Professional Documents
Culture Documents
Kontrol gerak oleh Sistem Saraf Pusat terbagi menjadi Sistem Saraf Somatis (SSS)
dan Sistem Saraf Otonom (SSO). Sistem saraf somatis mengontrol kontraksi otot skelet
secara sadar (volunter ). Sedangkan Sistem saraf otonom mengontrol gerak organ visceral
secara tidak sadar (involunter)
Berdasarkan letak anatomis, motoneuron pada sistem saraf somatis terbagi menjadi
dua, yakni Upper Motorneuron (UMN) dan Lower Motorneuron (LMN).
Definisi
Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS) adalah suatu penyakit motor neuron yang
mempengaruhi sel saraf otot rangka. Sebuah jaringan saraf membawa pesan dari otak,
menuruni tulang belakang dan keluar ke berbagai bagian tubuh. Bagian yang termasuk dalam
jaringan ini adalah motor neuron yang membawa pesan ke otot-otot rangka.
Pada ALS kemampuan sel saraf semakin berkurang dan akhirnya mati. Akibatnya,otot
rangka tidak menerima sinyal dari saraf yang dibutuhkan untuk berfungsi dengan baik. Lama
kelamaan akan terjadi atrofi otot karena kurangnya penggunaan otot sehingga berakhir
dengan keadaan paralisis.(7)
Amyotrophic lateral sclerosis (ALS) adalah sindrom penurunan progresif yang
melibatkan traktus kortikospinalis, batang otak, dan sel-sel tanduk anterior dari sumsum
tulang belakang.
Patogenesis
ALS mempengaruhi upper motor neuron cortek serebral, turun kebawah melalui traktus
kortiko bulbaris dan kortiko spinalis yang kemudian bersinaps dengan lower motor neuron
atau interneuron. Hal tersebut dapat terjadi secara langsung mengenai lower motor neuron
dengan adanya penyakit pada AHC di spinal cord dan brainstem. Cell yang bermasalah
tersebut secara perlahan – lahan menjadi mengecil dan disertai seiring dengan akumulasi
yang sangat banyak dari pigmentasi lipid ( lipofusin ) dimana pada kondisi yang normal
kondisi ini tidak terbentuk sampai berkembangnya usia ( dewasa ) ( Brown 1994 ).
Produksi radikal bebas dapat menyebabkan perubahan molekul lipid, dan kadang
menyebabkan kematian sel. Ada beberapa bukti yang menunjukan keterkaitan antara reaksi
imunologi dengan ganglion side neuronal. Peradangan sel timbul pada spinal cord di ALS
tetapi penelitian tidak dapat memberikan kesimpulan hal tersebut di akibatkan pasti oleh
antibody anti ganglion side. Eksitoksin endogenus seperti neurotransmitter glutamal mungkin
menjadi komponen yang penting yang menyebabkan kerusakan neuron – neuron pada ALS.
Walaupun ditemukan bukti bahwa kadar amino acid ( Glutamat ) meningkat pada ALS, hal
tersebut tidak jelas sebagai bukti penyebab primer / sekunder ( Braak and Braak, 1994 ;
Rothstein et. At 1993 ). Kematian motor neuron perifer pada brainstaim dan spinal cord
menimbulkan denervasi dan atropi pada serabut otot yang berhubungan, terdapat bukti pada
fase awal penyakit, otot yang denervasi mungkin reinervasi oleh pengaruh akson motorik
distal terminal di dekatnya, walaupun reinervasi pada penyakit ini kurang baik dibandingkan
dengan penyakit neurologis kronis lainnya.
Ditemukan kematian sel neuron yang selektif yang mencakup motor neuron brainstaim,
spinal cord yang sebagian berhubungan dengan nuclei oculo motorik dan kadang – kadang
juga menyebar ke prefrontal, parietal dan temporal, subthalamus nuclei dan reticular formasi
pada pasien – pasien dengan alat bantu pernafasan ventilatori kemungkinan ditemukan
perubahan system sensoris. Daerah otak yang mengontrol koordinasi gerak ( cerebulum ) dan
kognisi ( kortex frontal ) tidak rusak pada kondisi ALS ini.
Manifestasi Klinis
1. Manifestasi klinis ALS sangat banyak tergantung daerah dominan mana yang terkena
kematian sel, upper atau motor neuron
2. Pada lower motor neuron dan denerfasi yang cepat, gejala pertama dari penyakit tersebut
adalah terjadi secara tiba – tiba terdapat kelemahan yang asimetris dan biasanya bagian distal
satu ekstremital. Kramping ( kekakuan ) dengan gerakan volitional di pagi hari sering
dikeluhkan dengan keluhan dengan “ kekakuan ”.
3. Kelemahan disebabkan denervasi dimana dimana denervasi ini berhubungan dengan
kerusakan yang progresif dan atropi serabut otot.
4. Pada awal penyakit ditemukan fasikulasi atau twitching spontan dari serabut otot.
5. Otot – otot ekstensor menjadi lemah dibandingkan dengan otot – otot fleksor khususnya
pada tangan.
6. Hal – hal tersebut adalah ciri – ciri ALS, diluar apakah penyakit tersebut di awali pada
upper atau lower motor neuron, kedua kategori umumnya saling melengkapi.
7. Kebanyakan pasien pada ALS, tanda Babinsky dan Hoffmann’s ditemukan reaksi tarikan
tendon aktif secara disproporsional ( Rouland, 1994 ).
8. Sepanjang perjalanan penyakit masih ditemukan gerakan dan sensori mata, fungsi Bladder
and Bowel ( BAK dan BAB ).
Anamnesis :
Anamnesis umum :
Nama : Tn. X
Alamat : Paccerakkang
Umur : 58 Tahun
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Anamnesis Khusus :
Riwayat perjalanan penyakit: kelemahan pada keempat anggota badan tangan dan kaki ± 3
bulan yang lalu secara perlahan-lahan, diawali dengan timbulnya rasa kedutan pada otot-otot
badan utamanya otot-otot pada keempat anggota badan tangan dan kaki sekitar ± 6 bulan
yang lalu. Pasien mengalami sesak nafas ketika beraktifitas berat juga merasakan nyeri pada
tangan dan kaki bila terlalu banyak digerakkan.
