You are on page 1of 22

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN ASUHAN KEBIDANAN

PADA IBU HAMIL TRIMESTER II

DISUSUN OLEH :

LIA YUNITASARI (1602460014)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN KEDIRI

2017
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan

Pada : Ibu Hamil Trimester II

Di : BPM Emy Zuraidah, S.ST

Periode Tanggal : 15 Mei 2017 – 27 Mei 2017

Telah disetujui pembimbing

Kediri, Mei 2017

Pembimbing Praktek Mahasiswa

NIP. NIM.

Pembimbing Pendidikan

NIP.
FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN

Nama Mahasiswa : Lia Yunitasari

NIM : 1602460014

Tempat praktek : BPM Emy Zuraidah, S.ST

Tanggal : 15 Mei 2017 – 27 Mei 2017

A. Masalah Kesehatan
B. Psikologi / Patofisiologi : menjelaskan proses fisiologis / patologis
sampai dengan timbulnya masalah kebidanan
C. Pohon Masalah : proses fisiologis / patologis secara skematis
D. Diagnosa kebidanan :
 Diagnosa
 Masalah
 Kebutuhan
E. Perencanaan Kebidanan : menentukan rencana dan rasionalisasi tindakan
kebidanan
F. Daftar Pustaka : literature yang diterbitkan sepuluh tahun
terakhir

Kediri, Mei 2017

Mengetahui CI Ruangan Mahasiswa

NIP. NIM.
Pembimbing Pendidikan

NIP.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)


2012, angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000
kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun jika dibandingkan dengan SDKI
tahun 1991, yaitu sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit
menurun meskipun tidak terlalu signifikan. Target global MDGs (Millenium
Development Goals) ke-5 adalah menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI)
menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Mengacu dari
kondisi saat ini, potensi untuk mencapai target MDGs ke-5 untuk menurunkan
AKI adalah off track, artinya diperlukan kerja keras dan sungguh-sungguh
untuk mencapainya (Sarwono, 2014).
Kehamilan merupakan fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat
fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam
waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kaleder
internasional (George Adriaansz, 2014).
Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu
berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13
hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40)
(George Adriaansz, 2014).
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Teori
2.1.1 Definisi Kehamilan
Kehamilan merupakan fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa
dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung
dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut
kaleder internasional. Dikatakan fisiologis bisa ditentukan dari tanda-
tanda vital normal, umur kehamilan sesuai, TFU sesuai dengan
kehamilan, TBJ sesuai dengan kehamilan, DJJ normal, pemeriksaan
laboratorium normal. (George Adriaansz, 2014).
Kehamilan merupakan proses alami yang akan membuat perubahan
baik fisik maupun psikologis. Perubahan kondisi fisik dan emosional
yang kompleks, memerlukan adaptasi terhadap proses kehamilan yang
terjadi. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, di mana trimester kesatu
berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13
hingga minggu ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28
hingga ke-40) (George Adriaansz, 2014).

Kehamilan adalah suatu mata rantai yang berkesinambungan


yang terdiri dari ovulasi (pematangan sel) lalu pertemuan ovum (sel telur)
dan spermatozoa (sperma) terjadilah pembuahan dan pertumbuhan. Zigot
kemudian bernidasi (penanaman) pada uterus dan pembentukan plasenta
dan tahab akhir adalah tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm.
(Manuaba dkk, 2012 :75).

Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan
menurut kalender internasional.
(Prawirohardjo, Sarwono, 2014)
Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung
dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27),
dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40).
(Prawirohardjo, Sarwono, 2014)

Definisi Kehamilan Trimester III


Kehamilan trimester II
2.2 Etiologi
Untuk terjadi kehamilan harus ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum
(konsepsi), dan nidasi (implantasi) hasil konsepsi.
1. Pembentukan Gamet
a. Pada masa pubertas terjadi proses spermatogenesis yang sangat kompleks.
Setiap spermatogenesis membelah menjadi dua dan menghasilkan
spermatosit primer. Kemudian spermatosit primer membelah jadi
spermatosit sekunder dan membelah dua lagi menjadi spermatid yang akan
tumbuh menjadi spermatozoa. (Prawirohardjo, Sarwono. 2010)
b. Sperma dibentuk ditu bulus seminiferus dengan jumlah 100 juta/ml setiap
ejakulasi. Pematangan sperma berlangsung di epidimis bagian kepala,
badan dan ekor. Sperma yang sudah matur berada di epidimis bagian ekor
dan siap untuk ejakulasi. (Manurung,Suyani,2011)
c. Ketika bayi, perempuan memiliki 750.000 oogonium. Jumlah ini berkurang
akibat pertumbuhan dan degenerasi folikel-folikel. Setiap bulan 1 folikel
kadang 2 folikel berkembang menjadi folikel deGraaf. Folikel-folikel ini
merupakan bagian ovarium yang ditemukan di korteks ovari dalam letak
yang beraneka ragam dalam perkembangan dari satu sel telur yang
dikelilingi oleh satu lapisan sel saja sampai folikel de Graaf matang.
Folikel yang matang ini terisi dengan likuor folikulli yang mengandung
estrogen, dan siap berovulasi. (Gunardi, Eka Rusdianto, Hanifa
Wiknjosastro. 2011)
d. Ovulasi atau pelepasan seltelur merupakan bagian dari siklus menstruasi
normal, yang terjadi sekitar 14 hari sebelum menstruasi yang akan datang.
Pada saat ovulasi, ovum keluar dari robekan folikel deegraf menuju tuba.
(Manurung, Suyani. 2011)

