You are on page 1of 20

 PENGERTIAN ANGINA PECTORIS

Angina pectoris adalah suatu sindrom berupa serangan sakit yang khas yaitu seperti
ditekan atau merasa berat di dada yang sering kali menjalar ke lengan kiri. Hal ini bisa
timbul saat pasien melakukan aktivitas dan serangan hilang apabila aktivitas dihentikan.

 Metode-metode yang di pakai dalam pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik adalah salah satu tehnik pengumpul data untuk mengetahui
keadaan fisik dan keadaan kesehatan.

 Jenis-jenis Pemeriksaan Fisik

1. Pemeriksaan Inspeksi

Inspeksi adalah suatu tindakan pemeriksa dengan menggunakan indera


penglihatannya untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda tertentu dari bagian
tubuh atau fungsi tubuh pasien. Inspeksi digunakan untuk mendeteksi bentuk, warna, posisi,
ukuran, tumor dan lainnya dari tubuh pasien.

Ciri yang di temukan pada penderita angina pectoris pada saat di lakukan inspeksi
adalah :
Mata
 pupil : ( Dilatasi, Kontriksi, Simetris )
 Kunjungtiva :
- Pucat : Tidak
- Sianosis: Tidak
- Petechia: Tidak

2. Mulut/Bibir
 Membran Mukosa : Basah
 Pernapasan Bibir : Ya

3. Vena Leher
 Distensi/pembesaran : Ya

4. Hidung
 Pernapasan cuping hidung : Tidak

Rosmini nasir Page 1


5. Dada
 Retraksi : Tidak
 Simetris : Ya

6. Kulit
 Sianosis perifer : Tidak
 Sianosis Sentral : Tidak
 Pucat : ya

7. Jari-jari dan Kuku


 Sianosis : ya
 Pucat : ya
 Clubbing : ya

2. Pemeriksaan Palpasi

Palpasi adalah suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan dengan perabaan dan
penekanan bagian tubuh dengan menggunakan jari atau tangan. Palpasi dapat digunakan
untuk mendeteksi suhu tubuh, adanya getaran, pergerakan, bentuk, kosistensi dan ukuran.
Rasa nyeri tekan dan kelainan dari jaringan/organ tubuh. Dengan kata lain bahwa palpasi
merupakan tindakan penegasan dari hasil inspeksi, disamping untuk menemukan yang tidak
terlihat.

Ciri yang di temukan pada penderita angina pectoris pada saat di lakukan palpasi
adalah :
 Gerakan dada : Semitris
 Fremitus Fokal : Lemah
 Denyut jantung : Cepat
 Massa abnormal : Tidak ada
 Nadi perifer : Cepat
 Suhu : Dingin
 Taktil Fremetus : Padat

Rosmini nasir Page 2


3. Pemeriksaan Auskultasi

Aukultasi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi yang


terbentuk di dalam organ tubuh. Hal ini dimaksudkan untuk mendeteksi adanya kelainan
dengan cara membandingkan dengan bunyi normal. Auskultasi yang dilakukan di dada untuk
mendengar suara napas dan bila dilakukan di abdomen mendengarkan suara bising usus.

 Penilaian pemeriksaan auskultasi meliputi :

1) Frekuensi yaitu menghitung jumlah getaran permenit.

2) Durasi yaitu lama bunyi yang terdengar.

3) Intensitas bunyi yaitu ukuran kuat/ lemahnya suara

4) Kualitas yaitu warna nada/ variasi suara.

Pemeriksa harus mengenal berbagai tipe bunyi normal yang terdengar pada organ
yang berbeda, sehingga bunyi abnormal dapat di deteksi dengan sempurna. Untuk
mendeteksi bunyi diperlukan suatu alat yang disebut stetoskop yang berfungsi
menghantarkan, mengumpulkan dan memilih frekuensi suara. Stetoskop terdiri dari
beberapa bagian yaitu bagian kepala, selang karet/plastik dan telinga. Selang karet/plastik
stetoskop harus lentur dengan panjang 30-40 cm dan bagian telinga stetoskop yang
mempunyai sudut binaural dan bagiannya ujungnya mengikuti lekuk dari rongga telinga
Kepala stetoskop pada waktu digunakan menempel pada kulit pasien. Ada 2 jenis kepala
stetoskop yaitu :

1) Bel stetoskop digunakan untuk bunyi bernada rendah pada tekanan ringan, seperti pada
bunyi jantung dan vaskuler. Bila ditekankan lebih kuat maka nada frekuensi tinggi terdengar
lebih keras karena kulit menjadi teranggang, maka cara kerjanya seperti diafragma.