Pemeriksaan Fisik
Vital sign :
Tekanan darah : 120/80
Denyut nadi : 60 x/menit
Laju pernapasan : 22x/menit
Auskultasi
Auskultasi paru adalah mendengarkan suara pada dinding thorax dengan menggunakan
stetoskop, caranya : pasien diminta bernafas cukup dalam dengan mulut terbuka dan
letakan stetoskop secara sistematik dari atas kebawah dengan membandingkan kiri-kanan.
Inspeksi :
a. Inspeksi statis: wajah pasien tampak pucat dan lemas
b. Inspeksi dinamis : pasien tidak dapat bangkit dari posisi tidur dan tidak dapat
mempertahankan posisi tubuhnya saat duduk, tidak mampu berjalan.
Palpasi : atropi pada otot upper trapezius, deltoid, serta otot- otot pada keempat ekstremitas
anggota badan tangan dan kaki.
1) Expansi Upper Lobus : Pasien lying ; kedua thumb di mid sternal line Sternal
Notch), jari-jari extensi di atas kedua clavicula pasien full ekspirasi lalu deep
inspirasi
2) Expansi Middle Lobus ; Lying ; kedua ujung thumb di processus Xyphoideus dan
jari-jari di extensikan ke lateral costa pasien Idem no. 1
3) Expansi Lower Lobus; Sitting ; kedua ujung Thumb di medulla spinalis (sejajar
lower Costa) dan jari – jari diekstensikan sejajar costa pasien ekspirasi full lalu deep
inspirasi dalam
4) Selama pasien Ekspirasi dan Inspirasi Cek apakah gerakan Chest simetris atau
tidak
Hasil : kurangnya ekspansi thoraks
Melalui pemeriksaan fisik dapat dijumpai tanda-tanda sebagai berikut walaupun tidak
semua pasien memiliki tanda seperti yang tertera di bawah ini:
Disfungsi UMN/LMN
a. Kelemahan (Kelemahan klasik ALS biasanya karena disfungsi LMN).
b. Kram otot.
c. Kesulitan berbicara dan mengunyah.
d. Ketidakseimbangan
Disfungsi UMN
a. Spastisitas.
b. Reflek tendon yang cepat atau menyebar secara abnormal.
c. Adanya reflek patologis.
d. Hilangnya ketangkasan dengan kekuatan normal
e. Kesuilitan bernafas
f. Emosi labil
Disfungsi LMN
a. Fasikulasi
b. Atrofi
c. Foot drop
d. Kesulitan bernafas
Pemeriksaan Penunjang
Amyotrophic Lateral Sclerosis sulit untuk didiagnosa sejak awal karena manifestasi
klinisnya mirip dengan beberapa penyakit neurologis lainnya. Pemeriksaan penunjang untuk
mengesampingkan kondisi lain yang dapat dilakukan antara lain adalah:
Elektrofisiologi
Terutama untuk mndeteksi adanya lesi LMN pada daerah yang terlibat. Dan untuk
menyingkirkan proses penyakit lainnya:
Neuroimaging
Dilakukan MRI pada kepala/tulang belakang untuk menyingkirkan lesi structural dan
diagnosis lain pada pasien yang dicurigai ALS (tumor, spondylitis, siringomielia,
strokebilateral, dan Multiple Sclerosis).
Biopsi otot dan Neuropatologi
Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien dengan presentasi klinis yang tidak khas,
terutama dengan lesi UMN yang tidak jelas. Biopsi digunakan untuk menyingkirkan adanya
miopati, seperti inclusion body myositis.
Pemeriksaan Laboratorium
Terdapat beberapa pemeriksaan lain yang dapat dianggap wajib dilakukan pada pasien
ALS. Tes laboratorium klinis yang mungkin abnormal dalam kasus ALS dinyatakan khas
yakni meliputi:
a) Serum kreatinin (terkait dengan hilangnya massa otot rangka)
b) Hypochloremia, peningkatan bikarbonat (terkait dengan gangguan pernapasan lanjutan
A. MOTORIK
2. Kontraktur pada:
- M. Soleus Interferensi
6. Kelemahan Otot
B. SENSORIK
1. Timbulnya numbness
2. Timbulnya nyeri
3. Timbulnya paresthesis dan disaesthesis
C. Hiperrefleks
D. GANGGUAN KOORDINASI
G. Gangguan Sex
I. Gangguan memori
http://www.artikel.indonesianrehabequipment.com/2011/03/fisioterapi-pada-multiple-
sclerosis.html
1. Infra Red
Posisi pasien semyaman mungkin ( comfortable ) mungkin
disesuaikan dengan daerah yang diobati. Posisinya bisa tidur telentang
dengan kepala menoleh ke sebelah kanan. Pasien menggunakan penutup
mata. Daerah yang diobati bebas dari pakaian serta perlu dilakukan tes
sensibilitas terhadap panas dan dingin. Tes ini bisa dilakukan dengan
menggunakan tabung yang berisi air hangat dan air dingin. Bila terjadi
gangguan sensibilitas panas dan dingin pada daerah tersebut, maka
pengobatan dengan infra merah perlu dihindarkan tetapi bila pengobatan
dengan sinar infra merah sangat diperlukan maka perlu metode secara
khusus. Daerah yang diobati sebaiknya dibersihkan dengan air sabun dan
dikeringkan dengan handuk. Perlu pemberitahuan mengenai efek hangat
yang dirasakan saat penyinaran dengan infra merah. Bila ternyata ada rasa
panas yang menyengat, pasien diminta untuk segera memberitahukan pada
terapis ( Sujatno, dkk 1993 ). Penyinaran dengan sinar infra merah
diusahakan tegak lurus dengan daerah yang diobati dengan jarak lampu
antara 45 – 60 cm. Lama waktu penyinaran antara 10 – 30 menit /disesuaikan
dengan kondisi penyakitnya (Sujatno, dkk 1993 ).
Miror Exercise
Pasien diminta melakukan gerakan – gerakan dari wajah seperti:
mengangkat alis dan dahi ke atas, menutup mata, tersenyum, menarik sudut
mulut ke samping kanan atau kiri, bersiul dan mencucu, menutup mata
dengan rapat, memperlihatkan gigi seri dan mengangkat bibir ke atas,
mengembang kempiskan cuping hidung, mengucap kata – kata labial : l, m,
n. Latihan dilakukan selama 10 – 20 menit dengan pengulangan 4 – 5 kali
setiap latihan, dan dilakukan 2 – 3 kali sehari.
