Professional Documents
Culture Documents
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2. Pemboran
Pemboran bertujuan untuk membuat lubang ledak yang baik. Pola
pemboran yang dilakukan adalah pola pemboran selang seling (zig-zag) dengan
jarak spasi 2,3 m dan burden 2 m, Rectangular Staggered Drill Patern serta arah
pemboran lubang ledak dibuat vertikal (Anonim, 2010). Alat bor yang digunakan
adalah CRD (Crawler Rock Drill) jenis Furukawa PCR 200, dengan tenaga
penggerak digunakan kompresor jenis Airman PDS 750S-4B1. Diameter lubang
ledak dibuat 76 mm dan kedalaman lubang 4-6 m untuk sekali peledakan rata-rata
50–70 lubang bor.
3. Peledakan
Peledakan dilaksanakan setelah pekerjaan pemboran selesai, dimana
lubang bor yang dibuat disesuaikan dengan desain peledakan. Setelah diyakini
bahwa lubang tersebut tidak bermasalah, baru dilakukan proses pengisian bahan
peledak seperti yang terlihat pada Gambar 2.2 (lingkaran merah). Bahan peledak
yang digunakan adalah ANFO, diteruskan dengan primer yang dibuat dari dayagel
dengan berat 500 gram/batang yang dirangkai dengan nonel inhole dan nonel
surface.
10
4. Pemuatan
Kegiatan pemuatan dilakukan setelah peledakan, alat muat yang
digunakan di front penambangan adalah 2 (dua) buah Excavator Back Hoe jenis
Kobelco type SK 200 dengan kapasitas Bucket 0,9 m3.
Cara kerja pemuatan dengan menempati posisi Dump Truck berada di
depan alat muat dilanjutkan dengan mengambil dan memuat material hasil
ledakan serta menumpahkan material hasil ledakan tersebut kedalam Dump
Truck.
5. Pengangkutan
Kegiatan pengangkutan ini menggunakan empat unit Dump Truck jenis
Mitsubishi Type FM517HS dengan kapasitas 25 m3 untuk kemudian diangkut ke
pusat pengolahan.
Pengangkutan dilakukan secara kontinu dengan jarak angkut kurang lebih
1,3 km. Untuk material bongkahan batu granit yang berukuran besar dipecahkan
lagi dengan secondary Blasting sehingga diperoleh ukuran yang diinginkan.
Kegiatan pengangkutan ini bertujuan untuk memindahkan Batu granit hasil
peledakan dari front penambangan ke tempat pengolahan.
6. Pengolahan
Hasil peledakan di front penambangan yang diangkut oleh Dump Truck
ditumpahkan ke unit crushing plant. Unit crushing plant dalam proses pengolahan
dilakukan untuk mendapatkan ukuran batuan yang diinginkan dengan gabungan
dari beberapa alat yaitu :
1. Unit Pengumpan (Feeding) : Hopper dan Feeder.
2. Unit Pemecah (Crushing) : Jaw crusher dan Cone crusher.
3. Unit Pemindah Material (conveying) : 12 Belt Conveyor.
4. Unit Pemisah/Pengayak material (Screening) : 3 Vibrating Screen.
Dimana produksi akhir yang dihasilkan dari unit crushing plant antara lain :
a. Split ukuran (20 – 30 mm)
b. Split ukuran (10 – 20 mm)
11
7. Pemasaran
Dalam pemasaran digunakan alat muat Excavator Back Hoe jenis Hitachi
type ZX 200, dengan kapasitas Bucket 0,9 m3 dan kemudian hasil produksi yang
dimuat ke dalam alat angkut dilakukan proses penimbangan (Weighting Indicator)
(Anonim, 2010). Pemasaran produksi Crusher PT Mandiri Karya Makmur adalah
para konsumen yang umumnya berada didalam dalam pulau Bangka.
8. Peralatan Penambangan
Kegiatan penambangan yang dilakukan PT Mandiri Karya Makmur
menggukan berbagai macam peralatan yang berfungsi menunjang proses
penambangan dan pengolahan, alat-alat yang digunakan antara lain:
berupa mineral, batuan, bijih, atau bahan galian lainnya yang ditambang atau
diambil dari endapan-endapan alam pada kulit bumi untuk dipisahkan menjadi
produk berupa satu macam atau lebih bagian mineral yang dikehendaki dan
bagian lain yang tidak dikehendaki yang terdapat besama-sama dialam. Mineral
yang dikehendaki biasanya disebut juga mineral berharga (konsentrat) karena nilai
ekonominya, sedangkan mineral yang tidak dikehendaki disebut mineral buangan
(waste). Pada akhir proses pengolahan akan diperoleh dua macam hasil yaitu
konsentrat yang terdiri dari mineral berharga dan tailing yakni terdiri dari mineral
tidak berharga (Tobing, 2002).