1. Proses Kehamilan
a. Tahap Inseminasi
Pada tahap ini terjadi proses ekspulsi cairan semen yang dipancarkan
kedalam vagina melalui uretra. Sperma yang masuk kedalam saluran
reproduksi wanita sebanyak 3 cc setiap ejakulasi yakni 300 juta. Sperma
bergerak dari uterus nenuju tuba fallopi dengan menggerakan ekornya,
sperma menuju ovum dan mengeluarkan zat fertilizin. (Manurung, Suyani.
2011)
b. Tahap fertilisasi atau Konsepsi
Pembuahan adalah penyatuan ovum (oosit sekunder) dan spermatozoa
yang biasanya berlangsung di ampul a tuba dimana hanya satu yang dapat
menembus zona pelusida. Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi,
mulailah pembelahan zigot. Dalam 3 hari terbentuk suatu kelompok sel
yang sama besarnya yang mana hasil konsepsi tersebut disebut dengan
stadium morula. Kemudian hari ke empat hasil konsepsi mencapai
stadium blastula disebut blastokista (blastocyst). Yang mana bentuk
terluarnya yakni disebut trofoblas akan menjadi plasenta dan bagian
dalamnya yaitu inner cell berkembang menjadi janin. (Prawirohardjo,
Sarwono. 2010)
c. Tahap nidasi atau Implantasi
Implantasi adalah proses insersi sel blastosis kedinding rahim, enam hari
setelah fertilisasi. Trofoblas menempel pada dinding uterus dan
melepaskan hormon korionik gonadotropin. Hormon ini melindungi
kehamilan dengan menstimulasi produksi hormon estrogen dan
progesteron sehingga mencegah terjadinya menstruasi. (Manurung,Suyani.
2011)
Pada umumnya nidasi terjadi di dinding depan atau belakang uterus, dekat
pada fundus uteri. Jika nidasi ini terjadi, maka barulah dapat disebut
adanya kehamilan. (Prawirohardjo, Sarwono. 2010)

1.3 Klasifikasi
1.4 Fisiologi
1. Sistem Reproduksi
a. Uterus
Pada awal kehamilan penebalan uterus distimulasi terutama oleh
hormon estrogen dan sedikit oleh hormon progesteron. Hal ini dapat
dilihat dengan perubahan uterus pada awal kehamilan mirip dengan
kehamilan ektropik. Akan tetapi, setelah kehamilan 12 minggu lebih
penambahan ukuran uterusdidominasi oleh desakan dari hasil
konsepsi. (Djusar Sulin, 2014)
Pada akhir kehamilan 12 minggu uterus akan terlalu besar dalam
rongga pelvis dan seiring perkembangannya, uterus akan menyentuh
dinding abdominal, mendorong usus ke samping dan ke atas, terus
tumbuh hingga hampir menyentuh hati. (Djusar Sulin, 2014)
a. Usia kehamilan 12 minggu, tinggi fundus uteri 3 jari di atas
symphysis.
b. Usia kehamilan 16 minggu, tinggi fundus uteri di pertengahan
antar symphysis sampai pusat
c. Usia kehamilan 20 minggu, tinggi fundus uteri 3 jari di bawah
pusat
d. Usia kehamilan 24 minggu, tinggi fundus uteri setinggi pusat
e. Usia kehamilan 28 minggu, tinggi fundus uteri kira-kira 3 jari di
atas pusat
(Mandang J, dkk. 2014)
b. Serviks
Konsistensi serviks akan menjadi lebih lunak dan kebiruan akibat
penambahan vaskularisasi dan terjadinya edema pada seluruh serviks,
bersamaan dengan terjadinya hipertrofi dan hiperplasia pada kelenjar-
kelenjar serviks. (Djusar Sulin, 2014)
c. Ovarium
Hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel
ini akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamila dan
setelah itu akan berperan sebagai penghasil progesteron dalam jumlah
yang relatif minimal. (Djusar Sulin, 2014)
d. Vagina dan Perineum
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hiperemia terlihat
jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva, sehingga pada
vagina akan terlihat berwarna keunguan yang dikenal dengan tanda
Chadwick. (Djusar Sulin, 2014)
e. Payudara
Pada kehamilan 12 minggu ke atas dari puting susu dapat keluar cairan
berwarna putih agak jernih disebut kolostrum. Kolostrum berasal dari
kelenjar-kelenjar asinus yang mulai bersekresi. (Djusar Sulin, 2014)
2. Sistem Kardiovaskular
Antara minggu ke-10 dan 20 terjadi peningkatan volume plasma sehingga
terjadi peningkatan proload. ((Djusar Sulin, 2014)
3. Sistem Respirasi
Selama kehamilan frekuensi pernapasan hanya mengalami sedikit
perubahan selama kehamilan, tetapi volume tidal, volume ventilasi per
menit dan pengambilan oksigen per menit akan bertambah secara
signifikan pada kehamilan lanjut. (Djusar Sulin, 2014)
4. Sistem Endokrin
Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar kurang lebih
135%. Kelenjar adrenal pada kehamilan normal akan mengecil,
sedangkan hormon androstenedion, testosteron dioksikortikosteron,
aldosteron, dan kortisol akan meningkat. Sementara itu,
dehidroepiandrosteron sulfat akan menurun. (Djusar Sulin, 2014)
5. Sistem Muskuloskeletal
Akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke posisi anterior, lordosis
menggeser daya berat ke belakang ke arah dua tungkai. Sendi sakroiliaka,
sakrokoksigis dan pubis akan meningkat mobilitasnya, yang diperkirakan
karena pengaruh hormonal. (Djusar Sulin, 2014)

