Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Oleh:
Devi Nathania
NIM : 078114127
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011
i
ii
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Sebesar apapun rintangan yang kita hadapi, kita punya Tuhan yang lebih besar
Adik-adikku
Almamaterku tercinta
iv
v
vi
PRAKATA
Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat, rahmat dan cinta-Nya yang diberikan, penulis dapat
secara Topikal terhadap Edema Kaki yang Diinduksi Formalin 0,5% pada Mencit
akhir untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata
satu Farmasi (S. Farm.), program Studi Ilmu Farmasi Fakultas Farmasi
dirasakan oleh penulis. Maka ucapan terima kasih yang tulus khususnya penulis
tujukan kepada :
2. Ipang Djunarko, M. Sc., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
3. Phebe Hendra, M. Sc., Ph. D., Apt. selaku dosen penguji skripsi yang telah
4. Jeffry Julianus, M. Si. selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan
vii
5. Staf laboratorium, Bapak Kayatno dan Yohanes Ratijo yang telah banyak
6. Kedua orang tua, Wadijono Joedi dan Tjan Tek Fung, atas doa, kesabaran,
7. Adikku Devi Christina, Ayu Florencia, dan Stefanny Rahayu Joedi yang
9. Sahabatku Dita, Olive, dan Frissa yang telah memberikan semangat, doa, dan
10. Teman-teman kost Talenta: Mba Ocha, Cik Winny, Ussy, Iema, Amma, Tika,
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
yang ada dalam penyusunan skripsi ini. Maka penulis mengaharapkan kritik dan
saran yang dapat membuat karya ini menjadi lebih baik. Akhir kata, semoga
penelitian skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca terutama bagi perkembangan
ilmu kefarmasian.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................ iv
INTISARI.............................................................................................................. xvi
1. Permasalahan ............................................................................. 2
B. Tujuan Penelitian........................................................................................ 4
A. Inflamasi ..................................................................................................... 6
B. Antiinflamasi .............................................................................................. 9
ix
C. Formalin .................................................................................................... 10
E. Eugenol ...................................................................................................... 11
I. Hipotesis .................................................................................................... 14
1. Bahan .................................................................................................. 17
2. Alat ..................................................................................................... 18
6. Pengamatan ........................................................................................ 21
mencit ................................................................................................. 23
A. Kesimpulan................................................................................................ 42
B. Saran .......................................................................................................... 42
LAMPIRAN .......................................................................................................... 48
xi
DAFTAR TABEL
Tabel II. Hasil analisis paired T-test orientasi rentang waktu pengolesan
Tabel III. Hasil analisis AUC total ketiga konsentrasi eugenol menggunakan
Tabel IV. Hasil analisis rata-rata nilai AUC total tebal edema kaki mencit
Scheffe ................................................................................................ 32
Tabel VI. Nilai hasil uji Scheffe % daya antiinflamasi yang diinduksi
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5. Grafik rata-rata tebal edema kaki mencit yang diinduksi formalin
Gambar 11. Grafik hubungan linieritas log konsentrasi asetil eugenol 100%
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 2.
Lampiran 5.
pengamatan ...................................................................................... 57
pengamatan ...................................................................................... 60
Lampiran 6.
a. Perhitungan Peringkat Konsentrasi Eugenol sebagai Kontrol
Positif ............................................................................................... 63
b. Hasil Analisa Rata-rata AUC total Eugenol 25% v/v, 50% v/v,
xiv
Lampiran 7. Perhitungan Peringkat Konsentrasi Asetil Eugenol Menggunakan
kontrol eugenol 50% v/v; asetil eugenol 100% v/v; 50% v/v; dan
xv
INTISARI
xvi
ABSTRACT
Inflammation often happens in our life. The most easiest way to overcome
this inflammation is given topical anti-inflammatory agent because oral anti-
inflammatory agent, especially NSAIDs can make side effect on gastrointestinal
tract. Eugenol is the main compound of clove oil that proven its anti-inflammatory
effect. Acetyl eugenol is eugenol’s derivate that also have anti-inflammatory
effect. It had proven in in vitro study. This study aims to prove that acetyl eugenol
really has in vivo anti-inflammatory effect.
This research includes pure experimental studies of completely
randomized one-way pattern design. Measurement of paw-edema induced
formalin of mice using the vernier caliper Mitutoyo. Mice were divided into 6
groups, ie. negative control group of formalin 0.5% and VCO; positive control
group of eugenol 50%; and acetyl eugenol 25%, 50%, and 100% v/v. Application
of test compound is given in the 60th minute after formaldehyde injection
and edema is measure every hour for 6 hours. Edema thickness data is processed
into the value of total AUC and was analyzed with Kolmorogorof-Smirnov test,
followed by a one-way ANOVA analysis with a 95% level of confidence and then
Scheffe test and Post Hoc. Then proceed again with Linear Regression to know
EC50.
The percentage of inflammatory inhibition of acetyl eugenol 25% v/v,
50% v/v, and 100% v/v are 41.52%; 16.96%; and 9.04%; and the potency of
acetyl eugenol are 8.23%; -30.32%; and -42.74%. According to the linier
regression’s result, the increasement of concentration acetyl eugenol will cause
the decreasement of inflammatory inhibition and potency of acetyl eugenol. The
effective concentration of acetyl eugenol is 15.45%.
xvii
BAB I
PENGANTAR
Latar Belakang
gejala inflamasi antara lain kalor, dolor, rubor, tumor, dan functiolaesa. Inflamasi
ini sering kita alami dalam kehidupan sehari-hari dan tidak jarang menimbulkan
rasa yang tidak nyaman bagi penderitanya. Rasa tidak nyaman yang timbul
Salah satu upaya pertama yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa
tidak nyaman yang timbul akibat inflamasi adalah dengan pemberian obat
antiinflamasi lokal yang dapat dioleskan pada daerah yang terkena inflamasi. Hal
ini dirasa lebih mudah, cepat dan praktis sebagai pertolongan pertama daripada
Steroid (AINS) yang dapat menimbulkan efek samping berupa iritasi pada
lambung. Efek samping ini timbul karena sebagian besar obat-obat golongan
Meyer-Kirchrath, 2000).
Agen antiinflamasi lokal yang berasal dari bahan alam dan sering dipakai
di pasaran adalah eugenol. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ozturk dan
1
2
Adapun isi dari minyak esensial tersebut antara lain β-caryophyllen dan eugenol
komponen dalam minyak esensial tersebut saling mempengaruhi satu sama lain
dalam menimbulkan efek antiinflamasi. Oleh karena itu perlu dilakukan uji
antioksidan yang dapat menghambat peroksidasi lipid yang diinduksi oleh reaktif
oksigen spesies, dimana reaktif oksigen spesies ini juga berpengaruh pada proses
tentang derivat eugenol, yaitu asetil eugenol. Dalam penelitian ini disebutkan
serta konsentrasi efektif (EC50) dari asetil eugenol bila digunakan secara topikal.