2) Diafragma digunakan untuk bunyi bernada tinggi seperti bunyi usus dan paru

Rosmini nasir Page 3


Ciri yang di temukan pada penderita angina pectoris pada saat di lakukan
auskultasi adalah :
 Bunyi nafas : Normal
 Bunyi nafas tambahan : Tidak ada
 Bunyi jantung : Bunyi jantung I & II terdengar lemah
 Bunyi Jantungan Tambahan : Tidak

4. Pemeriksaan Perkusi

Perkusi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi getaran/


gelombang suara yang dihantarkan kepermukaan tubuh dari bagian tubuh yang diperiksa.
Pemeriksaan dilakukan dengan ketokan jari atau tangan pada permukaan tubuh. Perjalanan
getaran/ gelombang suara tergantung oleh kepadatan media yang dilalui. Derajat bunyi
disebut dengan resonansi. Karakter bunyi yang dihasilkan dapat menentukan lokasi, ukuran,
bentuk, dan kepadatan struktur di bawah kulit. Sifat gelombang suara yaitu semakin banyak
jaringan, semakin lemah hantarannya dan udara/ gas paling resonan

Ciri yang di temukan pada penderita angina pectoris pada saat di lakukan perkusi
adalah :

 Resonan : Tidak
 Dullnes/flat : Tidak
 Timpani : Tidak

Rosmini nasir Page 4


 TUJUAN PEMERIKSAAN FISIK

 Tujuan Umum : Untuk menentukan adanya gangguan atau perubahan pada


organ tubuh seperti contohnya pada jantung.

 Tujuan Khusus :
a. Inspeksi untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda tertentu
dari bagian tubuh atau fungsi tubuh pasien.inspeksi di gunakan untuk
mendeteksi bentuk,warna,posisi,ukuran,tumor,dan lainnya pada tubuh
pasien.
b. Palpasi untuk di gunakan untuk mendeteksi suhu tubuh ,adanya
getaran,pergerakan ,bentuk,konsistensi,dan ukuran.rasa nyeri tekan
dan kelainan dari jaringan / organ tubuh
c. Auskultasi untuk mendeteksi adanya kelainan dengan cara
membandingkan dengan bunyi normal.

 PROSEDUR PELAKSANAAN
prosedur pemeriksaan fisik khususnya pada pemeriksaan jantung terdiri dari:

1.persiapan Perawat

Sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada klien perawat harus:

- perawat harus melakukan persiapan dengan membaca status klien.


- Perawat diharapkan tidak mempunyai prasangka buruk kepada klien, karena
akan mengganggu dalam membina hubungan saling percaya dengan klien.
- Jika klien belum bersedia untuk berkomunikasi, perawat tidak boleh memaksa
atau memberi kesempatan kepada klien kapan mereka sanggup

Rosmini nasir Page 5


2.Persiapan alat

 Stetoskop
 mesin atau alat EKG yang di lengkapi dengan 3 label
a. 1 kabel listrik (power)
b. 1 kabel untuk bumi (ground)
c. 1 kabel untuk klien
 Alat Elektroda
a. elektroda ekstremitas
b. elektroda dada (6 buah)
 Jeli Elektroda
 Kertas EKG (siapkan pada alat)
 Kasa atau kapas pembersih
 sarung tangan
 kabel elektroda
 alkohol

3. Persiapan Pasien

 berikan penjelasan kepada pasien


 anjurkan pasien untuk rileks,berbaring,dan bernapas normal
 anjurkan pasien untuk tidak berbicara atau bergerak selama pemeriksaan
EKG
 Lepaskan alat-alat yang dapat mengganggu dalam perekaman EKG seperti
benda-benda yang mengandung logam(gigi palsu.,ikat
pinggang,perhiasan,cincin,dan kalung)
 anjurkan klien untuk berbaring di tengah tempat tidur dengan kedua tangan
di sisi tubuh
 jika klien tidak dapat berbaring dengan posisi datar,bantu dengan posisi semi
fowler
 jaga privacy pasien,buka lengan,kaki dan dada klien.