PASSIVE TRECHING
Nama Otot Yang Distretching Prosedur Pelaksanaan
Extremitas inferior
Otot gastrocnemius
Metode 1 a. Posisi pasien dan posisi awal tungkai :
Supine lying. Kedua tungkai netral.
b. Posisi fisioterapis :
Berdiri disamping kaki pasien.
d. Teknik Pelaksanaan :
Fisioterapis menggerakkan ankle pasien
kearah dorsofleksi sampai otot
gastrocnemius terulur. Dipertahankan
selama 10-15 detik.
e. Tujuan :
1. Mengurangi spasme otot
gastrocnemius.
2. Meningkatkan elastisitas dan
fleksibilitas jaringan otot
gastrocnemius.
Otot gastrocnemius
Metode 2 a. Posisi pasien dan posisi awal tungkai :
Supine lying, tungkai bawah netral dan
ankle eversi.
b. Posisi fisioterapis :
Berdiri disamping kaki pasien.
c. Peletakan tangan fisioterapis :
Tangan kiri pada anterior knee dan tangan
kanan pada calcaneus.
d. Teknik Pelaksanaan :
Fisioterapis menggerakkan ankle pasien
kearah dorsofleksi sampai otot
gastrocnemius terulur. Dipertahankan
selama 10-15 detik.
e. Tujuan :
1. Mengurangi spasme otot
gastrocnemius.
2. Meningkatkan elastisitas dan
fleksibilitas jaringan otot
gastrocnemius.
Otot soleus
a. Posisi pasien dan posisi awal tungkai :
Prone lying dan fleksi knee 90o.
b. Posisi fisioterapis :
Berdiri disamping kaki pasien.
d. Teknik Pelaksanaan :
Fisioterapis menggerakkan ankle pasien
kearah dorsofleksi sampai otot soleus
terulur. Dipertahankan selama 10-15 detik.
e. Tujuan :
1. Mengurangi spasme otot soleus.
2. Meningkatkan elastisitas dan
fleksibilitas jaringan otot soleus.
Otot hamstring
Metode 1 a. Posisi pasien dan posisi awal tungkai :
Supine lying, fleksi knee 90o disertai fleksi
hip.
b. Posisi fisioterapis :
Berada disamping kaki pasien.
c. Peletakan tangan fisioterapis :
Kedua tangan berada pada anterior knee
dengan memeluk tungkai pasien.
d. Teknik Pelaksanaan :
Fisioterapis menggerakkan hip pasien
kearah fleksi (knee tetap dalam posisi
ekstensi) sampai otot hamstring terulur.
Dipertahankan selama 10-15 detik.
e. Tujuan :
1. Mengurangi spasme otot hamstring.
2. Meningkatkan elastisitas dan
fleksibilitas jaringan otot hamstring.
Otot hamstring
Metode 2 a. Posisi pasien dan posisi awal tungkai :
Supine lying, ekstensi hip maksimal dan
fleksi knee 90o
b. Posisi fisioterapis :
Berdiri disamping kaki pasien.
d. Teknik Pelaksanaan :
Fisioterapis menggerakkan hip pasien
kearah fleksi (knee tetap dalam posisi
ekstensi) sampai otot hamstring terulur.
Dipertahankan selama 10-15 detik.
e. Tujuan :
1. Mengurangi spasme otot hamstring.
2. Meningkatkan elastisitas dan
fleksibilitas jaringan otot hamstring.
b. Posisi fisioterapis :
Berdiri disamping kaki pasien.
d. Teknik Pelaksanaan :
Fisioterapis menggerakkan hip kearah fleksi
hip dan dorsofleksi sampai otot hamstring dan
gastrocnemius terulur. Dipertahankan selama
10-15 detik.
e. Tujuan :
1. Mengurangi spasme otot hamstring.
2. Meningkatkan elastisitas dan fleksibilitas
jaringan otot hamstring.
Otot adduktor hip
Metode 1 a. Posisi pasien dan posisi awal tungkai :
Supine lying, hip pasien dalam posisi abduksi
hip 45o.
b. Posisi fisioterapis :
Fisioterapis berdiri disamping kaki pasien.
d. Teknik Pelaksanaan :
Fisioterapis menggerakkan hip pasien ke arah
abduksi sampai otot adduktor hip terulur dan
dipertahankan selama 10-15 detik.
e. Tujuan :
1. Mengurangi spasme otot adduktor hip
2. Meningkatkan dan fleksibilitas elastisitas
jaringan otot adduktor hip.
Otot adduktor hip
Metode 2 a. Posisi pasien dan posisi awal tungkai :
Side lying, fleksi knee 90o.
b. Posisi fisioterapis :
Fisioterapis berdiri dibelakang pasien
c. Peletakan tangan fisioterapis :
Tangan kiri fisioterapis berada di lateral
pelvic sedangkan tangan kanannya berada di
medial knee.
d. Teknik Pelaksanaan :
Fisioterapis menggerakkan hip pasien ke arah
abduksi dengan posisi pasien side lying
sampai otot adduktor hip terulur dan
dipertahankan selama 10-15 menit.
e. Tujuan :
1. Mengurangi spasme otot adduktor hip
2. Meningkatkan dan fleksibilitas elastisitas
jaringan otot adduktor hip.
Otot abductor hip a. Posisi pasien dan posisi awal tungkai :
Metode 1 Supine lying, dengan bokong berada di
pinggir bed serta posisi awal tungkai
menggantung di atas bed dalam posisi fleksi
knee 90o dan pasien memeluk tungkai
tersebut.
b. Posisi fisioterapis :
Berada di samping kaki pasien.
d. Teknik Pelaksanaan :
Fisioterapis menggerakkan hip pasien ke arah
abduksi sampai otot abduktor hip terulur dan
dipertahankan selama 10-15 menit.
e. Tujuan :
1. Mengurangi spasme otot abduktor hip
(tensor fascia latae).
2. Meningkatkan dan fleksibilitas elastisitas
jaringan otot abduktor hip (tensor fascia
latae).
b. Posisi fisioterapis :
Fisioterapis berdiri disamping pasien.
d. Teknik Pelaksanaan :
Fisioterapis menggerakkan tungkai kiri pasien
ke arah adduksi sedangkan tungkai bagian
kanan pasien di fiksasi sampai otot abduktor
hip terulur dan dipertahankan selama 10-15
menit.
e. Tujuan :
1. Mengurangi spasme otot abduktor hip
(tensor fascia latae).
2. Meningkatkan dan fleksibilitas elastisitas
jaringan otot abduktor hip (tensor fascia
latae)..
