You are on page 1of 10

Contoh Transkrip - Open Coding

Nama : Mar’atul Hanifah


NIM : 14030111130040
Absen : 26
Kelas : Rabu, 12 Desember 2012, jam 11.31

Transkrip Wawancara Open Coding


El : kamu anak ke berapa dari berapa bersaudara ?
Desy : aku anak ke-5 bungsu.
Desy anak paling dimanja di
El : kakak-kakakmu ada yang udah nikah ?
Desy : udah nikah semua, jadi aku di rumah cuma bertiga rumahnya.
sama bapak dan ibu.
El : berasa jadi anak tunggal dong ? dimanja.
Desy : engga juga, malah aku kalau di rumah itu biasa aja,
Desy paling dimanja, tapi tidak
ga manja. Aku juga tetep mengerjakan pekerjaan rumah
(menyapu, menyetrika, masak nasi, dll), tapi cuma pas manja.
libur kuliah aja, kalau ada kuliah kan ga sempet.
El : ada hobi pergi jalan-jalan kemana gitu ga sama
ortu ?
Desy : engga ada, paling ya nonton bola bareng bapak di
Kalau tentang bola, ibunya
tv.
El : hla ibumu ? selalu merasa terasingkan.
Desy : ibu ikut-ikut nonton juga, tapi ga ngerti apa-apa
tentang bola, jadi cuma diem.
El : kenapa kamu kalo mau nyeberang jalan lewat jalan
kecil sama jembatan, atau pergi ke kamar mandi selain di
rumah itu selalu minta ditemenin sama orang ? Selalu maksa semua orang
Desy : takut, ga berani sendiri. untuk menemani apapun yang
El : kalau ga ada orang ? akan dilakukannya.
Desy : ya pokoknya harus ada, biasanya aku narik siapa
aja yang ada di situ buat nemenin aku.
Transkrip Wawancara Open Coding
El : kamu paling manja itu pas apa ?
Desy : kalau pas lagi sakit. Aku kalau sakit itu
langsung disuruh periksa sama orangtuaku, tapi aku
ga pernah mau walaupun dipaksa. Akhirnya kalau Desy banyak maunya saat
sakit, ibu selalu nemenin aku seharian, bahkan tidur sedang sakit, dan akan
juga ditemenin ibu. marah kalau tidak dituruti.
El : hla bapak ?
Desy : bapak nungguin sambil nonton tv, tapi bolak
balik ngecek keadaanku.
El : tapi kamu pernah ngerasa dewasa juga ga
sih ?
Desy : engga, aku ga bisa dewasa.
Tidak peka dengan keadaan
El : ga pernah nasehatin orang atau ngapain gitu
? sekitarnya.
Desy : engga, aku ga bisa nasehatin orang, buat aku
‘hidup hidupmu, hidup hidupku’.

SIKLUS PERTAMA PENGODEAN (CODING) DATA KUALITATIF:


METODE ELEMENTAL

Selain metode gramatikal yang telah penulis bahas dalam postingan sebelumnya, kali ini
penulis akan membahas metode yang kedua dalam siklus pertama pengodean data kualitatif:
Metode Elemental.

Metode elemental umumnya adalah metode yang paling sering dipakai dalam mengodekan
data-data kualitatif dalam berbagai desain penelitian. Terdapat lima jenis pengodean data
dalam metode ini, yaitu: Pengodean Struktural, Pengodean Deskriptif, Pengodean In Vivo,
Pengodean Proses, dan Pengodean Awal.

Dengan karakteristik penelitian kualitatif yang selalu ingin menggalitemukan makna dari sebuah
fenomena, maka dalam melakukan wawancara peneliti kualitatif umumnya menggunakan
pertanyaan-pertanyaan terbuka ketimbang pertanyaan yang terstruktur agar lebih fleksibel. Dan
biasanya dari satu pertanyaan penelitian, seiring dengan jalannya wawancara dan mendengar
pandangan dari para partisipan, peneliti sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan follow-
upyang erat hubungannya dengan pertanyaan penelitian utama untuk menggali lebih dalam
informasi-informasi yang potensial menjadi temuan. Dengan kondisi seperti itu, setelah hasil
wawancara ditranskripsikan dalam bentuk teks, peneliti terkadang akan berhadapan dengan
seabrek transkrip yang pada hakekatnya hanya memuat informasi mengenai satu pertanyaan
penelitian. Oleh karena itu untuk lebih memudahkan analisis, peneliti kualitatif dapat
mengodekan semua informasi tersebut dalam sebuah kalimat atau frasa singkat yang memuat
intisari dari hasil wawancara. Kode yang diberikan tersebut hanya merepresentasikan data dari
satu atau tiap-tiap pertanyaan penelitian. Cara ini disebut sebagai Pengodean Struktural.
Saldana (2009: 66) mendefinisikan pengodean struktural sebagai berikut:

