You are on page 1of 16

LAPORAN PRAKTIKUM PENCAPAN II

PENCAPAN KAIN SUTERA DENGAN ZAT WARNA ASAM PADA


PENGGUNAAN NATRIUM ASETAT 25 g/L & CH3COOH 5 g/L VARIASI
WAKTU STEAMING
Disusun oleh :

Ahmad Syifa Zafran :15020002


Jantera Sekar Tirta :15020016
Safira Noorhayati :15020029
Windi setiawati :15020030
Grup : 3K1
Dosen :Sukirman,.S.ST.,MIL.
Asisten :Samuel M.,S.ST.
Desiriana

POLITEKNIK SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL


BANDUNG
2018
I. MAKSUD DAN TUJUAN
1.1. Maksud
Melakukan proses pencapan pada kain Sutera dengan zat warna
Asam dalam penggunaan Natrium asetat 25 gr/L & CH3COOH 5 g/L
variasi waktu Steaming
1.2. Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh variasi waktu Steaming pada


pencapan Sutera dengan zat warna asam pada penggunaan Natrium
Asetat 25 gr/L & CH3COOH 5 g/L

II. TEORI DASAR


2.1. Pencapan

Pencapan adalah suatu proses untuk mewarnai bahan tekstil dengan


melekatkan zat warna pada kain secara tidak merata sesuai dengan motif yang
diinginkan. Motif yang akan diperoleh pada kain cap nantinya harusnya dibuat dulu
gambar pada kertas. Kemudian dari gambar ini masing-masing warna dalam
komponen gambar yang akan dijadikan motif dipisahkan dalam kertas film. Dari
kertas film inilah motif dipindahkan ke screen, dimana dalam screen ini bagian-
bagian yang tidak ada gambarnya akan tertutup oleh zat peka cahaya sedangkan
untuk bagian-bagian yang merupakan gambar akan berlubang dan dapat
meneruskan pasta cap ke bahan yang akan dicap.

2.2. Serat Sutera

Serat sutera adalah Serat yg diperoleh dari sejenis serangga yg disebut


‘Lepidoptera’. Serat sutera yg berbentuk filamen dihasilkan oleh larva ulat sutera
waktu membentuk kepompong. Spesies yang dipelihara untuk menghasilkan serat
sutera adalah Bombyx Mori

Proses produksi sutera dibagi menjadi 2 :

1. Pembibitan, yang berhubungan dgn produksi kepompong

2. Penggulungan sutera yg berhubungan dengan penguraian kepompong


menjadi benang
Dalam tubuh ulat sutera itu terdapat dua kelenjar sutera yang
mengeluarkan cairan yang disebut Fibrion yaitu cairan yang menjadi serat sutera
atau filament sutera. Kelenjar sutera tersebut terdiri dari posterior, reservoir dan
anterior. Grade benang sutera terutama didasarkan pada kehalusan, kerataan dan
kekuatan

Struktur serat
Serat sutera mentah mempunyai komposisi sebagai berikut:

 Fibrovin (serat) : 76%


 Serisin (perekat) : 22%
 Lilin : 1,5%
 Garam-garam mineral : 0,5%

Sifat-sifat Serat sutera

Sifat-sifat Fisika

- Dalam keadaan kering kekuatan sutera 4 – 4,5 gram/denier dengan mulur


20 – 25 %

- Sifat khusus sutera adalah bunyi gemerisik

- Kurang tahan terhadap sinar matahari

Sifat-sifat Kimia

- Sutera bersifat menyerap asam dan basa dalam larutan encer

- Larut dan rusak didalam asam kuat

- Tidak tahan dengan zat-zat oksidator

- Tahan terhadap serangga dibanding dengan serat alam lain

Bentuk penampang melintang serat sutera segitiga & penampang membujurnya


bergaris-garis
2.3 Zat Warna Asam

Zat warna asam termasuk zat warna yang larut dalam air karena mempunyai
gugus pelarut sulfonat atau karboksilat dalam struktur molekulnya. Gugus – gugus
tersebut juga berfungsi sebagi gugus fungsi untuk mengadakan ikatan ionik
dengan tempat – tempat positif dalam serat sutera.

