Professional Documents
Culture Documents
Bila kita melakukan refleksi histories, masa keemasan Islam bertitik zenith
pada periode Dinasti Umayyah dan Abbasiyah, setelah keruntuhan Baghdad pada
tahun 1258 M. Maka secara politis menandakan tenggelamnya masa kejayaan
tersebut. Demikian hingga menjelang abad ke-16 M, yang merupakan masa yang
teramat krusial bagi sejarah peradaban Islam. Dunia Islam mulai bangkit kembali
dengan ditandai oleh munculnya 3 kerajaan besar, yaitu Kerajaan Usmani di Turki,
Kerajaan Syafawi di Persia dan Kerajaan Mughal di India. Harun Nasution
mengidentifikasi periode ini sebagai keemasan Islam jilid II.1
Sebagai masa keemasan Islam jilid II tentu akan menarik untuk dikaji lebih
lanjut mengenai sejarah perkembangan dan kemajuan peradaban lslam masa ini
terlebih lagi apabila dikomparasikan dengan masa keemasan Islam (Umayyah dan
Abbasiyah). Melihat fenomena di atas, diperlukan adanya upaya untuk menemukan
kembali semangat (girah) kemajuan peradaban lslam. Hal ini merupakan salah satu
upaya untuk mengangkat kembali sejarah perkembangan Islam sehingga kembali
mampu survive di tengah masyarakat. Sebagai langkah awal untuk menemukan
kembali semangat ini, tampaknya dapat dilakukan dengan mencoba melihat -
kilasan historical Islam- perjalanan di berbagai aspeknya dari masa awal hingga
sekarang.
Dengan latar belakang tersebut tulisan ini mencoba untuk menelisik data-
data sejarah yang tersedia mengenai sejarah Islam, khususnya kilasan pada kerajaan
Turki Usmani sembari melakukan analisis terhadap aspek-aspek yang memberikan
pengaruh terhadap dinamika dan sejarah perkembangan lslam pada kerajaan Turki
Usmani. Masalah yang dibahas dalam tulisan ini adalah asal-usul terbentuknya
kerajaan Turki Usmani, keadaan politik, sosial, ekonomi, budaya serta ilmu
pengetahuan dan teknologi pada masa Turki Usmani, serta Turki Usmani dan
peranannya dalam peradaban Islam.
1
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, jilid I (Cet. V; Jakarta: UI-Press,
1985), hlm. 56-89.
1
PEMBAHASAN
2
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008), hlm.248.
2
Kekuatan militer Jannisary berhasil mengubah Negara Usmani yang
baru lahir ini menjadi mesin perang yang paling kuat dan memberikan dorongan
yang besar sekali bagi penaklukan negeri-negeri non Muslim. Pada masa Orkhan
inilah dimulai usaha perluasan wilayah yang lebih agresif dibanding pada masa
Usman. Dengan mengandalkan Jannisary, Orkhan dapat menaklukan Azmir
(Smirna) tahun 1327 M, Thawasyanly (1330 M), Uskandar (1338 M), Ankara
(1354 M) dan Gallipoli (1356 M). Daerah-daerah ini merupakan bagian benua
Eropa yang pertama kali diduduki oleh kerajaan Usmani.
Ekspansi yang lebih besar lagi terjadi pada masa ini meliputi daerah
Balkan, Andrinopel, Mesodonia, Sofia (Bulgaria), dan seluruh wilayah Yunani.
Andrinopel kemudian dijadikan sebagai ibu kota kerajaan yang baru. Setelah
Murad I tewas dalam pertempuran melawan pasukan Kristen, ekspansi
berikutnya dilanjutkan oleh putranya Bayazid I. Pada tahun 1391 M, pasukan
Bayazid I dapat merebut benteng Philladelpia dan Gramania atau Kirman (Iran).
Dengan demikian kerajaan Usmani secara bertahap menjadi suatu kerajaan
besar.3 Suatu hal yang sangat disayangkan bahwa Bayazid I tewas dalam
pertempuran melawan Timur Lenk. Tewasnya bayazid I dan sebagian besar
wilayah Usmani jatuh ketangan Timur Lenk.
