You are on page 1of 5

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB

SOSIAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANGTERDAFTAR DI BURSA EFEK


INDONESIA

MARIA WIJAYA

Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Dewan
komisaris adalah wakil shareholder dalam perusahaan. Dengan wewenang yang dimiliki,
dewan komisaris dapat memberikan pengaruh yang cukup kuat untuk menekan manajemen untuk
mengungkapkan informasi tanggung jawab sosial. Perusahaan yang memiliki ukuran dewan komisaris
lebih besar akan lebih banyak mengungkapkan informasi tanggung jawab sosial.

Pengaruh Leverage terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial


Scott (2000:170) dalam Fahrizqi (2010) menyampaikan pendapat yang mengatakan bahwa
semakin tinggi leverage kemungkinan besar perusahaan akan mengalami pelanggaran terhadap
kontrak utang, maka manajer akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi
dibandingkan laba dimasa depan. Perusahaan yang memiliki rasioleverage tinggi akan lebih sedikit
mengungkapkan informasi tanggung jawab sosial, supaya dapat melaporkan laba sekarang yang lebih
tinggi (mengurangi biaya pengungkapan).

Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial


Menurut Cowen et al. (1987) dalam Sembiring (2005), secara teoritis perusahaan besar tidak
akan lepas dari tekanan, dan perusahaan yang lebih besar mempunyai aktivitas operasi yang lebih
banyak dan memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap masyarakat, serta mungkin akan
memiliki pemegang saham yang lebih banyak yang akan selalu memperhatikan program sosial yang
dibuat perusahaan sehingga pengungkapan informasi sosial perusahaan akan semakin luas. Hal
tersebut menyebabkan, perusahaan yang lebih besar dituntut untuk memperlihatkan/mengungkapkan
tanggung jawab sosialnya.

Pengaruh Profitabilitas terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial


Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang merupakan
hasil bersih dari kebijakan-kebijakan manajemen,, baik dalam mengelola likuiditas, aset ataupun
utang perusahaan (Brigham, 1999 dalam Ismurniati, 2010). Belkaoui dan Karpik (1989) dalam
Anggraini (2006), mengatakan bahwa dengan kepeduliannya terhadap masyarakat (sosial)
menghendaki manajemen untuk membuat perusahaan menjadi profitable. Penelitian yang dilakukan
Bowman dan Haire (1976) dan Preston (1978) dalam Sumedi (2010) menunjukkan bahwa semakin
tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan tanggung jawab sosial.

Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial


Menurut Verrecchia (1983) dalam Rakhiemah dan Agustia (2009), dengan discretionary
disclosure teorinya mengatakan pelaku lingkungan yang baik percaya bahwa dengan mengungkapkan
performance mereka berarti menggambarkan good news bagi pelaku pasar. Oleh karena itu,
perusahaan dengan kinerja lingkungan yang baik perlu mengungkapkan informasi kuantitas dan mutu
lingkungan yang lebih dibandingkan dengan perusahaan dengan kinerja lingkungan yang lebih buruk.
TINJAUAN TEORITIS BIAYA LINGKUNGAN TERHADAP KUALITAS PRODUK DAN
KONSEKUENSINYA TERHADAP KEUNGGULAN KOMPETITIF PERUSAHAAN

ERIC GUNAWAN

Biaya Lingkungan
Biaya lingkungan adalah biaya yang ditimbulkan akibat adanya kualitas lingkungan yang
rendah sebagai akibat dari proses produksi yang dilakukan perusahaan. Biaya lingkungan perlu
dilaporkan secara terpisah berdasarkan klasifikasi biayanya. Hal ini dilakukan supaya laporan biaya
lingkungan dapat dijadikan informasi informatif untuk mengevaluasi kinerja operasional perusahaan
terutama yang berdampak lingkungan

Struktur Biaya Lingkungan


Menurut Watson dan Polito (2004) dapat diidentifikasi struktur biaya lingkungan menjadi
empat bagian yaitu: 1. Internal failure costs yaitu biaya yang berkaitan dengan lingkungan internal
perusahaan seperti biaya yang timbul dikarenakan pencemaran lingkungan dari racun yang dihasilkan
produksi, biaya yang dikeluarkan karena timbulnya sampah dan lain-lain. 2. External failure cost yaitu
biaya yang berkaitan dengan lingkungan eksternal perusahaan seperti hilangnya market share akibat
dampak buruk dari polusi terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar perusahaan. 3. Appraisal cost
yaitu biaya yang berkaitan dengan aktifitas monitoring dari penerapan biaya lingkungan tersebut. 4.
Prevention cost yaitu biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam upaya untuk mencegah
perusakan lingkungan lebih lanjut.

