunan, Shanxi dan Hebey insiden mencapai 100/100.000 penduduk. Sedang Di
Amerika dilaporkan insiden 6/100.000 pada laki-laki dan 1.6/100.000 pada wanita.1,3

1
BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Anatomi

Esofagus merupakan sebuah organ silindris berongga yang dibentuk oleh jaringan
otot dengan panjang sekitar 25 cm dan diameter 2 cm, yang terbentang dari hipofaring
hingga kardia lambung. Esophagus terletak di posterior jantung dan trakea, di anterior
vertebra dan menembus hiatus diagfragma tepat di anterior aorta. Esophagus
menghubungkan dan menyalurkan makanan dari rongga mulut ke lambung. Dari
perjalannya dari faring menuju gaster, esofagus melalui tiga kompartemen dan dibagi
berdasarkan kompartemen tersebut, yaitu leher (pars servikalis), sepanjang 5 cm dan
berjalan di antara trakhea dan kolumna vertebralis. Dada (pars thorakalis), setinggi
manubrium sterni berada di mediastinum posterior mulai di belakang lengkung aorta dan
bronkus cabang utama kiri, lalu membelok ke kanan bawah di samping kanan depan aorta
thorakalis bawah. Abdomen (pars abdominalis), masuk ke rongga perut melalui hiatus
esofagus dari diafragma dan berakhir di kardia lambung, panjang berkisar 2-4 cm. 3,4

2
Pada orang dewasa, panjang esofagus apabila diukur dari incivus superior ke otot
krikofaringeus sekitar 15-20 cm, ke arkus aorta 20-25 cm, ke vena pulmonalis inferior, 30-
35 cm, dan ke kardioesofagus joint kurang lebih 40-45cm. Pada anak, panjang esofagus
saat lahir bervariasi antara 8 dan 10 cm dan ukuran sekitar 19 cm pada usia 15 tahun. 1,2

3
Esofagus memiliki panjang kurang lebih 20 cm dimulai dari Upper esofagus spingter
(UES) setinggi kartilago crikoid, berjalan sepanjang dinding dada di belakang trakea dan
jantung hingga menembus diafragma dan bagian tersebut disebut hiatus dan berakhir tepat
sebelum lambung atau Gastro-esofageal Junction. Secara anatomi, esofagus anatomi,
esofagus dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :3,4
1. Bagian Servikal:
- Panjang 5-6cm, setinggi vertebra cervicalis VI sampai vertebrathoracalis I.
- Anterior melekat dengan trachea
- Anterolateral tertutup oleh kelenjar tiroid
- Sisi dextra/sinistra dipersarafi oleh ervus recurren laryngeus
- Posterior berbatasan dengan hipofaring
- Pada bagian lateral ada carotid sheath beserta isinya.

2. Bagian thorakal:
- Panjang 16-18 cm, setinggi vertebra thorakalis II-IX
- Berada di mediastinum superior antara trakhea dan kolumna vertebralis
- Dalam rongga thoraks disilang oleh arcus aorta setinggi vertebrathorakalis IV dan
bronkus utama sinistra setinggi vertebra thorakalis V
- Arteri pulmonalis dextra menyilang di bawah bifurcatio trachealis

4
- Pada bagian distal antara dinding posterior esofagus dan ventralcorpus vertebralis
terdapat ductus thoracicus, vena azygos, arteri dan vena intercostalis
3. Bagian Abdominal:
- Terdapat pars diaphragmatica sepanjang 1-1,5cm, setinggi vertevratorakalis X
sampai vertebra lumbalis III
- Terdapat pars abdominalis sepanjang 2-3 cm, bergabung dengan cardia gaster disebut
gastroesophageal junction.

