You are on page 1of 4

“Masih Sebatas Impian” TENAGA KESEHATAN MERATA DI PENJURU

NUSANTARA

Farouk Ilmid Davik


Mahasiwa Program Studi Magister Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Universitas Airlangga
Email: davik.fkmua@gmail.com

EXECUTIVE SUMMARY
Pemertaan tenaga kesehatan di Indonesia merupakan masalah lama yang masih menjadi tugas
Pemerintah. Adanya Permenkes No.33 Tahun 2015 tentang pedoman penyusunan perencanaan
kebutuhan SDMK diharapkan mampu menjawab masalah kebutuhan dan distribusi tenaga kesehatan
di tiap daerah. Metode penyusunan policy brief ini menganalisis kebijakan dengan menemukan
alternatif solusi terkait isu dalam Permenkes No.33 Tahun 2015. Metode analisis beban kerja (ABK)
yang ada dalam Pedoman ini tidak dapat diimplementasikan disetiap daerah. Mengingat tupoksi nakes,
jam kerja, dan standar beban kerja yang dilakukan tiap Puskesmas berbeda, perhitungan kebutuhan
naskes masih bersifat subjektif dalam perencanaan SDMK yang tidak dapat mewakili kondisi disetiap
daerah. Hasil perencanaanyapun tidak dapat diusulkan untuk alokasi formasi PNS ke Kementerian
PAN-RB karena sifatnya masih temporay.

Keyword: Pemerataan SDM, Perencanaan SDM

PENDAHULUAN 32,01% tanpa tenaga sanitasi, 31,37%


Maldistribusi tenaga kesehatan tanpa tenaga gizi, dan 30,08% Puskesmas
masih menjadi momok dalam pemerataan tanpa tenaga kesehatan masyarakat. Hal
tenaga kesehatan di Indonesia. Sebagian ini menunjukkan bahwa di Puskesmas saat
besar tenaga kesehatan terfokus memilih ini masih kekurangan tenaga kesehatan
berkarir di daerah perkotaan dibandingkan untuk menyelenggarakan upaya
daerah perdesaan. Dulu ada inpres yang kesehatan masyarakat.
mewajibkan keberadaan tenaga kesehatan
di daerah. Namun, inpres tersebut sudah UU Tenaga Kesehatan No. 36
tidak berlaku setelah era reformasi. Kondisi tahun 2014 pasal 13, menjelaskan bawah
ini memicu betapa sulitnya Pemerintah Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib
melakukan pemerataan. memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan,
baik dalam jumlah, jenis, maupun dalam
Ketersediaan SDM Kesehatan kompetensi secara merata untuk menjamin
(SDMK) yang tidak mencukupi, baik pembangunan kesehatan.
jumlah, jenis dan kualifikasi serta distribusi
yang tidak merata, menimbulkan dampak Perencanaan Tenaga Kesehatan
terhadap rendahnya akses masyarakat disusun secara berjenjang dimulai dari
terhadap pelayanan kesehatan yang Fasilitas Pelayanan Kesehatan
berkualitas. Pemerintah daerah kabupaten/kota,
Pemerintah daerah provinsi, sampai
Hasil Riset fasilitas kesehatan dengan Pemerintah pusat. Meski begitu,
2011, Puskesmas tanpa keberadaan pemerataan terus diupayakan. Sejak dua
dokter masih dominan di wiliayah tahun lalu, Kemenkes telah mulai
Indonesia Timur, khusunya di Papua dan mengirimkan tenaga kesehatan yang
Papun Barat. Di daerah ini Puskesmas bersedia mengabdi di daerah terpencil.
tanpa tenaga dokter sampai dari 16% dari
jumlah Puskesmas yang ada di daerah Policy brief ini bertujuan untuk
tersebut. Sedangkan pada Puskesmas diseminasi informasi mengenai pentingnya
perkotaan, seperti DKI Jakarta, ada pedoman penyusunan perencanaan
Puskesmas yang mempunyai 27 dokter. kebutuhan SDM Kesehatan di tiap daerah
Selain itu masih ada 80,59% Puskesmas baik untuk pemerintah daerah, pemerintah
yang belum memiliki tenaga Apoteker, pusat serta lulusan tenaga kesehatan.