1. Permasalahan
diteliti adalah:
3
edema kaki yang diinduksi oleh formalin 0,5 % pada mencit jantan galur
Swiss?
asetil eugenol secara topikal terhadap edema kaki yang diinduksi oleh
eugenol secara topikal terhadap edema kaki yang diinduksi oleh formalin
2. Keaslian penelitian
tentang asetil eugenol yang pernah dilakukan, yaitu Acetyl eugenol, a component
1991). Dalam penelitian itu disebutkan bahwa asetil eugenol berpotensi sebagai
agen penghambat platelet dan dapat menghambat agregasi asam arakhidonat pada
konsentrasi 12 µM.
penulis adalah Uji Efek Antiinflamasi Krim Tipe A/M Ekstrak Etanolik Jahe 10%
4
(Zingiber officinale Roscoe) yang Diberikan Topikal terhadap Udem Kaki Tikus
krim tipe A/M ekstrak etanolik jahe 10% memiliki daya antiinflamasi dengan
Topikal terhadap Edema Kaki yang Diinduksi oleh Formalin 0,5 % pada Mencit
3. Manfaat penelitian
b. Manfaat praktis. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan, yaitu berupa
Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
eugenol terhadap edema kaki yang diinduksi oleh formalin 0,5% pada
asetil eugenol secara topikal terhadap edema kaki yang diinduksi oleh
eugenol secara topikal terhadap edema kaki yang diinduksi oleh formalin
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Inflamasi
reflektif tubuh terhadap infeksi, ikatan antibodi terhadap antigen di dalam tubuh,
iritasi mekanik atau luka, dan kerusakan jaringan. Pengamatan yang lebih dekat
sehingga darah pada daerah tersebut lebih banyak, serta terjadi bendungan cairan
daerah yang megalami peradangan (Kee dan Hayes, 1996). Warna kemerahan ini
akibat adanya dilatasi pembuluh darah kecil dalam daerah yang mengalami
kerusakan (cit Setyarini, 2009). Dengan vasodilatasi maka aliran darah yang
Gejala paling nyata dari peradangan akut yang mungkin terjadi adalah
edema lokal. Gejala ini timbul karena adanya migrasi cairan dan sel-sel dari
sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstial. Campuran dari cairan dan sel yang
6
7
besar isi dari eksudat adalah cairan plasma, tetapi kemudian sel-sel darah putih
akan meninggalkan aliran darah kemudian tertimbun sebagai bagian dari eksudat
Dolor atau rasa sakit dari reaksi peradangan dapat disebabkan oleh
histamin (Price dan Wilson, 1995), prostaglandin, dan serotonin atau zat kimia
bioaktif lainnya dapat merangsang nosiseptor. Selain itu, edema yang terjadi
Setyarini, 2009).
proses radang. Gerakan yang terjadi pada daerah radang, baik dilakukan secara
langsung atau reflek akan mengalami hambatan rasa sakit. Pembengkakan yang
hebat secara fisik mengakibatkan kurangnya gerak jaringan (cit Setyarini, 2009).
menjadi vasodilatasi yang berlebihan sehingga banyak aliran darah yang mengalir
ke daerah tersebut. Proses ini membuat daerah yang mengalami inflamasi menjadi
merah dan hangat. Vasodilatasi ini membuat sirkulasi darah menjadi melambat
(Harijadi, 2009).
Salah satu hasil pemecahan tersebut adalah asam arakidonat. Asam arakidonat ini
dalam penggumpalan darah, sensitivitas nyeri, dan reaksi alergi (Amasino, Deng,
B. Antiinflamasi
nantinya akan berpengaruh pada respon inflamasi yang terjadi dan menurunkan
COX-2 adalah senyawa yang bersifat lipofil dan asam. Berdasarkan strukturnya
ada beberapa golongan inhibitor selektif COX-2, yaitu: (1) turunan karbosiklik
dan heterosiklik yang terikat visinal dengan moieties aril, (2) turunan diaril- atau
aril/heteroaril-eter dan –tioeter, (3) turunan cis-stilben, serta (4) keton diaril dan
dalam jaringan yang lebih dalam untuk menghambat siklooksigenase. Hal tersebut
optimal. Sekalipun kadar plasma dari pemberian OAINS topikal relatif lebih
rendah daripada pemberian OAINS secara oral, akan tetapi studi komparatif yang
dilakukan dengan zat aktif diklofenak menunjukkan tidak terjadi perbedaan yang
signifikan dengan rute pemberian oral maupun topikal dalam terapi osteoartritis
(Moore, 2004).
10
C. Formalin
Formalin adalah larutan formaldehid sekitar 37% yang larut dalam air.
amino seperti lysine (K), arginine (R), tyrosine (Y), asparagine (N), histidine (H),
glutamine (Q), and serine (S) (Sompuram, Vani, Messana, dan Bogen, 2004).
Ferkowicz, Odish, Mani, dan Hastah, 2003). Kandungan unsur aldehida yang
menyebabkan kematian sel (Hasyim, Hamam, dan Akil, 2006). Formalin ini
menghasilkan inflamasi lokal dan nyeri (Banerjee, Sur, Mandal, Das, dan Sikdar,
2000). Menurut Tanko, Kamba, Saleh, Musa, dan Mohammed (2008), formalin
menimbulkan fase nosiseptif sebagai fase awal dan fase inflamasi sebagai fase
Virgin Coconut Oil (VCO) adalah minyak yang diekstraksi dari daging
kelapa segar (bukan kopra) dengan cara mekanis atau alami, dengan atau tanpa
bau. Karakteristik dari minyak kelapa murni ini adalah: minyak berwarna bening
hingga kuning pucat dengan aroma dan rasa yang khas. Kandungan dalam VCO
11
ini antara lain: asam kaproat, asam kaprilat, asam kaprat, asam laurat, asam
miristat, asam palmitat, asam palmitoleat, asam stearat, asam oleat, asam linoleat,
E. Eugenol
Eugenol memiliki titik didih 2530C dan titik lebur sebesar -90C. Senyawa
yang berbau cengkeh ini mudah terbakar, memiliki kestabilan yang cukup tinggi
tetapi akan mudah teroksidasi dengan adanya agen pengoksidasi yang kuat.
Senyawa ini berbahaya bila ditelan dan memiliki LD50 sebesar 2680 mg/kg BB
eugenol terkadang ditemukan dalam bentuk glukosida yang dihasilkan dari proses
F. Asetil Eugenol
berwarna bening hingga kuning pucat dan memiliki konsistensi seperti minyak.
Senyawa ini bersifat mudah terbakar dan dapat mengiritasi kulit serta toksik bila
dan kerapatan 1,08 (Rdchemicals, 2006). Secara in vitro, asetil eugenol dapat
menghambat peroksidasi lipid yang diinduksi oleh reaktif oksigen spesies serta
suatu senyawa antara lain mengukur eritema dan udem pada telinga hewan
13
pengerat, uji edema pada kaki hewan pengerat, dan uji induksi artritis pada hewan
edema pada kaki tikus yang diinduksi formalin 50µL 2,5% v/v setiap satu jam
vernier caliper. Pengukuran dilakukan hingga jam ke-5 karena pada jam ke-5
H. Landasan Teori
jaringan yang terjadi. Walaupun begitu, inflamasi sering menimbulkan rasa tidak
aktivitas inflamasi pada kaki mencit (Vogel, 2002), yang terbagi dalam dua fase,
yaitu fase awal (0-5 menit) merupakan fase nosiseptif sedangkan fase kedua (20-
30 menit) merupakan fase inflamasi (Lu et al., 2009). Penggunaan formalin lebih
lebih nyata bila dibandingkan dengan karagenin (Joseph, George, dan Nair, 2005).