Esofagus mempunyai tiga daerah normal penyempitan yang sering menyebabkan


benda asing tersangkut di esofagus. Penyempitan pertama adalah disebabkan oleh
muskulus krikofaringeal, dimana pertemuan antara serat otot striata dan otot polos
menyebabkan daya propulsif melemah. Daerah penyempitan kedua disebabkan oleh
persilangan cabang utama bronkus kiri dan arcus aorta. Penyempitan yang ketiga
disebabkan oleh mekanisme sfingter gastroesofageal. 3,4

B. Fisiologi

Fungsi dasar esofagus adalah membawa material yang ditelan dari faring ke
lambung. Refluks gastrik ke esofagus dicegah oleh sfingter bawah esofagus dan masuknya
udara ke esofagus pada saat inspirasi dicegah oleh sfingter atas esofagus, sfingter atas
normalnya selalu tertutup akibat kontraksi tonik otot krikofaringeus.4,5
Ketika makanan mencapai esofagus, makanan akan didorong ke lambung oleh
gerakan peristaltik. Kekuatan kontraksi peristaltik tergantung kepada besarnya bolus
makanan yang masuk ke esofagus. Gerakan peristaltik esofagus terdiri dari gerakan
peristaltik primer dan gerakan peristaltik sekunder. Gerak peristaltik primer adalah gerak
peristaltik yang merupakan lanjutan dari gerakan peristaltik pada faring yang menyebar ke
esofagus. Gerakan ini berlangsung dengan kecepatan 3-4 cm/detik, dan membutuhkan
waktu 8-9 detik untuk mendorong makanan ke lambung. Gerakan peristaltik sekunder
terjadi oleh adanya makanan dalam esofagus. Sesudah gerakan peristaltik primer dan masih
ada makanan pada esofagus yang merangsang reseptor regang pada esofagus, maka akan

5
terjadi gelombang peristaltik sekunder. Gelombang peristaltik sekunder berakhir setelah
semua makanan meninggalkan esofagus. 4,5
Esofagus dipisahkan dari rongga mulut oleh sfingter esofagus proksimal atau
sfingter atas esofagus (Upper Esopaheal Spinchter/ UES), dan dipisahkan dengan lambung
oleh sfingter esofagus distal atau sfingter bawah esofagus (Lower Esophageal
Spinchter/LES). Sfingter esofagus proksimal terdiri dari otot rangka dan diatur oleh n.
vagus. Tonus dari otot ini dipertahankan oleh impuls yang berasal dari neuron post
ganglion n. vagus yang menghasilkan asetilkolin. Sfingter esofagus distal yang terletal 2-
5 cm di atas hubungan antara esofagus dan lambung merupakan otot polos. Secara
anatomis, strukturnya tidak berbeda dengan esofagus tetapi secara fisiologis berbeda oleh
karena dalam keadaan normal sfingter selalu konstriksi.4,5

Gambar Otot Esofagus

Proses menelan dapat di bagi menjadi 3 tahap yaitu :4,5


1. Fase oral, yang mencetuskan proses menelan. Fase oral terjadi secara sadar. Makanan
yang telah dikunyah dan bercampur dengan liur akan membentuk bolus makanan
melalui dorsum lidah ke orofaring akibat kontraksi otot intrinsik lidah. Kontraksi m.
levator veli palatini mengakibatkan rongga pada tekukan dorsum lidah diperluas,