1.5 Penatalaksanaan

Tentu setiap ibu hamil mengalami masalah, tanda bahya ataupun merasa
khawatir mengenai kehamilannya. Oleh karena itu tenaga kesehatan melakukan
perencanaan dan penatalaksanaan pada trimester I sebagai berikut :

1. Membina hubungan saling percaya antara bidan dan ibu hamil


2. Mendeteksi masalah dan mengatasinya
3. Memberitahukan hasil pemeriksaan dan usia kehamilan kepada ibu
4. Mengajari ibu untuk mengatasi ketidaknyamanan
5. Mengajari ibu dan mendorong perilaku hidup sehat (cara hidup sehat
bagi wanita hamil, nutrisi, dan mengantisipasi tanda bahaya
kehamilan)
6. Melakukan penimbangan berat badan, mengukut Tekanan darah,
memberikan imunisasi Tetanus Toxoid serta tablet besi. Selain itu
dilakukan pemeriksaan tentang tinggi fundus uterus.
7. Mulai mengajak ibu diskusi menganai persiapan kelahiran atau
kesiapan untuk menghadapi kegawatdaruratan.
8. Memantau tekanan darah, evaluasi adanya edema dan periksa
proteinurea untuk mengantisipasi adanya pre eklampsia
9. Menjadwalkan kunjungan ulang
BAB III
TINJAUAN ASUHAN KEBIDANAN