Otot quadriceps femoris/rectus femoris
Metode 1 a. Posisi pasien dan posisi awal tungkai :
Side lying, posisi awal tungkai fleksi knee
90o.
b. Posisi fisioterapis :
Fisioterapis berdiri dibelakang pasien.
d. Teknik Pelaksanaan :
Fisioterapis menggerakkan hip ke arah
ekstensi sampai otot quadriceps femoris
terulur dan dipertahankan selama 10-15
menit.
e. Tujuan :
1. Mengurangi spasme otot quadriceps
femoris/rectus femoris.
2. Meningkatkan dan fleksibilitas elastisitas
jaringan otot quadriceps femoris/rectus
femoris.
Otot quadriceps femoris/rectus femoris a. Posisi pasien dan posisi awal tungkai :
Metode 2 Supine lying, dengan bokong berada di
pinggir bed serta posisi awal tungkai
menggantung di atas bed dalam posisi fleksi
knee 90o sedangkan pasien memeluk tungkai
yang lainnya.
b. Posisi fisioterapis :
Fisioterapis berada di bawah kaki pasien.
d. Teknik Pelaksanaan :
Fisioterapis menggerakkan hip pasien ke arah
ekstensi dan tungkai bawah kearah fleksi
knee sampai otot quadriceps femoris terulur
dan dipertahankan selama 10-15 menit.
e. Tujuan :
1. Mengurangi spasme otot quadriceps
femoris/rectus femoris.
2. Meningkatkan dan fleksibilitas elastisitas
jaringan otot quadriceps femoris/rectus
femoris.
Otot iliopsoas a. Posisi pasien dan posisi awal tungkai :
Metode 1 Supine lying, dengan bokong berada di
pinggir bed serta posisi awal tungkai
menggantung di atas bed dalam posisi fleksi
knee 90o sedangkan pasien memeluk tungkai
yang lainnya.
b. Posisi fisioterapis :
Fisioterapis berada di depan kaki pasien.
e. Tujuan :
1. Mengurangi spasme otot iliopsoas.
2. Meningkatkan dan fleksibilitas elastisitas
jaringan otot iliopsoas.
Otot iliopsoas
Metode 2 a. Posisi pasien dan posisi awal tungkai :
Posisi pasien side lying dengan kedua tungkai
fleksi knee 90° disertai dengan sedikit fleksi
hip.
b. Posisi fisioterapis :
Posisi fisioterapis berada di belakang pasien.
d. Teknik Pelaksanaan :
Fisioterapis menggerakkan kaki pasien ke
arah ekstensi hip dipertahankan selama 10 –
15 detik sampai otot iliopsoas terulur
e. Tujuan :
1. Mengurangi spasme otot iliopsoas
Meningkatkan fleksibilitas dan elastisitas
otot iliopsoas
Otot iliopsoas
Metode 3 a. Posisi pasien dan posisi awal tungkai :
Posisi pasien prone lying dengan tungkai
sebelah kanan sedikit fleksi dan
menggelantung di luar bed sedangkan tungkai
kiri fleksi knee 90°.
b. Posisi fisioterapis :
Berada di samping pasien.
d. Teknik Pelaksanaan :
Fisioterapis menggerakkan kaki kiri pasien
kearah ekstensi hip, dipertahankan selama 10
– 15 sampai otot iliopsoas terulur
e. Tujuan :
1. Mengurangi spasme otot iliopsoas
2. Meningkatkan fleksibilitas dan elastisitas
otot iliopsoas
Otot piriformis
Metode 1 a. Posisi pasien dan posisi awal tungkai :
Supine lying dengan kedua tungkai fleksi hip
+fleksi knee
b. Posisi fisioterapis :
Samping kanan tungkai pasien
d. Teknik Pelaksanaan :
Fisioterapis menggerakkan kaki kanan pasien
kea rah medial/ adduksi hip selama 10-15
detik sampai otot piriformis terulur
e. Tujuan :
1. Mengurangi spasme otot piriformis
2. Meningkatkan fleksibilitas dan elastisitas
otot priformis
b. Posisi fisioterapis :
Samping kanan tungkai pasien
d. Teknik Pelaksanaan :
Fisioterapis menggerakkan kaki kanan
pasien kea rah medial/ adduksi hip selama
10-15 detik sampai otot piriformis terulur
e. Tujuan :
1. Mengurangi spasme otot piriformis
2. Meningkatkan fleksibilitas dan elastisitas
otot priformis
Otot piriformis
Metode 3 a. Posisi pasien dan posisi awal tungkai :
Supine lying dengan kaki kiri netral dan kaki
kanan menyilang dalam posisi fleksi
hip+fleksi knee menyilang
b. Posisi fisioterapis :
Samping kanan tungkai pasien
d. Teknik Pelaksanaan :
Fisioterapis menggerakkan kaki kanan pasien
kea rah medial/ adduksi hip selama 10-15
detik sampai otot piriformis terulur
e. Tujuan :
1. Mengurangi spasme otot piriformis
2. Meningkatkan fleksibilitas dan elastisitas
otot priformis
Extremitas Superior
Otot ekstensor wrist
a. Posisi pasien dan posisi awal lengan :
Duduk di atas bed dengan tangan abduksi 90°
b. Posisi fisioterapis :
Fisioterapis berdiri di belakang pasien
d. Teknik Pelaksanaan :
Fisioterapis menggerakkan tangan pasien
kearah palmar fleksi wrist sampai otot
ekstensor wrist terulur dan dipertahankan
selama 10-15 detik
e. Tujuan :
1. Mengurangi spasme otot ekstensor wrist
2. Meningkatkan fleksibilitas dan elastisitas
otot ekstensor wrist
b. Posisi fisioterapis :
Berdiri di samping pasien
d. Teknik Pelaksanaan :
Fisioterapis menggerakkan tangan pasien
kearah dorsofleksi wrist sampai otot fleksor
wrist terulur dan dipertahankan selama 10-15
detik
e. Tujuan :
1. Mengurangi spasme otot ekstensor wrist
2. Meningkatkan fleksibilitas dan elastisitas
otot fleksor wrist
b. Posisi fisioterapis :
Berdiri di samping kepala pasien
d. Teknik Pelaksanaan :
Fisioterapis menggerakkan tangan pasien
kearah dorsofleksi wrist sampai otot fleksor
wrist terulur dan dipertahankan selama 10-15
detik
e. Tujuan :
1. Mengurangi spasme otot fleksor wrist
2. Meningkatkan fleksibilitas ekstensor wrist
Elastisitas otot fleksor wrist
b. Posisi fisioterapis :
Berdiri di belakang pasien
e. Tujuan :
1. Mengurangi spasme otot triceps brachii
2. Meningkatkan fleksibilitas dan elastisitas
otot triceps brachii
b. Posisi fisioterapis :
Berada di samping pasien
d. Teknik Pelaksanaan :
Fisioterapis menggerakkan tangan pasien kea
rah ekstensi elbow+ekstensi shoulder sampai
otot biceps brachii terulur dan dipertahankan
selama 10-15 detik
e. Tujuan :
1. Mengurangi spasme otot biceps brachii
2. Meningkatkan fleksibilitas dan elastisitas
otot biceps brachii
b. Posisi fisioterapis :
Berdiri disamping bed disisi kepala pasien.