Hal ini dilihat dari edema yang timbul lebih besar dan lebih merah, sehingga akan
dengan menghambat COX-2. Adapun isi dari minyak esensial tersebut antara lain
14
diinduksi oleh reaktif oksigen spesies, sedangkan penelitian secara in vitro dari
Selain itu, bila dilihat dari strukturnya, asetil eugenol termasuk dalam
bersifat lipofil dan asam serta memiliki struktur yang lebih besar dari induknya,
dikatakan bahwa asetil eugenol yang merupakan senyawa turunan dari eugenol ini
berpotensi sebagai agen antiinflamasi topikal terhadap edema kaki mencit yang
I. Hipotesis
terhadap edema kaki mencit yang diinduksi oleh formalin 0,5 % dengan
METODE PENELITIAN
terhadap Edema Kaki yang Diinduksi Formalin 0,5% pada Mencit Jantan
Galur Swiss ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan
B. Variabel Penelitian
1. Variabel utama
2. Variabel pengacau
2) Galur : Swiss
15
16
C. Definisi Operasional
Gejala inflamasi ditandai dengan rubor, kalor, dolor, tumor, dan functiolaesa.
2. Asetil eugenol adalah senyawa hasil sintesis dari anhidrida asam asetat dengan
5. Tebal edema merupakan tebal telapak kaki mencit yang diukur menggunakan
Keterangan:
(AUC0-6)positif : AUC0-6 rata-rata kelompok kontrol positif (cm.jam)
(AUC0-6)negatif : AUC0-6 rata-rata kelompok kontrol negatif (cm.jam)
(AUC0-6)perlakuan : AUC0-6 masing-masing mencit pada kelompok yang
diberi senyawa uji (cm.jam)
1. Bahan penelitian
a. Hewan uji
jantan galur Swiss berumur 2-3 bulan dengan berat 30-40 gram yang
b. Formalin 0,5%
c. Eugenol
d. Asetil eugenol
e. VCO
2. Alat penelitian
Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kotak
Setiap jam diukur tebal kaki mencit dan dihitung selisihnya kemudian dianalisis
19
kelompok II, III, dan IV masing-masing diinjeksi formalin 0,5% kemudian diolesi
dengan eugenol 25% v/v, 50% v/v, dan 100% v/v. Hasil selisih edema diolah
menjadi nilai AUC (Area Under Curve) total yang dihitung dari jam ke-0 sampai
Mengambil 2 tetes asetil eugenol dan meneteskan tetes demi tetes pelarut
menggunakan pipet tetes hingga asetil eugenol dapat bercampur homogen dengan
pelarut.
pelarut yang sesuai untuk asetil eugenol. Setelah itu, kita tentukan peringkat
konsentrasi asetil eugenol yang akan digunakan (25% v/v, 50% v/v, dan 100%
v/v). Konsentrasi 100% v/v merupakan asetil eugenol murni tanpa pengenceran
dengan VCO. Konsentrasi 50% v/v dibuat dari pencampuran asetil eugenol
20
dengan VCO 1:1. Konsentrasi 25% v/v dibuat dari pencampuran asetil eugenol
jangka sorong. Kemudian diinjeksikan formalin 0,5% secara subplantar pada kaki
Keterangan:
Kel. I : Kelompok Formalin 0,5%
Kel. II : Kelompok Kontrol Negatif (VCO)
Kel. III : Kontrol Positif (Eugenol 50% v/v)
Kel. IV : Kelompok Asetil Eugenol 25% v/v
Kel. V : Kelompok Asetil Eugenol 50% v/v
Kel. VI : Kelompok Asetil Eugenol 100% v/v
21
kelompok besar, yaitu kelompok formalin 0,5%; kelompok kontrol negatif VCO;
kelompok kontrol positif eugenol 50% v/v; kelompok asetil eugenol I, kelompok
asetil eugenol II, dan kelompok asetil eugenol III. Setelah 1 jam dilakukan
diukur, kelompok kontrol negatif kaki kiri mencit diolesi VCO, kelompok kontrol
positif diolesi eugenol 50% v/v. Pada kelompok asetil eugenol I diberikan asetil
eugenol 25% v/v, pada kelompok asetil eugenol II diberikan asetil eugenol
konsentrasi 50% v/v, sedangkan pada kelompok asetil eugenol III diberikan asetil
6. Pengamatan
1. Analisis hasil dilakukan dengan mengukur ketebalan edema kaki kiri mencit
2. Nilai selisih edema tiap jam diukur dan dihitung nilai AUC total masing-
masing perlakuan.
analisis ANOVA satu arah taraf kepercayaan 95% dengan uji Scheffe.
4. Jika terdapat nilai p<0,05 yang menandakan adanya perbedaan yang bermakna
Topikal terhadap Edema Kaki yang Diinduksi oleh Formalin 0,5% pada Mencit
Jantan Galur Swiss merupakan bagian dari suatu rangkaian penelitian besar yang
eugenol yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil sintesis dari
anhidrida asam asetat dengan eugenol dan senyawa hasil sintesis tersebut telah
dibuktikan kebenarannya melalui elusidasi struktur oleh salah satu peneliti dari
bagian sintesis, sehingga dapat dijamin bahwa senyawa yang peneliti gunakan
digunakan agar hasil yang didapatkan akurat dan representatif. Orientasi yang
dilakukan antara lain: orientasi waktu pengolesan senyawa terhadap edema kaki
22
23
kaki mencit yang tepat setelah injeksi formalin 0,5%. Dalam penelitian ini dipilih
waktu pengolesan senyawa saat edema maksimal. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui dengan jelas efek penurunan edema kaki mencit setelah dioleskan
senyawa uji. Bila senyawa uji dioleskan langsung setelah injeksi formalin 0,5%,
peningkatan edema.
merupakan agen inflamasi yang bersifat bifasik (terdapat fase nosiseptif pada fase
awal dan fase inflamasi pada fase berikutnya) dan cocok digunakan dalam
lebih nyata, terutama dalam hal edema yang lebih besar dan lebih merah bila
dibandingkan dengan karagenin. Hal ini tentu saja menguntungkan dan akan
alat ukur yang digunakan, sedangkan uji presisi bertujuan untuk menjamin
keterulangan pengukuran dari jangka sorong yang digunakan. Menurut Mulja dan
Hanwar (2003), suatu alat ukur dikatakan memiliki presisi yang baik jika nilai
24
presisinya terlebih dahulu dengan cara mengukur tebal kaki mencit secara
Dengan demikian jangka sorong yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi
Tabel I. Hasil analisis paired T-test orientasi rentang waktu pengolesan setiap jam
selama 5 jam pengamatan
tidak bermakna dari tebal edema kaki mencit tiap jamnya. Maka dari itu,
dilakukan orientasi lagi dengan mengukur tebal edema kaki tiap 10 menit selama
1 jam pengamatan.
25
Tabel II. Hasil analisis paired T-test orientasi rentang waktu pengolesan setiap 10
menit selama 1 jam pengamatan
Tebal edema
Kelompok (cm) I II III IV V VI
X+SE
I 0,128 + 0,014 - tb - - - -
II 0,128 + 0,014 tb - tb - - -
III 0,143 + 0,013 - tb - b - -
IV 0,160 + 0,015 - - b - tb- -
V 0,165 + 0,014 - - - tb - b
VI 0,180 + 0,013 - - - - b -
Keterangan:
Kelompok I : Kelompok mencit yang diukur pada menit ke-10 setelah
diinjeksi formalin 0,5%
Kelompok II : Kelompok mencit yang diukur pada menit ke-20 setelah
diinjeksi formalin 0,5%
Kelompok III : Kelompok mencit yang diukur pada menit ke-30 setelah
diinjeksi formalin 0,5%
Kelompok IV : Kelompok mencit yang diukur pada menit ke-40 setelah
diinjeksi formalin 0,5%
Kelompok V : Kelompok mencit yang diukur pada menit ke-50 setelah
diinjeksi formalin 0,5%
Kelompok VI : Kelompok mencit yang diukur pada menit ke-60 setelah
diinjeksi formalin 0,5%
tb : Berbeda tidak bermakna
b : Berbeda bermakna
X : Rata-rata tebal edema
SE : Standar Error
Hasil orientasi pada tabel III menunjukkan bahwa terjadi perbedaan yang
bermakna pada menit ke-30 dan 40 serta menit ke-50 dan 60. Oleh karena itu
dilakukan uji paired T-test lagi untuk menit ke-40 dan 60 sehingga didapatkan
hasil bahwa terjadi perbedaan yang bermakna antara menit tersebut. Dari hasil
tersebut, maka didapatkan waktu pengolesan senyawa pada edema mencit adalah
Hasil orientasi ini sesuai dengan Canon, Leurs, dan Hough (2007) yang
menit ke-30 sampai menit ke-60 setelah injeksi formalin secara subplantar.