Pada tahun 1389 M, Sultan Bayazid naik tahta (1389-1403 M),
Perluasan berlanjut dan dapat menguasai Salosia, Morea , Serbia, Bulgaria, dan
Rumania juga pada tahun 1394 M, dan memperoleh kemenangan dalam perang
salib di Nicapolas. Setelah Sultan Bayazid meninggal, terjadi perebutan
kekuasaan di antara putra-putranya (Muhammad, Isa dan Sulaiman) namun di
antara mereka Sultan Muhammad I lah yang naik tahta (1403-1421 M), di masa
pemerintahannya ia berhasil menyatukan kembali kekuatan dan
daerahnya dari bangsa Mongol, terlebih setelah Timur Lenk meninggal pada
tahun 1405 M.
Pada tahun 1421 M, Sultan Muhammad meninggal dan di teruskan oleh
anaknya, Sultan Murrad II (1421-1484 M) hingga mencapai banyak kemajuan
3
Badri Yatim, Sejarah Kebudayaan Islam, (Cet. III; Jakarta: Rajawali Press, 1993), hlm. 141.
3
pada masa Sultan Muhammad II atau Muhammad Al Fatih (1451-1484 M) putra
Murrad II. Pada masa Muhammad II, Tahun 1453 M ia dapat mengalahkan
Bizantium dan menaklukan Konstantinopel. Setelah Beliau meninggal di
gantikan oleh putranya Sultan Bayazid II.
Dari semenanjung Balkan daulah Usmaniyah melebarkan sayapnya
kesebelah Timur sehingga dalam waktu singkat seluruh Persia dan Irak yang
dikuasai daulah Safawiyah yang beraliran Syi’ah dapat direbut. Selanjutnya
menguasai Syam dan Mesir sehingga pada tahun 1516 M/923H dinasti
Usmaniyah memegang kendali Dunia Islam dengan pusat pemerintahanya di
Istambul.
Berbeda dengan Ayahnya, Sultan Bayazid II (1481-1512 M) lebih
mementingkan kehidupan Tasawuf dari pada penaklukan wilayah, sebab itu
muncul kontroversial akhirnya ia mengundurkan diri dan digantikan putranya
Sultan Salim I. Pada masa Sultan Salim I (1521-1520 M) terjadi perubahan peta
arah perluasan, memfokuskan pergerakan ke arah timur dengan menaklukan
Persia, Syiria hingga menembus Mesir di Afrika Utara yang sebelumnya di
kuasai Mamluk.
Setelah Sultan Salim I meninggal, muncul putranya Sultan Sulaiman I
(1520-1566 M) sebagai Sultan yang mengantarkan Kerajaan Turki Usmani pada
masa keemasannya, karena telah berhasil menguasai daratan Eropa hingga
Austria , Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria dan Rumania, Afrika
Utara hingga Mesir, Aljazair, Libia, Dan Tunis. Asia hingga Persia, Amenia,
Siria. Meliputi lautan Hindia, Laut Arabia, Laut Tengah, Laut Hitam, juga
daerah-daerah di sekitar kerajaan seperti Irak, Belgrado, Pulau Rodes, Tunis,
Budapest dan Yaman.4
Setelah Sultan Sulaiman I meninggal, terjadilah perebutan kekuasaan
antara putera-puteranya yang menyebabkan Kerajaan Turki Usmani Mundur.
Akan tetapi meskipun terus mengalami kemunduran, kerajaan ini untuk masa
4
Tharmizi,https://abiir.wordpress.com/2017/04/17/perkembangan-peradaban-islam-pada-
masa-daulah-turki-ustmani-1300-m-1924-m-dari-segi-perpolitikan-dan-keruntuhan-daulah/.
diakses pada hari: Rabu, 03-05-2017.
4
beberapa abad masih dipandang sebagai negara yang kuat, terutama dalam
bidang militer. Kerajaan ini masih bertahan lima abad lagi setelah itu.
5
Badri, Sejarah Kebudayaan…, hlm. 135-136.
6
Djahdam, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Cet. I; Yogyakarta: Kota Kembang, 1989), hlm.
324-325.
5
dengan Bizantium. Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya dan
memilih kota Syukud sebagai ibu kota.7
Ertoghrul meninggal dunia tahun 1289 M. kepemimpinan
dilanjutkan oleh puteranya, Usman. Putera Ertoghrul inilah yang dianggap
sebagai pendiri kerajaan Usmani.8 Usman memerintah antara tahun 1290 M
dan 1326 M. Sebagaimana ayahnya, ia banyak berjasa kepada Sultan
Alauddin II dengan keberhasilannya menduduki benteng-benteng
Bizantium yang berdekatan dengan kota Broessa. Pada tahun 1300 M,
bangsa Mongol menyerang kerajaan Seljuk dan Sultan Alauddin terbunuh.
