You are on page 1of 25

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

D DENGAN DIAGNOSA
PERILAKU KEKERASAN”

AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD)
Jalan Pasir Gede Raya No 19, Bojong Herang Kec. Cianjur, Kode Pos 43216
2017 – 2018

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah
ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya. penelitian ini berisikan tentang Asuhan
Keperawatan Pada An. D Dengan Diagnosa Perilaku Kekerasan Di Ruang Nuri RSJ
Provinsi Jawa Barat Bandung.
Kami menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan
demi kesempurnaan proposal penelitian ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Cianjur, 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 1
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 2
1. Tujuan umum ....................................................................................................... 2
2. Tujuan khusus ...................................................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian .................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 4
A. Konsep Medis ......................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 13
A. Desain Penelitian .................................................................................................... 13
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................................ 13
1. Tempat Penelitian .............................................................................................. 13
2. Waktu Penelitian................................................................................................ 13
C. Seting Penelitian ..................................................................................................... 13
D. Subjek Penelitian / Partisipan ................................................................................. 13
E. Metode Pengumpulan Data .................................................................................... 13
1. Observasi Partisifatif ......................................................................................... 13
2. Metode Wawancara ........................................................................................... 14
3. Study Pustaka .................................................................................................... 14
4. Dokumentasi ...................................................................................................... 14
F. Metode Uji Keabsahan Data................................................................................... 14
G. Metode Analisis Data ............................................................................................. 16
H. Etika Penelitian....................................................................................................... 17
1. Prinsip Manfaat .................................................................................................. 17

ii
2. Prinsip Menghargai Hak Asasi Manusia (Respect Human Dignity) ................. 18
3. Prinsip Keadilan (Right To Justice)................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perawatan luka merupakan salah satu teknik yang harus dikuasai oleh
perawat. Prinsip utama dalam manajemen perawatan luka adalah pengendalian
infeksi karena infeksi menghambat proses penyembuhan luka sehingga
menyebabkan angka morbiditas dan mortalitas bertambah besar. Infeksi luka post
operasi merupakan salah satu masalah utama dalam praktek pembedahan. Dengan
berkembangnya era asepsis, teknik operasi serta perawatan bedah maka komplikasi
luka pasca operasi cenderung menurun. Jika luka pasien mengalami infeksi
menyebabkan masa perawatan lebih lama, sehingga biaya perawatan di rumah sakit
menjadi lebih tinggi (Morison, 2015).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aplikasi ganti perban post operasi
SC (Sectio Caesarea) di RSUD Cianjur. Jenis penelitian yang digunakan adalah
metode survey dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Subjek
penelitiannya adalah pasien post operasi SC (Sectio Caesarea) pada hari ke dua di
RSUD Cianjur periode 2017-2018 sebanyak 10 responden. Data berskala ordinal
ordinal dan nominal ordinal sehingga dianalisis dengan uji spearman rho (ρ) dan
chi-square. Sedangkan untuk menentukan pengaruh utama ganti perban luka post
operasi SC digunakan uji regresi linier.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan luka post operasi SC ?
2. Berapa banyak ibu melahirkan dengan operasi SC setiap tahunnya ?
3. Apa saja indikasi dilakukannya operasi SC ?
4. Apa saja dampak negatif dari operasi SC ?
5. Apa saja pengaruh ganti perban post operasi SC ?
6. Bagaimana reaksi pasien terhadap pengaruh ganti perban post operasi SC ?

1
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui pengaruh-pengaruh dari aplikasi ganti perban dengan
percepatan masa penyembuhan pada pasien post operasi Sectio Caesarea (SC).
2. Tujuan khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian secara komperhensif dalam proses
keperawatan melalui bio-psiko-sosial-spiritual, pengumpulan data terhadap
pasien post operasi sectio caesarea.
b. Mampu membuat diagnosa keperawatan dan mampu memprioritaskan
masalah keperawatan pada klien post operasi sectio caesarea.
c. Mampu membuat perencanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan post
operasi sectio caesarea.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien post operasi sectio
caesarea.
e. Mampu melaksanakan evaluasi dari Asuhan Keperawatan pada pasien post
operasi sectio caesarea.
f. Mampu melaksanakan ganti perban pada pasien post operasi sectio caesarea.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi pasien
Menambah wawasan bagi pasien tentang maanfaat pengaruh ganti perban dengan
percepatan masa penyembuhan luka pada pasien dengan luka post operasi sectio
caesarea
2. Manfaat bagi perawat
Memberikan kontribusi dalam pengembangan profesi keperawatan khususnya
dalam bidang keperawatan maternitas.