Namun, peningkatan akan terus terjadi sampai menit ke-240 secara tidak
signifikan.
eugenol yang paling efektif digunakan sebagai agen antiinflamasi topikal bagi
edema kaki mencit pada penelitian ini. Penggunaan eugenol sebagai kontrol
positif karena asetil eugenol merupakan turunan dari eugenol. Eugenol dilaporkan
konsentrasi eugenol yang diuji adalah eugenol 25% v/v, eugenol 50% v/v, dan
eugenol 50% v/v dan eugenol 25% v/v harus dilakukan pengenceran dengan
pelarut yang cocok. Dalam penelitian ini digunakan pelarut VCO (Virgin Coconut
Oil) merk HealthyCoR karena eugenol dan VCO memiliki sifat yang sama, yaitu
dissolve like”. Dari hasil orientasi pelarut ini, eugenol dapat bercampur dan larut
Tabel III. Hasil analisis AUC total ketiga peringkat konsentrasi eugenol
menggunakan One-Way ANOVA taraf kepercayaan 95% dengan uji Scheffe
Tebal edema (cm)
Kelompok I II III IV
X+SE
I 0,983 + 0,0169 - tb b tb
II 0,733 + 0,0721 tb - tb tb
III 0,610 + 0,0328 b tb - tb
IV 0,835 + 0,0929 tb tb tb -
Keterangan:
Kelompok I : Kelompok mencit yang diinjeksi formalin 0,5% secara
subplantar
Kelompok II : Kelompok mencit yang diolesi eugenol 25% v/v 1 jam setelah
diinjeksi formalin 0,5%
Kelompok III : Kelompok mencit yang diolesi eugenol 50% v/v 1 jam setelah
diinjeksi formalin 0,5%
Kelompok IV : Kelompok mencit yang diolesi eugenol 100% v/v 1 jam setelah
diinjeksi formalin 0,5%
tb : Berbeda tidak bermakna
b : Berbeda bermakna
X : Rata-rata AUC total
SE : Standar Error
Dari tabel IV di atas, dapat dilihat bahwa pengolesan eugenol 100% v/v
dan 25% v/v menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna terhadap kelompok
mencit yang diinjeksi formalin 0,5% (kelompok kontrol negatif). Hanya eugenol
50% v/v saja yang menunjukkan perbedaan yang bermakna. Hal ini mungkin
disebabkan pada kelompok eugenol 100% v/v, efek iritasi eugenol lebih besar
penurunan edema yang seharusnya terjadi. Begitu pula pada kelompok eugenol
terhadap kelompok mencit yang diinjeksi formalin 0,5%. Hal ini mungkin
disebabkan karena pada konsentrasi 25% v/v, eugenol yang ada tidak cukup untuk
Pada kelompok mencit yang diolesi eugenol 50% v/v menunjukkan perbedaan
28
yang bermakna terhadap kelompok mencit yang diinjeksi formalin 0,5%. Hal ini
berarti eugenol 50% v/v memiliki efek antiinflamasi karena terbukti secara
statistik dapat menurunkan edema kaki mencit. Jadi, pada penelitian ini eugenol
yang dapat digunakan sebagai kontrol positif adalah eugenol dengan konsentrasi
50% v/v.
Orientasi ini bertujuan untuk mengetahui pelarut yang sesuai untuk asetil
digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil sintesis antara anhidrida asam
95,88%; berbentuk cair dan berwarna merah (Riswanto, 2011). Asetil eugenol
merupakan senyawa turunan eugenol yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam
pelarut non polar. Beberapa pelarut nonpolar yang dicoba untuk melarutkan asetil
Pelarut non polar pertama yang diuji adalah etanol 96%. Pelarut ini dapat
mengiritasi kulit dengan cara menarik air yang ada di kulit sehingga membuat
kulit kering. Pemberian etanol 96% secara berulang dapat menyebabkan kulit
Etanol 96% memiliki titik didih 78,20C dan memiliki titik leleh -1120C sehingga
mudah menguap (MSDS, 2002). Selain itu di dalam etanol 96% terdapat
asetil eugenol dicampur dengan etanol 96%. Hal ini disebabkan karena asetil
eugenol tidak dapat bercampur dengan air akibat dari perbedaan kepolaran antara
29
kedua senyawa tersebut. Karena sifat dari etanol 96% yang mudah menguap dan
terdapat kandungan air di dalam etanol 96% tersebut, maka etanol 96% tidak
Pelarut kedua yang diuji adalah VCO. Dari hasil percobaan, asetil
eugenol dapat larut dengan baik dan homogen pada VCO. Hal ini disebabkan
karena kedua senyawa tersebut memiliki kepolaran yang sama. Oleh karena itu,
konsentrasi asetil eugenol tertinggi yang dapat dibuat adalah 100%. Dari
yaitu 25% v/v, 50%v/v, dan 100% v/v. Faktor kelipatan yang digunakan antar
Besarnya daya antiinflamasi dari asetil eugenol dilihat dari besarnya kemampuan
asetil eugenol untuk menurunkan edema kaki mencit yang dapat dilihat dari %
daya antiinflamasi.
sorong. Jangka sorong yang digunakan adalah jangka sorong digital merk
Dalam penelitian ini, tebal edema diukur tiap jam selama 6 jam. Setelah
itu dihitung nilai AUC tiap jamnya kemudian dirata-rata, maka didapatkan profil
seperti gambar 5.
Gambar 5. Grafik rata-rata tebal edema kaki mencit yang diinduksi formalin 0,5%
selama 6 jam pengamatan
Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa grafik dari kontrol positif
eugenol 50% v/v berhimpit dengan grafik dari asetil eugenol 25% v/v sedangkan
grafik asetil eugenol 50% v/v berada di tengah-tengah antara kontrol negatif dan
kontrol positif, dan asetil eugenol 100% v/v berdekatan dengan grafik kontrol
31
negatif formalin dan VCO. Hal ini menunjukkan bahwa asetil eugenol 25% v/v
memiliki aktivitas antiinflamasi yang hampir sama dengan kontrol positif eugenol
50% v/v dalam menurunkan tebal edema kaki mencit yang diinduksi oleh
formalin 0,5%; sedangkan asetil eugenol 50% v/v dan asetil eugenol 100% v/v
memiliki profil kemiripan dengan kontrol negatif yang berarti kedua konsentrasi
asetil eugenol tersebut tidak memiliki aktivitas antiinflamasi. Hal ini dapat dilihat
dari luas area dibawah kurvanya yang hampir sama dengan grafik formalin dan
kontrol negatif VCO. Hal ini semakin diperkuat lagi dengan melihat hasil
Dari tabel IV dapat dilihat bahwa pada kelompok kontrol positif eugenol
50% v/v dan kelompok asetil eugenol 25% v/v menunjukkan perbedaan bermakna
terhadap kelompok kontrol negatif formalin dan kontrol negatif VCO. Hal ini
berarti bahwa kelompok kontrol positif eugenol 50% v/v dan kelompok asetil
eugenol 25% v/v dapat menurunkan edema kaki mencit secara signifikan dan
kemampuan asetil eugenol 25% v/v tersebut berbeda tidak bermakna dengan
kelompok kontrol positif eugenol 50% v/v dalam menurunkan edema kaki mencit.