Rosmini nasir Page 6


4 .Persiapan Ruangan

Untuk persiapan Ruangan sendiri,kita harus membersihkan lingkungan di sekitar


itu.usahakan lingkungan tersebut bersih,rapi dan nyaman .dan alangkah baiknya di pasang
tirai/sampiran.ini di maksudkan untuk menjaga privacy klien.

 PROSEDUR KERJA

 Cara Inspeksi Jantung

 Tanda-tanda yang diamati :


– (1) bentuk prekordium
– (2) Denyut pada apeks jantung
– (3) Denyut nadi pada dada
– (4) Denyut vena

1.bentuk prekordium

Pada umumnya kedua belah dada adalah simetris.Prekordium yang cekung dapat
terjadi akibat perikarditis menahun, fibrosis atau atelektasis paru, scoliosis atau
kifoskoliosis.Prekordium yang gembung dapat terjadi akibat dari pembesaran jantung, efusi
epikardium, efusi pleura, tumor paru, tumor mediastinum

2.denyut pada apeks jantung

 Dalam keadaaan normal, dengan sikap duduk, tidur terlentang atau berdiri iktus
terlihat didalam ruangan interkostal V sisi kiri agak medial dari linea midclavicularis
sinistra

 Pada anak-anak iktus tampak pada ruang interkostal IV

Rosmini nasir Page 7


 Sifat iktus :

– Pada keadaan normal, iktus hanya merupakan tonjolan kecil, yang sifatnya
local. Pada pembesaran yang sangat pada bilik kiri, iktus akan meluas.Iktus
hanya terjadi selama systole.Oleh karena itu, untuk memeriksa iktus, kita
adakan juga palpasi pada a. carotis comunis untuk merasakan adanya
gelombang yang asalnya dari systole

3.denyutan nadi pada dada

 Apabila di dada bagian atas terdapat denyutan maka harus curiga adanya kelainan
pada aorta

 Aneurisma aorta ascenden dapat menimbulkan denyutan di ruang interkostal II


kanan, sedangkan denyutan dada di daerah ruang interkostal II kiri menunjukkan
adanya dilatasi a. pulmonalis dan aneurisma aorta descenden

4.Denyutan vena

 Vena yang tampak pada dada dan punggung tidak menunjukkan denyutan

 Vena yang menunjukkan denyutan hanyalah vena jugularis interna dan eksterna

Rosmini nasir Page 8


 Cara Palpasi Jantung

Urutan palpasi dalam rangka pemeriksaan jantung adalah sebagai berikut:


o Pemeriksaan iktus cordis
o Pemeriksaan getaran / thrill
o Pemeriksaan gerakan trachea

1.pemeriksaan iktus cordis

 Hal yang dinilai adalah teraba tidaknya iktus, dan apabila teraba dinilai kuat angkat
atau tidak
 Kadang-kadang kita tidak dapat melihat, tetapi dapat meraba iktus
 Pada keadaan normal iktus cordis dapat teraba pada ruang interkostal kiri V, agak ke
medial (2 cm) dari linea midklavikularis kiri.

2.pemeriksaan getaran/ thrill

 Adanya getaran seringkali menunjukkan adanya kelainan katub bawaan atau penyakit
jantung congenital.

 Disini harus diperhatikan :

– Lokalisasi dari getaran

– Terjadinya getaran : saat systole atau diastole

– Getaran yang lemah akan lebih mudah dipalpasi apabila orang tersebut
melakukan pekerjaan fisik karena frekuensi jantung dan darah akan mengalir
lebih cepat.

Dengan terabanya getaran maka pada auskultasi nantinya akan terdengar bising jantung.

3.pemeriksaan getaran trachea

 Pada pemeriksaan jantung, trachea harus juga diperhatikan karena anatomi trachea
berhubungan dengan arkus aorta

 Pada aneurisma aorta denyutan aorta menjalar ke trachea dan denyutan ini dapat
teraba

Rosmini nasir Page 9


 Cara Auskultasi Jantung

Auskultasi jantung menggunakan alat stetoskop duplek, yang memiliki


dua corong yang dapat dipakai bergantian.
Corong pertama berbentuk kerucut (bell)yang sangat baik untuk
mendengarkan suara dengan frekuensi tinggi (apeks)
Corong yang kedua berbentuk lingkaran (diafragma) yang sangat baik untuk
mendengarkan bunyi dengan nada rendah .