“Structural Coding applies a content-based or conceptual phrase representing a topic of inquiry


to a segment of data that relates to a specific research question used to frame the interview”

Sumber: Saldana (2009: 67)


Pengodean struktural menerapkan sebuah frase konseptual atau yang berbasis isi, yang
mewakilkan suatu topik temuan dari data berkaitan dengan suatu pertanyaan penelitian yang
spesifik.

Jenis pengodean yang kedua dalam metode elemental adalah Pengodean Deskriptif, dimana
peneliti hanya meringkas pesan dari sebuah bagian kecil data kualitatif dalam sebuah kata atau
frasa pendek. Pengodean deskriptif ini adalah jenis pengodean data yang paling sering dipakai
oleh peneliti kualitatif, khususnya para analis pemula. Apabila yang dihadapi adalah data-data
dalam bentuk teks, maka kalimat-kalimat dalam teks itulah yang dikodekan secara deskriptif.
Namun pada dasarnya jenis pengodean ini dapat dipakai untuk berbagai jenis data kualitatif
(transkrip wawancara, catatan lapangan, jurnal, dokumen, gambar, artifak sosial, dan video).

“Descriptive coding summarizes in a word or short phrase – most often as a noun – the basic
topic of a passage of qualitative data”. Saldana (2009: 70).

Sumber: Saldana (2009: 71)


Jenis pengodean yang ketiga adalah Pengodean In-Vivo. Secara teknis, pengodean in-vivo dan
pengodean deskriptif tidak jauh berbeda, hanya dalam pengodean in-vivo, kata atau frasa
pendek yang diberikan untuk meringkas pesan dalam data kualitatif tidak berasal dari peneliti,
namun dipilih dari dalam data itu. Artinya, kode yang diberikan tersebut merupakan kata-kata
aktual dari partisipan yang diwawancarai. Strauss (1987: 33) mendefinisikan jenis pengodean
ini sebagai berikut:

“In vivo’s root meaning is “in that which is alive” and as a code refers to a word or short phrase
from the actual language found in the qualitative data record, “the term used by themselves”

Sumber: Saldana (2009: 75)

Jenis pengodean yang berikut adalah Pengodean Proses. Jenis pengodean ini juga tidak jauh
berbeda dengan pengodean deskriptif dan in-vivo, hanya kode yang diberikan untuk setiap
bagian data kualitatif adalah berupa kata kerja yang sedang berlangsung, seperti “mengawasi”,
“menghayal”, “merencanakan”, “memarahi”, “memendam rasa takut”, dan lain-lain. Intinya,
semua kode yang diberikan terhadap data adalah kata-kata kerja yang sedang berlangsung,
sehingga mencerminkan sebuah proses. Oleh sebab itu pengodean ini disebut dengan
pengodean proses.
Sumber: Saldana (2009: 78)

Jenis pengodean yang terakhir adalah pengodean awal (Initial Coding). Jenis pengodean ini
merupakan salah satu pengodean yang dipakai dalam penelitian Grounded Theory. Sering juga
diistilahkan sebagai Pengodean Berbuka atau Open Coding. Secara teknis pengodean ini tidak
berbeda dengan beberapa jenis pengodean yang telah dibahas di atas. Disebut pengodean
awal hanya untuk menekankan bahwa pengodean ini merupakan langkah pertama peneliti
untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan teoritis dari data yang telah dikumpulkan. Dalam
pengodean awal ini peneliti dapat menggunakan tehnik struktural, tehnik deskriptif, tehnik in-
vivo, atau pun proses. Pengodean ini dilakukan sebagai cara untuk membentuk kategori-
kategori analitis yang kemudian akan dikaitkan satu sama lain hingga membentuk suatu
rerangka teoritis tentang fenomena yang diteliti. Dalam pengodean awal, peneliti memberi kode-
kode analitis terhadap kata-per-kata, baris-per-baris, atau segmen data per segmen data.

