Professional Documents
Culture Documents
Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr
ABSTRAK
Keberadaan pengangkutan laut dewasa ini berkembang secara luas dalam berbagai aspek
kehidupan, tidak terkecuali dalam hal pelaksanaan pengangkutan barang muatan. Hal tersebut
ditunjukkan dengan semakin berkembangnya pengangkutan laut sebagai tuntutan atas pesatnya
pergerakan faktor-faktor produksi maka semakin diperlukan sarana angkutan kapal yang
menghubungkan transportasi antar pulau dengan biaya yang relatif lebih murah dan mampu
mengangkut barang-barang dalam berat dan volume yang banyak sekaligus. Oleh karena itu untuk
memperlancar pengangkutan, maka diperlukan adanya pengangkut sebagai pihak yang
berkewajiban dalam melakukan pengangkutan laut. Dalam hal ini pihak pengangkut bertangggung
jawab terhadap keselamatan dan keamanan barang yang diangkutnya sesuai dengan jenis dan
jumlah yang dinyatakan dalam dokumen muatan dan/atau perjanjian atau kontrak pengangkutan
yang telah diatur sesuai dengan sumber hukum pengaturan pengangkutan Laut di Indonesia maupun
Internasional. Tanggung jawab ditimbulkan sebagai akibat pengoperasian kapal, berupa musnah,
hilang, atau rusaknya barang yang diangkut, keterlambatan angkutan penumpang dan/atau barang
yang diangkut. Oleh karena itu, dalam pertanggungjawaban pengangkut diperlukan suatu
perlindungan hukum bagi pengirim atau penerima barang untuk melindungi hak dan
kepentingannya, baiksecaralitigasimaupun non litigasi.
ABSTRACT
The presence of adult sea freight is growing widely in many aspects of life, not least in terms of the
implementation of the transport of cargo. This is shown by the growing demand for sea freight as
the rapid movement of factors of production, the more necessary means of transport vessels
connecting inter-island transportation costs are relatively cheap and able to haul stuff in a lot of
weight and volume as well as. In this case the carrier responsible for the safety and security of
goods that he brought the goods in accordance with the type and amount stated in the document
content and/or agreement or contract of carriage that has been organized according to legal sources
in Indonesia sea transport arrangements and internationally. Responsibility incurred as a result of
the operation of the ship, a destroyed, lost, or damaged goods transported, passenger transport
delays and/or goods transported. Therefore, the liability carrier required a legal protection for the
sender or recipient of goods to protect the rights and interests, both litigation and non-litigation.
Keyword :Responsibility, Transport, Legal Protection
1
DIPONEGORO LAW REVIEW, Volume 1, Nomor 4, Tahun 2012, Halaman 1-7
Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr
2
RidwanKhairandy,S.H., M.H.,MachsunTabroni, S.H.,
M.HUM., EryArifuddin,S.H.,M.H.,DjohariSantoso,
S.H.,S.U., PengantarHukumDagang Indonesia, Jilid 1,
1
Purwosutjipto, PengertianpokokHukumDagang Gama Media, Yogyakarta, 1999,halaman196
3
Indonesia 3, HukumPengangkutan, Djambatan, Jakarta, R.Soekardono, Hukum Perkapalan Indonesia, (Jakarta :
1991, halaman 2. Dian Rakyat,1969),halaman 12
DIPONEGORO LAW REVIEW, Volume 1, Nomor 4, Tahun 2012, Halaman 1-7
Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr
harus menyertainya, diantaranya yang sangat Jenis data yang digunakan dalam
penting adalah konosemen (bill of lading) penelitian ini adalah data sekunder, diperoleh
dalam pasal 506 KUHD. Sedangkan, siapa dari : KUHPerdata, KUHD (pasal 307 s/d pasal
yang berwenang mengeluarkan konosemen 747), The Hague Rules 1924, The Hamburg
terdapat dalam pasal 504 KUHD, yaitu si Rules 1978, UU No 17 Tahun 2008 tentang
pengangkut, disamping itu nahkoda juga Pelayaran, UU No. 21 Tahun 1992 tentang
berwenang mengeluarkan konosemen Pelayaran dan UU lain yang terkait, Peraturan
berdasarkan 505 KUHD. Pemerintah No.17 tahun 1988 tentang
Dengan semakin meningkatnya Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan
frekuensi pengangkutan di laut khususnya pada Laut.
