You are on page 1of 33
it’ Job Order Costing Dalam bab terdahulu, kita pemah memperbincangkan pembiayaan produksi sebagai suatu proses dalam penugasan pembuatan barang-barang. Pengertian akan suatu proses bagi setiap manajer, tentang bagaimana setiap satuan barang dibiayai, mempunyai kegunaan bagaimana ia dapat memikirkan pendapatan perusahaan, demikian pula bagaimana posisi keuangan akan terbentuk dalam aktiva lancar di neraca. Adapun dalam bab ini, kita akan membicarakan pembiayaan produksi itu dengan sebutan/bentuk pengkhususan (absorption). Pendekatannya telah dengan melihat bagaimana produksi itu menyerap biaya, sehingga nampak khusus menghasilkan produk yang bersangkutan; melihat seluruh biaya produksi yang terdiri dari biaya variabel dan biaya tetapnya. 3.1. KEBUTUHAN DATA BIAYA UNTUK SETIAP SATUAN PRODUK Bila mempelajari pembiayaan produksi, kita akan memusatkan perhatian kita terhadap biaya tiap satuan produknya, sebagai data yang pada umumnya diperlukan oleh manajemen. Pertama-tama, biaya tiap satuan produk itu diperlukan untuk menunjukkan nilai persediaan barang dalam laporan keuangan. Satuan-satuan barang yang dihasilkan itu dan masih dalam persediaan dikalikan dengan biaya tiap satuannya; dan seluruh nilainya akan dibawa dari suatu periode ke awal periode usaha berikutnya. Kedua, biaya satuan produk itu perlu untuk menafsirkan atau menghitung pendapatan periodik. Biaya tiap satuan produk sepanjang satuan periode dikalikan dengan jumlah satuan produk yang dijual, dipergunakan untuk memotong jumlah pendapatan penjualan. Kalau saja biaya tiap satuan produk itu tidak dihitung secaracermat dan benar, maka laba yang diperoleh dari penjualan itu, akan salah perhitungannya. Akhimya, manajermemerlukan data biaya tiap satuan produk untuk membantu/menolong (assist) mereka sendiri dalam teamnya (team management), untuk mengambil keputusan 54 —— dalam berbagai situasi. Tanpa data biaya tiap satuan produk, manajer akan kesulitan dalam hal menetapkan horga jual unit-unit barang yang dihasilkan oleh produksi perusahan itu. Diketahuinya biaya tiap satuan produk itu, adalah penting/pada suatu ketika bila akan menambahkan produk yang sama atau akan membuat produk sampingan, menghadapi kontrak penjualan, atau menghadapi pesanan istimewa. Terutama sekali, data biaya tiap satuan produk itu erat kaitannya dengan berbagai situasi yang mungkin masalahnya lebih mendalam, schingga tidak saja perlu mempelajari data biaya itu, tetapi juga sebaran perbedaanya antara data biaya itu dengan situasi yang dihadapi. 3.2, TIPE SISTEM PEMBIAYAAN Tipe sistem pembiayaan itu, ialah mengukur secara mendalam dan alamiah sejalan dengan proses produksi itu berlangsung. Pada dasamya ada dua macam pembiayaan yang sangat berbeda karena melihat proses produksinya itu sendiri. Kedua sistem tersebut dapat kita ketahui, berupa : (1) Process costing, (*) (2) Job order costing (**) 3.3. TINJAUAN MENGENAI JOR ORDER COSTING Kita masih ingat, bahwa dalam bab yang lalu kita sempat membicarakan elemen biaya produksi yang terdiri dari : — Bahan langsung. - Upah langsung. — Overhead produksi. Dalam mempelajari bagaimana Job Order Costing itu bekerja, kita perlu melihat kepada setiap elemen biaya, yang kita pergunakan dalam menghitung biaya setiap satuan produksi. Itu akan merupakan suatu konsep yang perspektif tentang Costs Accounting, yang diperoleh sebagai data, untuk dikemukakan pada manajemen. Sebaiknya ketiga elemen biaya diatas itu mulai kita tinjau lebih dalam. 