6
palatum mole dan bagian atas dinding posterior faring (Passavant’s ridge) terangkat
penutupan nasofaring akibat kontraksi m. levator veli palatine, kontraksi m.
Palatoglosus, ismus fausium tertutup, kontraksi m. palatofaring, sehingga bolus
makanan tidak akan berbalik ke rongga mulut.
2. Fase faringeal, terjadi secara refleks pada akhir fase oral, membantu jalannya makanan
dari faring kedalam esophagus. Faring dan taring bergerak ke atas oleh kontraksi
m.stilofaring, m. salfingofaring, m.tirohioid dan m. palatofaring. Aditus laring
tertutup oleh epiglotis, sedangkan ketiga sfingter laring, yaitu plika ariepiglotika,
plika ventrikularis dan plika vokalis tertutup karena kontraksi m. ariepiglotika dan
m. aritenoid obliges penghentian aliran udara ke laring karena refleks yang
menghambat pernapasan (bolus tidak akan masuk ke saluran nafas meluncur ke arah
esofagus.
3. Fase esofageal, fase involunter lain yang mempermudah jalannya makanan dari
esofagus ke lambung. Rangsangan makanan pada akhir fase faringealà relaksasi m.
krikofaringà introitus esofagus terbuka dan bolus makanan masuk kedalam esofagus.
Sfingter berkontraksi, tonus introitus esofagus saat istirahat, àrefluks dapat dihindari.
Akhir fase esofageal sfingter ini akan terbuka secara refleks ketika dimulainya
peristaltik esofagus servikal untuk mendorong bolus makanan ke distal. Selanjutnya
setelah bolus makanan lewat, maka sfingter ini akan menutup kembali.

C. Tumor Esofagus

1. Definisi

Tumor esofagus terdiri dari tumor yang bersifat jinak dan tumor yang bersifat ganas
(kanker). Berbagai jenis tumor yang bermassa jinak dapat tumbuh dan berkembang dari
lapisan dinding yang berbeda yang ada di esofagus. Tumor jenis ini biasanya tanpa gejala
dan tumbuh secara lambat, bahkan tumor jinak ini sering tercatat hanya sebagai temuan
insidentil selama radiografi rutin atau endoskopi. Tumor jinak yang paling sering terdapat
pada esofagus adalah tumor yang berasal dari lapisan otot, yang disebut dengan leiomioma.
Karena tumor berasal dari propria muskularis, tumor tersebut ditutupi oleh submukosa

7
yang utuh dan mukosa, sehingga sulit untuk dilakukan biopsi secara endoskopi. Sedangkan
tumor yang bersifat ganas sering dikenal dengan kanker esofagus.1,6,7

Kanker esofagus adalah karsinoma yang berasal dari epitel berlapis gepeng yg
melapisi lumen esofagus. Kanker esofagus dimulai dari lapisan dalam (mukosa) dan
tumbuh hingga ke submukosa dan lapisan otot. Dari kedua tumor tersebut hampir 95%
tumor yang ada di esofagus adalah tumor yang bersifat ganas.6,7

Berdasarkan histopatologinya, kanker esofagus dibagi menjadi 4 jenis, yaitu:

1. Tumor epitel

Merupakan jenis tumor yang berasal dari lapisan epitel esofagus. Tumor jenis ini
merupakan tumor uang paling sering didapatkan pada esofagus. Tumor epitel
dibagi menjadi squamous cell carcinomadan adenokarsinoma.7

2. Tumor metastase

3. Limfoma

Jenis tumor yang berasal dari sel kekebalan tubuh yang ada di esofagus.

4. Sarcoma

Merupakan jenis tumor yang berasal dari dinding muscular esofagus.

Berdasarkan jenis sel yang melapisi esofagus, maka kanker esofagus dibagi
menjadi epitel berlapis gepeng (squamous cell carcinoma) dan adenokarsinoma. Squamous
cell carcinoma dapat terjadi disepanjang esofagus. Jenis kanker ini meliputi 95% kejadian
kanker esofagus di Amerika Serikat. Kanker yang terjadi di sel kelenjar disebut
adenokarsinoma. Jenis sel ini bukanlah sel yang biasanya ada dan menjadi bagian di lapisan
dalam esofagus. Sebelum menjadi adenokarsinoma, sel glandular menggantikan posisi sel
squamous, dan inilah yang sering disebut dengan Barrett’s esophagus. Kanker tipe ini
sering terjadi di bagian yang lebih bawah dari esofagus, yang merupakan tempat terbanyak
kejadian adenokarsinoma.7