Demikianlah jenis-jenis pengodean data kualitatif dengan metode elemental. Perlu diketahui
bahwa dalam menganalisis data kualitatif, peneliti tidak perlu menggunakan semua tehnik
pengodean yang ada, namun cukup memilih salah satu tehnik yang dianggap paling tepat dan
relevan untuk data dan tujuan dari penelitian yang dirumuskan.

Referensi:

Saldana, Johnny, 2009, The Coding Manual for Qualitative Researchers, London: SAGE.

Strauss, Anselm L, 1987, Qualitative Analysis for Social Scientist, Cambridge: Cambridge
University Press.
Teori Sikap (Standpoint)

Teori Sikap (Standpoint)


Teori sikap (standpoint theory-ST) memberikan kerangka untuk memahami sistem kekuasaan. Teori
kerangka ini dibangun atas dasar pengetahuan yang dihasilkan dari kehidupan sehari-hari orang-orang yang
mengakui bahwa individu-individu adalah konsumen aktif dari realitas mereka sendiri dan bahwa perspektif individu-
individu itu sendiri merupakan sumber informasi yang paling penting mengenal pengalaman mereka (Riger,1992).
Teori ini mengklaim bahwa pengalaman, pengetahuan, dan perilaku komunikasi orang dibentuk sebagian besarnya
oleh kelompok sosial dimana mereka tergabung.

DASAR SEJARAH TEORI SIKAP


Dimulai tahun 1807, ketika seorang filsuf Jerman Georg Wilhelm Friedrich Hegel membahas bagaimana
hubungan tuan-budak membentuk perbedaan sikap para partisipan dalam hubungan tersebut. Hegel menulis bahwa
walaupun mereka hidup di dalam masyarakat biasa, pengetahuan mereka mengenai masyarakat tersebut sangat
berbeda.
Nancy Hartsock menggunakan ide Hegel dan teori Marxis untuk memulai mengadaptasikan teori sikap
untuk mempelajari hubungan antara wanita dan pria. Minat Hartsock adalah untuk membuat wanita hadir dalam teori
Marx dan dengan demikian dia menghasilkan teori Marx-feminis (Harsock, 1997). Ia berfokus pada klaim Marx
bahwa “visi yang benar dari masyarakat kelas yang tersedia hanya satu dari dua posisi kelas utama yang ada
didalam masyarakat kapitalis” (Hartsock, 1983 hal. 106).
Berdasarkan pernyataan ini, Hartsock mengamati, Marx mengembangkan suatu kritik yang kuat terhadap
struktur kelas. Hartsock menyatakan bahwa kritik Marx terhadap hubungan kelas paling membantu bagi para feminis
dibandingkan kritiknya terhadap kapitalisme. Hartsock menerapkan konsep Hegel dan pemikiran Marx. Ini
merupakan bentuk adaptasi dari ST yang umum, dan karenanya kebanyakan orang terkadang menyebut teori sikap
sebagai teori sikap feminis (Feminist Standpoint Theory), sebagaimana disebut oleh Nancy Hartsock pada tahun
1983.
Feminisme (Feminism) adalah focus pada posisi social wanita dan keinginan untuk mengakhiri dominasi
berdasarkan jenis kelamin atau gender. Dalam banyak hal teori sikap menyatakan dan membentuk kritik terhadap
teori mainstream dan pedekatan terhadap penelitian lainnya.
ASUMSI TEORI SIKAP
JANET SALTZMAN CHAFETZ (1993) :
1. Jenis kelamin atau gender merupakan focus utama teori ini.
2. Hubungan jenis kelamin atau gender dipandang sebagai suatu yang problematis
3. Teori ini berusaha untuk memahami bagaimana jenis kelamin atau gender dipandang sebagai suatu yang dapat
diubah
4. Teori feminis dapat digunakan untuk menantang status quo ketika status quo ini meredahkan atau melecehkan
wanita.