2
3. Manfaat bagi Rumah Rakit
Sebagai satu upaya peningkatan mutu pelayanan, yaitu dalam memberikan
asuhan keperawatan secara komprehensif terutama pada pasien post operasi
sectio caesarea dan tindakan ganti perban.
4. Manfaat bagi pendidikan
Sebagai salah satu referensi dalam perkembangan ilmu pengetahuan khususnya
dalam studi kasus pada pasien post operasi sectio caesarea.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
lain, maupun lingkungan (fitria, 2009).

Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai
atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku
tersebut (Purba dkk, 2008).

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan


tindakan yang membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri, maupun orang
lain (Yoseph, 2007).

B. Penyebab
1. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan
menurut teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan
oleh Towsend (1996 dalam Purba dkk, 2008) adalah:

a. Teori Biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh
terhadap perilaku:
1) Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls
agresif: sistem limbik, lobus frontal dan hypothalamus. Neurotransmitter
juga mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses
impuls agresif. Sistem limbik merupakan sistem informasi, ekspresi,

4
perilaku, dan memori. Apabila ada gangguan pada sistem ini maka akan
meningkatkan atau menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya
gangguan pada lobus frontal maka individu tidak mampu membuat
keputusan, kerusakan pada penilaian, perilaku tidak sesuai, dan agresif.
Beragam komponen dari sistem neurologis mempunyai implikasi
memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik terlambat
dalam menstimulasi timbulnya perilaku agresif. Pusat otak atas secara
konstan berinteraksi dengan pusat agresif.

2) Biokimia
Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine,
asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau
menghambat impuls agresif. Teori ini sangat konsisten
dengan fight atau flight yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang
respons terhadap stress.

3) Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku
agresif dengan genetik karyotype XYY.

4) Gangguan Otak
Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku
agresif dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang
sistem limbik dan lobus temporal; trauma otak, yang menimbulkan
perubahan serebral; dan penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsy,
khususnya lobus temporal, terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif
dan tindak kekerasan.

b. Teori Psikologik
1) Teori Psikoanalitik
Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk
mendapatkan kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak

5
berkembangnya ego dan membuat konsep diri rendah. Agresi dan tindak
kekerasan memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan
citra diri dan memberikan arti dalam kehidupannya. Perilaku agresif
dan perilaku kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap
rasa ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri.

2) Teori Pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka,
biasanya orang tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru karena
dipersepsikan sebagai prestise atau berpengaruh, atau jika perilaku tersebut
diikuti dengan pujian yang positif. Anak memiliki persepsi ideal tentang
orang tua mereka selama tahap perkembangan awal. Namun, dengan
perkembangan yang dialaminya, mereka mulai meniru pola perilaku guru,
teman, dan orang lain. Individu yang dianiaya ketika masih kanak-kanak
atau mempunyai orang tua yang mendisiplinkan anak mereka dengan
hukuman fisik akan cenderung untuk berperilaku kekerasan setelah
dewasa.

c. Teori Sosiokultural
Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur
sosial terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum
menerima perilaku kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan masalahnya.
Masyarakat juga berpengaruh pada perilaku tindak kekerasan, apabila
individu menyadari bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat
terpenuhi secara konstruktif. Penduduk yang ramai /padat dan lingkungan
yang ribut dapat berisiko untuk perilaku kekerasan. Adanya keterbatasan
sosial dapat menimbulkan kekerasan dalam hidup individu.

2. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali
berkaitan dengan (Yosep, 2009):
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti

6
dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal
dan sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan
dirinya sebagai seorang yang dewasa.
e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi
rasa frustasi.
f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap

C. Rentan Respons Marah


Respons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif – mal adaptif.
Rentang respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut: (Keliat, 1997).
1. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang
lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
2. Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan.
Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari
ancaman tersebut dapat menimbulkan kemarahan.
3. Pasif adalah respons dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan
yang dialami.
4. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol
oleh individu. Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia
berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan
sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain
5. Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan
kontrol diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun

7
terhadap orang lain.
Respon kemarahan dapat berfluktusi dalam rentang adaptif-maladaptif.

