Professional Documents
Culture Documents
Selain metode gramatikal yang telah penulis bahas dalam postingan sebelumnya, kali ini
penulis akan membahas metode yang kedua dalam siklus pertama pengodean data kualitatif:
Metode Elemental.
Metode elemental umumnya adalah metode yang paling sering dipakai dalam mengodekan
data-data kualitatif dalam berbagai desain penelitian. Terdapat lima jenis pengodean data
dalam metode ini, yaitu: Pengodean Struktural, Pengodean Deskriptif, Pengodean In Vivo,
Pengodean Proses, dan Pengodean Awal.
Dengan karakteristik penelitian kualitatif yang selalu ingin menggalitemukan makna dari sebuah
fenomena, maka dalam melakukan wawancara peneliti kualitatif umumnya menggunakan
pertanyaan-pertanyaan terbuka ketimbang pertanyaan yang terstruktur agar lebih fleksibel. Dan
biasanya dari satu pertanyaan penelitian, seiring dengan jalannya wawancara dan mendengar
pandangan dari para partisipan, peneliti sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan follow-
upyang erat hubungannya dengan pertanyaan penelitian utama untuk menggali lebih dalam
informasi-informasi yang potensial menjadi temuan. Dengan kondisi seperti itu, setelah hasil
wawancara ditranskripsikan dalam bentuk teks, peneliti terkadang akan berhadapan dengan
seabrek transkrip yang pada hakekatnya hanya memuat informasi mengenai satu pertanyaan
penelitian. Oleh karena itu untuk lebih memudahkan analisis, peneliti kualitatif dapat
mengodekan semua informasi tersebut dalam sebuah kalimat atau frasa singkat yang memuat
intisari dari hasil wawancara. Kode yang diberikan tersebut hanya merepresentasikan data dari
satu atau tiap-tiap pertanyaan penelitian. Cara ini disebut sebagai Pengodean Struktural.
Saldana (2009: 66) mendefinisikan pengodean struktural sebagai berikut:
Jenis pengodean yang kedua dalam metode elemental adalah Pengodean Deskriptif, dimana
peneliti hanya meringkas pesan dari sebuah bagian kecil data kualitatif dalam sebuah kata atau
frasa pendek. Pengodean deskriptif ini adalah jenis pengodean data yang paling sering dipakai
oleh peneliti kualitatif, khususnya para analis pemula. Apabila yang dihadapi adalah data-data
dalam bentuk teks, maka kalimat-kalimat dalam teks itulah yang dikodekan secara deskriptif.
Namun pada dasarnya jenis pengodean ini dapat dipakai untuk berbagai jenis data kualitatif
(transkrip wawancara, catatan lapangan, jurnal, dokumen, gambar, artifak sosial, dan video).
“Descriptive coding summarizes in a word or short phrase – most often as a noun – the basic
topic of a passage of qualitative data”. Saldana (2009: 70).
“In vivo’s root meaning is “in that which is alive” and as a code refers to a word or short phrase
from the actual language found in the qualitative data record, “the term used by themselves”
Jenis pengodean yang berikut adalah Pengodean Proses. Jenis pengodean ini juga tidak jauh
berbeda dengan pengodean deskriptif dan in-vivo, hanya kode yang diberikan untuk setiap
bagian data kualitatif adalah berupa kata kerja yang sedang berlangsung, seperti “mengawasi”,
“menghayal”, “merencanakan”, “memarahi”, “memendam rasa takut”, dan lain-lain. Intinya,
semua kode yang diberikan terhadap data adalah kata-kata kerja yang sedang berlangsung,
sehingga mencerminkan sebuah proses. Oleh sebab itu pengodean ini disebut dengan
pengodean proses.