Tujuan dari pengolahan bahan galian adalah :
1. Meningkatkan kadar dan harga jual bahan galian.
2. Memisahkan mineral berharga dengan pengotornya.
3. Memisahkan mineral berharga satu dengan yang lainnya.
4. Mengurangi kehilangan jumlah mineral berharga.
5. Mengurangi biaya pengangkutan.
Pengolahan bahan galian yang dapat juga disebut sebagai mineral
processing tecnologi menurut Wills, 1992 : mineral dressing yaitu proses
pengolahan bahan galian atau mineral untuk memisahkan mineral berharga dari
mineral pengotornya yang kurang berharga dengan memanfaatkan perbedaan
sifat-sifat fisik dari mineral-mineral tersebut tanpa mengubah identitas kimia dan
fisik produknya. Secara umum proses pengolahan bahan galian terdiri dari
beberapa langkah, yaitu (Tobing, 2002) :
1. Jaw Crusher
Adalah alat pemecah tingkat pertama (primary crusher), memecahkan
batuan dalam ukuran bongkah-bongkah besar yaitu batuan yang di terima dari
17
hasil penambangan (Stevens, 1965). Jaw Crusher terdiri dari 2 jaw plate yang
berhadap-hadapan dibuat membentuk sudut yang kecil ke arah bawah, yang
dapat membuka dan menutup seperti rahang binatang (jaw). Salah satu jaw
diam tertahan pada crusher frame (kerangaka Jaw Crusher) disebut fixed jaw,
sedangkan yang satu lagi ditahan pada sumbunya dan dapat bergerak sedikit
mendekat dan menjauh dari fixed jaw, disebut swing jaw. Jaw Crusher
merupakan alat pemecah batu granit tingkat pertama, alat ini mempunyai
bagian-bagian seperti dijelaskan dibawah ini :
a. Setting Block, yaitu bagian untuk mengatur agar lubang bukaan ukurannya
sesuai dengan yang dikehendaki. Bila setting block dimajukan maka jarak
fixed jaw dan swing jaw menjadi lebih pendek atau lebih dekat, begitu pula
sebaliknya.
b. Swing jaw, yaitu bagian dari alat peremuk yang dapat bergerak/rahang
ayun yang berfungsi sebagai memberi gaya tekanan pada material umpan.
c. Fixed Jaw, yaitu sebagian dari alat peremuk yang tidak dapat
bergerak/rahang ayun diam yang berfungsi sebagai pemberi gaya menahan
pada material upan.
d. Hopper, yaitu bagian mulut dari alat peremuk yang berfungsi sebagai
lubang penerimaan.
e. Throat, yaitu bagian paling bawah alat peremuk yang berfungsi sebagai
lubang pengeluaran.
f. Gape, yaitu jarak horizontal pada mouth (lubang penerimaan).
g. Set, yaitu jarak horizontal pada throat (lubang pengeluaran).
h. Open Setting, yaitu jarak rahang diam dengan rahang ayun pada
saatrahang ayun bergerak ekstrim kebelakang.
i. Clossed setting, yaitu jarak antara rahang diam dengan rahang ayun pada
saat rahang ayun bergerak ekstrim kedepan.
j. Throw, yaitu selisih jarak pelemparan pada saat rahang membuka (open
setting) dengan pada saat rahang menutup (clossed setting).
k. Nip Angle, yaitu sudut yang dibentuk garis singgung yang dibuat antara
jaw (swing dan fixed) dengan material batuan.
18
2. Cone Crusher
Digunakan dalam industri metalurgi, konstruksi, pembangunan jalan,
kimia dan industri fosfat. Cone crusher tepat untuk batu dan bijih keras dan
setengah keras, seperti bijih besi, bijih tembaga, batu kapur,
kuarsa, granite, gritstone, dan sebagainya. Pada suatu layout crusher plant,
cone crusher sering dipakai sebagai secondary crusher atau tertiary crusher
(Maurice, 2003). Cone crusher sering dipakai pada crusher plant karena
tingkat produksinya tinggi, kualitas produk yang kubikal, mudah
dalam maintenance, dan umur pakai yang panjang.
Cone Crusher ini dilengkapi dengan sistem perlindungan hidrolik
termasuk melindungi tabung oli, mengunci tabung oli dan pengaturan
hidrolik tabung oli, yang berhubungan dengan semua jenis masalah selama
operasi tanpa membongkar mesin. Selain itu, Cone Crusher mudah dalam
operasi, handal dalam kinerja dan disesuaikan dalam ukuran produk
19
akhir. Rongga penghancur pada Cone dirancang khusus sesuai dengan prinsip
laminating antar partikel. Cone didesain secara khusus dan kecepatan putaran
shaft yang telah disesuaikan untuk meningkatkan rasio penghancuran
material sehingga dapat diperoleh kapasitas yang sesuai serta persentase
produk berbentuk kubikal (homogen).
Pada proses kerja di unit peremuk dimulai, Belt Conveyor harus bergerak
terlebih dahulu sebelum alat peremuk bekerja, hal ini bertujuan mencegah
terjadinya kelebihan muatan pada belt. Pemakaian Belt Conveyor dipengaruhi
oleh sifat fisik dan kondisi material batuan, kondisi material tersebut antara lain :
1. Ukuran dan bentuk material
2. Kandungan air
3. Komposisi material
4. Keadaan Topografi
5. Jarak Pengangkutan
Pada umumnya screen terbuat dari kawat baja yang dianyam, dan bidang
persegi empat yang terletak di antara dua bush kawat yang dianyam menentukan
ukuran batu yang dapat lolos melewatinya. Terdapat dua jenis screen yang biasa
dipakai, yaitu Vibrating Screen dan revolving screen. Vibrating Screen terdiri dari
yang datar dan ada yang miring ke bawah dalam arah aliran bahan. Vibrating
Screen digetarkan oleh sebuah penggetar yang ditempelkan di atas atau di kiri dan
kanan ayakan. Revolving screen biasanya terbuat dari drum yang dinding-
dindingnya berlubang yang berputar dalam kedudukan miring ke bawah dalam
arah aliran bahan (Brown, 1963).