8
2. Faktor Risiko

Penyebab kanker esofagus belum diketahui dengan pasti akan tetapi para peneliti
percaya bahwa beberapa faktor resiko seperti merokok dan alkohol, dapat menyebabkan
kanker esofagus dengan cara merusak DNA sel yang melapisi bagian dalam esofagus,
akibatnya DNA sel tersebut menjadi abnormal. Iritasi yang berlangsung lama pada dinding
esofagus, seperti yang terjadi pada GERD, Barrett’s esophagus dan akhalasia dapat
memicu terjadinya kanker. Beberapa faktor resiko yang dapat mempertinggi kejadian
kanker esofagus diantaranya adalah :

a. Merokok dan Konsumsi Alkohol

Konsumsi alkohol dan merokok berkaitan dengan kejadian kanker esofagus.


Alkohol dan rokok dapat menyebabkan iritasi kronik pada mukosa esofagus. Orang yang
merokok 1 bungkus perhari memiliki resiko 2 kali lebih tinggi untuk menderita
adenokarsinoma esofagus dibandingkan dengan yang tidak merokok.

b. Obesitas

Orang yang kelebihan berat badan atau obesitas memiliki resiko tinggi untuk
menderita adenokarsinoma esofagus. Hal ini berkaitan dengan peningkatan tekanan intra
abdomen dan refluk esofagus.

c. Gastro-esophageal Reflux Disease (GERD)

Orang yang menderita GERD, beresiko 2 hingga 16 kali lebih tinggi untuk
menderita adenokarsinoma esofagus dibandingkan dengan orang normal. Resiko
bergantung pada seberapa panjang refluk dan gejala yang terjadi. Sekitar 30 % kejadian
kanker esofagus dikaitkan dengan kejadian GERD.

d. Barrett’s esophagus

Jika refluk di bagian lower esophagus berlangsung terus menerus dan dalam jangka
waktu yang lama, maka refluk ini akan menyebabkan kerusakan pada dinding esofagus.
Hal ini dapat mengakibatkan sel skuamous yang melapisi esofagus menjadi nhilang dan
digantikan oleh sel glandular. Sel glandular ini biasanya terlihat seperti sel yang melapisi

9
dinding lambung dan usus halus, dan lebih resisten terhadap asam lambung. Kondisi ini
dinamakan Barrett’s esophagus. Sekitar 10 % orang dengan gejala GERD menderita
Barrett’s esophagus. Semakin lama seseorang mngalami GERD , maka semakin beresiko
untuk menderita Barrett’s esophagus. Kebanyakan orang yang menderita Barrett’s
esophagus memiliki gejala dada terasa terbakar. Penyakit ini memiliki resiko 30 hingga
125 kali lebih besar untuk menyebabkan terjadinya kanker esofagus dibandingkan dengan
orang normal. Hal ini dikarenakan sel glandular pada Barrett’s esophagus menjadi
abnormal hingga menjadi displasia, kondisi prekanker.

e. Diet

Makan makanan yang banyak mengandung buah-buahan dan sayur-sayuran,


berkaitan dengan berkurangnya angka kejadian kanker esofagus. Buah-buahan dan sayur-
sayuran mengandung banyak vitamin dan mineral yang membantu dalam mencegah
terjadinya kanker. Sekitar 15 5 kanker esofagus dikaitkan dengan rendahnya asupan buah-
buahan dan sayuran. Makan makanan yang sedikit mengandung buah-buahan dan sayur-
sayuran dapat meningkatkan kejadian kanker esofagus.

f. Akhalasia

Pada penyakit ini, otot pada bagian bawah esofagus tidak berfungsi dengan baik.
Makanan dan cairan yang yang masu ke dalam lambung menjadi tertahan dan cenderung
berkumpul di esofagus. Akibatnya esofagus mengkompensasi dengan melakukan dilatasi.
Orang dengan akhalasia memiliki resiko untuk mengalami kanker esofagus 15 kali lebih
besar dibandingkan dengan orang normal. Sekitar 6% (1 dari 20 orang) dari semua kasus
akhalasia berkembang menjadi kanker squamous cell carcinoma. Pada umumnya, kanker
terjadi sekitar 17 tahun setelah pasien didiagnosa akhalasia.