pengangkutan barang dari dan keluar negeri Metode Penelitian
maka juga diatur dalam konvensi internasional,
Metode pendekatan yang dipergunakan
disamping KUHD dan peraturan pemerintah
dalam penelitian hukum ini adalah metode
dalam bidang pengangkutan laut. Oleh karena
analisis data secara kualitatif, dimana data–data
itu, semakin berkembangnya pengangkutan laut
yang diperoleh dari hasil penelitian
maka diperlukan upaya hukum untuk
dikelompokkan dan dipilih kemudian
melindungi kepentingan pihak-pihak yang
dihubungkan masalah yang akan diteliti
terlibat dalam pengangkutan laut melalui
menurut kualitas dan kebenarannya dan sesuai
pengembangan norma-norma atau kaidah
dengan peraturan-peraturan hukum sehingga
hukum secara tegas untuk mencerminkan
akan dapat menjawab permasalahan yang ada.
keseimbangan dalam berat ringannya tanggung
jawab dan hak yang timbul dari masing-masing
pihak.
Namun dalam hal ini, juga tidak menutup Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
kemungkinan penggantian ganti rugi dapat Konsumen.
berupa perbaikan terhadap barang-barang yang Berdasarkan hasil inventarisasi peraturan
mengalami kerusakan sehingga dapat dianggap perundang-undangan di bidang transportasi
bahwa pihak pengangkut telah melakukan laut, baik secara hukum publik maupun
pembayaran ganti rugi. keperdataan terdapat sumber-sumber formal
peraturan itu antara lain UU No. 8 tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen, UU No. 21
Tahun 1992 tentang Pelayaran, KUHPerdata,
KUHD, Konvensi, Konvensi Internasional, UU
Bentuk perlindungan hukum dalam lain yang terkait, beberapa peraturan
penyelesaian sengketa yang timbul akibat pemerintah, keputusan-keputusan menteri dan
dari pengangkutan tersebut. aturan-aturan pelaksana lainnya.
Oleh karena itu, para konsumen (pengirim
Terdapatnya sumber-sumber formal aturan
atau penerima barang) berhak mengklaim pihak
hukum yang bertujuan untuk melindungi
pengangkut melalui tuntutan ganti rugi seperti
konsumen di bidang transportasi laut
yang tercantum dalam pasal 472 KUHD.
menunjukkan adanya perlindungan hukun
Tuntutan ganti rugi (klaim) biasanya
secara normatif, artinya perlindungan hukum
diselesaikan di pelabuhan pembongkaran antara
yang didasarkan pada ada tidaknya norma-
pengikut dengan penerima barang. Hal-hal
norma hukum yang dapat dijadikan sebagai
yang perlu dilakukan oleh pemilik barang
dasar konsumen untuk melindungi hak-hak dan
dalam mengajukan tuntutan ganti rugi adalah
kepentingan-kepentingannya dalam
sebagai berikut :
mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang
1. Pengirim atau penerima barang
dihasilkan oleh pelaku usaha agar terciptanya
menyertakan Bill of Lading serta Resi
kepastian hukum bagi konsumen terutama
Mualim dari party muatan dalam
terhadap hak dan kepentingan konsumen yang
pengajuan tuntutan ganti rugi.