Kerajaan Seljuk Rum ini kemudian terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan
kecil. Usman pun memproklamirkan secara de facto dan de jure
kemerdekaan wilayahnya dengan nama al-Sulthanah al-Usmaniyah.9
Kerajaan ini tergolong memiliki masa penguasaan yang relatif panjang,
yaitu sampai abad ke-20 tepatnya tahun 1924, selama lebih kurang 625
tahun.10
Secara berurutan imperium Turki Usmani diperintah oleh seorang
sultan dengan 37 penguasa, mereka adalah:
1. Usman I (1299-1326);
2. Orkhan (1326-1359);
3. Murad I (1359-1389);
4. Bayazid I (1389-1402);
5. Muhammad I (1403-1421);
6. Murad II (1421-1451);
7. Muhammad II Fatih (1451-1481);
8. Bayazid II (1481-1512);
9. Salim I (1512-1520);
10. Sulaiman I Qanuni (1520- 1566);
7
Ahmad Syalabi, Mausu’ah al-Tarikh al-Islami wa al-Hadlarah al-Islamiyyah (Cet. III; Kairo:
Maktabah Nahdlah al-Misriyyah, 1977), hlm. 660.
8
Ahmad Syalabi, Mausu’ah al-Tarikh…, hlm. 662.
9
Ibid.,
10
Syafiq A. Mughi, Sejarah Kebudayaan Islam di Turki, (Cet. II; Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1999), hlm.54-66.
6
11. Salim II (1566-1573);
12. Murad III (1573-1596);
13. Muhammad III (1596- 1603);
14. Ahmad I (1603-1617);
15. Mustafa I (1617-1618);
16. Usman II (1618-1622);
17. Mustafa I (1622-1623);
18. Murad IV (1623-1640);
19. Ibrahim I (1640-1648);
20. Muhammad IV (1648-1687);
21. Sulaiman III (1687-1691);
22. Ahmad II (1691- 1695);
23. Mustafa II (1695-1703);
24. Ahmad III (1703-1730);
25. Mahmud I (1730-1754);
26. Usman III (1754-1757);
27. Mustafa III (1757-1774);
28. Abdul Hamid I (1774-1788);
29. Salim III (1789-1807);
30. Mustafa IV (1807-1808);
31. Mahmud II (1808-1839);
32. Abdul Majid I (1839-1861);
33. Abdul Aziz (1861-1876);
34. Murad V (1876-1876);
35. Abdul Hamid II (1876-1909);
36. Muhammad V (1909-1918) dan
37. Abdul Majid II (1922-1924).11 Abdul Majid II kemudian diturunkan dari
jabatannya. Turki Usmani dihapus oleh Mustafa Kemal Attaturk, dan
Turki menjadi Negara Nasional Republik Turki.12
11
Ahmad Syalabi, Mausu’ah al-Tarikh…, hlm.662-663.
12
Syafiq A. Mughi, Sejarah Kebudayaan…, hlm. 66.
7
Kebesaran kerajaan Turki Usmani dicapai pada masa pemerintahan
Sultan Muhammad II yang bergelar al-Fatih, gelar ini diperoleh karena ia
berhasil menaklukkan Konstatinopel pada 28 Mei 1453 M.13 Dengan
jatuhnya Konstatinopel yang kemudian beralih nama menjadi Istambul
merupakan saksi sejarah akan kebesaran kerajaan Usmani (Ottoman
Empire). Pada masa Sultan Salim I (1512-1520) kemajuan semakin pesat,
ia berhasil menaklukkan Persia dan Mesir.14 dan mencapai puncak
keemasannya pada abad ke-16 di bawah pemerintahan Sultan Sulaiman al-
Qanani yang bergelar “Sultan Agung” (1520-1566).15
Wilayah kekuasaan kerajaan Usmani pada masa Sultan Sulaiman al-
Qanuni meliputi tiga benua, yaitu benua Asia, meliputi Asia Kecil,
Armenia, Irak, Suria, Hujaz serta Yaman. Benua Afrika meliputi Mesir,
Libia, Tunis serta Aljazair, dan benua Eropa meliputi Bulgaria, Yunani,
Yugoslapia, Albania, Hongaria dan Rumania.16
Setelah masa kejayaan itu, Turki Usmani mengalami kemunduran
dengan berbagai kekalahan perang melawan bangsa Eropa. Kekalahan demi
kekalahan membuat para elit politik berpikir dan menyelidiki sebab
kekalahannya. Di antara sebab itu adalah keunggulan lawan dalam bidang
sains dan teknologi, sehingga mampu menciptakan peralatan modern.