32
Tabel IV. Hasil analisis rata-rata nilai AUC total tebal edema kaki mencit yang
diinduksi formalin 0,5% selama 6 jam pengamatan menggunakan one way
ANOVA taraf kepercayaan 95% dengan uji Scheffe
Rata-rata
Kel. AUC total
I II III IV V VI
(cm.jam)
X ± SE
I 0,957 ± 0,050 - tb b tb tb tb
II 0,973 ± 0,030 tb - b tb tb tb
III 0,620 ± 0,031 b b - tb tb tb
IV 0,569 ± 0,083 b b tb - tb b
V 0,808 ± 0,034 tb tb tb tb - tb
VI 0,885 ± 0,076 tb tb tb b tb -
Keterangan:
Kelompok I : Kelompok mencit yang diinjeksi formalin 0,5%
Kelompok II : Kelompok mencit yang diolesi VCO (Virgin Coconut Oil)
setelah 1 jam diinjeksi formalin 0,5%
Kelompok III : Kelompok mencit yang diolesi eugenol 50% v/v setelah 1
jam diinjeksi formalin 0,5%
Kelompok IV : Kelompok mencit yang diolesi asetil eugenol 25% v/v
setelah 1 jam diinjeksi formalin 0,5%
Kelompok V : Kelompok mencit yang diolesi asetil eugenol 50% v/v
setelah 1 jam diinjeksi formalin 0,5%
Kelompok VI : Kelompok mencit yang diolesi asetil eugenol 100% v/v
setelah 1 jam diinjeksi formalin 0,5%
tb : Berbeda tidak bermakna
b : Berbeda bermakna
X : Rata-rata AUC total
SE : Standar Error
33
negatif formalin 0,5% dan kontrol negatif VCO. Kontrol negatif formalin
edema pada kaki mencit, sedangkan kontrol negatif VCO digunakan sebagai
faktor koreksi bagi kontrol positif eugenol dan kelompok perlakuan asetil eugenol
karena VCO merupakan pelarut dari eugenol dan asetil eugenol. Dari tabel VI
dapat dilihat bahwa antara kelompok kontrol negatif formalin dan kontrol negatif
VCO berbeda tidak bermakna (p>0,05). Hal ini berarti bahwa VCO tidak
daya antiinflamasi dari nilai AUC total yang sebelumnya telah dihitung.
berturut-turut dari kontrol positif eugenol 50% v/v, kelompok perlakuan asetil
eugenol 100% v/v, asetil eugenol 50% v/v, dan asetil eugenol 25% v/v adalah
36,28%; 9,04%; 16,96%; dan 41,52%. Dari tabel V di bawah ini menunjukkan
bahwa ada perbedaan yang tidak bermakna antara aktivitas antiinflamasi dari
kontrol positif eugenol 50% v/v, asetil eugenol 50% v/v dan asetil eugenol 25%
lainnya.
35
Rata-rata %
penghambatan
Kelompok I II III IV
inflamasi
X ± SE
I 36,28 ± 3,20 - tb tb tb
II 41,52 ± 8,50 tb - tb b
III 16,96 ± 3,48 tb tb - tb
IV 9,04 ± 7,86 tb b tb -
Keterangan:
Kelompok I : Kelompok mencit yang diinduksi oleh formalin 0,5%
kemudian setelah 1 jam diolesi eugenol 50% v/v
Kelompok II : Kelompok mencit yang diinduksi oleh formalin 0,5%
kemudian setelah 1 jam diolesi asetil eugenol 25% v/v
Kelompok III : Kelompok mencit yang diinduksi oleh formalin 0,5%
kemudian setelah 1 jam diolesi asetil eugenol 50% v/v
Kelompok IV : Kelompok mencit yang diinduksi oleh formalin 0,5%
kemudian setelah 1 jam diolesi asetil eugenol 100% v/v
tb : Berbeda tidak bermakna
b : Berbeda bermakna
X : Rata-rata persentase penghambatan edema kaki
SE : Standar Error
yang paling tinggi adalah asetil eugenol 25% v/v, yaitu sebesar 41,52%. Nilai %
kontrol positif eugenol 50% v/v. Hal ini berarti asetil eugenol 25% v/v memiliki
aktivitas antiinflamasi yang lebih bagus daripada kontrol positif eugenol 50% v/v.
sesuai dengan peringkat konsentrasi eugenol 25% v/v, 50% v/v, dan 100% v/v
yang didapat, maka dapat kita ketahui bahwa asetil eugenol 50% v/v dan asetil
36
eugenol 100% v/v tidak memiliki daya antiinflamasi, sedangkan asetil eugenol
Tabel VI. Nilai hasil uji Scheffe % daya antiinflamasi yang diinduksi formalin
0,5% selama 6 jam pengamatan
antara lain: menekan ekspresi COX-2 (Magalhaes et al., 2010) pada makrofag
RAW 264,7 (Otzurk dan Obezk, 2005) dan menghambat kemotaksis leukosit yang
dimiliki oleh setiap senyawa fenolik (Azuma, Ozasa, Ueda dan Takagi, 1986).
(2000), asetil eugenol termasuk dalam kategori senyawa turunan diaril- atau
aril/heteroaril-eter dan –tioeter serta merupakan senyawa yang bersifat lipofil dan
penghambat selektif enzim COX-2 akan masuk melalui knob hidrofobik pada
37
(1996), ada perbedaan sisi aktif enzim pada COX-1 dan COX-2, yaitu Isoleusin
pada COX-1 dan Valin pada COX-2. Asetil eugenol berpotensi selektif COX-2,
maka asetil eugenol dapat menduduki sisi aktif enzim COX-2 yaitu valin.
Interaksi yang mungkin terjadi antara asetil eugenol dengan valin yaitu:
38
OH
H2N O
valin
interaksi hidrofobik
O
asetil eugenol
oksigen reaktif akibat proses oksidasi asam arakhidonat. Senyawa fenol yang
radikal bebas (Dannhardt dan Laufer, 2000). Asetil eugenol merupakan senyawa
turunan eugenol dan merupakan senyawa fenol tersubstitusi. Asetil eugenol dapat
Gambar 10. Bentuk radikal dari asetil eugenol (Hidalgo et al., 2009)
39
Menurut Hidalgo, et al. (2009) ada 2 macam bentuk radikal bebas yang
dihasilkan oleh eugenol dan turunannya, yaitu radikal fenol dan radikal alil.
Gugus fenol pada eugenol akan diubah menjadi radikal fenol. Radikal fenol lebih
stabil karena adanya resonansi elektron yang terjadi pada ikatan rangkap yang
posisi, yaitu: posisi ortho (o) atau posisi para (p) dari gugus fenol yang menempel
ataupun gugus nitro yang menempel pada cincin aromatis. Asetil eugenol
memiliki gugus asetil dan gugus metoksi. Gugus metoksi merupakan donor
elektron dan akan terstabilisasi akibat adanya resonansi pada cincin aromatis.
