Professional Documents
Culture Documents
Struktur serat
Serat sutera mentah mempunyai komposisi sebagai berikut:
Sifat-sifat Fisika
Sifat-sifat Kimia
Zat warna asam termasuk zat warna yang larut dalam air karena mempunyai
gugus pelarut sulfonat atau karboksilat dalam struktur molekulnya. Gugus – gugus
tersebut juga berfungsi sebagi gugus fungsi untuk mengadakan ikatan ionik
dengan tempat – tempat positif dalam serat sutera.
Zat warna asam yang mempunyai satu gugus sulfonat dalam struktur
molekulnya disebut zat warna asam dibasik dan seterusnya. Karena gugus pelarut
zat warna dibasik lebih banyak gugus pelarutnya, maka kelarutannya makin tinggi,
akibatnya pencelupannya menjadi lebih mudah rata, tetapi tahan luntur hasil
celupan terhadap pencuciannya akan berkurang. Selain itu dibanding zat warna
asam monobasik jumlah maksimum zat warna asam dibasik yang dapat terserap
oleh serat wol atau sutera menjadi lebih kecil, terutama bila suasana larutan celup
kurang begitu asam, karena dalam kondisi seperti itu tempat–tempat positif pada
bahan terbatas. Jadi untuk pencelupan zat warna tua dalam kondisi tersebut
sebaiknya digunakan zat warna asam monobasik.
Keunggulan lain dari zat warna asam adalah warnanya yang cerah, hal
tersebut karena ukuran partikelnya relatif kecil (lebih kecil dari ukuran zat warna
direk).Struktur kimia zat warna asam bervariasi, antara lain jenis trifenil metan,
xanten, nitro aromatik, azo dan pirazolon. Kebanyakan zat warna asam termasuk
jenis azo sehingga hasil celupnya dapat dilunturkan dengan reduktor.
Ikatan antara serat dan zat warna yang utama adalah ikatan ionik juga terdapat
sedikit ikatan Van Der Walls. Untuk pencelupan warna tuabiasanya diperlukan
kondisi larutan celup yang yang sangat asam pada pH 3 – 4, tapi untuk warna
sedang dan muda dapat dilakukan pada pH 4 – 5.
Tahan luntur zat warna asam milling lebih baik dibanding zat warna asam
levelling (celupan rata) karena walaupun ikatan antara serat dan zat warna dengan
serat masih didominasi ikatan ionik tetapi sumbangan ikatan sekunder berupa
gaya Van Der Walls nya juga relatif mulai cukup besar (sesuai dengan makin
besarnya ukuran partikel zat warna).
Untuk mencelup warna tua umumnya diperlukan kondisi larutan celup pH 4 –
5, tetapi untuk warna sedang dan muda sebaiknya dilakukan pada pH 5 – 6 agar
hasil celupnya rata. Penambahan NaCl dalam larutan celup akan berfungsi
sebagai pendorong penyerapan zat warna.
Tahan luntur yang tinggi diperoleh dari adanya ikatan antara serat dan zat
warna yang berupa ikatan ionik yang didukung oleh ikatan dari gaya Van Der Walls
serat kemungkinan terjadinya ikatan hidrogen.
Untuk pencelupan warna tua dapat dilakukan pada kondisi larutan celup pH 5
– 6 tetapi untuk warna sedang dan muda dapat dilakukan pada pH 6 – 7. Agar
resiko belang menjadi lebih kecil biasanya tidak diperlukan penambahan NaCl
(atau kosentrasinya dikurangi), karena NaCl dalam suasana larutan celup yang
kurang asam akan berfungsi sebagai pendorong penyerapan zat warna. Untuk
menghindari terjadinya belang pada pencelupan super milling biasanya suka
ditambahkan perata anionik.
Jenis ZW Asam menurut ukuran partikel, affiitas terhadap serat, kerataan dan
tahan luntur
Tahan
Ukuran Afinitas
ZW Asam Kerataan luntur
Partikel terhadap Serat
warna
Milling Sedang
Besar Bagus
Klasifikasi zat warna asam berdasarkan struktur molekul
Pencapan sutera menggunakan zat warna asam merupakan reaksi pertukaran ion.