Pada awal abad ke-17 Turki Usmani mulai memperdebatkan
mengenai cara terbaik bagi program restorasi, integritas politik dan
efektifitas kekuatan militer yang dimiliki kerajaan. Para pembaharu pada
awalnya berlandasakan pada aturan yang digariskan Sultan Sulaiman yang
menentang pengaruh kekuatan Kristen Eropa atas kaum Muslim. Para
modernis menganggap perlunya kerajaan Turki mengadopsi metode yang
dimiliki bangsa Eropa dan pendidikan kemiliteran, organisasi pemerintahan
dan administrasi untuk menciptakan suatu perubahan diberbagai bidang
13
Ibid., hlm. 59.
14
Ibid.,
15
Djahdam, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Cet. I; Yogyakarta: Kota Kembang, 1989), hlm.
334.
16
Syafiq A. Mughi, Sejarah Kebudayaan…, hlm. 60.
8
yakni pendidikan, ekonomi, sosial dan kemiliteran yang mendukung
terbentuknya negara modern.17
Semenjak abad kedelapan belas penasehat militer Eropa telah mulai
dipekerjakan untuk memberikan latihan kemiliteran bagi pejabat militer
kerajaan, selain itu percetakan didirikan untuk menerbitkan beberapa
terjemahan karya Eropa utamanya bidang tekhnik militer dan geografi.
Kondisi yang demikian menggelitik pemikiran para golongan terpelajar atau
elit birokrat untuk memperbaharui sistem pendidikan dan pengajaran agar
mampu mengangkat keterpurukan itu. Pembaharuan yang dimaksud adalah
mencoba memasukkan pelajaran umum ke dalam madrasah dan mendirikan
sekolah untuk pengetahuan umum. Namun usaha itu tidak banyak mendapat
respon digolongan ulama, sehingga sekolah ini berjalan masing-masing dan
yang kemudian pada akhirnya melahirkan bibit sekuler.
2. Kondisi Ekonomi
Sebagai bangsa yang berdarah militer, Turki Usmani lebih
memperhatikan kemajuan bidang politik dan militer. Dengan demikian
kondisi ekonomi dan keuangan turut memberikan andil bagi perkembangan
lslam di kerajaan Turki Usmani. Terjadinya peperangan yang
berkesinambungan yang menimpa Turki Usmani baik peperangan yang
bersifat ofensif-ekspansif (untuk memperluas wilayah kekuasaan), defensive
(mempertahankan diri dari serangan luar) maupun yang bersifat prefentif
(untuk memadamkan pemberontakan-pemberontakan dari dalam). Berbagai
peperangan ini sangat menguras sumber dana Turki Usmani.
Sebagai konsekuensi logis dari peperangan yang berkepanjangan ini
adalah melemahnya sendi-sendi kekuatan kerajaan dibidang militer,
administrasi dan lainnya. Peperangan tersebut juga berdampak pada
merosotnya perekonomian Turki Usmani karena pendapatan negara
17
Syafiq A. Mughi, Sejarah Kebudayaan…, hlm. 121.
9
berkurang secara drastis sementara belanja negara semakin tinggi untuk
biaya perang.18
Peperangan yang tak kunjung usai dan merosotnya perekonomian
negara maka secara simultan juga berakibat pada terabaikannya
kesejahteraan umum. Penguasa Turki Usmani tidak lagi memikirkan apalagi
memperhatikan pola pembangunan dan rehabilitasi jalan-jalan, rumah sakit,
sekolah-sekolah serta prasarana ekonomi seperti pembangunan sektor
pertanian, pengairan atau pemeliharaan bendungan, sehingga para petani
kehilangan harapan untuk mengembangkan taraf hidup mereka.19 Kondisi
demikian berdampak pada berbagai sektor.