Pada asetil eugenol, radikalnya terbentuk pada bagian alil. Hal ini disebabkan
karena atom H pada alil tidak terikat kuat sehingga mudah lepas dan membentuk
radikal. Radikal alil yang terbentuk kurang stabil bila dibandingkan dengan
radikal fenol. Namun demikian, radikal alil ini masih dapat meredam radikal
Dalam penelitian ini, senyawa uji yang digunakan dioleskan merata pada
bagian edema kaki mencit. Efek yang ditimbulkan dari pemberian obat secara
topikal sangat bergantung pada kemampuan suatu obat untuk menembus masuk
ke dalam kulit. Kulit merupakan barier pertahanan tubuh yang terdiri dari
berlapis-lapis sel dan tiap lapisan sel tersebut memiliki lipofilisitas yang berbeda-
beda. Oleh karena itu, senyawa yang dapat menembus barier kulit adalah senyawa
yang memiliki lipofilisitas sedang. Dari data di atas menunjukkan bahwa asetil
40
eugenol mampu menjadi agen antiinflamasi topikal pada edema yang diinduksi
formalin 0,5%.
Caranya adalah dengan membuat regresi linier antara log konsentrasi asetil
grafik hubungan linearitas tersebut dapat ditentukan nilai EC50 dari asetil eugenol.
+ 114,166 dengan nilai r= 0,9589. Namun nilai r ini lebih kecil daripada nilai r
tabel untuk jumlah sampel 3 (n=3), yaitu, 0,997. Berikut adalah grafik hubungan
Gambar 11. Grafik hubungan linieritas log konsentrasi asetil eugenol 100% v/v,
50% v/v, dan 25% v/v dengan % penghambatan inflamasi dari masing-masing
perlakuan tersebut
Dari ketiga peringkat konsentrasi asetil eugenol, tidak ada yang mencapai
efek antiinflamasi hingga 50%. Oleh karena itu perlu dilakukan ekstrapolasi untuk
mendapatkan nilai EC50 dari asetil eugenol. Namun, selain dari grafik, nilai EC50
dapat dihitung melalui persamaan regresi linier yang telah didapat. Dari hasil
perhitungan tersebut didapatkan nilai EC50 asetil eugenol sebesar 15,45%. Hal ini
berarti asetil eugenol dengan konsentrasi 15,45% dapat menimbulkan efek pada
50% populasi.
BAB V
A. Kesimpulan
1. Asetil eugenol konsentrasi 25% v/v, 50% v/v, dan 100% v/v memiliki efek
antiinflamasi secara topikal terhadap edema kaki yang diinduksi oleh formalin
2. Asetil eugenol konsentrasi 25% v/v, 50% v/v, dan 100% v/v memiliki % efek
edema kaki yang diinduksi oleh formalin 0,5% pada mencit jantan galur
Swiss.
3. Asetil eugenol konsentrasi 25% v/v, 50% v/v, dan 100% v/v memiliki % daya
edema kaki yang diinduksi oleh formalin 0,5% pada mencit jantan galur
Swiss.
terhadap edema kaki yang diinduksi oleh formalin 0,5% pada mencit jantan
B. Saran
konsentrasi asetil eugenol supaya nilai EC50 dapat masuk dalam rentang
penelitian.
42
43
mengandung zat aktif asetil eugenol agar lebih praktis dalam proses aplikasi
penggunaan.
44
DAFTAR PUSTAKA
Amasino, A., Yuting Deng, Samuel Huang, Iris Lee, Adeyinka Lesi, Yaoli Pu, et
al., 1996, COX-1 And COX-2 Enzymes Synthesize Prostaglandins and
Are Inhibited by NSAIDS (Nonsteroidal Anti-inflammatory Drugs),
Laporan Penelitian, University of Wisconsin-Madison.
Azuma, Y., Ozasa, N., Ueda, Y., dan Takagi, N., 1986, Pharmacological Studies
on the Anti-inflammatory Action of Phenolic Compounds, J. Dent. Res.,
65: 53.
Banerjee, S., Sur, T. K., Mandal, S., Das, P. C., dan Sikdar, S., 2000, Assessment
of The Anti-Inflammatory Effects of Swertia Chirata in Acute and
Chronic Experimental Models in Male Albino Rats, Indian Journal of
Pharmacology, 32: 21-24.
Bulan, R., 2004, Reaksi Asetilasi Eugenol dan Oksidasi Metil Iso Eugenol,
http://library.usu.ac.id/download/fmipa/kimia-rumondang.pdf, diakses
tanggal 21 November 2010.
Canon, K. E., Leurs, R., dan Hough, L. B., 2007, Activation of Peripheral and
Spinal Histamine H3 Receptors Inhibits Formalin-Induced Inflammation
and Nociception, Respectively, Pharmacol. Biochem. Behav., 88(1):
122–129.
Dannhardt, G., dan Laufer, S., 2000, Structural Approaches to Explain the
Selectivity of COX-2 Inhibitors: Is There a Common Pharmacophore?,
Current Medicinal Chemistry, 7, 1101-1112.
Giersel, J. K., McDonald, J. J., Hauser, S. D., Rangwala, S. H., Koboldt, C. M.,
Seibert, K., 1996, A Single Amino Acid Difference between
Cyclooxygenase-1 (COX-1) and -2 (COX-2) Reverses the Selectivity of
COX-2 Specific Inhibitors, The Journal of Biological Chemistry,
271(26), 15810-15814.
Goldstein, N. S., Ferkowicz, M., Odish, E., Mani, A., dan Hastah, F., 2003,
Minimum Formalin Fixation Time for Consistent Estrogen Receptor
Immunohistochemical Staining of Invasive Breast Carcinoma, Am. J.
Clin. Pathol., 120:86-92.
Gunani, S. B., 2009, Uji Daya Antiinflamasi Krim Tipe A/M Ekstrak Etanolik
Jahe 10% (Zingiber officinale Roscoe) yang Diberikan Topikal Terhadap
Udem Kaki Tikus yang Diinduksi Karagenin, Laporan Penelitian,
Surakarta.
Hasyim, M., Hamam, dan Akil, S., 2006, Formalin Bukan Formalitas, CP-Buletin,
Nomor 73/Tahun VII.
Hidalgo, M. E., Rosa, C. D. L., Carrasco, H., Cardona, W., Gallardo, C.,
Espinoza, L., 2009, Antioxidant Capacity of Eugenol Derivatives, Quím.
Nova, Vol. 32 No. 6.
Lu, T. C. Jung, C. L., Tai, H. H., Ying, C. L., Chia, Y. L., Yung, J. C., et al.,
Analgesic and Anti-Inflammatory Activities of the Methanol Extract from
Pogostemon cablin, eCAM,
http://ecam.oxfordjournals.org/cgi/reprint/nep183v1, diakses tanggal 21
Agustus 2010.
Magalhaes, C. B., Riva, D. R., DePaula, L. J., Brando-Lima, A., Koatz, V. L.,
Leal-Cardoso, J. H., Zin, W. A., dan Faffe, D. S., 2010, In vivo anti-
inflammatory action of eugenol on lipopolysaccharide-induced lung
injury, J. Appl. Physiol., 108: 845-851.
Mulja, M. dan Hanwar, D., 2003, Prinsip – Prinsip Cara Berlaboratorium yang
Baik (Good Laboratory Practice), Majalah Farmasi Airlangga, vol. III
No. 2, Agustus 2003, halaman 71-76.
