You are on page 1of 2

ANSWER FINAL TEST

1. Perbedaan grain nucleation terjadi karena pengaruh laju pendinginan (cooling rate). Cooling rate
yang lambat menghasilkan grain yang halus (banyak) seperti yang ditunjukkan pada Gambar
sebelah kiri (left) sedangkan laju pendinginan yang cepat akan menghasilkan butir yang kasar
(sedikit) seperti yang ditunjukkan pada Gambar disebalah kanan (right).
2. Dari kurva pendinginan dari proses solidifikasi seperti yang ditunjukkan pada Gambar di bawah,
informasi yang bisa diekstarak yaitu;

Gambar 1. Kurva Pendinginan dari Proses Solidifikasi

Cairan mulai mendingin (liquids cool) ketika specific heat mulai dilepaskan (antara titik A dan B).
undercooling (antara titil B dan C) dibutuhkan untuk terjadinya nukleasi. Nukleasi mulai terjadi
(pada titik C). Temperature liqud meningkat disebabkan oleh panas laten difusi (heat laten of fusion)
dilepaskan proses ini dikenal dengan recalescence (antara titik C dan titik D). Pembekuan
(solidifikasi) mulai berlangsung (antara titik D dan titik D), dilihat bahwa solidifikasi mulai
berlangsung pada temperature konstan.

3. Mekanisme age hardening Al-Cu yaitu; Paduan Al-4 wt% Cu dipanaskan sampai suhu sekitar
4500C, semua tembaga (Cu) akan terlarut sebagai fasa FCC α stabil. Setelah itu, specimen
dilakukan pendinginan cepat (quenching) ke dalam air, atom-atom yang berada didalamnya tidak
sempat bergerak/berdifusi. Tidak ada waktu untuk bertransformasi sehingga sebagian besar larutan
padatnya dipertahankan sampai suhu kamar. Struktur yang terbentuk pada kondisi ini disebut
larutan padat lewat jenuh (super saturated solid solution) dimana hanya ada fasa α yang terbentuk.
Selanjutnya, paduan Al-Cu di lakukan proses presipitation heat treatment. Pada tahap ini atom-
atom yang dipaksa diam mulai bergerak karena proses pemanasan yang dilakukan dan berdifusi
membentuk presipitat fasa kedua, kehadiran presipitat inilah yang akan memberikan efek
penguatan. Presipitat yang tersebar secara halus dan merata akan menghambat gerakan dislokasi.
4. Shape Memory effect terjadi apabila suatu material (paduan) dengan kondisi martensitic
temperature rendah mengalami deformasi dan mempunyai bentuk tertentu, dan kembali ke bentuk
asli apabila tegangan ditiadakan dan paduan dipanaskan pada temperature di atas daerah
martensitic. Pada temperatur rendah paduan (material shape memory alloy) mempunyai struktur
austenitic. Ciri sifat unik paduan yang dapat dimanfaatkan sebagai “shape memory metal” adalah,
paduan tersebut memiliki sifat pemulihan tegangan dan regangan pada perubahan temperatur
tertentu serta memliki sifat ulet, ketahanan korosi yang lebih baik, sifat mekanik yang lebih
baik, tahan listrik yang relatif tinggi serta memiliki stabilitas sifat ingat bentuk yang lebih baik.

You might also like