Zat warna asam yang mempunyai satu gugus sulfonat dalam struktur
molekulnya disebut zat warna asam dibasik dan seterusnya. Karena gugus pelarut
zat warna dibasik lebih banyak gugus pelarutnya, maka kelarutannya makin tinggi,
akibatnya pencelupannya menjadi lebih mudah rata, tetapi tahan luntur hasil
celupan terhadap pencuciannya akan berkurang. Selain itu dibanding zat warna
asam monobasik jumlah maksimum zat warna asam dibasik yang dapat terserap
oleh serat wol atau sutera menjadi lebih kecil, terutama bila suasana larutan celup
kurang begitu asam, karena dalam kondisi seperti itu tempat–tempat positif pada
bahan terbatas. Jadi untuk pencelupan zat warna tua dalam kondisi tersebut
sebaiknya digunakan zat warna asam monobasik.

Keunggulan lain dari zat warna asam adalah warnanya yang cerah, hal
tersebut karena ukuran partikelnya relatif kecil (lebih kecil dari ukuran zat warna
direk).Struktur kimia zat warna asam bervariasi, antara lain jenis trifenil metan,
xanten, nitro aromatik, azo dan pirazolon. Kebanyakan zat warna asam termasuk
jenis azo sehingga hasil celupnya dapat dilunturkan dengan reduktor.

Penggolongan zat warna asam yang umum berdasarkan cara pemakaiannya


yaitu:

1. Zat Warna Asam Levelling


Zat warna Asam levelling disebut juga zat warna asam celupan rata karena
pencelupannya mudah rata akibat dari ukuran molekul zat warnanya yang relatif
kecil sehingga substantifitasnya terhadap serat relatif kecil, sangat mudah larut
dan warnanya sangat cerah, tetapi tahan luntur warnanya rendah.

Ikatan antara serat dan zat warna yang utama adalah ikatan ionik juga terdapat
sedikit ikatan Van Der Walls. Untuk pencelupan warna tuabiasanya diperlukan
kondisi larutan celup yang yang sangat asam pada pH 3 – 4, tapi untuk warna
sedang dan muda dapat dilakukan pada pH 4 – 5.

Pemakaian NaCl pada larutan celup yang pH nya rendahakan berfungsi


sebagai perata, tetapi pada Ph >4 berperan sebagai pendorong penyerapan zat
warna.

2. Zat Warna Asam Miling


Ukuran molekul zat warna asam milling agak lebih besat dibanding zat warna
asam levelling, sehingga affinitas zat warna asam milling lebih besar dan agak
sukar bermigrasi dalam serat, sehingga agak sukar mendapatkan hasil celupan
yang rata.

Tahan luntur zat warna asam milling lebih baik dibanding zat warna asam
levelling (celupan rata) karena walaupun ikatan antara serat dan zat warna dengan
serat masih didominasi ikatan ionik tetapi sumbangan ikatan sekunder berupa
gaya Van Der Walls nya juga relatif mulai cukup besar (sesuai dengan makin
besarnya ukuran partikel zat warna).
Untuk mencelup warna tua umumnya diperlukan kondisi larutan celup pH 4 –
5, tetapi untuk warna sedang dan muda sebaiknya dilakukan pada pH 5 – 6 agar
hasil celupnya rata. Penambahan NaCl dalam larutan celup akan berfungsi
sebagai pendorong penyerapan zat warna.

3. Zat Warna Asam Super Milling


Zat warna asam super milling mempunyai ukuran molekul paling besar
dibanding zat warna asam yang lainnya, sehingga affinitas terhadap serat relatif
besar dan sukar bermigrasi, akibatnya sukar mendapatkan kerataan hasil
celupannya, tetapi tahan lunturnya tinggi.

Tahan luntur yang tinggi diperoleh dari adanya ikatan antara serat dan zat
warna yang berupa ikatan ionik yang didukung oleh ikatan dari gaya Van Der Walls
serat kemungkinan terjadinya ikatan hidrogen.

Untuk pencelupan warna tua dapat dilakukan pada kondisi larutan celup pH 5
– 6 tetapi untuk warna sedang dan muda dapat dilakukan pada pH 6 – 7. Agar
resiko belang menjadi lebih kecil biasanya tidak diperlukan penambahan NaCl
(atau kosentrasinya dikurangi), karena NaCl dalam suasana larutan celup yang
kurang asam akan berfungsi sebagai pendorong penyerapan zat warna. Untuk
menghindari terjadinya belang pada pencelupan super milling biasanya suka
ditambahkan perata anionik.