Ozturk, A., and Ozbek, H., 2005, Caryophyllata Essential Oil: An Animal Model
of Anti-inflammatory Activity, Department of Pharmacology, Van
Turkey.
Price, S.A. dan Wilson, L.M., 1995, Clinical Concept of Disease Processes, 4th
edition, diterjemahkan oleh Anugerah, P., Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta, pp. 37.
Rang, H. P., Dale, M. M., Ritter, J. M., and Moore, P. K., 2003, Pharmacology,
5th edition, Bath Press, USA, pp. 231-237, 244-250.
Riswanto, F. D. O., 2011, Sintesis Asetil Eugenol dari Eugenol dan Anhidrida
Asam Asetat dengan Katalis Natrium Hidroksida, Skripsi, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
Sadeghian, H., Seyedi, S. M., Saberi, M. R., Arghiani, Z., dan Riazi, M., 2008,
Design and Synthesis of Eugenol Derivatives as A Potent 15-
Lipoxygenase Inhibitors, Bioorganic and Medicines Chemistry, 16: 890-
901.
Setyarini, H., 2009, Uji Daya Antiinflamasi Gel Ekstrak Etanol Jahe 10%
(Zingiber officinale Roscoe) yang diberikan Topikal terhadap Udem Kaki
Tikus yang diinduksi Karagenin, 13-15, Skripsi, UMS, Surakarta.
Sompuram, S. R, Vani, K., Messana, E., and Bogen, S. A., 2004, A Molecular
Mechanism of Formalin Fixation and Antigen Retrieval, Am. J. Clin.
Pathol., 121:190-199.
Tanko, Y., Kamba, B., Saleh, M. I. A., Musa, K. Y., Mohammed, A., 2008, Anti-
nociceptive and anti-inflammatory activities of ethanolic flower extract
of Newbouldia laevis in mice and rats, Healthy Synergies Publications,
Vol. 1(3), pp. 13-19.
Lampiran 2.
a. Sertifikat Kalibrasi Jangka Sorong merk Mitutoyo
54
55
Keterangan:
Kelompok I : Kelompok Kontrol Negatif Formalin 0,5%
Kelompok II : Kelompok mencit yang diinjeksi formalin 0,5% kemudian 1 jam
sesudahnya diolesi eugenol 100%
Kelompok III : Kelompok mencit yang diinjeksi formalin 0,5% kemudian 1 jam
sesudahnya diolesi eugenol 50%
Kelompok IV : Kelompok mencit yang diinjeksi formalin 0,5% kemudian 1 jam
sesudahnya diolesi eugenol 25%
56
Lampiran 5.
pengamatan
Descriptive Statistics
Std. Maximu
N Mean Minimum
Deviation m
jam1 3 .0967 .02309 .07 .11
jam2 3 .1100 .03000 .08 .14
jam3 3 .1233 .03512 .09 .16
jam4 3 .1267 .02082 .11 .15
jam5 3 .1067 .02082 .09 .13
pengamatan
Lampiran 6.
Faktor pengali = =2
b. Hasil Analisa Rata-rata AUC total Eugenol 25% v/v, 50% v/v, dan 100%
Scheffe.
Descriptive Statistics
Std. Maximu
N Mean Deviation Minimum m
AUCtota
12 .79042 .169551 .545 1.005
l
Descriptives
AUCtotal
95% Confidence
Interval for
Std. Mean
Deviatio Lower Upper Minim Maxim
N Mean n Std. Error Bound Bound um um
eugenol100 3 .83500 .160935 .092916 .43522 1.23478 .665 .985
eugenol50 3 .61000 .056789 .032787 .46893 .75107 .545 .650
eugenol25 3 .73333 .124933 .072130 .42298 1.04368 .625 .870
kontrol 3 .98333 .029297 .016915 .91055 1.05611 .950 1.005
Total 12 .79042 .169551 .048945 .68269 .89814 .545 1.005
ANOVA
AUCtotal
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .225 3 .075 6.581 .015
Within Groups .091 8 .011
Total .316 11
66
Multiple Comparisons
AUCtotal
Scheffe
95% Confidence
Mean Interval
(J) Difference Lower Upper
(I) perlakuan perlakuan (I-J) Std. Error Sig. Bound Bound
eugenol100 eugenol50 .225000 .087170 .163 -.07945 .52945
eugenol25 .101667 .087170 .722 -.20279 .40612
kontrol -.148333 .087170 .455 -.45279 .15612
eugenol50 eugenol100 -.225000 .087170 .163 -.52945 .07945
eugenol25 -.123333 .087170 .595 -.42779 .18112
kontrol -.373333* .087170 .018 -.67779 -.06888
eugenol25 eugenol100 -.101667 .087170 .722 -.40612 .20279
eugenol50 .123333 .087170 .595 -.18112 .42779
kontrol -.250000 .087170 .113 -.55445 .05445
kontrol eugenol100 .148333 .087170 .455 -.15612 .45279
eugenol50 .373333* .087170 .018 .06888 .67779
eugenol25 .250000 .087170 .113 -.05445 .55445
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
AUCtotal
Scheffe
Subset for alpha =
0.05
perlakuan N 1 2
eugenol50 3 .61000
eugenol25 3 .73333 .73333
eugenol10
3 .83500 .83500
0
kontrol 3 .98333
Sig. .163 .113
Means for groups in homogeneous
subsets are displayed.
67
Faktor pengali = =2
Within-Subjects Factors
Measure:MEASURE_1
Dependent
tebal Variable
1 t1
2 t2
3 t3
4 t4
5 t5
6 t6
Between-Subjects Factors
Value Label N
VAR0000 1 FORMALIN 5
1 2 VCO 5
3 EUGENOL50% 5
4 ASETIL25% 5
5 ASETIL50% 5
6 ASETIL100% 5
68
Multivariate Testsc
Hypothe
Effect Value F sis df Error df Sig.
tebal Pillai's Trace .477 3.650a 5.000 20.000 .017
Wilks' Lambda .523 3.650a 5.000 20.000 .017
Hotelling's Trace .913 3.650a 5.000 20.000 .017
Roy's Largest Root .913 3.650a 5.000 20.000 .017
tebal * Pillai's Trace .699 .779 25.000 120.000 .760
VAR00001 Wilks' Lambda .446 .736 25.000 75.799 .804
Hotelling's Trace .944 .695 25.000 92.000 .849
Roy's Largest Root .483 2.316b 5.000 24.000 .075
a. Exact statistic
b. The statistic is an upper bound on F that yields a lower bound on the
significance level.
c. Design: Intercept + VAR00001
Within Subjects Design: tebal
Multiple Comparisons
MEASURE_1
Scheffe
95% Confidence
Mean Interval
Differen Std. Lower Upper
(I) VAR00001 (J) VAR00001 ce (I-J) Error Sig. Bound Bound
FORMALIN VCO -.00133 .014397 1.000 -.05345 .05078
EUGENOL50% .05967* .014397 .018 .00755 .11178
ASETIL25% .06867* .014397 .005 .01655 .12078
ASETIL50% .02600 .014397 .663 -.02612 .07812
71
MEASURE_1
Scheffe
Subset
VAR00001 N 1 2 3
ASETIL25% 5 .10400
EUGENOL50% 5 .11300 .11300
ASETIL50% 5 .14667 .14667 .14667
ASETIL100% 5 .16133 .16133
FORMALIN 5 .17267
VCO 5 .17400
Sig. .160 .082 .614
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .001.