c. Peletakan tangan fisioterapis :
Tangan kanan pada medial elbow untuk
memfiksasi, sedangkan tangan kiri pada
anterior distal lengan bawah sebagai
penggerak.
d. Teknik pelaksanaan :
Fisioterapis menggerakkan shoulder pasien
kearah endorotasi sampai otot infraspinatus
terulur. Pertahankan selama 10-15 detik
e. Tujuan :
1. Mengurangi spasme otot infraspinatus
2. Meningkatkan fleksibilitas dan
elastisitas otot infraspinatus
- .
b. Posisi fisioterapis :
Berdiri dibelakang pasien.
d. Teknik pelaksanaan :
Fisioterapis menggerakkan shoulder pasien
kearah adduksi sampai otot supraspinatus
terulur. Pertahankan selama 10-15 detik
e. Tujuan :
1. Mengurangi spasme otot supraspinatus
2. Meningkatkan fleksibilitas dan
elastisitas otot supraspinatus
b. Posisi fisioterapis :
Berada di belakang pasien.
d. Teknik Pelaksanaan :
Fisioterapis melakukan stretching pada elbow
pasien kearah abduksi horizontal shoulder,
kemudian dipertahankan selama 10 – 15 detik.
e. Tujuan :
1. Mengurangi spasme otot Pectoralis major
2. Meningkatkan elastisitas dan fleksibilitas
otot Pectoralis major (bilateral).
Otot pectoralis major (unilateral)
a. Posisi pasien dan posisi awal lengan :
Pasien dalam posisi spine lying. Lengan kanan
pasien melakukan abduksi shoulder 90o +
fleksi elbow 90o, sedangkan lengan kiri pasien
rileks.
b. Posisi fisioterapis :
Fisioterapis berada di samping kanan pasien.
d. Teknik Pelaksanaan :
Fisioterapis melakukan stretching pada elbow
pasien kearah abduksi horizontal, kemudian
dipertahankan selama 10 – 15 detik.
e. Tujuan :
1. Mengurangi spasme otot Pectoralis major
2. Meningkatkan elastisitas dan fleksibilitas otot
Pectoralis major (unilateral).
PNF LENGAN
LAPORAN PRAKTIKUM PNF LENGAN
c. Posisi Fisioterapis :
2. Posisi Akhir Berdiri di samping badan pasien dengan
menghadap kea rah tangan pasien yang akan
dilatih.Selama gerakan terapis mentransfer berat
badannya dari kaki kanan ke kaki kiri sehingga
dapat melanjutkan pandangan pada tangan pasien
sepanjang gerakan.
e. Timing :
Dimulai dari fleksi jari-jari tangan,fleksi
wrist,radial deviasi, diikuti supinasi lengan
bawah,ektensi elbow,diikuti eksorotasi shoulder
dan adduksi shoulder.
f. Teknik Pelaksanaan :
Posisikan lengan pasien seperti awal lengan
yang telah disebutkan diatas
Fisioterapi memberikan contoh gerakan
terlebih dahulu.
Instruksikan pasien untuk melakukan Fleksi
wrist dan hand(menggenggam tangan
fisioterapis), kemudian pasien melakukan
eksternal rotasi shoulder,supinasi lengan
bawah serta fleksi dan adduksi shoulder
kearah diagonal
Saat pasien melakukan gerakan fisioterapis
memberikan tahanan.
c. Posisi Fisioterapis :
Terapis berdiri disamping pasien dengan
menghadap kearah tangan pasien yang akan dilatih.
Selama gerakan, terapis mentransfer berat
badannya dari kaki kanan ke kaki kiri dengan rotasi
2. Posisi Akhir
sehingga dapat melanjutkan pandangan pada tangan
pasien sepanjang gerakan.
e. Timing :
Fleksi wrist dan hand,eksternal rotasi,supinasi
lengan bawah, fleksi elbow, adduksi shoulder
f. Teknik Pelaksanaan :
Posisikan lengan pasien seperti awal lengan
yang telah disebutkan diatas
Fisioterapi memberikan contoh gerakan
terlebih dahulu.
Instruksikan pasien untuk melakukan Fleksi
wrist dan hand(menggenggam tangan
fisioterapis), kemudian pasien melakukan
eksternal rotasi shoulder,supinasi lengan
bawah serta fleksi dan adduksi shoulder
kearah diagonal dikombinasikan dengan
fleksi elbow
e. Timing :
Dimulai dari fleksi jari-jari tangan,fleksi
wrist,radial deviasi, diikuti supinasi lengan
bawah,ektensi elbow,diikuti eksorotasi shoulder
dan adduksi shoulder.
f. Teknik Pelaksanaan :
Posisikan lengan pasien seperti awal lengan
yang telah disebutkan diatas
Fisioterapi memberikan contoh gerakan
terlebih dahulu.