Kinerja
Ada berbagai metode pernilaian kinerja sesuai dengan tujuan perusahaan yaitu mencari laba,
maka hampir semua perusahaan mengukur kinerja dengan ukuran keuangan. Menurut Lingle dan
Schiemann (1996, dalam Nurul, 2011), pengukuran kinerja non keuangan didesain untuk menilai
seberapa baik aktivitas yang berhasil dicapai dan dipusatkan pada tiga dimensi utama yaitu efisiensi,
kualitas dan waktu. Penilaian kinerja perusahaan dapat diukur dengan ukuran keuangan dan non
keuangan. Ukuran keuangan untuk mengetahui hasil tindakan yang telah dilakukan dimasa lalu.
Ukuran non keuangan tentang kepuasan konsumen, produktivitas dan komitmen personel yang akan
menentukan menentukan kinerja keuangan masa yang akan datang. Pengukuran ini dirancang untuk
menaksir bagaimana kinerja yang dirancang untuk menyikap jika terjadi perhentian karena perbaikan
yang akan dilakukan.

Kualitas Kinerja
Rao (1992, dalam Suprato, 2009) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan kualitas
kinerja, yaitu: “kualitas kinerja adalah wujud perilaku atau kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan
harapan dan kebutuhan atau tujuan yang hendak dicapai secara efektif dan efisien”. Maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kualitas kinerja adalah suatu wujud atau hasil kerja
yang telah dilaksanakan seseorang dalam mencapai tujuan dengan mengerahkan kemampuannya agar
dapat dicapai dengan efektif dan efisien.

Penerapan Biaya Lingkungan di Dalam Perusahaan


Akuntansi lingkungan telah menjadi perhatian akuntan karena perusahaan perlu
menyampaikan informasi mengenai aktivitas perlindungan lingkungan kepada stakeholder.
Perusahaan tidak hanya menyampaikan informasi mengenai keuangan tetapi juga perlu
memperhatikan kepentingan lingkungan di mana perusahaan beroperasi.
PENGARUH LUAS PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN
LINGKUNGAN PERUSAHAAN TERHADAP EARNING RESPONSE COEFFICIENT
(ERC), DENGAN UKURAN PERUSAHAAN DAN LEVERAGE SEBAGAI VARIABEL
KONTROL

Dyah Hayu Pradipta Anna Purwaningsih

Secara konseptual, pengungkapan merupakan bagian integral dari pelaporan keuangan. Secara teknis,
pengungkapan merupakan langkah akhir dalam proses akuntansi, yaitu penyajian informasi dalam
bentuk seperangkat penuh statemen keuangan.

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan


Beberapa tahun terakhir, perusahaan sudah mulai menyadari pentingnya tanggung jawab
perusahaan terhadap sosial dan lingkungan sekitar. Pelaku bisnis semakin menyadari bahwa
kelangsungan hidup perusahaan juga sangat tergantung pada hubungan perusahaan dengan
masyarakat dan lingkungan tempat perusahaan melakukan aktivitas operasinya. Tanggung jawab
perusahaan tidak hanya semata-mata ditujukan kepada para pemegang saham perusahaan, melainkan
juga tanggung jawab terhadap para stakeholders.

Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan


Hackston dan Milne (1996) dalam Sayekti dan Wondabio (2007) menyatakan bahwa
pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan merupakan proses
pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap
kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Pengungkapan
kinerja tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan kini menjadi penting terutama ketika
membuat keputusan investasi jangka panjang.

Komitmen perusahaan dalam melaksanakan, menyajikan, dan mengungkapkan informasi


tanggung jawab sosial dan lingkungan memberi manfaat bagi perusahaan. Manfaat yang diperoleh
perusahaan adalah (1) profitabilitas dan kinerja keuangan perusahaan akan semakin kokoh; (2)
meningkatnya akuntanbilitas dan apresiasi positif dari komunitas investor, kreditor, pemasok, dan
konsumen; (3) meningkatnya komitmen etos kerja, efisiensi dan produktivitas karyawan; (4)
menurunnya kerentanan gejolak sosial dan resistensi komunitas sektiar karena merasa diperhatikan
dan dihargai perusahaan; (5) meningkatnya reputasi, corporate branding, goodwill (intangible asset)
dan nilai perusahaan dalam jangka panjang (Lako, 2010:103).

