Professional Documents
Culture Documents
Angina pectoris adalah suatu sindrom berupa serangan sakit yang khas yaitu seperti
ditekan atau merasa berat di dada yang sering kali menjalar ke lengan kiri. Hal ini bisa
timbul saat pasien melakukan aktivitas dan serangan hilang apabila aktivitas dihentikan.
Pemeriksaan fisik adalah salah satu tehnik pengumpul data untuk mengetahui
keadaan fisik dan keadaan kesehatan.
1. Pemeriksaan Inspeksi
Ciri yang di temukan pada penderita angina pectoris pada saat di lakukan inspeksi
adalah :
Mata
pupil : ( Dilatasi, Kontriksi, Simetris )
Kunjungtiva :
- Pucat : Tidak
- Sianosis: Tidak
- Petechia: Tidak
2. Mulut/Bibir
Membran Mukosa : Basah
Pernapasan Bibir : Ya
3. Vena Leher
Distensi/pembesaran : Ya
4. Hidung
Pernapasan cuping hidung : Tidak
6. Kulit
Sianosis perifer : Tidak
Sianosis Sentral : Tidak
Pucat : ya
2. Pemeriksaan Palpasi
Palpasi adalah suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan dengan perabaan dan
penekanan bagian tubuh dengan menggunakan jari atau tangan. Palpasi dapat digunakan
untuk mendeteksi suhu tubuh, adanya getaran, pergerakan, bentuk, kosistensi dan ukuran.
Rasa nyeri tekan dan kelainan dari jaringan/organ tubuh. Dengan kata lain bahwa palpasi
merupakan tindakan penegasan dari hasil inspeksi, disamping untuk menemukan yang tidak
terlihat.
Ciri yang di temukan pada penderita angina pectoris pada saat di lakukan palpasi
adalah :
Gerakan dada : Semitris
Fremitus Fokal : Lemah
Denyut jantung : Cepat
Massa abnormal : Tidak ada
Nadi perifer : Cepat
Suhu : Dingin
Taktil Fremetus : Padat
Pemeriksa harus mengenal berbagai tipe bunyi normal yang terdengar pada organ
yang berbeda, sehingga bunyi abnormal dapat di deteksi dengan sempurna. Untuk
mendeteksi bunyi diperlukan suatu alat yang disebut stetoskop yang berfungsi
menghantarkan, mengumpulkan dan memilih frekuensi suara. Stetoskop terdiri dari
beberapa bagian yaitu bagian kepala, selang karet/plastik dan telinga. Selang karet/plastik
stetoskop harus lentur dengan panjang 30-40 cm dan bagian telinga stetoskop yang
mempunyai sudut binaural dan bagiannya ujungnya mengikuti lekuk dari rongga telinga
Kepala stetoskop pada waktu digunakan menempel pada kulit pasien. Ada 2 jenis kepala
stetoskop yaitu :
1) Bel stetoskop digunakan untuk bunyi bernada rendah pada tekanan ringan, seperti pada
bunyi jantung dan vaskuler. Bila ditekankan lebih kuat maka nada frekuensi tinggi terdengar
lebih keras karena kulit menjadi teranggang, maka cara kerjanya seperti diafragma.
2) Diafragma digunakan untuk bunyi bernada tinggi seperti bunyi usus dan paru
4. Pemeriksaan Perkusi
Ciri yang di temukan pada penderita angina pectoris pada saat di lakukan perkusi
adalah :
Resonan : Tidak
Dullnes/flat : Tidak
Timpani : Tidak
Tujuan Khusus :
a. Inspeksi untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda tertentu
dari bagian tubuh atau fungsi tubuh pasien.inspeksi di gunakan untuk
mendeteksi bentuk,warna,posisi,ukuran,tumor,dan lainnya pada tubuh
pasien.
b. Palpasi untuk di gunakan untuk mendeteksi suhu tubuh ,adanya
getaran,pergerakan ,bentuk,konsistensi,dan ukuran.rasa nyeri tekan
dan kelainan dari jaringan / organ tubuh
c. Auskultasi untuk mendeteksi adanya kelainan dengan cara
membandingkan dengan bunyi normal.