Instruksikan pasien untuk melakukan Fleksi
wrist dan hand(menggenggam tangan
fisioterapis), kemudian pasien melakukan
eksternal rotasi shoulder,supinasi lengan
bawah serta fleksi dan adduksi shoulder
kearah diagonal dikombinasikan dengan
ekstensi elbow
Saat pasien melakukan gerakan fisioterapis
memberikan tahanan.
c. Posisi Fisioterapis :
Berdiri disamping pasien menghadap ke kepala
pasien. Selama gerakan, terapis mentransfer berat
2. Posisi Akhir
badan dari kaki kiri ke kaki kanan dengan rotasi
sehingga dapat melanjutkan pandangan pada tangan
pasien sepanjang gerakan.
e. Timing :
Gerakan diawali dengan komponen rotasi ; gerakan
terjadi pertama kali pada sendi2 distal diikuti
dengan sendi-sendi lebih proksimal sampai seluruh
anggota gerak atas bergerak.Maka timingnya
dimulai dari ekstensi jari-jari tangan, ekstensi wrist,
ulnar deviasi, diikuti pronasi lengan bawah,
ekstensi elbow, internal rotasi shoulder, ekstensi
shoulder dan terakhir abduksi shoulder.
f. Teknik Pelaksanaan :
Posisikan lengan pasien seperti awal lengan
yang telah disebutkan diatas
Fisioterapi memberikan contoh gerakan
terlebih dahulu.
Instruksikan pasien untuk membuka
tangannya (ekstensi wrist) dan meminta
pasien membalikkan tangan dan menarik
lengan kebawah di samping tubuh seraya
mendorong tangan ke posisi diagonal
ekstensi-abd-Internal rotasi sementara
tangan fisioterapis menahan di bagian
dorsum telapak tangan dan ekstensor wrist.
Pada gerakan akhir terjadi ekstensi jari2
tangan khususnya jari manis dan kelingking,
ekstensi + abduksi ibu jari, ekstensi wrist
kearah sisi ulnar, pronasi lengan bawah,
ekstensi, abduksi dan medial rotasi
shoulder, rotasi, depresi dan adduksi
scapula.
Saat pasien melakukan gerakan fisioterapis
memberikan tahanan.
c. Posisi Fisioterapis :
2. Posisi Akhir Berdiri disamping pasien, Pegangan tangan kanan
terapis dengan lumbrical grip memegang dorsum
tangan kanan pasien untuk memastikan terjadinya
stretch, tetapi jari jari tangan kiri berada diatas titik
elbow dari sisi ulnar untuk memperoleh fleksi
elbow
e. Timing :
gerakan diawali dengan komponen rotasi ; gerakan
terjadi pertama kali pada sendi2 distal diikuti
dengan sendi2 lebih proksimal sampai seluruh
anggota gerak atas bergerak.Maka timingnya
dimulai dari ekstensi jari-jari tangan, ekstensi wrist,
ulnar deviasi, diikuti pronasi lengan bawah,
internal rotasi shoulder, ekstensi shoulder dan
abduksi shoulder dikombinasikan fleksi elbow.
f. Teknik Pelaksanaan :
Posisikan lengan pasien seperti awal lengan
yang telah disebutkan diatas
Fisioterapi memberikan contoh gerakan
terlebih dahulu.
Instruksikan pasien untuk membuka
tangannya (ekstensi wrist) dan meminta
pasien membalikkan tangan dan menarik
lengan kebawah di samping tubuh seraya
mendorong tangan ke posisi diagonal
ekstensi-abd-Internal rotasi sementara
tangan fisioterapis menahan di bagian
dorsum telapak tangan dan ekstensor wrist.
Pada gerakan akhir terjadi ekstensi jari2
tangan khususnya jari manis dan kelingking,
ekstensi + abduksi ibu jari, ekstensi wrist
kearah sisi ulnar, pronasi lengan bawah,
ekstensi, abduksi dan medial rotasi
shoulder, rotasi, depresi dan adduksi scapula
dikombinasikan dengan fleksi elbow
Saat pasien melakukan gerakan fisioterapis
memberikan tahanan.
c. Posisi Fisioterapis :
2. Posisi Akhir
Berdiri disamping pasien menghadap ke kepala
pasien. Selama gerakan, terapis mentransfer berat
badan dari kaki kiri ke kaki kanan dengan rotasi
sehingga dapat melanjutkan pandangan pada tangan
pasien sepanjang gerakan.
d. Posisi Tangan Proksimal dan Distal :
Tangan Proksimal : Tangan kiri fisioterapis berada
pada elbow pasien
Tangan Distal : tangan kanan fisioterapis berada
pada telapak tangan pasien.
e. Timing :
gerakan diawali dengan komponen rotasi ; gerakan
terjadi pertama kali pada sendi2 distal diikuti
dengan sendi-sendi lebih proksimal sampai seluruh
anggota gerak atas bergerak.Maka timingnya
dimulai dari ekstensi jari-jari tangan, ekstensi wrist,
ulnar deviasi, diikuti pronasi lengan bawah,
ekstensi elbow, internal rotasi shoulder, ekstensi
shoulder dan terakhir abduksi shoulder.
f. Teknik Pelaksanaan :
Posisikan lengan pasien seperti awal lengan
yang telah disebutkan diatas
Fisioterapi memberikan contoh gerakan
terlebih dahulu.
Instruksikan pasien untuk membuka
tangannya (ekstensi wrist) dan meminta
pasien membalikkan tangan dan menarik
lengan kebawah di samping tubuh seraya
mendorong tangan ke posisi diagonal
ekstensi-abd-Internal rotasi sementara
tangan fisioterapis menahan di bagian
dorsum telapak tangan dan ekstensor wrist.
Pada gerakan akhir terjadi ekstensi jari2
tangan khususnya jari manis dan kelingking,
ekstensi + abduksi ibu jari, ekstensi wrist
kearah sisi ulnar, pronasi lengan bawah,
ekstensi, abduksi dan medial rotasi
shoulder, rotasi, depresi, adduksi scapula
dan dikombinasikan dengan ekstensi elbow
Saat pasien melakukan gerakan fisioterapis
memberikan tahanan.
e. Timing :
Ekstensi/adduksi/medial rotasi shoulder dengan
pronasi lengan bawah, fleksi dan ulnar deviasi wrist,
fleksi jari-jari tangan serta fleksi – opposisi,
Ekstensi jari-jari tangan (khususnya jari tengah dan
telunjuk) dan ibu jari tangan, ekstensi wrist + radial
deviasi, supinasi lengan bawah lalu ekstensi elbow
kearah kepala.
f. Teknik Pelaksanaan :
Posisikan lengan pasien seperti awal lengan
yang telah disebutkan diatas
Fisioterapi memberikan contoh gerakan
terlebih dahulu.
Tangan yang berada di permukaan dorsal
tangan, mengintruksikan untuk melakukan
ekstensi wrist secara maksimal, kemudian
pasien memutar tangannya menghadap
wajah. Lalu lengan ke atas dan luar(Abduksi
dan ekternal rotasi shoulder). Sambil pasien
melalkukan gerakan tersebut, fisioetrapi
memberikan tahanan kepada lengan pasien.