Sumber: Saldana (2009: 78)
Jenis pengodean yang terakhir adalah pengodean awal (Initial Coding). Jenis pengodean ini
merupakan salah satu pengodean yang dipakai dalam penelitian Grounded Theory. Sering juga
diistilahkan sebagai Pengodean Berbuka atau Open Coding. Secara teknis pengodean ini tidak
berbeda dengan beberapa jenis pengodean yang telah dibahas di atas. Disebut pengodean
awal hanya untuk menekankan bahwa pengodean ini merupakan langkah pertama peneliti
untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan teoritis dari data yang telah dikumpulkan. Dalam
pengodean awal ini peneliti dapat menggunakan tehnik struktural, tehnik deskriptif, tehnik in-
vivo, atau pun proses. Pengodean ini dilakukan sebagai cara untuk membentuk kategori-
kategori analitis yang kemudian akan dikaitkan satu sama lain hingga membentuk suatu
rerangka teoritis tentang fenomena yang diteliti. Dalam pengodean awal, peneliti memberi kode-
kode analitis terhadap kata-per-kata, baris-per-baris, atau segmen data per segmen data.
Demikianlah jenis-jenis pengodean data kualitatif dengan metode elemental. Perlu diketahui
bahwa dalam menganalisis data kualitatif, peneliti tidak perlu menggunakan semua tehnik
pengodean yang ada, namun cukup memilih salah satu tehnik yang dianggap paling tepat dan
relevan untuk data dan tujuan dari penelitian yang dirumuskan.
Referensi:
Saldana, Johnny, 2009, The Coding Manual for Qualitative Researchers, London: SAGE.
Strauss, Anselm L, 1987, Qualitative Analysis for Social Scientist, Cambridge: Cambridge
University Press.
Teori Sikap (Standpoint)
HARTSOCK :
1. Mengungkapkan pemikiran bahwa lokasi individu dalam struktur kelas membentuk dan membatasi pemahaman
mereka akan hubungan social.
2. Feminis teori sikap berasumsi bahwa semua sikap bersifat parsial, tetapi sifat dari kelompok yang berkuasa dapat
merugikan mereka yang berada pada kelompok bawah.
3. Menyatakan bahwa kelompok yang berkuasa menyusun kehidupan sedemikian sehingga untuk menyingkirkan
beberapa pilihan dari kelompok bawah.
4. Bahwa kelompok bawaahan harus berjuang bagi visi mereka mengenai kehidupan sosial.
5. Perjuangan ini menghasilkan visi yang jelas dan akurat bagi kelompok bawah dibandingkan dengan kelompok yang
berkuasa.
Asumsi epistemologis dan ontologis dari pendekatan sikap menyiratkan apa yang layak untuk dipelajari dan
bagaimana mempelajarinya :
1. Pernyataan yang dibuat bahwa pengetahuan bukan konsep yang objektif melainkan dibentuk secara subyektif oleh
yang mengetahuinya.
2. Merujuk pada perbedaan lokasi social yang didiami oleh pria dan wanita di Amerika Serikat bahkan saat mereka
bekerja dan hidup didalam situasi yang Nampak sama.
3. Berkaitan dengan ontology, asumsi ini menempatkan orang-orang yang termarginelasi (wanita) pada tempat awal
untuk berteori dan melakukan penelitian.
4. Teori sikap berhubungan dengan epistemologi yang menyatakan bahwa satu-satunya cara untuk
mencapaisentiment harding adalah dengan meminta wanita untuk berbicara mengenai pengalaman mereka dan
kemudian menginterpretasikannya. Melalui asumsi ini kita mendapatkan gambaran mengenai teori sikap sebagai
kerangka yang terus berevolusi, memiliki dasar yang berada dalam marxisme tetapi menolak bebarapa pemikiran
sentral dari perspektif tersebut dalam mendukung suatu pendekatan feminis.
2. Pengetahuan tersituasi
Donna Haraway (1988) berpendapat bahwa pengetahuan tersituasi adalah bahwa setiap orang didasarkan
pada konteks dan keadaan konsep ini. Menyiratkan bahwa pengetahuan bersifat ganda dan tersitasi didalam
pengalaman.