Descriptive Statistics
Std. Maximu
N Mean Deviation Minimum m
perlakuan 30 3.50000 1.737021 1.000 6.000
AUCtotal 30 .80200 .194899 .335 1.100
73
Descriptives
AUCtotal
95% Confidence
Interval for Mean
Std. Std. Lower Upper Minimu Maximu
N Mean Deviation Error Bound Bound m m
FORMALIN 5 .95700 .111277 .049764 .81883 1.09517 .785 1.070
VCO 5 .97300 .066858 .029900 .88998 1.05602 .925 1.085
EUGENOL50% 5 .62000 .069642 .031145 .53353 .70647 .520 .710
ASETIL100% 5 .88500 .170953 .076453 .67273 1.09727 .700 1.100
ASETIL50% 5 .80800 .075713 .033860 .71399 .90201 .675 .860
ASETIL25% 5 .56900 .185014 .082741 .33928 .79872 .335 .730
Total 30 .80200 .194899 .035583 .72922 .87478 .335 1.100
74
ANOVA
AUCtotal
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Between Groups .738 5 .148 9.744 .000
Within Groups .364 24 .015
Total 1.102 29
Multiple Comparisons
AUCtotal
Scheffe
95% Confidence
Mean Interval
Difference Std. Lower Upper
(I) perlakuan (J) perlakuan (I-J) Error Sig. Bound Bound
FORMALIN VCO -.016000 .077842 1.000 -.29777 .26577
EUGENOL50% .337000* .077842 .012 .05523 .61877
ASETIL100% .072000 .077842 .971 -.20977 .35377
ASETIL50% .149000 .077842 .606 -.13277 .43077
ASETIL25% .388000* .077842 .003 .10623 .66977
VCO FORMALIN .016000 .077842 1.000 -.26577 .29777
EUGENOL50% .353000* .077842 .008 .07123 .63477
ASETIL100% .088000 .077842 .933 -.19377 .36977
ASETIL50% .165000 .077842 .498 -.11677 .44677
ASETIL25% .404000* .077842 .002 .12223 .68577
EUGENOL50 FORMALIN -.337000* .077842 .012 -.61877 -.05523
% VCO -.353000* .077842 .008 -.63477 -.07123
ASETIL100% -.265000 .077842 .075 -.54677 .01677
ASETIL50% -.188000 .077842 .354 -.46977 .09377
ASETIL25% .051000 .077842 .994 -.23077 .33277
ASETIL100% FORMALIN -.072000 .077842 .971 -.35377 .20977
VCO -.088000 .077842 .933 -.36977 .19377
75
AUCtotal
Scheffe
Subset for alpha = 0.05
perlakuan N 1 2 3
ASETIL25% 5 .56900
EUGENOL50% 5 .62000 .62000
ASETIL50% 5 .80800 .80800 .80800
ASETIL100% 5 .88500 .88500
FORMALIN 5 .95700
VCO 5 .97300
Sig. .134 .075 .498
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
76
Salah satu contoh perhitungan nilai % daya antiinflamasi pada kelompok kontrol
eugenol 50%
penghambatan inflamasi eugenol 50% I (%) = 0,973 – 0,520
X 100%
0,973
= 46,56 %
Keterangan:
Kelompok I : Kelompok kontrol positif eugenol 50% v/v
Kelompok II : Kelompok kontrol positif asetil eugenol 100% b/v
Kelompok III : Kelompok kontrol positif asetil eugenol 50% b/v
Kelompok IV : Kelompok kontrol positif asetil eugenol 25% b/v
77
NPar Tests
Descriptive Statistics
Std.
N Mean Deviation Minimum Maximum
perlakuan 20 2.5000 1.14708 1.00 4.00
penghambata
20 25.9510 18.78824 -13.05 65.57
n
ANOVA
penghambatan
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Between
3578.571 3 1192.857 6.101 .006
Groups
Within Groups 3128.393 16 195.525
Total 6706.964 19
Multiple Comparisons
penghambatan
Scheffe
95% Confidence
Mean Interval
Difference Std. Lower Upper
(I) perlakuan (J) perlakuan (I-J) Error Sig. Bound Bound
EUGENOL50 ASETIL100% 27.23600 8.84363 .053 -.3309 54.8029
% ASETIL50% 19.32400 8.84363 .231 -8.2429 46.8909
ASETIL25% -5.23600 8.84363 .949 -32.8029 22.3309
ASETIL100% EUGENOL50% -27.23600 8.84363 .053 -54.8029 .3309
ASETIL50% -7.91200 8.84363 .848 -35.4789 19.6549
ASETIL25% -32.47200* 8.84363 .018 -60.0389 -4.9051
ASETIL50% EUGENOL50% -19.32400 8.84363 .231 -46.8909 8.2429
ASETIL100% 7.91200 8.84363 .848 -19.6549 35.4789
ASETIL25% -24.56000 8.84363 .090 -52.1269 3.0069
ASETIL25% EUGENOL50% 5.23600 8.84363 .949 -22.3309 32.8029
ASETIL100% 32.47200* 8.84363 .018 4.9051 60.0389
ASETIL50% 24.56000 8.84363 .090 -3.0069 52.1269
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
79
Homogeneous Subsets
penghambatan
Scheffe
Subset for alpha = 0.05
perlakuan N 1 2
ASETIL100% 5 9.0460
ASETIL50% 5 16.9580 16.9580
EUGENOL50% 5 36.2820 36.2820
ASETIL25% 5 41.5180
Sig. .053 .090
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
NPar Tests
Descriptive Statistics
Std.
N Mean Deviation Minimum Maximum
VAR0000
15 2.0000 .84515 1.00 3.00
1
daya 15 -21.6127 31.91850 -77.42 45.97
80
Oneway
Descriptives
daya
95% Confidence
Interval for Mean
Std. Lower Upper Minim Maximu
N Mean Deviation Std. Error Bound Bound um m
asetil100 5 -42.7420 27.57414 12.33153 -76.9798 -8.5042 -77.42 -12.90
asetil50 5 -30.3220 12.21242 5.46156 -45.4857 -15.1583 -38.71 -8.87
asetil25 5 8.2260 29.84096 13.34528 -28.8264 45.2784 -17.74 45.97
Total 15 -21.6127 31.91850 8.24132 -39.2885 -3.9368 -77.42 45.97
ANOVA
daya
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Between
7063.236 2 3531.618 5.886 .017
Groups
Within Groups 7199.836 12 599.986
Total 14263.072 14
81
Multiple Comparisons
daya
Scheffe
95% Confidence
Mean Interval
(I) (J) Difference Lower Upper
VAR00001 VAR00001 (I-J) Std. Error Sig. Bound Bound
asetil100 asetil50 -12.42000 15.49176 .731 -55.6045 30.7645
asetil25 -50.96800* 15.49176 .021 -94.1525 -7.7835
asetil50 asetil100 12.42000 15.49176 .731 -30.7645 55.6045
asetil25 -38.54800 15.49176 .082 -81.7325 4.6365
asetil25 asetil100 50.96800* 15.49176 .021 7.7835 94.1525
asetil50 38.54800 15.49176 .082 -4.6365 81.7325
*. The mean difference is significant at the 0.05
level.
Homogeneous Subsets
daya
Scheffe
Subset for alpha = 0.05
VAR00001 N 1 2
asetil100 5 -42.7420
asetil50 5 -30.3220 -30.3220
asetil25 5 8.2260
Sig. .731 .082
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
82
BIOGRAFI PENULIS