3.1 Konsep Manajemen Asuhan Varney


Konsep manajemen asuhan varney 7 langkah varney, langkah-
langkahnya :
10. Pengumpulan data dasar secara komperhensif untuk mengkaji pasien
11. Pengembangan data dasar, interpretasi data menetukan diagnosa
12. Identifikasi masalah-masalah potensial atau diagnosa lain
13. Evaluasi kebutuhan intervensi segera
14. Perencanaan
15. Implementasi
16. Evaluasi/penilaian
 Langkah 1 (pertama) : Pengumpulan data dasar secara
komperhensif untuk mengkaji pasien
Pengumpulan data dasar secara komprehensif untuk megkaji pasien.
Data dasar tersebut termasuk riwayat kesehatan, hasil pemeriksaan
fisik dan panggul serta tinjauan catatan saat ini atau catatan lama dari
Rumah Sakit/RB/Puskesmas. Tinjauan singkat dari data
laboratorium dan pemeriksaan tambahan lainnya, semua informasi
dari berbagai sumber yang berhubungan dengan kondisi pasien,
bidan harus mengumpulkan data awal yang menyeluruh walaupun
pasien itu ada komplikasi yang membutuhan untuk diajukan kepada
dokter konsumen untuk manajemen kolaborasi. Kadang-kadang
tahapannya mungkin tumpang tindih dengan tahap 5 dan 6 karena
data yang diperlukan diperoleh dari hasil laboratorium atau hasil
pemeriksaan lainnya. Kadang-kadang bidan perlu memulai langsung,
dadlam rangka untuk mengumpulkan data awal yang lengkap untuk
diajukan ke dokter.
 Langkah II (kedua): Pengembangan data dasar, interpretasi data
menentukan diagnosa
Pengembangan data dasar, interpretasi data, menentukan diagnosa.
Ada beberapa masalah tidak dapat diidentifikasi atau ditetapkan
sebagai dianosa, tetapi perlu dipertimbangkan untuk pengembangan
rencana pelayanan komprehensif. Masalah-masalah berhubungan
dengan pengalaman nyata yang ditetapkan sebagai diagnosa dan
sering identifikasi bidan tertuju pada pengalaman-pengalaman
tersebut misalnya :
Diagnosa : Kemungkinan perempuan preeklamsi.
Masalah : Mungkin perempuan tersebut memiliki tekanan darah
tinggi dan hasil Lab urine nya positif. Dengan adanya permasalahan
tersebut, maka bidan harus mengantisipasi terjadinya eklampsi dan
perdarahan post partum ataupun syok pada ibu.
 Langkah ke III (ketiga): Identifikasi Masalah-masalah potensial
atau diagnosa lain
Identifikasi masalah-masalah potensial atau diagnosa lain.
Tahapan ini penting untuk mengantisipasi masalah, pencegahan bila
memun-gkinkan guna keamanan pelayanan, contoh : Perempuan
dengan pembesaran uterus yang berlebihan.
Bidan harus menganalisa kemungkinan alasan pembesaran
berlebihan itu seperti (polihodramnion, bayi besar, ibu hamil dengan
diabetes atau hamil ganda).
Kemudian menentukan tindakan pencegahan dan persiapan
kemungkinan segera terjadi perdarahan postpartum dengan atonia
uteri karena ketegangan, pembesaran uterus berlebihan. Dalam kasus
bayi besar bidan juga harus mengantisipasi dan persiapan
kemungkinan distosia bahu dan kebutuhan untuk resusitasi bayi.
Ibu dengan tanda-tanda kemungkinan infeksi saluran kemih
kemungkinan besar dapat terjadi pasrtus prematur atau bayi lahir
dengan BBLR. Pencegahan sederhana dapat dilaksanakan dengan
melihat data, riwayat pada kunjungan prenatal, test laboratorium
untuk bakteri dalam urine dan pemberian terapi segera bila ada
indikasi infeksi saluran kemih.
 Langkah ke IV (ke empat): Evaluasi kebutuhan intervensi segera
Gambaran proses manajemen berlanjut tidak hanya selama
kunjungan prenatal tetapi tetap berlangsung sampai ketika ia bersalin.
Pengkajian untuk mendapatkan data baru dan pemantauan kegiatan
harus tetap dilakukan. Sementara pada suatu ketika dalam situasi
emergensi yang memerlukan bidan harus bertindak segera untuk
kepentingan kehidupan ibu dan bayi :
- Pendarahan post partum
- Distosia bahu.
Selain itu situasi yang memerlukan tindakan segera ketika menunggu
intervensi dokter seperti prolap tali pusat. Situasi lain yang tidak
emergensi tetapi mungkin membutuhkan manajemen konsultasi dan
kolaborasi dengan dokter seperti tanda-tanda dini pre eklamsia yang
perlu konsultasi dokter, yaitu :
- Penyakit jantung
- Diabetes
- Komplikasi. Kondisi yang memerlukan manajemen konsulatasi
dengan anggota tim kesehatan lain. Bidan mengevaluasi setiap
situasi untuk menetukan manajemen pelayanan pasien yang lebih
tepat/ cocok bersama dengan anggota tim kesehatan.
 Langkah ke V (lima): Perencanaan
Rencana pelayanan komprehensif ditentukan berdasarkan
tahapan terdahulu (langkah pertama, kedua, ketiga, dan keempat)
untuk mengantisipasi masalah serta diagnosa. Selain itu perlu untuk
mendapatkan data yang belum diperoleh atau tambahan informasi
data dasar. Rencana pelayanan komprehensif tidak hanya dengan
indikasi kondisi pasien tetapi ada hubungan dengan masalah apa,
tetapi juga garis besar petujunjuk antisipasi bagi perempuan seperti
apa harapannya, pendidikan dan konseling pasien dan bila ada yang
berhubungan masalah-masalah sosial, ekonomi, agama, keluarga,
budaya atau psikologis.
Rencana pelayanan harus disepakati bersama antara bidan dan
ibu sehingga pelayanan menjadi efektif sesuai harapan ibu, untuk
menentukan rencana implementasi dapat dilakukan atau tidak semua
keputusan dirumuskan dalam mengembangkan pelayanan secara
komprehensif, harus direfleksikan kegunaannya dengan cara yang
benar, rasional dan tepat. Bila dasar tidak lengkap, atau
mempengaruhi tujuan pelayanan pada pasien sehingga tidak komplit
dan tidak aman.
 Langkah ke VI (keenam): Implementasi
Implementasi rencana asuhan yang telah dirumuskan. Rencana
yang telah dirumuskan mungkin semuanya dapat dilaksanakan oleh
bidan secara mandiri atau sebagian dilaksanakan oleh ibu atau tim
kesehatan lainnya. Dengan model ini bidan berkolaborasi dengan
dokter atau profesi lain untuk manajemen asuhan pasien dengan
komplikasi. Bidan harus bertanggung jawab dalam implementasi
yang efisien, hal ini akan mengurangi waktu, biaya dan memberikan
kualitas pelayanan yang baik.
 Langkah ke VII (ketujuh): Mengevaluasi.
Evaluasi merupakan suatu penganalisaan hasil implementasi
asuhan yang telah dilaksanakan dalam periode untuk menilai
keberhasilannya apakah benar-benar memenuhi kebutuhan untuk
dibantu.
Tujuan dari evaluasi atau penilaian adalah untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan
implementasi asuhan berdasarkan analisa.
3.2 Pendokumentasian Secara SOAP
Pendokumentasian asuhan kebidanan menggunakan pendekatan SOAP terdiri
dari empat langkah yaitu;
S : Data Subjektif
Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang pasien. Ekspresi
pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai kutipan
langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa.
Pada orang yang bisu, di bagian data di belakang “S” diberi tanda “0” atau
“X” ini menandakan orang itu bisu. Data subyektif menguatkan diagnosa
yang akan dibuat.
O : Data Objektif
Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan
dengan diagnosa. Data fisiologis, hasil observasi yang jujur, informasi kajian
teknologi (hasil laboratorium, sinar X, rekaman CTG, USG, dan lain-lain) dan
informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam kategori ini.
Apa yang dapat diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen yang berarti
dari diagnosa yang akan ditegakkan.
A : Analisa/Assessment
Dalam SOAP notes untuk tahap assessment mencakup 3 langkah manejemen
kebidanan, yaitu: interpretasi data dasar, identifikasi diagnosa/masalah
potensial, dan identifikasi dan menetapkan kebutuhan tindakan/penanganan
segera.
Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi
subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan. Karena
keadaan pasien terus berubah dan selalu ada informasi baru baik subjektif
maupun objektif, dan sering diungkapkan secara terpisah-pisah, maka proses
pengkajian adalah sesuatu proses yang dinamik. Sering menganalisa adalah
sesuatu yang penting dalam mengikuti perkembangan pasien dan menjamin
sesuatu perubahan baru cepat diketahui dan dapat diikuti sehingga dapat
diambil tindakan yang tepat.
Pada tahap ini identifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil
mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah
potensial ini benar-benar terjadi.
Pada langkah 3 ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah
potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi
juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa potensial
tidak terjadi. Sehingga langkah ini benar merupakan langkah yang bersifat
antisipasi yang rasional/logis. Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh
bidn atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
P : Penatalaksanaan
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi
berdasarkan assesment.