D. Tanda dan Gejala


Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan
adalah sebagai berikut:
1. Fisik
a. Muka merah dan tegang
b. Mata melotot/ pandangan tajam
c. Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
e. Postur tubuh kaku
f. Jalan mondar-mandir
2. Verbal
a. Bicara kasar
b. Suara tinggi, membentak atau berteriak
c. Mengancam secara verbal atau fisik
d. Mengumpat dengan kata-kata kotor
e. Suara keras
f. Ketus
3. Perilaku
a. Melempar atau memukul benda/orang lain
b. Menyerang orang lain
c. Melukai diri sendiri/orang lain
d. Merusak lingkungan
e. Amuk/agresif
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan
dan menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.

6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,
menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.

8
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
8. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.

E. Akibat dari Perilaku Kekerasan


Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi
mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu
tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan
lingkungan.
F. Proses Marah
Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus
dihadapi oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan yang
menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan terancam. Kecemasan dapat
menimbulkan kemarahan. Berikut ini digambarkan proses kemarahan :(Beck,
Rawlins, Williams, 1986, dalam Keliat, 1996)
1. Melihat gambar di atas bahwa respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui
3 cara yaitu: Mengungkapkan secara verbal, menekan, dan menantang. Dari
ketiga cara ini cara yang pertama adalah konstruktif sedang dua cara yang lain
adalah destruktif.
2. Dengan melarikan diri atau menantang akan menimbulkan rasa bermusuhan, dan
bila cara ini dipakai terus menerus, maka kemarahan dapat diekspresikan pada
diri sendiri dan lingkungan dan akan tampak sebagai depresi dan psikomatik atau
agresif dan ngamuk.
Pohon masalah

9
G. Perilaku
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
1. Menyerang atau menghindar (fight of flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf
otonom beraksi terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan tekanan darah
meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, sekresi HCl meningkat,
peristaltik gaster menurun, pengeluaran urine dan saliva meningkat, konstipasi,
kewaspadaan juga meningkat diserta ketegangan otot, seperti rahang terkatup,
tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.
2. Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif
adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat
mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun
psikolgis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk pengembangan diri klien.
3. Memberontak (acting out)
Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku “acting out”
untuk menarik perhatian orang lain.

10
4. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan
H. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan
stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan
yang digunakan untuk melindungi diri. (Stuart dan Sundeen, 1998).
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya
ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk
melindungi diri antara lain: (Maramis, 1998)
1. Sublimasi: Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya
secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan
kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok
dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa
marah.
2. Proyeksi: Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya
yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia
mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh
bahwa temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
3. Represi: Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke
alam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang
tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak
kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh
Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat
melupakannya.
4. Reaksi formasi: Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan
melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya
sebagai rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan
memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
5. Displacement: Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada
obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang
membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia
baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar di dinding
kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan dengan temannya.
I. Penatalaksanaan
Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa amuk ada 2 yaitu:
1. Medis
a. Nozinan, yaitu sebagai pengontrol prilaku psikososia.
b. Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan prilaku merusak diri.
c. Thrihexiphenidil, yaitu mengontro perilaku merusak diri dan menenangkan
hiperaktivitas.

11
d. ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien bila mengarah
pada keadaan amuk.
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Psikoterapeutik
b. Lingkungan terapieutik
c. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
d. Pendidikan kesehatan
J. Perencanaan Pulang
Perawatan dirumah sakit akan lebih bermakna jika dilanjutkan dirumah. Untuk itu
semua rumah sakit perlu membuat perencanaan pulang. Perencanaan pulang
dilakukan sesegera mungkin setelah klien dirawat dan diintegrasikan didalam
proses keperawatan.
Jadi bukan persiapan yang dilakukan pada hari atau sehari sebelum klien pulang.
Tujuan perencanaan pulang:
1. Menyiapkan klien dan keluarga secara fisik, psikologis dan sosial.
2. Klien tidak menciderai diri, orang lain dan lingkungannya.
3. Klien tidak terisolasi sosial
4. Menyelenggarakan proses pulang yang bertahap (Kelliat, 1992).
K. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

12
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan penelitian cross sectional, yaitu dengan
cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (poin
time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan
pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat
pemeriksaan. Hal ini tidak berarti semua subjek penelitian diamati pada waktu yang
sama. Tujuan penelitian ini untuk mengamati hubungan antara faktor resiko dengan
akibat yang terjadi berupa penyakit atau keadaan kesehatan tertentu dalam yang
bersamaan, ditanyakan masalahnya (akibat) sekaligus penyebabnya (faktor
resikonya).