1 |Masih Sebatas Impian: Tenaga Kesehatan Merata di Penjuru Nusantara


METODOLOGI Jika kita kritisi, perhitungan ABK
Metode dalam penyusunan policy baik menggunakan WISN atau metode
brief yaitu analisis kebijakan dengan perhitungan yang lain. Ini tidak bias
menemukan alternatif solusi terkait isu diterapkan disetiap daerah dan
yang terdapat pada suatu kebijakan. Isu disamaratakan. Karena mengingat tupoksi
yang diangkat pada policy brief ini terkait nakes, jam kerja, dan standar beban kerja
dengan kebijakan Permenkes No.33 tahun yang dilakukan tiap Puskesmas/per daerah
2015 tentang Pedoman Penyusunan itu berbeda. Sehingga, penilaian yang
Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan. teramat subjektif dalam perencanaan tidak
Penyusunan policy brief menggunakan dapat mewakili kondisi kebutuhan Nakes
data sekunder yang didapat dari kebijakan yang sesungguhnya di tiap daerah
kementerian lain, laporan terkait isu kabupaten/kota. Penetapan waktu kerja
perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan. tersedia juga tidak sama setiap daerah di
Data tersebut diolah menggunakan Indonesia.
pendekatan aktor, konten, konteks dan
proses. Hasil perhitungan rencana
kebutuhan SDMK dapat digunakan untuk
PEMBAHASAN melaksanakan redistribusi di dalam rumah
Permenkes No.33 Tahun 2015 sakit yang bersangkutan atau redistribusi
tentang pedoman penyusunan antar rumah sakit. Akan tetapi, hasil
perencanaan kebutuhan SDMK berisikan perhitungan rencana kebutuhan SDM
pedoman umum, pedoman tingkat provinsi kesehatan tidak dapat diusulkan untuk
dan pedoman tingkat kabupaten/kota. alokasi formasi ke Kementerian PAN-RB
Kebijakan tersebut juga menerangkan melalui BKD kabupaten/kota atau BKD
tentang metode yang digunakan dalam provinsi atau langsung ke Kemen PAN-RB.
menghitung kebutuhan SDMK meliputi Karena sifatnya masih perlu direncanakan
ABK (analisis beban kerja) Kesehatan, untuk pemenuhan kebutuhan secara
Standar Kebutuhan Minimal dan proyeksi temporay oleh Kemenkes seperti halnya
kebutuhan Nakes terhadap jumlah penugasan khusus indivisi.
penduduk dengan dilengkapi buku manual
serta aplikasi. Menurut Kementerian Kesehatan
RI (2014), terdapat permasalahan strategis
Penggunaan metode perhitungan perencanaan kebutuhan SDMK yang
SDMK ini menjadi daya dukung dalam dihadapi saat ini dan ke depan yaitu
pengajuan formasi CPNS, Pemenuhan sebagai berikut:
Nakes secara temporary dan menghitung 1. Perencanaan kebijakan dan program
kecupukan nakes disbanding jumlah SDMK masih lemah dan belum
penduduk secara global (provinsi dan didukung sistem informasi yang
nasional). memadai.
2. Masih kurang serasinya antara
Analisis beban kerja (ABK) kebutuhan dan pengadaan berbagai
kesehatan dianggap menghasilkan jenis SDMK.
perhitungan kebutuhan SDM Kesehatan rill 3. Pemerataan SDMK berkualitas masih
ditingkat instusi baik di faskes maupun non kurang.
faskes sesuai dengan beban kerja 4. Lebih dominannya pendidikan tenaga
organisasi dan kompetensi jabatan yang kesehatan yang berorientasi ke Rumah
dipegangnya. Padalah dalam konsep Sakit dibandingkan dengan
perhitungan ABK ini data yang dibutuhkan Puskesmas.
cukup subjektif dan variatif yang meliputi
jenis dan jumlah SDMK yang ada, jenis Mencermati masalah tersebut,
pekerjaan (tugas pokok dan fungsi, norma Kemenkes juga menetapkan Rencana Aksi
waktu, tugas penunjang) dan capaian Program Badan Pengembangan dan
program tiap tahun. Pemberdayaan SDM Kesehatan 2015-
2019 ke depan untuk menghadapi
tantangan sebagai berikut:

2 |Masih Sebatas Impian: Tenaga Kesehatan Merata di Penjuru Nusantara


a. Pemenuhan tenaga kesehatan penghargaan yang belum
masyarakat untuk puskesmas dan sebagaimana mestinya antar daerah.
jenjang institusi diatasnya 2. Tenaga Kesehatan
b. Peningkatan sosialisasi dan Tantangan yang dialami tenaga
advokasi kementerian kesehatan kesehatan dengan adanya peraturan
ke Pemerintah Daerah untuk perencanaan kebutuhan SDMK ini
menambah formasi dan rekrutmen lamanya pengangkatan formasi PNS
tenaga kesehatan, khususnya untuk tenaga PTT karena harus
tenaga kesehatan masyarakat, menunggu keputusan dari Pemerintah,
sanitarian, analis kesehatan dan Pemerintah Daerah dan Kementrian
tenaga gizi. Kesehatan dalam menetapkan
c. Penerapan sisten insentif finansial kebutuhan jumlah formasi PNS untuk
dan non finansial yang memadai SDMK. Kebijakan bersifat subjektif
untuk menarik dan dalam perhitungan jumlah SDM, tidak
mempertahankan tenaga sesuai antara kualitas SDM yang
kesehatan untuk mau bekerja di dibutuhkan dengan kondisi SDM yang
daerah, khususnya bagian timur di ada ditiap daerah.
Indonesia, di perdesaan dan di 3. Perguruan Tinggi
daerah terpencil perbatasan Perlu adanya dukungan dan kajian
kepulauan (DTPK). pedoman perencanaan penyusunan
d. Penguatan regulasi untuk SDMK sesuai dengan metode
menjamin pengadaan tenaga perhitungan yang ditetapkan. Apakah
kesehatan, mutu tenaga kesehatan metode yang ditetapkan di pedoman ini
dan pemerataan persebarannya. terhitung efektif dan mampu
menyelesaikan masalah pemerataan
Dari hasil telaah Permenkes No.33 SDMK di Indonesia. Selain itu, lulusan
Tahun 2015 dan kajian dokumen serta yang dikeluarkan oleh perguruaan
literature, banyak fakta yang menyebutkan tinggi tidak sebanding dengan jumlah
bahwa adanya kebijakan pedoman perencanaan SDMK yang dikeluarkan
perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan oleh pemerintah dalam formasi PNS,
belum mampu menyelesaikan masalah CPNS, dan tenaga honorer.
pemeretaan tenaga kesehatan di penjuru
Indonesia. Perencanaan SDMK yang SIMPULAN
belum sesuai dengan kebutuhan daerah Permenkes No.33 Tahun 2015 belum
menjadi masalah baru yang muncul dari mampu menyelesaikan permasalahan
terbitnya kebijakan permenkes no.33 tahun pemeretaan SDM Kesehatan di Seluruh
2015 ini. Indonesia. Kebijakan Pedoman
Penyusunan Perencanaan SDMK ini
TANTANGAN sifatnya masih subjektif dari setiap daerah,
Tantangan yang mungkin terjadi di dalam belum sesuai dengan perhitungan atau
pelaksanaan kebijakan tentang Pedoman panduan perencanaan SDMK yang
Penyusunan Perencanaan Kebutuhan ditetapkan oleh Kemenkes.
SDM Kesehatan, antara lain:
1. Pemerintah pusat dan pemerintah IMPLIKASI KEBIJAKAN
daerah Implikasi dari adanya penerapan kebijakan
Perencanaan SDMK secara nasional Penyusunan Perencanaan Kebutuhan
belum disusun secara bottom up yang SDM Kesehatan:
didukung data dan informasi yang 1. Adanya Permenkes No.33 Tahun 2015
memadai dan terpercaya, sesuai menjadi dasar acuan system yang
kebutuhan dan tetap waktu. Sehingga, mengatur perecanaan kebutuhan SDM
pemda dan pemerintah pusat perlu setiap daerah di Indonesia. Karena
kembali menyelesaikan jumlah SDMK penting menghitung jumlah kuantitas
yang masih kurang dan distribusinya tenaga kesehatan yang dibutuhkan
yang belum merata, ditambah masalah disesuaikan dengan beban kerja tiap
pengembangan karier dan system faskes di daerah.