Jenis ZW Asam menurut ukuran partikel, affiitas terhadap serat, kerataan dan
tahan luntur

Tahan
Ukuran Afinitas
ZW Asam Kerataan luntur
Partikel terhadap Serat
warna

Levelling Kecil Mudah rata

Milling Sedang

S Miling Sukar rata

Besar Bagus
Klasifikasi zat warna asam berdasarkan struktur molekul

Menurut struktur molekulnya zat warna asam dapat di golongkan menjadi 7


golongan sebagai berikut:

1. Golongan 1, derivat trifenil metan

2. Golongan 2, derivat xantena

3. Golongan 3, senyawa nitro

4. Golongan 4, senyawa-senyawa azo


5. Golongan 5, senyawa pyrazolone yang dibuat dari pemanasan fenil
hidrazina-p-asam sulfonate dengan hidroksi asam tartat

6. Golongan 6, inti antrakuinon

2.4 Mekanisme pencapan sutera dengan Zat Warna Asam

Pencapan sutera menggunakan zat warna asam merupakan reaksi pertukaran ion.
Struktur sutera memiliki gugus amina dan karboksilat yang didalam pasta cap akan
menyerap ion-ion hidrogen bermuatab positif dan membentuk ikatan garam yang
dapat mengikat anion dari molekul zat warna asam dengan ikatan elektrovalen
(ikatan ionik).

Pencapan menggunakan zat warna asam pada serat sutera pada umumnya
memerlukan asam untuk membantu penyerapan zat warna. Beberapa jenis zat
warna asam tidak akan mewarnai serat atau hanya bersifat menodai apabila
kondisi larutan zat warna tidak berada dalam suasana asam. Penggunaan asam
yang berbeda juga mempengaruhi penyerapan zat warna asam pada sutera.
Dapat dilihat pada kurva, bahwa pada proses Pencapan tanpa penambahan asam
cenderung tidak ada peningkatan daya serap, namun jika ditambahkan misalkan
asam lemah seperti asam asetat, terjadi penigkatan penyerapan, begitu pula jika
ditambahkan asam kuat seperti asam sulfat, peningkatan penyerapan mencapai
dua kali lipat lebih besar dari penggunaan asam lemah.

III. ALAT DAN BAHAN


3.1. Alat
1) Rakel
2) Screen
3) Kain lap
4) Pengaduk
5) Gelas plastik
6) Gelas piala
7) Gelas ukur
8) Timbangan analitik
9) Mixer
10) Stenter IR
11) Dandang

3.2. Bahan
1) Kain Sutera
3.2.1. Bahan Pengental
Pengental Tamarin
3.2.2. Bahan Pasta Cap
1) Zat warna Asam
2) Natrium asetat
3) Zat higroskopik (urea)
4) Asam asetat
5) Pengental Tamarin
IV. RESEP
4.1. Resep pengental induk
 Pengental Tamarin: 10%

4.2. Resep pasta pencapan


 ZW Asam : 20 gram
 Asam Asetat : 5 gram
 Zat higroskopik (urea) : 50 gram
 Natrium Asetat :25 gram
 Pengental Gom : 700 gram
 Balance : X gram
 Waktu steaming : 10,15,20,25 menit

4.3. Perhitungan resep


Resep pengental induk

Pengental Pengental induk dibuat dari 100 gram


Tamarin pengental Tamarin dan air 1000 ml
Resep pasta cap (variasi waktu steaming)

Kain 1 Kain 2 Kain 3 Kain 4


Bahan
10 menit 15 menit 20 menit 25 menit

20 20 20 20
Zat warna × 75 × 75 × 75 × 75
1000 1000 1000 1000
Asam
= 1,5 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1,5 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1,5 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1,5 𝑔𝑟𝑎𝑚

5 5 5 5
Asam × 75 × 75 × 75 × 75
1000 1000 1000 1000
asetat
= 0,375 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,375 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,375 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,375 𝑔𝑟𝑎𝑚

700 700 700 700


Pengental × 75 × 75 × 75 × 75
1000 1000 1000 1000
Tamarin
= 52,75 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 52,75 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 52,75 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 52,75 𝑔𝑟𝑎𝑚

Zat 50 50 50 50
× 75 × 75 × 75 × 75
Hidrokopis 1000 1000 1000 1000
(urea) = 3,75 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 3,75 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 3,75 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 3,75 𝑔𝑟𝑎𝑚

25 25 25 25
Natrium × 75 × 75 × 75 × 75
1000 1000 1000 1000
Asetat
= 1,875 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1,875 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1,875 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1,875 𝑔𝑟𝑎𝑚