g. Bakteri Lambung

Bakteri lambung, helicobacter pylori dapat menyebabkan masalah lambung,


termasuk ulserasi dan beberapa jenis kanker lambung. Infeksi karena nakteri ini dapat
diobati dengan antibiotic dan tambahan obat yang mengurangi asam lambung. Orang yang
mendapat terapi H.Pylori beresiko untuk mengalami kanker esofagus dibandingkan dengan

10
orang yang tidak mendapatkan terapi. Hal ini dikarenakan infeksi H.Pylori, menyebabkan
lambung memproduksi sedikit asam lambung. rendahnya kadar asam lambung berdampak
apad rendahnya refluks ke esofagus. Jadi infeksi dapat menyebabkan banyak masalah di
lambung, tetapi di lain pihak hal ini infeksi tersebut membantu melindungi esofagus.

3. Manifestasi Klinis

Keterlambatan antara awitan gejala-gejala dini serta waktu ketika pasien mencari
bantuan medis seringkali antara 12-18 bulan, biasanya ditandai dengan lesi ulseratif
esofagus tahap lanjut.

a. Disfagia

Gejala utama dari kanker esofagus adalah masalah menelan, sering dirasakan oleh
penderita seperti ada makanan yang tersangkut di tenggorokan atau dada. Ketika menelan
menjadi sulit, maka penderita biasanya mengganti makanan dan kebiasan makannya secara
tidak sadar. Penderita makan dengann jumlah gigitan yang lebih sedikit dan mengunyah
makanan dengan lebih pelan dan hati-hati. seiring dengan pertumbuhann kanker yang
semakin besar, penderita mulai makan makanan yang lebih lembut dengan harapan
makanan dapat dengan lebih mudah masuk melewati esofagus, hingga akhirnya penderita
berhenti mengkonsumsi makanan padat dan mulai mengkonsumsi makanan cair. Akan
tetapi, jika kanker tetap terus tumbuh, bahkan makanan cair pun tidak bisa melewati
esophagus. Untuk membantu makanan melewati esophagus biasanya tubuh
mengkompensasi dengan menghasilkan saliva luarkan Hal ini juga yang menyebabkan
orang yang menderita kanker esofagus sering mengeluh mengeluh banyak mengeluarkan
mukus atau saliva.1,7,9

b. Merasakan benjolan dan nyeri pada saat menelan

c. Nyeri pada dada,regurgitasi makanan yang tak tercerna dengan bau nafas dan akhirnya
cegukan

11
Nyeri dada sering dideskripsikan dengan perasaan tertekan atau terbahkar di dada.
gejala ini sering sekali diartikan dengan gejala yang berkaitan dengan organ lain, seperti
jantung, sehingga sering kali orang tidak menyadari kalau gejala tersebut adalah salah satu
gejala yang sering dikeluhkan pada penderita kanker esofagus.

d. Hemoragi, kehilangan berat badan dan kekuatan secara progresif akibat kelaparan

Sekitar sebagian dari pasien yang menderita kanker esofagus mengalami penurunan
berat badan. Hal ini terjadi karena masalah menelan sehingga penderita mendapat masukan
makanan yang kurang untuk tubuhnya. Penyebab lain dikarenakan berkurangnya nafsu
makan dan meningkatnya proses metabolisme kanker yang diderita oleh pasien.1

Pendarahan juga bisa terjadi pada pasien kanker esofagus. Sel tumor mampu
tumbuh keluar aliran darah, menyebabkan terjadinya nekrosis dan ulserasi pada mukosa
dan menghasilkan pendarahan di daerah gastrontestinal. Jika pendarahan terjadi dalam
jumlah yang banyak, maka feses juga bisa berubah menjadi warna hitam tapi hal ini bukan
berarti tanda bahwa kanker esofagus pasti ada.

e. Pada pemeriksaan fisik tampak pasien menjadi kurus karena gangguan menelan dan
anoreksia Jika telah lanjut, terdapat pembesaran kelenjar getah bening daerah
supraklavikula dan aksila, serta hepatomegali.