Saat pasien melakukan gerakan fisioterapis
memberikan tahanan.
c. Posisi Fisioterapis :
Berdiri di samping kanan pasien
2. Posisi Akhir
d. Posisi Tangan Proksimal dan Distal :
Posisi tangan proksimal : diatas epicondylus lateral
humeri untuk menghasilkan fleksi elbow
Posisi tangan distal : tangan kiri terapis memegang
tangan kanan pasien dimana kontak dengan dorsum
tangan pasien.
e. Timing :
Ekstensi/adduksi/medial rotasi shoulder dengan
pronasi lengan bawah, fleksi dan ulnar deviasi wrist,
fleksi jari-jari tangan serta fleksi – opposisi,
Ekstensi jari-jari tangan (khususnya jari tengah dan
telunjuk) dan ibu jari tangan, ekstensi wrist + radial
deviasi, supinasi lengan bawah lalu fleksi elbow
kearah kepala
f. Teknik Pelaksanaan :
Posisikan lengan pasien seperti awal lengan
yang telah disebutkan diatas
Fisioterapi memberikan contoh gerakan
terlebih dahulu.
Dalam posisi Ekstensi/adduksi/medial rotasi
shoulder dengan pronasi lengan bawah,
fleksi dan ulnar deviasi wrist, fleksi jari-jari
tangan serta fleksi – opposisi ibu jari pasien
diminta untuk melakukan gerakan membuka
tangan atau ekstensi wrist + radial deviasi,
supinasi lengan bawah, lalu minta pasien
mengangkat lengannya sambil
memfleksikan elbow seperti gerakan
menyisir sementara fisioterapis memberikan
sedikit tahanan
Saat pasien melakukan gerakan fisioterapis
memberikan tahanan.
c. Posisi Fisioterapis :
Berdiri di samping pasien (secara diagonal) dekat
dengan tangan yang akan dilatih.
2. Posisi Akhir
d. Posisi Tangan Proksimal dan Distal :
Tangan proksimal berada di epicondilus lateral
humeri dan tangan distal (kanan) berada di dorsal
telapak tangan pasien.
e. Timing :
Mulai dari ekstensi jari-jari tangan, ekstensi wrist +
radial deviasi diakhiri dengan ekstensi elbow kea
rah diagonal.
f. Teknik Pelaksanaan :
- Fisioterapis memberikan contoh gerakan terlebih
dahulu dengan menggerakkan lengan pasien.
- Kemudian instruksikan pasien melakukan gerakan
ekstensi wrist dan jari-jari. Letakkan tangan kanan
fisioterapis pada dorsal tangan pasien sebagai
tahanan.
- Secara perlahan minta pasien untuk
mengekstensikan lengannya ke arah diagonal
sambil fisioterapis memberikan tahanan pada
elbow.
c. Posisi Fisioterapis :
Berdiri di samping pasien (secara diagonal) dekat
dengan tangan yang akan dilatih.
f. Teknik Pelaksanaan :
- Fisioterapis memberiksan contoh gerakan terlebih
dahulu dengan menggerakkan lengan pasien.
- Kemudian instruksikan pasien melakukan gerakan
fleksi jari-jari dan wrist bergerak kearah ulnar
deviasi. Letakkan tangan kanan fisioterapis pada
palmar tangan pasien sebai tahanan.
- Secara perlahan minta pasien untuk membawa
lengannya secara diagonal ke arah adduksi sambil
ekstensi dan internal rotasi shoulder. Tangan
fisioterapis pada elbow menahan gerakan dan
diakhiri dengan anterior depresi scapula pasien.
c. Posisi Fisioterapis :
Berada di samping pasien dekat dengan tangan
pasien yang akan dilatih.
f. Teknik pelaksanaan :
- Fisioterapis memberikan contoh gerakan terlebih
dahulu dengan menggerakkan lengan pasien.
- Kemudian instruksikan pasien melakukan
gerakan fleksi jari-jari dan wrist bergerak ke arah
ulnar deviasi. Letakkan tangan kanan fisioterapis
pada palmar tangan pasien sebagai tahanan.
- Secara perlahan minta pasien untuk membawa
lengannya secara diagonal kearah chest sambil
fleksi elbow disertai adduksi shoulder dan
internal rotasi shoulder. Tangan fisioterapis pada
elbow menahan gerakan.
c. Posisi Fisioterapis :
Berada di samping pasien dekat dengan tangan
pasien yang akan dilatih.
d. Posisi Tangan Proksimal dan Distal :
Tangan kiri fisioterapis berada di elbow (proksimal)
e. Timing :
Diawali dengan fleksi jari-jari dan fleksi wrist ke
arah ulnar deviasi. Kemudian kearah ekstensi elbow
dan ekstensi shoulder diakhiri dengan adduksi
shoulder diantara kedua tungkai.
f. Teknik Pelaksanaan :
PNF TUNGKAI
c. Posisi Fisioterapis :
Berdiri dekat dengan kaki pasien yang akan
dilatih.
e. Timing :
Dimulai dengan ekstensi jari-jari kaki
kemudian dorso fleksi ankle dan inversi.
Kemudian knee fleksi dan fleksi hip kearah
diagonal atau kearah shoulder yang
berlawanan.
f. Teknik pelaksanaan :
Fisioterapis memberikan contoh gerakan
terlebuh dahulu dengan menggerakkan
tungkai pasien.
Kemudian instruksikan pasien melakukan
gerakan dorso fleksi sambil fisioterapis
memberikan tahanan pada punggung kaki.
Secara perlahan minta pasien untuk
melakukan fleksi knee dan hip kearah
shoulder dalam posisi diagonal.
e. Timing :
Dimulai dengan ekstensi jari-jari kaki
kemudian dorso fleksi ankle dan inversi.
Kemudian knee fleksi dan fleksi hip kearah
diagonal atau kearah shoulder yang
berlawanan.
f. Teknik pelaksanaan :
Fisioterapis memberikan contoh gerakan
terlebuh dahulu dengan menggerakkan
tungkai pasien.
Kemudian instruksikan pasien melakukan
gerakan dorso fleksi sambil fisioterapis
memberikan tahanan pada punggung kaki.
Secara perlahan minta pasien untuk
melakukan fleksi knee dan hip ke arah
shoulder dalam posisi diagonal.
j. Posisi Fisioterapis :
Fisioterapis berada disamping pasien dengan
kedua tungkai dalam posisi diagonal.