Earning Response Coefficient (ERC)


Laba merupakan suatu informasi penting yang disajikan dalam laporan keuangan perusahaan.
Informasi laba sering digunakan investor untuk menilai kinerja sebuah perusahaan dan pertimbangan
untuk berinvestasi. Dengan kata lain laba yang diumumkan perusahaan memiliki kekuatan respon
pasar. Namun informasi laba yang digunakan para investor juga dapat memberikan informasi yang
bias. Biasnya informasi laba kemungkinan terjadi karena ketidaktepatan pelaporan laporan keuangan
dan adanya praktik manajemen laba dalam pelaporan laba perusahaan.

Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan skala yang menentukan besar atau kecilnya perusahaan. Tolok
ukur yang menunjukkan besar kecilnya peusahaan antara lain total penjualan, rata-rata tingkat
penjualan, dan total aktiva. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam tiga kategori yaitu
perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium size), dan perusahaan kecil (small
firm). Ukuran perusahaan ini didasarkan pada total aset perusahaan.
Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan
Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-
Perusahaan yang terdaftar Bursa Efek Jakarta

Fr. Reni. Retno Anggraini

Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan dan Akuntansi Pertanggungjawaban Sosia


Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan atau Corporate Social Resposibility (CSR) adalah
mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap
lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi
tanggung jawab organisasi di bidang hukum (Darwin, 2004). Pertanggungjawaban sosial perusahaan
diungkapkan di dalam laporan yang disebut Sustainability Reporting. Sustainability Reporting adalah
pelaporan mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan
produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Sustainability
Reporting meliputi pelaporan mengenai ekonomi, lingkungan dan pengaruh sosial terhadap kinerja
organisasi (ACCA, 2004). Sustainability report harus menjadi dokumen strategik yang berlevel tinggi
yang menempatkan isu, tantangan dan peluang Sustainability Development yang membawanya
menuju kepada core business dan sektor industrinya.
Darwin (2004) mengatakan bahwa Corporate Sustainability Reporting terbagi menjadi 3
kategori yaitu kinerja ekonomi, kinerja lingkungan dan kinerja sosial (lihat dalam Table 2.1).
Sedangkan Zhegal & Ahmed (1990) mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan pelaporan sosial
perusahaan, yaitu sbb.: 1. Lingkungan, meliputi pengendalian terhadap polusi, pencegahan atau
perbaikan terhadap kerusakan lingkungan, konservasi alam, dan pengungkapan lain yang berkaitan
dengan lingkungan. 2. Energi, meliputi konservasi energi, efisiensi energi, dll. 3. Praktik bisnis yang
wajar, meliputi, pemberdayaan terhadap minoritas dan perempuan, dukungan terhadap usaha
minoritas, tanggung jawab sosial.

Pelaporan Informasi Sosial dan Pemilihan Kebijakan Akuntansi


Dalam penelitian akuntansi dibutuhkan penelitian terhadap hubungan bisnis dan masyarakat
dalam rangka untuk mendefinisikan kembali peran dan tugas perusahaan dari ekonomi murni menuju
ke institusi ekonomi sosial [Dierkes & Antal (1986), dalam Mangos & Lewis (1995)]. Mangos &
Lewis (1995) mengatakan perlunya paradigma sosial-ekonomi untuk menganalisis pemilihan praktik
akuntansi oleh manajemen. Mereka menyarankan perlunya pertimbangan terhadap faktor tanggung
jawab sosial perusahaan ketika kita melakukan pengujian terhadap teori akuntansi positif (positive
accounting theory). Dengan analisis ini maka akan dapat membantu manajemen memahami respon
mereka terhadap masalah-masalah sosial-ekonomi dan hubungannya dengan nilai perusahaan.

Pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dapat dijelaskan dengan menggunakan teori
keagenan dari Jensen & Meckling (1976). Mereka mengatakan bahwa hubungan keagenan
merupakan suatu kontrak antara satu atau lebih orang (prinsipal) yang menghendaki orang lain
(manajer) untuk melaksanakan jasa dengan cara mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan
kepada agen. Di dalam hubungan keagenan, terdapat 3 faktor yang mempengaruhi yaitu biaya
pengawasan (monitoring costs), biaya kontrak (contracting costs), dan visibilitas politis. Perusahaan
yang menghadapi biaya pengawasan dan kontrak yang tinggi cenderung akan memilih metode
akuntansi yang dapat meningkatkan laba yang dilaporkan, dan perusahaan yang menghadapi
visibilitas politis yang tinggi cenderung akan memilih metode dan teknik akuntansi yang dapat
melaporkan laba menjadi lebih rendah.
PENGARUH IMPLEMENTASI AKUNTANSI LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA
LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN INFORMASI LINGKUNGAN
Dian Imanina Burhany

Pengaruh Implementasi Akuntansi Lingkungan terhadap Kinerja


Lingkungan Burnett dan Hansen (2008) menyatakan bahwa jika perusahaan ingin
meningkatkan kinerja lingkungannya maka akuntansi harus terlibat di dalamnya untuk melakukan
fungsi pengumpulan, penghitungan, analisis dan pelaporan biaya-biaya lingkungan dan transaksi lain
yang berkaitan dengan lingkungan agar dapat digunakan oleh manajemen untuk mengelola aspek
lingkungan. Tujuan utama dari akuntansi lingkungan adalah untuk mengoreksi kesenjangan informasi
(information gap) yang timbul karena tidak teridentifikasinya biaya dan kerusakan lingkungan serta
penggunaan informasi ini untuk mendukung keputusan bisnis (Dourala et al., 2003).
Data fisik digunakan untuk menentukan tingkat dampak lingkungan yang dihasilkan sehingga
dapat dikendalikan. Berdasarkan data ini dapat dihasilkan informasi mengenai tingkat emisi gas yang
dihasilkan, jumlah limbah yang dihasilkan dan yang diolah, yang dibutuhkan untuk menentukan target
pengurangan emisi, limbah, dan perlindungan lainnya (Schaltegger dan Hinrichsen, 1996 dalam
Bosshard, 2003). Adapun data moneter lebih banyak digunakan dalam pengendalian biaya agar
manajemen memiliki dasar untuk mengelola aspek lingkungan perusahaan agar dapat mengurangi
tingkat polusi, mengurangi limbah, menghasilkan produk yang ramah lingkungan, sehingga kinerja
lingkungan dapat ditingkatkan (Bosshard, 2003, IFAC, 2005).

Pengaruh Implementasi Akuntansi Lingkungan terhadap Pengungkapan Informasi


Lingkungan
Selain menyediakan informasi lingkungan bagi pihak internal, akuntansi lingkungan juga
menyediakan informasi kepada pihak eksternal atau stakeholder perusahaan, yaitu melalui akuntansi
keuangan lingkungan atau environmental financial accounting/EFA (Burritt, 2002; Xiaomei, 2004).
Informasi yang dihasilkan oleh sistem akuntansi lingkungan merupakan bagian dari keseluruhan
informasi lingkungan yang diungkapkan oleh perusahaan. Pengungkapan informasi lingkungan baik
dalam laporan tahunan, sustainability report, atau bentuk pengungkapan lainnya, berisi informasi yang
sangat luas mulai dari strategi dan kebijakan lingkungan, risiko lingkungan, profil lingkungan,
maupun aspek keuangan lingkungan. Dalam hal ini akuntansi lingkungan memudahkan perusahaan
melakukan pengungkapan informasi lingkungan secara keuangan (Burritt, 2002).

Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Pengungkapan Informasi Lingkungan


Kinerja lingkungan perlu diungkapkan sebagai wujud pertanggungjawaban perusahaan
kepada stakeholder, karena stakeholder inilah yang akan menentukan nasib perusahaan sebagaimana
dikemukakan dalam stakeholder theory bahwa perusahaan membutuhkan dukungan dari stakeholder
untuk melanjutkan eksistensinya (Gray et al., 1995). Keberhasilan perusahaan juga sangat bergantung
pada keberhasilan manajemen dalam mengelola hubungan dengan stakeholder (Ten, 2007).
Al-Tuwaijri et al. (2004) juga menemukan hubungan positif dan signifikan antara kinerja
lingkungan dan pengungkapan informasi lingkungan. Jika perusahaan menganggap bahwa kinerja
lingkungan yang baik akan mengurangi risiko dan biaya lingkungan di masa yang akan datang, maka
pengungkapan informasi tersebut akan diterima sebagai good news oleh investor. Oleh karena itu
maka perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan yang baik akan mengungkapkan lebih banyak
informasi lingkungan secara sukarela.

You might also like