3. Kondisi Budaya
Walaupun di bidang politik dan ekonomi banyak mengalami
kemunduran, namun pada abad ke-17, kerajaan Turki Usmani masih
mengalami kemajuan dalam bidang budaya dan seni. Di bidang syair yang
menonjol pada abad ke-17 adalah Nefi’ dan Syekh Al-Islam Zekeria Zade
Yahyat Efend. Dalam bidang sastra, prosa kerajaan Usmani pada masa
tersebut melahirkan dua tokoh, yaitu Katip Celebi dan Evia Celebi. Celebi
mengarang buku Kasf al-Zunun fi Asmaailkutub wal Punun. Sementara
Evia Celebi mengarang buku Seyahatname. Pada abad ke-17, subur dengan
karya popular yang berbentuk puisi dan cerita.20
Kebudayaan Turki Usmani merupakan perpaduan bermacam-
macam kebudayaan, diantaranya adalah kebudayaan Persia, Bizantium dan
Arab. Dari kebudayaan Persia, mereka banyak mengambil ajaran-ajaran
tentang etika dan tata krama dalam istana raja-raja. Sebagai bangsa yang
berdarah militer, Turki Usmani lebih banyak memfokuskan kegiatan
mereka dalam bidang kemiliteran, sementara dalam bidang ilmu
pengetahuan, mereka kelihatan tidak begitu menonjol, karena itulah di
18
Ahmad Syalabi, Mausu’ah al-Tarikh…, hlm.687-688.
19
Ibid., hlm.688-689.
20
Supriyadi, Sejarah Peradaban…, hlm.251.
10
dalam khazanah intelektual Islam kita tidak menemukan ilmuwan
terkemuka dari Turki Usmani.
Namun mereka banyak berkiprah dalam pengembangan seni
arsitektur Islam berupa bangunan-bangunan masjid yang indah seperti
masjid Jami’ Sultan Muhammad Al-Fatih, Masjid Agung Sulaiman dan
Masjid Abi Ayyub al-Anshari. Masjid-masjid tersebut dihiasi pula dengan
kaligrafi-kaligrafi yang indah. Salah satu masjid yang terkenal dengan
keindahan kaligrafinya adalah masjid yang asalnya gereja yaitu Aya Sopia.
Hiasan tersebut dijadikan penutup gambar-gambar ktistiani
sebelumnya. Pada masa Sulaiman dan di kota-kota besar lainnya banyak di
bangun masjid, sekolah, rumah sakit dan lain sebagainya. Disebutkan bahwa
ada 235 buah dari bangunan itu dibangun di bawah koordinator Sinan,
seorang arsitek berasal dari Anatolia.21
21
Badri, Sejarah Peradaban…, hlm.135-136.
11
C. Turki Usmani dan Peranannya dalam Peradaban Islam
Peradaban selalu memiliki sifat saling mempengaruhi terhadap
peradaban yang lain sebab perkambangan sebuah peradaban sangat dipengaruhi
oleh corak dan karakter peradaban-peradaban yang berinteraksi dengannya.
Demikian halnya dengan Turki Usmani. Dalam masa pemerintahan yang relatif
lama dan dengan segala kemajuan yang telah dicapai pada masa keemasannya,
Turki mempunyai andil dan pengaruh yang tidak sedikit dalam perkembangan
peradaban Islam, baik dinegara-negara Arab, Asia bahkan Eropa.
Interaksi dan terjadinya saling mempengaruhi antara peradaban Turki
dan peradaban Arab sebagaimana dijelaskan oleh Ahmad Said Sulaiman bahwa
meskupun Turki tidak mengikuti peradaban Arab secara total, namun pengaruh
peradaban Turki sangat kuat dan sampai abad ke-13 bahasa Arab menjadi bahasa
resmi di Asia Kecil, yang merupakan sebagai wilayah kekuasaan Turki.
Demikian juga halnya peradaban Arab tidak terlepas dari pengaruh peradaban-
peradaban yang berinteraksi dengannya, tidak terkecuali Turki.22
Hal ini dapat dilihat dalam berbagai hal yang berkaitan dengan sosial
politik termasuk militer, sosio keagamaan, sosio pendidikan dan sebagainya.
Berdasarkan asumsi di atas dapat dijelaskan bahwa peran Turki Usmani dalam
perkembangan peradaban Islam tidak dapat dikesampingkan. Dengan luasnya
wilayah kekuasaan yang membentang dari Asia sampai Eropa dalam rentang
waktu selama kurang lebih 625 tahun, maka terjadilah interaksi peradaban
dengan berbagai wilayah yang berada di bawah kekuasaan Turki dan saling
mempengaruhi, sehingga peradaban yang lebih kuat banyak memberikan
pengaruh terhadap peradaban yang lebih lemah.
22
Ajib Thahir, Perkembanga Peradaban di Kawasan Dunia Islam:Melacak Akar-akar Sejarah,
Sosial, Politik dan Budaya Umat Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004), hlm. 193.