4. Penegakan Diagnostik

Diagnosis kanker esofagus dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan


penunjang termasuk didalamnyaimaging studies dan endoskopi.10

a. Laboratorium

Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan diantaranya LED meningkat,


terdapat gangguan faal hati dan ginjal, dilihat dari nilai SGOT, SGPT, ureum dan
creatinin yang mengalami peningkatan.

12
b. Imaging Studies

1) Barrium Swallow

Pada uji ini, cairan yang disebut barium di telan. Barium akan melapisi dinding
esofagus. Ketika dilakukan penyinaran (sinar X), barium akan membentuk esofagus
dengan jelas. Tes ini dapat digunakan untuk melihat apakah ada kelainan pada
permukaan dinding esofagus. Tes barium biasanya menjadi pilihan utama untuk
melihat penyebab disfagia. Bahkan sebagian kecil tumor, dapat terlihat dengan
menggunakan tes ini. Tes barium tidak dapat digunakan untuk menentukan seberapa
jauh kanker telah bermetastase.10

2) CT Scan

CT Scan biasanya tidak digunakan untuk mendiagnosis kanker esofagus, tetapi


CT Scan dapat membantu dalam menentukan penyebaran dari kanker esofagus. CT
Scan dapat menunjukkan lokasi dimana kanker esofagus berada dan dapat membantu
dalam menentukan apakah pembedahan merupakan tatalaksana terbaik untuk kanker
esofagus. Sebelum gambar diambil, pasien diminta untuk minum cairan kontras,
sehingga esofagus dan bagian usus dapat terlihat jelas sehingga tidak terjadi pembiasan
pada daerah sekitarnya.

3) Upper Endoscopy

Endoskopi merupakan uji diagnostic yang paling utama untuk mendiagnosis


kanker esofagus. Dengan bantuan endoskopi, dokter dapat melihat kanker melalui
selang dan melakukan biopsy terhadap jaringan kanker maupun jaringan lain yang ada
di sekitar kanker yang tampak tidak normal. Contoh jaringan yang telah diambil
kemudian dikirim ke laboratorium, dan dengan bantuan mikroskop dapat ditentukan
apakah jaringan tersebut merupakan jaringan yang bersifat ganas (kanker). Jika kanker
esophagus menutupi lumen esophagus, maka lumen tersebut dengan bantuan alat dan
endoskopi dapat dilebarkan sehingga makanan dan cairan dapat melaluinya.10

4) Endoscopic Ultrasound

13
Merupakan jenis endoskopi yang menggunakan gelombang suara untuk
melihat gambar bagian dalam tubuh. Endoskopi jenis ini sangat berguna untuk
menentukan ukuran dari kanker esofagus dan seberapa jauh kanker tersebut telah
menyebar ke jaringan lain. Uji ini tidak memiliki dampak radiasi, sehingga aman untuk
digunakan.

5). Bronkoskopi dan Mediastinoskopi

Bronkoskopi biasanya dilakukan, khususnya pada tumor pada sepertiga tengah


dan atas esofagus, untuk menentukan apakah trakea telah terkena dan untuk membantu
dalam menentukan apakah lesi dapat diangkat. Sedangkan mediastinoskopi digunakan
untuk menentukan apakah kanker telah menyebar ke nodus dan struktur mediastinal
lain.

5. Penatalaksanaan

Sebelum merencanakan dan memberikan terapi pada tumor atau karsinoma esofagus,
perlu dilakukan penentuan stadium (staging) dan pengelompokan stadium tumor.
Penentuan tingkatan tumor ini dimulai dengan anamnesis dan pemeriksaan jasmani yang
teliti, dilengkapi dengan pemeriksaan laboratorium. Prosedur dilanjutkan dengan
esofagografi memakai suspensi barium, foto dada, CT Scan dada dan abdomen. Pada
kasus-kasus tertentu perlu dilakukan bronkoskopi, mediastinoskopi, atau sidik tulang.