Pada auskultasi akan diperhatikan 2 hal, yaitu:


1. Bunyi jantung : Bunyi jantung I dan II
BJ I : Terjadi karena getaran menutupnya katup atrioventrikularis,
yang terjadi pada saat kontraksi isometris dari bilik pada permulaan
systole
BJ II : Terjadi akibat proyeksi getaran menutupnya katup aorta
dan a. pulmonalis pada dinding toraks. Ini terjadi kira-kira pada
permulaan diastole.
BJ II normal selalu lebih lemah daripada BJ I
2. Bising jantung / cardiac murmur

BUNYI JANTUNG I
 Daerah auskultasi untuk BJ I :
– Pada iktus : katub mitralis terdengar baik disini.
– Pada ruang interkostal IV – V kanan, pada tepi sternum : katub trikuspidalis
terdengar disini
– Pada ruang interkostal III kiri, pada tepi sternum : merupakan tempat yang
baik pula untuk mendengar katub mitral.
 Intensitas BJ I akan bertambah pada apek pada:
– stenosis mitral
– interval PR (pada EKG) yang begitu pendek
– pada kontraksi ventrikel yang kuat dan aliran darah yang cepat misalnya pada
kerja fisik, emosi, anemia, demam dll.

Rosmini nasir Page 10


 Intensitas BJ I melemah pada apeks pada :
– shock hebat
– interval PR yang memanjang
– decompensasi hebat.

BUNYI JANTUNG II
 Intensitas BJ II aorta akan bertambah pada :
– hipertensi
– arterisklerosis aorta yang sangat.
 Intensitas BJ II pulmonal bertambah pada :
– kenaikan desakan a. pulmonalis, misalnya pada : kelemahan bilik kiri, stenosis
mitralis, cor pulmonal kronik, kelainan cor congenital
 BJ I dan II akan melemah pada :
– orang yang gemuk
– emfisema paru-paru
– perikarditis eksudatif
– penyakit-penyakit yang menyebabkan kelemahan otot jantung

BISING JANTUNG

• Apakah bising terdapat antara BJ I dan BJ II (=bising systole), ataukah


bising terdapat antara BJ II dan BJ I (=bising diastole). Cara termudah
untuk menentukan bising systole atau diastole ialah dengan membandingkan
terdengarnya bising dengan saat terabanya iktus atau pulsasi a. carotis, maka
bising itu adalah bising systole.
• Tentukan lokasi bising yang terkeras.
• Tentukan arah dan sampai mana bising itu dijalarkan. Bising itu dijalarkan
ke semua arah tetapi tulang merupakan penjalar bising yang baik, dan bising
yang keras akan dijalarkan lebih dulu.
• Perhatikan derajat intensitas bising tersebut, Ada 6 derajat bising
:(1)Bising yang paling lemah yang dapat didengar.Bising ini hanya dapat
didengar dalam waktu agak lama untuk menyakinkan apakah besar-benar
merupakan suara bising.

Rosmini nasir Page 11


(2) Bising lemah , yang dapat kita dengar dengan segera.

(3) dan
(4) adalah bising yang sedemikian rupa sehingga mempunyai intensitas
diantara (2) dan (5).
(5) Bising yang sangat keras, tapi tak dapat didengar bila stetoskop tidak
diletakkan pada dinding dada.
(6) Bising yang dapat didengar walaupun tak menggunakan stetoskop.

• Perhatikan kualitas dari bising, apakah kasar, halus, bising gesek, bising
yang meniup, bising yang melagu

LOKASI AUSKULTASI

Rosmini nasir Page 12


PEMERIKSAAN PEMBULUH DARAH PERIFER

 Pada pemeriksaan pembuluh darah perifer hal yang biasa dilakukan adalah palpasi
nadi.
 Pada pemeriksaan yang rutin yang dilakukan adalah palpasi nadi dari a. radialis.

PEMERIKSAAN PEMBULUH DARAH PERIFER


 Pada palpasi nadi harus diperhatikan hal-hal di bawah ini :
– Frekuensi nadi
– Tegangan nadi
– Irama nadi
– Macam denyut nadi
– Isi nadi
– Bandingkan nadi a. radialis ka & ki
– Keadaan dinding arteri

Prosedur kerja:

1. Posisi pasien berbaring dengan sudut 30 derajat

2. Mintalah pasien relak dan bernapas biasa

3. tempelkn kepala stetoskop pada ictus cordis dengarkan suara dasar jantung

4. Bila auskultasi dengan corong stestokop untuk daerah apek dan ruang interkosta 4 dan
5 kiri kearah sternum. Dengan membran untuk ruang interkosta 2 kiri kearah sternum