Suhu
100oC 100oC 100oC 100oC
drying

Waktu
2 menit 2 menit 2 menit 2 menit
drying

Waktu
10 menit 15 menit 20 menit 25 menit
Steaming
V. FUNGSI ZAT
1. Pengental Tamarin :Sebagai pengental yang akan membuat pasta
cap menjadi kental
2. Air :Sebagai penyeimbang kekentalan pasta cap
3. Zat warna Asam : untuk mewarnai serat atau bahan.
4. Zat higroskopis (urea) : Untuk menjaga kelembaban kain
5. Asam Asetat : Untuk memberikan muatan positif pada
Serat sutera dan pemberi
suasana asam pada pasta cap
6. Natrium asetat :sebagai Buffer PH

VI. DIAGRAM ALIR

proses pencucian
persiapan alat dan
steaming (10 ,15,20,25) menit (dingin,sabun
bahan
panas,bilas)

pembuatan pengeringan 100oC


pengeringan
pengental induk selama 2 menit

evaluasi (ketuaan
pembuatan pasta warna,kerataan
proses pencapan
cap warna,ketajaman
motif,handling)

VII. CARA KERJA


a. Pembuatan Pengental Tamarin
- Menimbang pengental Tamarin 100 gram.
- Menambahkan sebagian air sampai 1000 ml.
- Mengaduk secara merata dengan menggunakan mixer sampai
pengental mengental.
b. Pembuatan Pasta Cap
- Mengambil pengental Tamarin yang telah jadi sesuai dengan
kebutuhan,
- Memasukkan zat warna Asam,Asam Asetat,Natrium asetat,zat
higrokopis (urea),ke dalamnya dan diaduk terus sampai semua
bagian merata dan larut sempurna.
- Menambahkan kembali pengental sebagai balance bila pasta
terlalu cair dan menambahkan air bila pasta terlalu kental.
c. Pencapan (print)
- Kain yang akan dicap dipasang pada meja cap dengan posisi
terbuka sempurna dan konstan pada meja cap.
- Meletakkan screen tepat berada pada bahan yang akan dicap
- Pasta cap ditaburkan pada bagian pinggir screen (tidak
mengenai motif).
- Menahan screen agar tetap mengepres pada bahan, kemudian
dilakukan proses pencapan dengan cara memoles screen
dengan pasta cap menggunakan rakel.
- Pada proses pencapan, penarikan rakel harus kuat dan
menekan ke bawah agar dapat mendorong zat warna masuk ke
motif.
- Screen kemudian dilepaskan ke atas.
- Untuk screen berikutnya (warna berbeda), dipasang screen
dengan memposisikan motif, agar kedua motif dapat berimpit
dengan tepat.
- Melakukan proses pencapan seperti point di atas.
- Setelah selesai, pasta cap dibiarkan pada kain hingga sedikit
mengering untuk kemudian mengangkatnya secara hati-hati.
- Dilakukan proses pengeringan, dengan predry dalam mesin
stenter.
- Setelah kering, dilakukan proses steaming dengan
dandang,lalu lakukan proses pencucian,pengeringan.
- Evaluasi hasil pencapan
d. Pengujian kain hasil cap
- Ketuaan warna
- Kerataan warna
- Ketajaman warna
- Kekakuan

VIII. DATA PERCOBAAN

Ketuaan

Variasi Penilaian
Waktu Orang ke Orang ke Orang ke Orang ke Total Ranking
steaming 1 2 3 4

5 menit

10 menit

15 menit

20 menit

Keterangan : semakin besar nilai maka akan menempati ranking 1 yaitu


hasil pencapan semakin tua

Kerataan
Variasi Penilaian
Waktu Orang ke Orang ke Orang ke Orang ke Total Ranking
steaming 1 2 3 4

5 menit

10 menit

15 menit

20 menit

Keterangan : semakin besar nilai maka akan menempati ranking 1 yaitu


hasil pencapan semakin rata
Kekakuan
Variasi Penilaian
Waktu Orang ke Orang ke Orang ke Orang ke Total Ranking
steaming 1 2 3 4

5 menit

10 menit

15 menit

20 menit

Keterangan : semakin besar nilai maka akan menempati ranking 1 yaitu


hasil pencapan semakin kaku

Ketajaman motif variasi

IX. DISKUSI
DAFTAR PUSTAKA

Suprapto, Agus., dkk. 2006. Bahan Ajar Teknologi Pencapan . Bandung :


Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
Lubis, Arifin., dkk. 1998. Teknologi Pencapan Tekstil. Bandung : Sekolah
Tinggi Teknologi Tekstil.
Djufri, Rasjid., dkk. 1973. Teknologi Pengelantangan, Pencelupan Dan
Pencapan. Bandung : Institute Teknologi Tekstil.

You might also like