3.3 Bagan Alur Berfikir Varney dan Pendokumentasian secara SOAP

Keterkaitan Antara Manajemen Kebidanan dan


Sistem Pendokumentasian SOAP

Alur fikir bidan Pencatatan dari asuhan kebidanan

Proses manajemen kebidanan Pendokumentasian asuhan kebidanan

No 7 Langkah Varney 5 Langkah Dokumentasi


(Kompetensi Bidan)
1. Pengumpulan data dasar Data Subjektif (hasil
anamnesis) objektif
(Pemeriksaan)
2. Interpretasi data: diagnosis, Assesment/diagnosis Assessment
masalah, kebutuhan Analisi dan interpretasi
3. Identifikasi diagnosis atau data
masalah potensial a. Diagnosis dan
4. Identifikasi kebutuhan yang masalah
memerlukan penanganan b. Diagnosis atau
masalah potensial
segera secara mandiri,
c. Kebutuhan tindakan
konsultasi atau kolaborasi. segera

5. Rencana Asuhan: Planning Planning (dokumentasi,


a. Melengkapi data: tes implementasi dan
diagnostic/laboratorium evaluasi)
b. Pendidikan /konseling a. Asuhan mandiri
c. Rujukan b. Kolaborasi
d. Follow up c. Tes diagnostik atau
6. Pelaksanaan Implementasi tes laboratorium
7. Evaluasi Evaluasi d. Konseling
e. Follow up
Sumber: Muslihatin, Wafi Nur, 2009. Dokumentasi Kebidanan, Yogyakarta, halaman 125.
LAPORAN PENDAHULUAN

PADA IBU HAMIL TRIMESTER II

I. Definisi
Kehamilan adalah suatu mata rantai yang berkesinambungan yang terdiri
dari ovulasi (pematangan sel) lalu pertemuan ovum (sel telur) dan spermatozoa
(sperma) terjadilah pembuahan dan pertumbuhan. Zigot kemudian bernidasi
(penanaman) pada uterus dan pembentukan plasenta dan tahab akhir adalah
tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. (Manuaba dkk, 2012 h75).