3.4. PENGUKURAN BAHAN LANGSUNG Suatu proses produksi dimulai dengan pemindahan bahan dari gudang ke tempat pekerjaan di pabrik, untuk kemudian masuk proses produksi. Sejumlah bahan itu, akan berubah bentuk menjadi barang selesai, dan karenanya- ia disebut bahan baku. Bahan lainnya mungkin saja ada, dan disebut bahan penolong/bahan pembantu atau bahan tidak langsung (Indirect material), tetapi ia (Karena tidak langsung memberikan wujud barang pokok) maka Catatan : (*) Process Costing, dapat kita terjemahkan dengan istilah : Biaya rata-rata untuk produk yang homogen. (#*) Job order Costing, dapat kita terjemahkan dengan istilah pengkhususan untuk tiap-tiap macamy/jenis barang. 55 sering masuk kepada golongan overhead produksi. Masalah ini dalam bab yang lalu sudah kita diskusikan. Kalan dalam pasal ini, akan dibicarakan bahwa Job Order Costing memerlukan/ ‘meminta pencatatan yang baik dan rapih, maka dengan sendirinya pemakaian bahan sebagai salah satu elemen biaya produksi, menghendaki pencatatan tersebut. Pencatatan bahan dimulai dengan permintaan bahan untuk keperluan produksi. Terlepas bagaimana sistem akuntansi persediaan yang memadai itu sebaiknya dilaksanakan dan ditaati, disini kita bicara bentuk permintaan bahan yang menyangkut pembiayaan ala Job Order Costing. Periksa Gambar 6 dibawah ini. Bentuk permintaan bahan itu akan merupakan dasar penghitungan biaya, karena ia akan menjadi bukti untuk mencatat akumulasi biaya. Bentuk permintaan bahan Permintaan bahan No. : 14.873. Pekerjaan/Produksi No. 2B.47 ‘Tanggal, 2 Maret 1982 Bagian : Meubel Uraian Kuantitas Harga M6; Kayu papan. 2.M3 Rp 123.000 Rp 246.000 G.7; Paku 7 cm 3 Rp 50.000 Rp 150.000 Gambar 6 3.5. KARTU PEKERJAAN (ORDER) Nilai pemakaian bahan (seperti termuat dalam permintaan bahan yang disini dimisalkan sudah diizinkan dan diberikan bahannya), dimasukkan/dicatat dalam kartu pekerjaan dengan data yang sama. (Lihat gambar 7). Sebuah kartu pekerjaan, dibuat untuk setiap satu jenis/ macam/order pekerjaan. Biasanya kartu pekerjaan diolah oleh bagian accounting yang secara khusus menangani kegiatan produksi, yang mengolahnya pada masing-masing kartu kerja untuk setiap pekerjaan, tergantung keluarnya order produksi. Sedangkan order produksi, biayanya keluar bila ada kontrak penjualan atau rencana penjualan sudah matang, baik itu jumlah produksi, waktu pembuatan, harga dan waktu penyerahan kepada pemesan/pembeli. ‘Seandainya bahan sudah diserahkan, bagian accounting segera mencatatnya dalam kartu kerja itu, sekaligus diberikan catatan mengenai identitas daripada pekerjaan tersebut. Bila pekerjaan temnyata telah selesai, maka jumlah bahan yang dipakai itu digabungkan dengan jumlah-jumlah biaya produksi (elemen) lainnya, hingga diketahui total biaya pekerjaan yang bersangkutan. Kartu Kerja Pekerjaan No. 2B. 47 Tanggal dimulai : 2.3.82 Bagian : Meubel Tanggal Selesai : Jenis : Partisi ‘Satuan Sclesai : Untuk Persediaan : Bahan langsung Rp Upah langsung Rp Overhead produksi Rp [mn Biaya Biaya/Satuan 