4. Posisi Akhir
k. Posisi Tangan Proksimal dan Distal :
Tangan proximal (kiri) berada di atas patella
dan tangan distal (kanan) berada di punggung
kaki.
l. Timing :
Mulai dari ekstensi jari-jari kaki dan
dorsofleksi ankle disertai inversi kemudian
dilanjutkan dengan fleksi hip diikuti dengan
ekstensi knee full dan eksternal rotasi hip.
m. Teknik Pelaksanaan :
- Fisioterapis memberikan contoh gerakan
terlebih dahulu dengan menggerakkan
tungkai pasien
- Kemudian instruksikan pasien melakukan
gerakan ekstensi jari-jari dan dilanjutkan
dengan dorso fleksi sambil fisioterapis
memberikan tahanan pada punggung kaki
pasien.
- Secara perlahan minta pasien untuk fleksi
hip diikuti ekstensi knee dan internal rotasi
hip. Tangan fisioterapis pada distal paha
memberi tahanan pada gerakan fleksi hip.
n. Tujuan : untuk melatih otot :
1) Psoas major, iliacus, group otot adductor,
Sartorius, pectineus dan rectus femoris
2) Quadriceps
3) Tibialis anterior
4) Ekstensor hallucis dan digitorum.
Pola Extensi-Abduksi-Internal a. Posisi Pasien :
Rotasi
Supine lying.
3. Posisi Awal
c. Posisi Fisioterapis :
Berdiri dekat dengan kaki pasien yang akan
dilatih.
4. Posisi Akhir
d. Posisi tangan proksimal dan distal :
Tangan proksimal (kiri) di atas permukaan
telapak kaki bagian tengah dan tangan distal
(kanan) dibagian bawah lipatan knee.
f. Teknik pelaksanaan :
Fisioterapis memberikan contoh gerakan
terlebih dahulu dengan menggerakkan
tungkai pasien.
Kemudian instruksikan pasien melakukan
gerakan plantar fleksi sambil fisioterapis
memberikan tahanan pada permukaan
telapak kaki pasien.
Secara perlahan minta pasien untuk
memutar hip kearah internal rotasi sampai
pada posisi ekstensi dan abduksi hip
g. Tujuan : Untuk melatih otot :
1) Gluteus maksimus, Gluteus medius,
Gluteus minimus
2) Otot Hamstring
3) Tensor fasciae latae
4) Peroneus, gastronemius, soleus,
plantaris.
Pola Extensi-Abduksi-Internal
Rotasi with fleksi knee
h. Posisi Pasien :
3. Posisi Awal
Supine lying
j. Posisi Fisioterapis :
Berdiri disamping pasien.
l. Timing :
Dimulai dari medial rotasi hip, plantar fleksi
ankle dan eversi kaki, fleksi jari2 kaki, fleksi
knee, ekstensi dan abduksi hip.
m. Teknik Pelaksanaan :
Minta pasien untuk memutar kakinya keluar,
dorong jari-jari kaki ke bawah kemudian
membengkokkan lututnya, sedangkan
fisioterapis melakukan transfer berat tubuh dari
kaki kanan ke kaki kiri selama aplikasi.
j. Posisi Fisioterapis :
4. Posisi Akhir Berdiri disamping pasien
m. Teknik Pelaksanaan :
Pasien diminta untuk mendorong kakinya
dengan kuat
j. Posisi Fisioterapis :
Berdiri disamping pasien
4. Posisi Akhir
k. Posisi Tangan Proksimal dan Distal :
Tangan kanan berada di patella sedangkan
tangan kiri berada di dorsal telapak kaki.
l. Timing :
Medial rotasi hip, dorsifleksi ankle dan eversi
kaki, ekstensi jari2 kaki, fleksi dan abduksi
hip.
m. Teknik Pelaksanaan :
Pasien diminta untuk memutar kakinya
kemudian keluar dan tarik kaki keatas “tarik
– kuat”.
Pola Fleksi-Abduksi-Internal
h. Posisi Pasien :
Rotasi with fleksi knee
3. Posisi Awal Supine lying.
j. Posisi Fisioterapis :
Berdiri disamping pasien
4. Posisi Akhir
k. Posisi Tangan Proksimal dan Distal :
Tangan kiri berada di patella sedangkan tangan
kanan berada di dorsal telapak kaki.
l. Timing :
Medial rotasi hip, dorsifleksi ankle dan eversi
kaki, fleksi knee, fleksi hip dan abduksi hip.
m. Teknik Pelaksanaan :
Pasien diminta untuk menarik kuat kakinya
dengan menggerakkan kearah medial rotasi
hip, dorsifleksi ankle dan eversi kaki, fleksi
knee, fleksi hip dan abduksi hip.
e. Timing :
Medial rotasi hip dengan dorsifleksi ankle dan
eversi kaki, ekstensi jari2 kaki, ekstensi knee,
fleksi dan abduksi hip.
f. Teknik Pelaksanaan :
Pasien diminta untuk memutar kakinya keluar,
tarik kuat keatas dan luruskan lutut.
j. Posisi Fisioterapis :
Berdiri disamping pasien.
l. Timing :
Lateral rotasi hip, plantarfleksi ankle dan
4. Posisi Akhir inversi kaki, fleksi jari2 kaki, ekstensi dan
adduksi hip.
m. Teknik Pelaksanaan :
Pasien diminta untuk memutar kakinya
kedalam dan dorong kaki ke bawah, “dorong –
kuat”, sedangkan fisioterapis harus
mentransfer berat tubuhnya dari satu kaki ke
kaki lainnya.
c. Posisi Fisioterapis :
Berdiri disamping pasien
e. Timing :
Lateral rotasi hip, plantarfleksi ankle dan
inversi kaki, fleksi jari2 kaki, fleksi knee,
ekstensi dan adduksi hip
f. Teknik Pelaksanaan :
Pasien diminta untuk mendorong – kuat,
kemudian bengkokkan lututnya.
c. Posisi Fisioterapis :
Berdiri disamping pasien.
4. Posisi Akhir
e. Timing :
Lateral rotasi hip, plantar fleksi ankle dan
inversi kaki, fleksi jari2 kaki, ekstensi knee,
ekstensi dan adduksi hip
f. Teknik Pelaksanaan :
Pasien diminta untuk mendorong kuat tahanan
yang diberikan oleh fisioterapis.