12
PENUTUP
13
Setelah masa kejayaan itu, Turki Usmani mengalami kemunduran
dengan berbagai kekalahan perang melawan bangsa Eropa.
2. Ekonomi
Sebagai bangsa yang berdarah militer, Turki Usmani lebih
memperhatikan kemajuan bidang politik dan militer. Dengan demikian
kondisi ekonomi dan keuangan turut memberikan andil bagi perkembangan
lslam di kerajaan Turki Usmani. Terjadinya peperangan yang
berkesinambungan yang menimpa Turki Usmani mengakibatkan
melemahnya sendi-sendi kekuatan kerajaan dibidang militer, administrasi
dan lainnya. Peperangan tersebut juga berdampak pada merosotnya
perekonomian Turki Usmani karena pendapatan negara berkurang secara
drastis sementara belanja negara semakin tinggi untuk biaya perang.
3. Budaya
Walaupun di bidang politik dan ekonomi banyak mengalami
kemunduran, namun pada abad ke-17, kerajaan Turki Usmani masih
mengalami kemajuan dalam bidang budaya dan seni. Pada abad ke-17,
subur dengan karya popular yang berbentuk puisi dan cerita. Kebudayaan
Turki Usmani merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan,
diantaranya adalah kebudayaan Persia, Bizantium dan Arab. Mereka juga
banyak berkiprah dalam pengembangan seni arsitektur Islam berupa
bangunan-bangunan masjid yang indah. Masjid-masjid tersebut dihiasi pula
dengan kaligrafi-kaligrafi yang indah. Salah satu masjid yang terkenal
dengan keindahan kaligrafinya adalah masjid yang asalnya greja yaitu Aya
Sopia. Hiasan tersebut dijadikan penutup gambar-gambar ktistiani
sebelumnya.
4. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Dalam kaitannnya dengan masalah ilmu pengetahuan dan teknologi
Kerajaan Turki Usmani banyak mengalami kemandegan. Kemandegan ilmu
pengetahuan dan teknologi kerajaan Usmani ada kaitannya dengan
perkembangan metode berfikir yang kolot dan tradisional, di kalangan
ulama mereka banyak menutup diri dari pengaruh perkembangan Eropa dan
14
ini juga diakibatkan dengan menurunya semangat berfikir bebas akibat
pemahaman tasawuf.
C. Turki Usmani mempunyai andil dan pengaruh yang tidak sedikit dalam
perkembangan peradaban Islam, baik dinegara-negara Arab, Asia bahkan
Eropa. Interaksi dan terjadinya saling mempengaruhi antara peradaban Turki
dan peradaban Arab. Pengaruh peradaban Turki sangat kuat dan sampai abad
ke-13 bahasa Arab menjadi bahasa resmi di Asia Kecil, yang merupakan
sebagai wilayah kekuasaan Turki. Dengan luasnya wilayah kekuasaan yang
membentang dari Asia sampai Eropa dalam rentang waktu selama kurang lebih
625 tahun, maka terjadilah interaksi peradaban dengan berbagai wilayah yang
berada di bawah kekuasaan Turki dan saling mempengaruhi, sehingga
peradaban yang lebih kuat banyak memberikan pengaruh terhadap peradaban
yang lebih lemah.
15
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, Harun. 1985. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, jilid I. Jakarta: UI-
Press.
Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Yatim, Badri. 1993. Sejarah Kebudayaan Islam. Cet. III. Jakarta: Rajawali Press.
Djahdam. 1989. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Cet. I. Yogyakarta: Kota
Kembang.
Syalabi, Ahmad. 1977. Mausu’ah al-Tarikh al-Islami wa al-Hadlarah al-
Islamiyyah. Cet. III. Kairo: Maktabah Nahdlah al-Misriyyah.
Mughi, Syafiq A. 1999. Sejarah Kebudayaan Islam di Turki. Cet. II; Jakarta: Logos
Wacana Ilmu.
Thahir, Ajib. 2004. Perkembanga Peradaban di Kawasan Dunia Islam:Melacak
Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik dan Budaya Umat Islam. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
Tharmizi,https://abiir.wordpress.com/2017/04/17/perkembangan-peradaban-
islam-pada-masa-daulah-turki-ustmani-1300-m-1924-m-dari-segi-
perpolitikan-dan-keruntuhan-daulah/. diakses pada hari: Rabu, 03-05-2017.
16