PROSEDUR PELAKSANAAN
prosedur pemeriksaan fisik khususnya pada pemeriksaan jantung terdiri dari:
1.persiapan Perawat
Stetoskop
mesin atau alat EKG yang di lengkapi dengan 3 label
a. 1 kabel listrik (power)
b. 1 kabel untuk bumi (ground)
c. 1 kabel untuk klien
Alat Elektroda
a. elektroda ekstremitas
b. elektroda dada (6 buah)
Jeli Elektroda
Kertas EKG (siapkan pada alat)
Kasa atau kapas pembersih
sarung tangan
kabel elektroda
alkohol
3. Persiapan Pasien
PROSEDUR KERJA
1.bentuk prekordium
Pada umumnya kedua belah dada adalah simetris.Prekordium yang cekung dapat
terjadi akibat perikarditis menahun, fibrosis atau atelektasis paru, scoliosis atau
kifoskoliosis.Prekordium yang gembung dapat terjadi akibat dari pembesaran jantung, efusi
epikardium, efusi pleura, tumor paru, tumor mediastinum
Dalam keadaaan normal, dengan sikap duduk, tidur terlentang atau berdiri iktus
terlihat didalam ruangan interkostal V sisi kiri agak medial dari linea midclavicularis
sinistra
– Pada keadaan normal, iktus hanya merupakan tonjolan kecil, yang sifatnya
local. Pada pembesaran yang sangat pada bilik kiri, iktus akan meluas.Iktus
hanya terjadi selama systole.Oleh karena itu, untuk memeriksa iktus, kita
adakan juga palpasi pada a. carotis comunis untuk merasakan adanya
gelombang yang asalnya dari systole
Apabila di dada bagian atas terdapat denyutan maka harus curiga adanya kelainan
pada aorta
4.Denyutan vena
Vena yang tampak pada dada dan punggung tidak menunjukkan denyutan
Vena yang menunjukkan denyutan hanyalah vena jugularis interna dan eksterna
Hal yang dinilai adalah teraba tidaknya iktus, dan apabila teraba dinilai kuat angkat
atau tidak
Kadang-kadang kita tidak dapat melihat, tetapi dapat meraba iktus
Pada keadaan normal iktus cordis dapat teraba pada ruang interkostal kiri V, agak ke
medial (2 cm) dari linea midklavikularis kiri.
Adanya getaran seringkali menunjukkan adanya kelainan katub bawaan atau penyakit
jantung congenital.
– Getaran yang lemah akan lebih mudah dipalpasi apabila orang tersebut
melakukan pekerjaan fisik karena frekuensi jantung dan darah akan mengalir
lebih cepat.
Dengan terabanya getaran maka pada auskultasi nantinya akan terdengar bising jantung.
Pada pemeriksaan jantung, trachea harus juga diperhatikan karena anatomi trachea
berhubungan dengan arkus aorta
Pada aneurisma aorta denyutan aorta menjalar ke trachea dan denyutan ini dapat
teraba
BUNYI JANTUNG I
Daerah auskultasi untuk BJ I :
– Pada iktus : katub mitralis terdengar baik disini.
– Pada ruang interkostal IV – V kanan, pada tepi sternum : katub trikuspidalis
terdengar disini
– Pada ruang interkostal III kiri, pada tepi sternum : merupakan tempat yang
baik pula untuk mendengar katub mitral.
Intensitas BJ I akan bertambah pada apek pada:
– stenosis mitral
– interval PR (pada EKG) yang begitu pendek
– pada kontraksi ventrikel yang kuat dan aliran darah yang cepat misalnya pada
kerja fisik, emosi, anemia, demam dll.
BUNYI JANTUNG II
Intensitas BJ II aorta akan bertambah pada :
– hipertensi
– arterisklerosis aorta yang sangat.
Intensitas BJ II pulmonal bertambah pada :
– kenaikan desakan a. pulmonalis, misalnya pada : kelemahan bilik kiri, stenosis
mitralis, cor pulmonal kronik, kelainan cor congenital
BJ I dan II akan melemah pada :
– orang yang gemuk
– emfisema paru-paru
– perikarditis eksudatif
– penyakit-penyakit yang menyebabkan kelemahan otot jantung
BISING JANTUNG
(3) dan
(4) adalah bising yang sedemikian rupa sehingga mempunyai intensitas
diantara (2) dan (5).