harus dilindungi sehingga konsumen akan
2. Setiap pengirim atau penerima barang
dengan mudah berlindung di balik norma-
berhak mendapat surat keterangan dari
norma atau aturan-aturan hukum tersebut
maskapai pelayaran atau pengangkut yang
sebagai sarana perlindungan bagi dirinya. Hal
disebut “Notice of Claim”. Biasanya
tersebut berdasarkan pada Pasal 1 butir 1 UU
maskapai pelayaran mengeluarkan surat-
DIPONEGORO LAW REVIEW, Volume 1, Nomor 4, Tahun 2012, Halaman 1-7
Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr
surat keterangan diantaranya : E.B (except jumlah uang ganti rugi yang ditentukan atas
bewijs) dan C.C.B (claim constatetering peraturan yang tercantum pada konosemen.
bewijs). Namun, apabila tidak adanya keterangan harga
3. Berdasarkan bukti-bukti diatas, maka barang di tempat tujuan, maka pengangkut akan
penerima barang berhak mengajukan surat mengganti kerugian atas dasar harga f.o.b,
tuntutan ganti rugi (klaim) pada harga C & F dan harga c.i.f.
pengangkut, yang berisikan antara lain : Setelah melakukan pengajuan klaim
keterangan mengenai pengiriman barang- kepada pengangkut, pengirim atau penerima
barang, penunjukan kepada TBT dan barang dapat melakukan pelaksanaan
penjelasan ringkas mengenai kekurangan penyelesaian penuntutan ganti ruginya atas
barang-barang yang dikonstantir jika pelanggaran yang dilakukan oleh pengangkut
pemeriksaan telah dilakukan maka melalui 2 (dua) cara yang sesuai dengan isi
diajukan kepada pengangkut, jumlah ganti dalam Pasal 45 ayat (2) UU Nomor 8 Tahun
rugi yang dituntut dan penjelasan 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, yaitu :
mengenai dasar perhitungan jumlah ganti
rugi tersebut yang tercantum dalam CCB.
Setelah pengirim mengajukan surat a) Non Litigasi
tuntutan rugi kepada pengangkut, maka Penyelesaian sengketa konsumen di
pengangkut memeriksa dan meneliti atas luar pengadilan melalui proses mediasi,
kekurangan/kerusakan barang. Selain itu, arbitrase atau konsiliasi yang bertujuan
pengangkut juga perlu meneliti surat tuntutan untuk mencapai kesepakatan mengenai
tersebut apakah tuntutan tersebut telah bentuk dan besarnya ganti rugi agar tidak
kadaluwarsa atau belum dalam waktu 1 tahun terjadinya kembali kerugian yang diderita
sesudah penyerahan barang. Sesuai dalam pasal oleh konsumen seperti diatur dalam Pasal
487 dan pasal III ayat 6 The Hague Rules 47 UU Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
menetapkan bahwa penagihan hak "tuntutan Perlindungan Konsumen.
hukum" atas penggantian kerugian harus b) Litigasi
dilakukan dalam 1 tahun sesudah penyerahan Penyelesaian sengketa konsumen
barang. setiap melalui lembaga yang bertugas
Apabila pengangkut telah terbukti bersalah menyelesaikan sengketa antara konsumen
dalam kerusakan/kerugian barang tersebut dan pelaku usaha atau melalui peradilan
maka pengangkut melakukan penggantian
DIPONEGORO LAW REVIEW, Volume 1, Nomor 4, Tahun 2012, Halaman 1-7
Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr
Purba, Radiks. 1997. Angkatan Muatan Laut 2. Khairandy, Ridwan dkk. 1999. Pengantar
Jakarta : Rineka Cipta Hukum Dagang Indonesia I Cet. Pertama.
Yogyakarta : Gama Media
Tjakranegara, Soegijatna. 1995. Hukum
Prof. R. Subekti, S.H. dan R. Tjitrosudibio.
Pengangkutan Barang Dan Penumpang.
2006. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
Jakarta : Rineka Cipta dan Undang-Undang Kepailitan Cet. 30.
Jakarta : PT Padnya Paramita.
Hutabarat, Roselyne. 1989. Transaksi Ekspor
Impor Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga
Eni Suharti. 2008. Undang-Undang Pelayaran
(UU RI No 17 tahun 2008 tentang Pelayaran).
Yogyakarta :SinarGrafika