Struktur sutera memiliki gugus amina dan karboksilat yang didalam pasta cap akan
menyerap ion-ion hidrogen bermuatab positif dan membentuk ikatan garam yang
dapat mengikat anion dari molekul zat warna asam dengan ikatan elektrovalen
(ikatan ionik).
Pencapan menggunakan zat warna asam pada serat sutera pada umumnya
memerlukan asam untuk membantu penyerapan zat warna. Beberapa jenis zat
warna asam tidak akan mewarnai serat atau hanya bersifat menodai apabila
kondisi larutan zat warna tidak berada dalam suasana asam. Penggunaan asam
yang berbeda juga mempengaruhi penyerapan zat warna asam pada sutera.
Dapat dilihat pada kurva, bahwa pada proses Pencapan tanpa penambahan asam
cenderung tidak ada peningkatan daya serap, namun jika ditambahkan misalkan
asam lemah seperti asam asetat, terjadi penigkatan penyerapan, begitu pula jika
ditambahkan asam kuat seperti asam sulfat, peningkatan penyerapan mencapai
dua kali lipat lebih besar dari penggunaan asam lemah.
3.2. Bahan
1) Kain Sutera
3.2.1. Bahan Pengental
Pengental Tamarin
3.2.2. Bahan Pasta Cap
1) Zat warna Asam
2) Natrium asetat
3) Zat higroskopik (urea)
4) Asam asetat
5) Pengental Tamarin
IV. RESEP
4.1. Resep pengental induk
Pengental Tamarin: 10%
20 20 20 20
Zat warna × 75 × 75 × 75 × 75
1000 1000 1000 1000
Asam
= 1,5 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1,5 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1,5 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1,5 𝑔𝑟𝑎𝑚
5 5 5 5
Asam × 75 × 75 × 75 × 75
1000 1000 1000 1000
asetat
= 0,375 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,375 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,375 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,375 𝑔𝑟𝑎𝑚
Zat 50 50 50 50
× 75 × 75 × 75 × 75
Hidrokopis 1000 1000 1000 1000
(urea) = 3,75 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 3,75 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 3,75 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 3,75 𝑔𝑟𝑎𝑚
25 25 25 25
Natrium × 75 × 75 × 75 × 75
1000 1000 1000 1000
Asetat
= 1,875 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1,875 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1,875 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1,875 𝑔𝑟𝑎𝑚
Suhu
100oC 100oC 100oC 100oC
drying
Waktu
2 menit 2 menit 2 menit 2 menit
drying
Waktu
10 menit 15 menit 20 menit 25 menit
Steaming
V. FUNGSI ZAT
1. Pengental Tamarin :Sebagai pengental yang akan membuat pasta
cap menjadi kental
2. Air :Sebagai penyeimbang kekentalan pasta cap
3. Zat warna Asam : untuk mewarnai serat atau bahan.
4. Zat higroskopis (urea) : Untuk menjaga kelembaban kain
5. Asam Asetat : Untuk memberikan muatan positif pada
Serat sutera dan pemberi
suasana asam pada pasta cap
6. Natrium asetat :sebagai Buffer PH
proses pencucian
persiapan alat dan
steaming (10 ,15,20,25) menit (dingin,sabun
bahan
panas,bilas)
evaluasi (ketuaan
pembuatan pasta warna,kerataan
proses pencapan
cap warna,ketajaman
motif,handling)
Ketuaan
Variasi Penilaian
Waktu Orang ke Orang ke Orang ke Orang ke Total Ranking
steaming 1 2 3 4
5 menit
10 menit
15 menit
20 menit
Kerataan
Variasi Penilaian
Waktu Orang ke Orang ke Orang ke Orang ke Total Ranking
steaming 1 2 3 4
5 menit
10 menit
15 menit
20 menit
5 menit
10 menit
15 menit
20 menit
IX. DISKUSI
DAFTAR PUSTAKA