5. Perhatikan irama dan frekuensi suara jantung

6. Bedakan irama systole, diastole dan intensitasnya

7. Perhatikan suara tambahan yang mungkin timbul

8. Gabungkan auskultasi dengan kualitas pulsus (denyut nadi)

Tentukan daerah penjalaran bising dan titik maksimumnya

Rosmini nasir Page 13


 Cara Perkusi Jantung
Kita melakukan perkusi untuk menetapkan batas-batas jantung
o Batas kiri jantung
o Batas kanan jantung
Perkusi jantung mempunyai arti pada dua macam penyakit jantung
yaitu efusi pericardium dan aneurisma aorta.

1.batas kiri jantung

• Kita melakukan perkusi dari arah lateral ke medial.


• Perubahan antara bunyi sonor dari paru-paru ke redup relatif kita tetapkan sebagai
batas jantung kiri
• Normal

Atas : SIC II kiri di linea parastrenalis kiri (pinggang jantung)

Bawah: SIC V kiri agak ke medial linea midklavikularis kiri ( t4 iktus)

2.batas kanan jantung

 Perkusi juga dilakukan dari arah lateral ke medial.

 Disini agak sulit menentukan batas jantung karena letaknya agak jauh dari dinding
depan thorak

 Normal :

– Batas bawah kanan jantung adalah di sekitar ruang interkostal III-IV


kanan,di linea parasternalis kanan

– Sedangkan batas atasnya di ruang interkostal II kanan linea parasternalis


kanan

Rosmini nasir Page 14


II.LANDASAN TEORI

1.PENGERTIAN

Angina pectoris adalah suatu sindrom berupa serangan sakit yang khas yaitu seperti
ditekan atau merasa berat di dada yang sering kali menjalar ke lengan kiri. Hal ini bisa
timbul saat pasien melakukan aktivitas dan serangan hilang apabila aktivitas dihentikan.

Angina pectoris biasanya berkaitan dengan penyakit jantung koroner atau


arterisklerosis. Tapi dalam beberapa kasus dapat merupakan kelanjutan dari skenosis aorta
berat, insufisiensi atau hipertropi kardiomiopati tanpa atau disertai obstruksi aortitis
sifilitika, peningkatan kebutuhan metabolic (seperti hipertirioinisme atau pasca pengobatan
tiroid) anemia yang jelas, thakikardi proksimal dengan frekuensi ventirkular cepat, emboli,
atau spasme koroner.

1. Macam-macam Angina Pectoris


 Angina Pectoris Stabil (Angina klasik)
Terjadi sewaktu arteri koroner yang arterisklerosis tidak dapat berdilatasi
unutuk meningkatkan alirannya sewaktu terjadi peningkatan kebutuhan akan
oksigen..
 Angina Pectoris Tidak Stabil
Kombinasi angina pectoris klasik dan angina varian dan dijumpai pada individu
dengan pemburukan penyakit arteri koroner. Angina ini biasanya menyertai
peningkatan bahan kerja jantung. Hal ini nampaknya terjadi akibat
arterosklerosis koroner yang ditandai dengan oleh thrombus yang tumbuh
dan mudah mengalami spasme.
 Angini Variant
Terjadi tanpa peningkatan jelas beban kerja jantung dan pada kenyataanya
sering timbul sewaktu beristirahat/ tidur. Pada angina prinzmetal terjadi
spasme suatu arteri koroner yang menimbulkan iskemia jantung di bagian
hilir, kadang-kadang tempat spasme berkaitan dengan arterisklerosis, adalah
mungkin bahwa walaupun tidak tampak jelas lesi pada arteri, dapat terjadi
kerusakan lapisan endotel yang sementara. Hal ini menyebabkan peptide-

Rosmini nasir Page 15


peptida vaso aktif memiliki akses langsung ke lapisan otot polos yang
menyebabkan berkontraksi.

2.PENYEBAB DAN PATOFISILOGI

Terjadi karena aliran darah ke arteri coronaria karena arterisklerosis,


terkadi ketidakseimbangan antara O2 ke miokard dan kebutuhan O2.

3.Faktor pencetus

Emosi, stress kerja fisik, latihan berat, hawa dingin, hawa panas, makan terlalu
kenyang.