Lama kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan yaitu 280 hari dengan
kisaran waktu 40 minggu atau 9 bulan7 hari). Kehamilan dibagi atas tiga
triwulan yaitu kehamilan triwulan pertama antara 0 hingga 12 minggu,
kehamilan triwulan kedua antara 13 hingga 28 minggu, kehamilan triwulan
kedua antara 28 hingga 40 minggu (Sulistiawati, 2011).

II. Etiologi
Untuk setiap kehamilan harus ada :

 Spermatozoa
 Pembuahan ovum (konsepsi)
 Ovum
 Nidasi hasil konsepsi
(Sarwono Prawiroharjo, 2009).

III. Fisiologi Kehamilan pada Trimester III


1. Rahim dan uterus
Uterus akan berkontraksi pada akhir kehamilan dan meningkat pada satu
dan dua Minggu sebelum persalinan. Peningkatan kontraksi miometrium ini
menyebabkan otot fundus tertarik ke atas. Segmen atas uterus yang
berkontraksi secara aktif menjadi lebih tebal dan memendek serta memberikan
tarikan yang lambat dan stabil terhadap serviks yang relatif berfiksasi yang
menyebabkan dimulainya peregangan dan pematangan serviks yang disebut
dengan pembukaan serfiks (Rukiyah, 2009).
2. Serviks Uteri
Jaringan ikat pada serviks (Banyak mengandung kolagen) lebih banyak
dari jaringan otot yang hanya 10% estrogen meningkat bertambah
hipervaskularisasi serta meningkatnya suplai darah maka konsistensi serviks
menjadi lunak atau disebut dengan tanda goodell. Peningkatan aliran darah
uterus dan limfe mengakibatkan kongesti panggul dan oedema. Sehingga
uterus, serviks dan ithimus melunak secara progresif dan serviks kebiruan.
Pada post partum serviks menjadi berlipat-lipat dan menutup. (Rukiyah,
2009).

3. Sistem trakus urinarikus


Kepala janin mulai masuk PAP, akan timbul keluhan sering kencing
karena tertekannya kandung kemih. Metabolisme air menjadi tidak lancar
karena hemodilusi (meningkatnya volume darah) (Kusmiyati, 2009).

4. Sistem respirasi
Pada usia 32 minggu keatas, diafragma tertekan usus akibat uterus yang
membesar sehingga menyebabkan kesulitan bernafas (Kusmiyati, 2009).

5. Sirkulasi darah
Seiring pembesaran uterus, aliran darah juga meningkat. Aliran darah
uterus meningkat 20 kali lipat, seperenam volume darah total ibu berada pada
sistem peredaran darah uterus. Kecepatan rata-rata oksigen uterus gravida
adalah 25 ml/menit (Kusmiyati, 2009).

6. Kenaikan berat badan


Terjadi kenaikan berat badan dari awal sampai akhir kehamilan. 11-12
kg. Untuk meningkatkan asupan kalori dalam kehamilan adalah dengan
penambahan 300 kkal/ hari agar penambahan berat bisa mencapai 12 kg
(Kusmiyati, 2009).

7. Sistem muskuluskeletal
Sendi pelviks pada saat kehamilan dapat sedikit bergerak, peningkatan
distensil abdomen membuat panggul kedepan (miring) serta peningkatan
tonus otot perut sehingga pusat gravitasi wanita bergerak kedepan (Kusmiyati,
2009).

8. Sistem gastrointestinal
Perkembangan dapat dilihat di atas 12 minggu dimana akan nyata pada
pemeriksaan USG. Pasa 26 minggu enzim sudah terbentuk meskipun amilase
baru nyata pada periode neonatal. Janin meminum air ketuban dan akan
tampak gerakan peristaltik usus. Protein dan cairan amnion yang ditelan akan
menghasilkan mekonium dalam usus. Mekonium akan tetap tersimpan sampai
partus, kecuali pada kondisi hipoksia dan stres, akan tampak cairan amnion
bercampur meconium (Sarwono Prawiroharjo, 2009).

IV. Patofisiologi Kehamilan pada Trimester III


1. Hipertensi pada TM III karena kehamilan
Lebih sering pada primigravida. Hipertensi karena kehamilan dan
preeklampsia ringan sering ditemukan tanpa gejala, kecuali meningkatnya
tekanan darah. Prognosis menjadi lebih buruk dengan terdapatnya proteinuria
(Sarwono Prawiroharjo, 2009).