3 |Masih Sebatas Impian: Tenaga Kesehatan Merata di Penjuru Nusantara


2. Dampak kebijakan ini menjadi solusi di 6. Mengintensifkan kembali program
daerah wilayah Perkotaan dalam pengabdian oleh tenaga kesehatan
perhitungan kebutuhan SDMK dan seperti program wajib profesi dan
menjadi boomerang bagi wilayah program PTT bagi para dokter baru
pelosok dan perbatasan di Indonesia.
REFERENSI
REKOMENDASI KEBIJAKAN Kepmenkes No. 81/Menkes/SK/I/2004
Rekomendasi yang dapat diajukan dalam tentang Pedoman Penyusunan
implementasi Permenkes No.33 tahun Perencanaan SDM Kesehatan di
2015 adalah: Tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota
1. Mengupayakan cakupan dan Permenkes No. 33 Tahun 2015 Tentang
pemerataan SDMK di Indonesia Pedoman Penyusunan Perencanaan
2. Memperbaharui disain, implementasi Kebutuhan SDM Kesehatan
dan monitoring peraturan, regulasi dan Rencana Aksi Kegiatan Pusat PPSDM
standar perencanaan SDM Kesehatan. Kesehatan 2015-2019. Kemenkes.
3. Mengirimkan tenaga kesehatan melalui 2015
program Nusantara Sehat ke daerah UU No.17 tahun 2007 tentang Rencana
perbatasan, tertinggal dan kepulauan Pembangunan Jangka Panjang
(DPTK) dan daerah bermasalah Nasional Tahun 2005-2025
kesehatan (DBK). UU. No. 36 tahun 2014 tentang Tenaga
4. Nusantara Sehat diharapkan dapat Kesehatan
mengisi kekuarangan terkait kesehatan PP No.97 Tahun 2000 tentang Formasi
di DPTK dan DBK Pegawai Negeri. Kemeterian
5. Upaya pemberian insentif bagi dokter, Pemberdayaan Aparatur Negaran dan
bidan desa, perawat dan tenaga Reformasi Birokrasi RI
kesehatan lainnya bisa menjadi Peraturan Bersama Kementerian
alternatif untuk merangsang SDM Kesehatan, Kementrian Dalam Negeri,
kesehatan bersedia ditempatkan di dan Kementerian Pemberdayaan
wilayah-wilayah tersebut. Besaran Aparatur Negara dan Reformasi
insentif ini tentu harus dilakukan secara Birokrasi RI No.61 Tahun 2014, No. 68
proporsional sehingga di satu sisi Tahun 2014, dan No.08/SKB/MenPAN-
merangsang para tenaga kesehatan RB/10/2014, tentang Perencanaan dan
untuk siap mengabdi. Di sisi lain, ada Pemerataan Tenaga Kesehatan di
kemampuan dana yang cukup dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan Milik
pemerintah. Pemerintah Daerah.

4 |Masih Sebatas Impian: Tenaga Kesehatan Merata di Penjuru Nusantara

You might also like