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Lokasi yang digunakan sebagai tempat penelitian studi kasus ini adalah di
Ruang Delima, RSUD Cianjur

2. Waktu Penelitian
Waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian terhadap pasien CPD
dilakukan selama satu minggu pada tanggal 5-12 September 2018

C. Seting Penelitian
Ruang Delima memiliki memiliki lima ruangan dengan dua puluh lima bed
dan dua ners station.

D. Subjek Penelitian / Partisipan


Ibu post partum dengan operasi sectio caesarea

E. Metode Pengumpulan Data


1. Observasi Partisifatif

13
Metode observasi merupakan metode pengumpul data yang dilakukan
dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang
diselidiki
2. Metode Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu dan dengan wawancara, peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih
mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena
yang terjadi yang tidak mungkin bisa ditemukan melalui observasi
3. Study Pustaka
Studi kepustakaan merupakan langkah yang penting dimana setelah
seorang peneliti menetapkan topik penelitian, langkah selanjutnya adalah
melakukan kajian yang berkaitan dengan teori yang berkaitan dengan topik
penelitian. Dalam pencarian teori, peneliti akan mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya dari kepustakaan yang berhubungan. Sumber-sumber
kepustakaan dapat diperoleh dari : buku, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian
(tesis dan disertasi), dan sumber-sumber lainnya yang sesuai
4. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari dan mengumpulkan data mengenai hal-hal
yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen, rapot, agenda
dan sebagainya
F. Metode Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji
credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability
(reabilitas) dan confirmability(obyektifitas).
1. Uji Kredibilitas
Dalam bukunya, Sugiono (2012) menjelaskan uji kredibilitas data atau
kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan
dengan:
a. Perpanjangan pengamatan
Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan,
melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah
ditemui maupun yang baru.

14
b. Meningkatkan ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih
cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan
urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.
c. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai
waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik
pengumpulan data, dan waktu.
d. Analisis kasus negative
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil
penelitian hingga pada saat tertentu. Melakukan analisis kasus negatif berarti
peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data
yang telah ditemukan.
e. Menggunakan bahan referensi
Yang dimaksud dengan bahan referensi disini adalah adanya pendukung
untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh,
data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara
sehingga data yang didapat menjadi kredibel atau lebih dapat dipercaya
(Sugiono, 2012).
f. Mengadakan membercheck
Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti
kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk mengetahui
seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh
pemberi data.
2. Pengujian Transferability
Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian kuantitatif.
Supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada
kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian yang telah didapat, maka
peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas,

15
sistematis dan dapat dipercaya. Dengan demikian pembaca menjadi jelas atas
hasil penelitian yang telah didapat sehinga dapat memutuskan dapat atau
tidaknya hasil penelitian di aplikasikan di tempat lain (Sugiono, 2012).
3. Pengujian Dependability
Dalam penelitian kuantitatif, dependability disebut reabilitas. Dalam
penelitian kualitatif, uji dependability dilakukan dengan melakukan audit
terhadap keseluruhan proses penelitian oleh auditor yang independen, atau
pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan
penelitian. Sanafiah Faisal menyatakan jika peneliti tak mempunyai dan tak dapat
menunjukan “jejak aktivitas lapangan”, maka dependabilitas penelitiannya patut
diragukan (dalam Sugiono, 2012).
4. Pengujian Confirmability
Pengujian konfirmability dalam penelitian kuantitatif disebut dengan uji
obyektifitas penelitian. Penelitian dikatakan obyektif bila hasil penelitian telah
disepakati banyak orang. Dalam penelitian kualitatif, uji konfirmability mirip
dengan uji dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara
bersamaan.
G. Metode Analisis Data
Penelitian kualitatif deskriptif menggunakan analisis data, yaitu:
1. Teori Induksi
Peneliti harus memfokuskan perhatiannya pada data yang dilapangan
sehingga segala sesuatu tentang teori yang berhubungan dengan penelitian
menjadi tak penting. Data akan menjadi sangat penting, sedangkan teori akan
dibangun berdasarkan temuan data di lapangan. Data merupakan segalanya yang
dapat memecahkan semua masalah penelitian.
Posisi peneliti benar-benar bereksplorasi terhadap data, dan apabila peneliti
secara kebetulan telah memiliki pemahaman teoritis tentang data yang akan di
teliti, proses pembuatan teori itu harus dilakukan. Peneliti berkeyakinan bahwa
data harus terlebih dahulu di peroleh untuk mengungkapkan misteri penelitian