2. Hipertensi karena kehamilan tanpa proteinuria


Jika kehamilan kurang dari 37 minggu, tangani secara rawat jalan
seperti pemantauan tekanan darah, proteinuria, dan kondisi janin setiap
Minggu. Jika tekanan darah, proteinuria, refleks tangani sebagai pre
eklampsia. Jika kondisi janin menjadi memburuk atau terjadi pertumbuhan
janin terlambat, rawat dan pertimbangkan terminasi kehamilan (Sarwono
Prawiroharjo, 2009).

3. Ketuban pecah dini


Ketuban pecah dini disebabkan oleh berkurangnya kekuatan membran
atau meningkatnya tekanan intra uterine atau oleh kedua faktor tersebut.
berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat
berasal dari vagina dan serviks. Penanganan ketuban pecah dini memerlukan
pertimbangan usia gestasi, adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan
adanya tanda- tanda persalinan (Sarwono Prawiroharjo, 2009).

4. Preeklampsia ringan
Didapatkan kenaikan tekanan diastolik 15 mmHg atau kurang dari 90
mmHg dalam dua pengukuran berjarak 1 jam atau tekanan diastolik 110
mmHg, dan dengan tanda lain proteinuria + 1 (Sarwono Prawiroharjo, 2009).

5. Preeklampsia berat
Ketika tekanan diastolik kurang dari 110 mmHg dengan proteinuria 2+,
oliguria hipporefleksia, gangguan penglihatan, kejang, dan nyeri epigastrium
(Sarwono Prawiroharjo, 2009).

V. Tanda Bahaya pada Kehamilan Trimester III


Kehamilan trimester 3 adalah kehamilan pada usia 29-42 minggu atau 7-
10 bulan. Deteksi dini gejala dan tanda bahaya selama kehamilan merupakan
upaya terbaik untuk mencegah terjadinya gangguan yang serius terhadap
kehamilan atau keselamatan ibu hamil. Apabila tanda-tanda bahaya tersebut
tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu
(Asrifah, 2010).

1. Perdarahan pervaginam
Perdarahan anterpatum atau perdarahan pada kehamilan lanjut adalah
perdarahan pada trimester dalam kehamilan sampai bayi dilahirkan
(Partiawati,2010). Pada kehamilan usia lanjut, perdarahan yang tidak normal
adalah merah, banyak dan kadang-kadang disertai dengan rasa nyeri (Asrifah,
2010).

2. Keluar cairan pervaginam


Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina pada trimester 3. Ibu harus
dapat membedakan antara urine dengan air ketuban. Jika keluarnya cairan ibu
tidak terasa, berbau amis dan berwarna putih keruh, berarti yang keluar adalah
ketuban. Jika kehamilan belum cukup bulan, hati-hati akan adanya persalinan
preterm (kurang dari 37 minggu) dan komplikasi infeksi intra uterine
(Sulistyowati, 2009).

3. Nyeri perut yang hebat


Sebelumnya harus dibedakan nyeri yang dirasakan adalah bukan his
seperti persalinan. Pada kehamilan lanjut, jika ibu merasa nyeri yang hebat,
tidak berhenti setelah istirahat, disertai tanda-tanda syok yang membuat
keadaan umum ibu makin lama makin memburuk dan disertai perdarahan
yang tidak sesuai dengan beratnya syok, maka kita harus waspada akan
kemungkinan terjadinya solusi plasenta (Sulistyowati, 2009).

4. Gerakan janin tidak terasa


Normalnya ibu mulai merasakan gerakan janinnya selama bulan ke- 5 atau
ke-6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi
tidur gerakan bayi akan melemah. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika
ibu berbaring untuk beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik.
Bayi harus bergerak 3x dalam 1 jam atau minimal 10x dalam 24 jam. Jika
kurang dari itu, maka waspada akan adanya gangguan janin dalam rahim,
misalnya asfiksia janin sampai kematian janin (Sulistyowati, 2009).

VI. Masalah yang Timbul pada Trimester III


1. Nokturia
Penyebab :

1) Tekanan uterus pada kandung kemih.


2) Eksresi sodium yang meningkat bersamaan dengan terjadinya
pengeluaran air.
3) Air dan sodium tertahan di bawah tungkai bawah selama siang hari
karena statis vena, pada malam hari terdapat aliran balik vena yang
meningkat akibat peningkatan jumlah output air seni.

Cara meringankan :

1) Perbanyak minum pada siang hari


2) Batasi minum bahan diuretik alami seperti kopi, teh, cola dengan
caffeine
3) Jangan kurangi minum di malam hari untuk mengurangi nokturia,
kecuali jika mengganggu tidur dan menyebabkan keletihan.