Ada beberapa pilihan yang dapat digunakan untuk terapi kanker esofagus. Pilihannya
adalah pembedahan, terapi radiasi, kemoterapi, atau kombinasi dari ketiga jenis pilihan.
Sebagai contoh, terapi radiasi dan kemoterapi dapat diberikan sebelum atau setelah operasi.
Pilihan terapi bergantung pada beberapa hal, diantaranya :

1. Lokasi kanker di dalam esofagus

2. Apakah kanker telah menyerang struktur di sekitarnya

3. Apakah kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening atau organ tubuh lainnya

4. Gejala dan kondisi kesehatan secara umum

14
Ada beberapa jenis operasi untuk kanker kerongkongan.. jenis tergantung terutama
di mana kanker itu berada.Untuk pembedahan harus ditentukan apakah dapat dioperasi atau
tidak berdasarkan keadaan umum pasien secara klinis, tidak adanya fiksasi tumor ke
jaringan sekitar, atau tidak adanya metastasis ke organ lain. Pembedahan dapat
dikombuinasikan dengan terapi lain seperti kemoterapi dan radioterapi. Pada stadium dini,
di mana besar tumor kurang dari 2 cm, dilakukan pembedahan enbloc esophagectomy.
Penderita akan merasakan nyeri pada masa awal setelah operasi. Namun obat-obatan akan
membantu dalam mengurangi rasa sakit tersebut. Efek samping yang ditimbulkan dari
tindakan pembedahan diantaranya adalah meningkatnya resiko infeksi termasuk
pneumoni, pandarahan setelah pembedahan dan gangguan pernafasan.1,10

Esofagektomi merupakan tindakan pembedahan untuk mengangkat semua bagian


dari esofagus, termasuk sebagaian kecil dari lambung. Saat esofagus diangkat maka limfa
nodus yang berada dekat dengan esophagus juga terangkat. Bagian atas esofagus sering
dihubungkan dengan bagian lambung yang tersisa, bagian lambung tersebut ditarik ke arah
dada atau leher menjadi bagian baru dari esofagus. Banyaknya esofagus yang diangkat,
bergantung pada staging tumor dan lokasi tumor berada. Jika tumor terletak di bagian distal
esofagus, maka bagian esofagus yang diangkat bisa mencapai 8 hingga 10 cm dari normal
esofagus.9,10

Terapi radiasi (juga disebut radioterapi) menggunakan sinar berenergi tinggi untuk
membunuh sel-sel kanker. Sinar tersebut hanya mempengaruhi sel-sel kanker, tidak untuk
sel-sel disekitarnya. Terapi radiasi dapat digunakan sebelum atau setelah operasi. Bahkan
dapat digunakan sebagai terapi tunggal, pengganti operasi. Terapi radiasi biasanya
dikombinasi dengan kemoterapi untuk mengobati kanker kerongkongan. Ada dua jenis
terapi radiasi dalam pengobatan kanker kerongkongan.1,10

Efek samping dari terapi radiasi bergantung pada dosis dan tipe radiasi. Terapi radiasi
eksternal yang dilakukan pada daerah dada dan abdomen dapat menyebabkan radang
tenggorokan, atau nyeri pada perut dan usus. Efek samping lainnya yaitu mual dan muntah.
Selain itu, kulit di daerah yang mendapat terapi dapat menjadi merah, kering, dan nyeri.
Terapi radiasi dapat menyebabkan masalah dalam proses menelan. Misalnya, kadang-

15
kadang terapi radiasi dapat melukai esofagus dan menyebabkan kesulitan dalam menelan.
Atau, radiasi juga dapat menyebabkan esofagus menjadi sempit. Oleh karena itu, Sebelum
terapi biasanya sebuah tabung plastik dimasukkan ke dalam esofagus untuk menjaga agar
esofagus tetap terbuka.