16
dan teori baru akan di pelajari apabila seluruh data sudah diperoleh (Bungin,
2001: 31).
2. Reduksi data
Analisis data dalam penelitian berlangsung bersamaan dengan proses
pengumpulan data. Diantaranya adalah melalui reduksi data, penyajian data, dan
verifikasi. Namun, ketiga tahapan tersebut berlangsung secara simultan. Analisis
data ini digambarkan seperti berikut:

Pengumpulan Penyajian
Data Data

Reduksi Simpulan :
Data Verifikasi

H. Etika Penelitian
Dalam penelitian sangat penting untuk memperhatikan etika dalam penelitian.
Terutama dalam penelitian di bidang keperawatan karena berhubungan langsung
dengan manusia. Bagi klien dalam kondisi apapun baik secara fisik maupun psikis,
etika dalam penelitian tetap berlaku. Sehingga peneliti tidak dapat melakukan hal-
hal yang bertentangan dengan etika. Menurut Nursalam (2008) etika dalam
penelitian dibagi menjadi tiga, yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai hak asasi
manusia, dan prinsip keadilan.
1. Prinsip Manfaat
a. Bebas dari penderitaan
Penelitian yang dilakukan harus bebas dari perlakuan atau apapun yang
dapat menyebabkan penderitaan pada subjek penelitian.
b. Bebas dari eksploitasi

17
Klien yang berpartisipasi menjadi subjek dalam penelitian harus
dihindarkan dari keadaan yang merugikan subjek.
c. Risiko
Peneliti harus berhati-hati dalam mempertimbangkan risiko yang dapat
terjadi dalam penelitian.
2. Prinsip Menghargai Hak Asasi Manusia (Respect Human Dignity)
a. Hak untuk ikut atau menolak menjadi responden
Subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Mereka memiliki hak
untuk bersedia atau tidak menjadi responden dalam suatu penelitian, tanpa
adanya sanksi apapun.

b. Hak untuk mendapat jaminan dari perlakuan yang diberikan


Subjek harus menerima penjelasan secara rinci serta pertanggung
jawaban jika ada sesuatu yang terjadi pada subjek.
c. Informed consent
Subjek harus memberikan persetujuan atau tidak untuk menjadi subjek
dalam penelitian melalui informed consent. Namun dalam penelitian ini,
subjek tidak dapat secara legal atau etik diharapkan untuk memberi informed
consent. Maka dalam kasus ini, informed consent secara tertulis diberikan oleh
wali atau pelindung yang mewakili subjek secara legal yaitu
Kepala Ruang Rawat Inap tempat klien dirawat atau keluarga klien
(Hamid, 2008). Pada klien yang menjadi subjek penelitian, dikarenakan
subjek merupakan orang yang termasuk inkompeten, maka persetujuan untuk
informed consent dilakukan melalui persetujuan Kepala Ruang Rawat Inap
tempat klien dirawat atau keluarga sebagai orang yang kompeten untuk
menandatangani informed consent.
3. Prinsip Keadilan (Right To Justice)
a. Hak untuk mendapat pengobatan yang adil
Subjek dalam penelitian tetap harus mendapat perlakuan secara adil
tanpa ada diskriminasi.

18
b. Hak dijaga kerahasiaannya
Privasi dari subjek tetap menjadi kerahasiaan yang tidak diperbolehkan
untuk dipublikasikan, untuk itu perlu adanya anonymity (tanpa nama) dan
rahasia (confidentiality).

19
DAFTAR PUSTAKA

Dini. 2007. Solusi Problem Persalinan. Jakarta: Puspa Swara Gangguan Sistem
Hematologi. Jakarta: Selemba Medika
Handayani, Wiwik. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Kasdu,
Morison, Moya J. 2003. Manajemen Luka. Jakarta: EGC
Nazir. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Syafiudin. 2007. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC

20

You might also like