2. Hemoroid
Penyebab :

1) Konstipasi.
2) Tekanan yang meningkat dari uterus gravidarum terhadap vena
hemoroid.
3) Tekanan dalam vena yang meningkat pada usia panggul, kongesti
vena, pembesaran vena hemoroid.

Cara meringankan :

1) Konstipasi lebih dihindari.


2) Makan makanan berserat.
3) Gunakan kompres hangat / sit bath.
4) Hindari BAB dengan jongkok

3. Konstipasi
Penyebab :

1) Peningkatan kadar progesteron yang menyebabkan peristaltik usus


menjadi lambat.
2) Penurunan mobilitas sebagai akibat relaksasi otot-otot halus.
3) Penyerapan air dari kolon meningkat.
4) Diet.
5) Suplemen zat besi

Cara meringankan :

1) Minum cairan dindin atau panas (ketika perut kosong).


2) Membiasakan bab secara teratur.
3) Tingkatkan intake cairan, saat dalam diit

4. Sesak nafas
Penyebab :

1) Peningkatan kadar progesteron berpengaruh secara langsung pada


pusat pernfasan untuk menurunkan kadar karbon dioksida serta
meningkatkan kadar oksigen meningkatkan aktivitas metabolik,
meningkatkan kadar karbondioksida hiperventilasi yang lebih ringan.
2) Uterus membesar dan menekan diafragma

Cara meringankan :

 Tidur dengan bantal yang ditinggikan.


 Makan tidak terlalu banyak.
 Latihan nafas.
 Secara periodik berdiri dan merentangkan tangan diatas kepala
dan menarik nafas panjang.

5. Nyeri ligamentum rotundum


Penyebab :

1) Tekanan dari uterus pada ligamentum.


2) Hipertrofi dan peregangan ligamentum selama kehamilan.

Cara meringankan :

1) Tekuk lutut ke arah abdomen.


2) Mandi air hangat.
3) Gunakan bantalan pemanas pada area yang terasa sakit hanya jika di
diagnosa lain tidak melarang.
4) Topang uterus dengan bantal dibawahnya dan sebuah bantal diantara
lutut pada saat berbaring

6. Pusing
Penyebab :

1) Hipertensi postural yang berhubungan dengan perubahan


hemodialysis.
2) Penggumpalan darah di dalam pembuluh tungkai yang mengurangi
aliran balik vena.

Cara meringankan :

1) Bangun perlahan dari tempat tidur.


2) Hindari berdiri terlalu lama dalam lingkungan yang hangat atau
sesak.
3) Hindari berbaring dalam posisi terlentang . (Kusmiyati, 2009).

Adapun tanda- tanda persalinan yaitu:

 Keluar lendir bercampur darah dari vagina.


 Air ketuban pecah.
 Kontraksi yang teratur dikedua sisi perut mulai dari bagian atas dekat saluran
telur ke seluruh rahim (setiap sepuluh menit atau lebih sering) atau his
adekuat.

VII. Penatalaksanaan
Setiap wanita hamil sedikitnya empat kali kunjungan selama periode
antenatal yaitu satu kali kunjungan selama trimester 1 (sebelum 14 minggu),
satu kali kunjungan selama trimester 2 (antara Minggu 14-28), dua kali
kunjungan selama trimester 3 (antara 28-36 dan sesudah Minggu ke 36).

Apabila ibu hamil mengalami masalah, tanda bahaya atau jika merasa
khawatir dapat sewaktu waktu melakukan kunjungan. Kunjungan pada
trimester 3 antara Minggu 28-36 dengan kegiatan berupa pendiskusian
mengenai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi
kegawatdaruratan. Menjadwalkan kunjungan berikutnya. Menentukan tinggi
fundus, kewaspadaan khusus mengenai pre- eklampsia, palpasi abdominal
untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda. Kemudian setelah usia
kehamilan 36 minggu yang dilakukan adalah sama dengan Minggu
sebelumnya dan di tambah dengan seteksi letak janin, kondisi lain serta
indikasi untuk bersalin di luar RS. Kemudian ketika ibu mengalami masalah
atau komplikasi atau kegawatdaruratan, diberi pertolongan awal sesuai dengan
maslah yang timbul. Ibu dirujuk ke SPOGuntuk konsultasi atau kolaborasi dan
melakukan tindak lanjut (Derektorat Jendral Perawatan Medik Departemen
Kesehatan RI,2003).
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP


Sulistyawati, Ari. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan.
Jakarta:Salemba Medika
Saifuddin, Abdul Bahri. 2009. Pelayanan Maternal dan Neonatal.
Jakarta:YBP-SP
Indrayani. 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta:TIM
Magesari, Miratu,dkk. 2015. Panduan Belajar Asuhan Kebidanan I. Jakarta:

You might also like