(5) Bising yang sangat keras, tapi tak dapat didengar bila stetoskop tidak
diletakkan pada dinding dada.
(6) Bising yang dapat didengar walaupun tak menggunakan stetoskop.
• Perhatikan kualitas dari bising, apakah kasar, halus, bising gesek, bising
yang meniup, bising yang melagu
LOKASI AUSKULTASI
Pada pemeriksaan pembuluh darah perifer hal yang biasa dilakukan adalah palpasi
nadi.
Pada pemeriksaan yang rutin yang dilakukan adalah palpasi nadi dari a. radialis.
Prosedur kerja:
3. tempelkn kepala stetoskop pada ictus cordis dengarkan suara dasar jantung
4. Bila auskultasi dengan corong stestokop untuk daerah apek dan ruang interkosta 4 dan
5 kiri kearah sternum. Dengan membran untuk ruang interkosta 2 kiri kearah sternum
Disini agak sulit menentukan batas jantung karena letaknya agak jauh dari dinding
depan thorak
Normal :
1.PENGERTIAN
Angina pectoris adalah suatu sindrom berupa serangan sakit yang khas yaitu seperti
ditekan atau merasa berat di dada yang sering kali menjalar ke lengan kiri. Hal ini bisa
timbul saat pasien melakukan aktivitas dan serangan hilang apabila aktivitas dihentikan.
3.Faktor pencetus
Emosi, stress kerja fisik, latihan berat, hawa dingin, hawa panas, makan terlalu
kenyang.
4.Manifestasi klinik
Perasaan seperti diikat atau ditekan yang bermula dari tengah dada yang secara
bertahap menyebar ke rahang bawah, permukaan dalam, tangan kiri dan permukaan ulna jari
manis dan jari kelingking..
Secara garis besar, cirri khas tanda dan gejala yang terjadi angina pectoris dapat
dilihat dari letaknya (daerah yang terasa sakit), kualitas sakit, hubungan timbulnya sakit
dengan aktivitas, dan lamanya.
Sakit biasanya timbul di daerah sterna, sub sterna atau dada sebelah kiri dan
menjalar ke lengan kiri. Kualitas sakit yang timbul beragam, seperti ditekan benda berat,
dijepit atau merasa panas.
5. Komplikasi
6.Diagnosis
Dengan EKG didapatkan segmen ST lebih dari 1 mm pada waktu melakukan latihan
dan biasanya disertai sakit dada mirip seperti serangan angina.
ANATOMI JANTUNG
Jantung terletak dalam mediastinum di rongga dada, yaitu di antara kedua paru-
paru. Terdapat Perikardium, yang terdiri dari :
Jantung dibentuk oleh organ-organ muscular, apex dan basis cordis, atrium
kanan dan kiri serta ventrikel kanan dan kiri.Ukuran jantung panjang ± 12 cm, lebar
± 8-9 cm tebal ± 6 cm.Berat jantung ± 7-15 ons atau 200 sampai 425 gram
LETAK JANTUNG
BATAS-BATAS JANTUNG
• Cranial dextra
Tepi cranialis pars cartilaginis costa III dextra, 1 cm dari tepi lateral
sternum.
• Caudal dextra
Tepi cranialis pars cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari tepi lateral
sternum
• Cranial sinistra
Tepi caudal pars cartilaginis costa II sinistra di tepi lateral sternum
• Caudal sinistra
Ruang intercostalis V, ± 9 cm di kiri linea medioclavicularis.
Aliran darah melalui jantung berjalan dengan tenang,namun saat katup-katup jantung
menutup dengan tiba-tiba terdengar bunyi detak serupa dengan yang terdengar bila
tekanan tinggi aliran kran tiba-tiba di matikan.
1.Bunyi nada rendah (‘lub’) di sebabkan oleh penutupan tiba-tiba katup antrioventrikuler
saat ventrikel mulai berkontraksi pada systole awal.ini adalah bunyi jantung pertama.
2. Bunyi nada tinggi (‘dup’)di hasilkan oleh menutupnya katup-katup semilunaris saat
ventrikel relaksasi.bunyi ini di sebut bunyi jantung kedua.