Kebanyakan orang dengan kanker esofagus mendapatkan kemoterapi. Kemoterapi


menggunakan obat untuk menghancurkan sel-sel kanker. Obat-obat untuk kanker
kerongkongan biasanya diberikan melalui pembuluh darah (intravena). Kemoterapi
biasanya diberikan dalam beberapa siklus. Setiap siklus memiliki masa perawatan diikuti
oleh masa istirahat.9 Efek samping tergantung terutama pada obat yang diberikan dan
berapa banyak dosis yang digunakan. Kemoterapi dapat membunuh sel kanker dengan
cepat, akan tetapi obat tersebut juga dapat membahayakan sel-sel normal yang ada di dalam
tubuh yang membelah dengan cepat.

Terapi paliatif bisa dilakukan adalah dilatasi mekanik dan terapi yag laser. Dilatasi
mekaniuk digunakan ketika tindakan pembedahan dan radioterapi bersifat kontraindikasi.
Teknik dilatasi ini menggunkan balon dilatators yang dimasukkan ke esofagus dengan
bantuan endoskopi. Karena resiko perforasi esofagus cukup tinggi pada tindakan ini, maka
dilatasi mekanik harus dilakukan secara perlahan dan hati-hati.1,10

Terapi yag laser ini cukup efektif untuk mengobati obstruksi yang disebabkan oleh
tumor esofagus. Massa tumor dapat dihancurkan dengan menggunakan laser sehingga
lumen bebas dari massa.

6. Prognosis

Jika terdiagnosis secara dini, secara keseluruhan tumor esofagus memiliki prognosis
yang baik. Sebanyak 70% penderita mengalami metastase pada kelenjar limfa nodus. Jika
tidak ada keterlibatan limfa nodus, maka 50 % pasien dapat bertahan hidup selama 5 tahun.
Jika sudah terjadi metastase, maka hanya 1 dari 8 penderita yang mampu bertahan hingga
5 tahun.1,7,10

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Chou J.C., Gress F.G. 2006. Benign Esophageal Tumors.http://www.health.am/cr/benign-


esophageal-tumors/ (1 maret 2018)
2. Livestone E.M. 2007. Esophageal
Cancer.http://www.merckmanuals.com/home/digestive_disorders/tumors_of_the_digesti
ve_system/esophageal_cancer.html (1 maret 2018)

3. Tim ANatomi UNHAS. Buku Ajar Anatomi Biomedik II. 2014. Makassar. FK Unhas.
4. Price, Sylvia. Patofisiologi: Konsep-konsep Proses Penyakit Volume 1, Ed. 6 : 2005.
Jakarta: EGC
5. Guyton, Arthur. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed. 11. 2007. Jakarta: EGC
6. Soepardi E., Iskandar N. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
dan Leher Edisi Ketujuh. 2012. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
7. Ozan E., Oztekin O., Alacacioglu A., Aykas A., Postaci H., Adibelli Z. 2010. Esophageal
gastrointestinal stromal tumor with pulmonary and bone metastases. Diagn Interv
Radiol 2010
8. Sejpal S.V., Mulcahy M.F., Small W. 2010. The Role of Combined Radiation and
Chemotherapy in the Treatment of Esophageal
Cancer. http://www.cancernews.com/data/Article/305.asp (1 maret 2018)
9. Smith R.P., Shinohara E.T. 2008. Esophageal Cancer: The
Basics.http://www.oncolink.org/types/article.cfm?c=5&s=12&ss=769&id=9465&CFID=
36146701&CFTOKEN=25566200 (4 November 2011)
10. American Joint Committee on Cancer. 2011. Esophageal
Cancer.http://www.cancer.net/patient/Cancer+Types/Esophageal+Cancer?sectionTitle=St
aging (1 maret 2018)

17

You might also like