4.Manifestasi klinik

Perasaan seperti diikat atau ditekan yang bermula dari tengah dada yang secara
bertahap menyebar ke rahang bawah, permukaan dalam, tangan kiri dan permukaan ulna jari
manis dan jari kelingking..

Secara garis besar, cirri khas tanda dan gejala yang terjadi angina pectoris dapat
dilihat dari letaknya (daerah yang terasa sakit), kualitas sakit, hubungan timbulnya sakit
dengan aktivitas, dan lamanya.

Sakit biasanya timbul di daerah sterna, sub sterna atau dada sebelah kiri dan
menjalar ke lengan kiri. Kualitas sakit yang timbul beragam, seperti ditekan benda berat,
dijepit atau merasa panas.

5. Komplikasi

Unstable angina, infark miokard, aritmia dan sudder death

6.Diagnosis

Dengan EKG didapatkan segmen ST lebih dari 1 mm pada waktu melakukan latihan
dan biasanya disertai sakit dada mirip seperti serangan angina.

Rosmini nasir Page 16


7.Penatalaksanaan

 Pengobatan terhadap serangan akut nitrogloserin sublingual


 Pencagahan seranagn lanjutan
- Long-Acting Nitrac : ISDN 3 x 10 – 40 mg oral
- Metabloker : Propanol, metoprol, nadolol, atenolol
- Kalsium angtegonis : Verapamil, Diltiasem, Nifedipin
 Tindakan infasife ; Percataneus Transkumital Coronaria Angioblasty
(PTCA)
 Aktivitas disesuaikan

 ANATOMI JANTUNG

Jantung terletak dalam mediastinum di rongga dada, yaitu di antara kedua paru-
paru. Terdapat Perikardium, yang terdiri dari :

a. Lapisan dalam / Perikardium Viceralis. Melekat pada permukaan jantung.


b. Lapisan luar / Perikardium Parietalis. Melekat pada tulang dada di sebelah depan
dan kolumna vertebralis di sebelah belakang, sedangkan ke bawah pada diafraagma.
Kedua lapisan pericardium ini dipisahkan oleh sedikit cairan pelumas, yang berfungsi
mengurangi gesekan pada gerakan memompa dari jantung itu sendiri.
Jantung sendiri mempunyai tiga lapisan, yang terdiri dari :

a. Lapisan terluar / Epikardium


b. Lapisan tengah / lapisan otot / miokardium
c. Lapisan terdalam / lapisan endotel / endokardium

Jantung dibentuk oleh organ-organ muscular, apex dan basis cordis, atrium
kanan dan kiri serta ventrikel kanan dan kiri.Ukuran jantung panjang ± 12 cm, lebar
± 8-9 cm tebal ± 6 cm.Berat jantung ± 7-15 ons atau 200 sampai 425 gram

Rosmini nasir Page 17


GAMBAR JANTUNG

 LETAK JANTUNG

• Posisi jantung berada agak sebelah kiri dari tulang dada.

Rosmini nasir Page 18


• Dalam rongga dada dilindungi oleh rangka dada yaitu tulang dada, tulang iga dan
tulang belakang.

 BATAS-BATAS JANTUNG

• Cranial dextra
Tepi cranialis pars cartilaginis costa III dextra, 1 cm dari tepi lateral
sternum.
• Caudal dextra
Tepi cranialis pars cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari tepi lateral
sternum
• Cranial sinistra
Tepi caudal pars cartilaginis costa II sinistra di tepi lateral sternum
• Caudal sinistra
Ruang intercostalis V, ± 9 cm di kiri linea medioclavicularis.

 GAMBAR BATAS JANTUNG

Rosmini nasir Page 19


 BUNYI JANTUNG

Aliran darah melalui jantung berjalan dengan tenang,namun saat katup-katup jantung
menutup dengan tiba-tiba terdengar bunyi detak serupa dengan yang terdengar bila
tekanan tinggi aliran kran tiba-tiba di matikan.

Perbedaan bunyi-bunyi ini dapat di dengar selama setiap siklus jantung .

1.Bunyi nada rendah (‘lub’) di sebabkan oleh penutupan tiba-tiba katup antrioventrikuler
saat ventrikel mulai berkontraksi pada systole awal.ini adalah bunyi jantung pertama.

2. Bunyi nada tinggi (‘dup’)di hasilkan oleh menutupnya katup-katup semilunaris saat
ventrikel relaksasi.bunyi ini di sebut bunyi jantung kedua.

Rosmini nasir Page 20

You might also like