HARTSOCK :
1. Mengungkapkan pemikiran bahwa lokasi individu dalam struktur kelas membentuk dan membatasi pemahaman
mereka akan hubungan social.
2. Feminis teori sikap berasumsi bahwa semua sikap bersifat parsial, tetapi sifat dari kelompok yang berkuasa dapat
merugikan mereka yang berada pada kelompok bawah.
3. Menyatakan bahwa kelompok yang berkuasa menyusun kehidupan sedemikian sehingga untuk menyingkirkan
beberapa pilihan dari kelompok bawah.
4. Bahwa kelompok bawaahan harus berjuang bagi visi mereka mengenai kehidupan sosial.
5. Perjuangan ini menghasilkan visi yang jelas dan akurat bagi kelompok bawah dibandingkan dengan kelompok yang
berkuasa.
Asumsi epistemologis dan ontologis dari pendekatan sikap menyiratkan apa yang layak untuk dipelajari dan
bagaimana mempelajarinya :
1. Pernyataan yang dibuat bahwa pengetahuan bukan konsep yang objektif melainkan dibentuk secara subyektif oleh
yang mengetahuinya.
2. Merujuk pada perbedaan lokasi social yang didiami oleh pria dan wanita di Amerika Serikat bahkan saat mereka
bekerja dan hidup didalam situasi yang Nampak sama.
3. Berkaitan dengan ontology, asumsi ini menempatkan orang-orang yang termarginelasi (wanita) pada tempat awal
untuk berteori dan melakukan penelitian.
4. Teori sikap berhubungan dengan epistemologi yang menyatakan bahwa satu-satunya cara untuk
mencapaisentiment harding adalah dengan meminta wanita untuk berbicara mengenai pengalaman mereka dan
kemudian menginterpretasikannya. Melalui asumsi ini kita mendapatkan gambaran mengenai teori sikap sebagai
kerangka yang terus berevolusi, memiliki dasar yang berada dalam marxisme tetapi menolak bebarapa pemikiran
sentral dari perspektif tersebut dalam mendukung suatu pendekatan feminis.

KONSEP PENTING SUATU SIKAP


1. Sikap
Sikap atau standpoint adalah lokasi yang dimiliki bersama oleh kelompok yang mengalami status sebagai
orang luar. Sikap merupakan hal yang tidak bebas dalam konteks sosial dan politiknya. Seperti yang dikemukakan
oleh Sandra Harding tahun 1991 “Sikap dimediasi secara sosial”. Karena sikap didefinisikan oleh lokasi sosial
tertentu, berdasarkan kepentingan sikap yang bersifat parsial atau tidak lengkap. Sebuah jenis sikap khusus
dideskripsikan oleh Patricia Hill Collins ketika ia menggambarkan dirinya sebagai akademisi wanita afro-Amerika.
Posisi sosial ini menempatkannya sebagai outsider witing atau seseorang yang biasanya termarginalisasi tetapi telah
mendapatkan akses masuk kedalam.

2. Pengetahuan tersituasi
Donna Haraway (1988) berpendapat bahwa pengetahuan tersituasi adalah bahwa setiap orang didasarkan
pada konteks dan keadaan konsep ini. Menyiratkan bahwa pengetahuan bersifat ganda dan tersitasi didalam
pengalaman.

3. Pembagian Pekerjaaan berdasarkan jenis kelamin


Hal ini, tidak hanya menempatkan orang untuk mengerjakan tugas-tugas yang berbeda berdasrakan jenis
kelamin, tetapi juga mengeksploitasi wanita dengan menuntut kerja tanpa memberikan upah sekaligus membuat
“wanita bertanggung jawab dalam pemiliharaan yang tidak digaji dan dalam reproduksi dari tenaga kerja dimasa kini
dan masa depan” (Chafetz, 1997, Hal.104).

4. Hubungan Dengan Komunikasi


Teori sikap mengilustrasikan kesentralan komunikasi baik dalam membentuk dan menyalurkan sikap. Selain
itu, teori ini menunjuk pada kegunaan komunikasi sebagai alat dalam mengubah status quo dan menghasilkan
perubahan. Dengan memberikan suara bagi mereka yang pandangannya jarang di dengar (Buzzanell, 2004).

You might also like