3.6. MENGUKUR UPAH LANGSUNG Upah langsung itu berakumulasi dan diukur berapa banyaknya/besarnya dengan cara yang sama, tetapi sebagai biaya langsung. Sama dengan bahan langsung, upah langsung itu berakumulasi sesuai dengan kemajuan pekerjaan. Tetapi, perlu diperhatikan bahwa ada upah buruh yang karena sifat pekerjaannya tidak secara langsung menghasilkan produk, maka upahnya tidak dapat secara langsung dicatat sebagai upah langsung, melainkandiklasifikasikan terlebih dahulu dalam overhead produksi sebagai upah tidak langsung. Biasanya upah langsung berakumulasi dicatat bersamaan dengan kemajuan pekerjaan oleh petugas yang khusus mengerjakannya dari hari ke hari. Pekerjaan pencatatan ini, kadang-kadang dinamakan pengkartuan waktu atau karcis waktu, Didalamnya tercantum Jam kerjademi jam kerja sertajumlah jam kerja yang dijalani oleh buruh yang berkepentingan. Bila buruh tersebut mengerjakan pekerjaan khusus (Iain), maka dalam kartu waktu atas namanya akan dicatat jam-jam khusus untuk mengerjakan pekerjaan lain itu, schingga jam kerja untuk mengerjakan pekerjaan bakunya akan nampak tersendiri jumlahnya, Kalau jam- jam kerja yang dijalani oleh buruh tidak dipisahkan seperti itu, maka upah kerjanya akan diklasifikasikan sebagai upah tidak langsung. Pada akhir jam kerja, kartu waktu itu dikumpulkan dan oleh petugas bagian accounting secara teliti dianalisis satu demi satu, kemanakah seharusnya dimasukkan upah masing- masing buruh itu, sebagai upah langsungkah, atau sebagai upah tidak langsung. 3.7. APLIKAS! OVERHEAD PRODUKS! Memperhatikan overhead produksi itu, waktunya bersamaan dengan menetapkan biaya-biaya yang diklasifisikan sebagai bahan langsung dan upah langsung, dikala memperhitungkan biaya produksi. Bagaimanapun memperhitungkan overhead produksi itu dan membebankannya kepada setiap satuan produk, sering-sering ditemukan kesulitan juga. Ada tiga penyebabnya, yaitu : Pertama. telah dikemukakan‘dalam bab 2, overhead produksi itu merupakan biaya produksi tidak langsung bagi setiap unit yang diproduksi yang tidak secara langsung ditemukan untuk dilekatkan kepada pekerjaan/order yang khusus. Kedua, overhead produksi itu terdiri dari berbagai/banyak elemerinya, apakah itu yang bersifat variabel, ataupun yang mempunyai sifat yang tetap. Ia menyebar misalnya dalam pelumasan mesin-mesin atau dalam penggajian bulanan, Dan ketiga, terakhir pada perusahaan yang dari musim ke musim memproduksi berbagai jenis barang, yang kadang-kadang jumlah satuan produksinya mengalami turun naik (fluktuasi). dan dibalik itu banyak elemen overhead produksi berjumlah relatif tetap dari waktu ke waktu. Dengan diketahuinya problema-problema tersebut, maka satu-satuannya jalan yang baik (acceptable) untuk menentukan pembebanan overhead produksi kepada setiap satuan produk, adalah dilakukan secara tidak langsung, melalui tehnik allokasi. Itu dilakukan melalui seleksi aktivitas dasar (activity base), yang ada hubungannya dengan semua produk yang dihasilkan selama periode yang menanggung beban overhead produksi, menjalani 58 Ce ———————————————— proses produksi. Seperti diantaranya: biaya pemerliharaan mesin-biaya penggerak mesin- mesin dan sejenisnya. Kesukarannya disini, ialah mengenai pemilihan aktivitas dasarnya menjadi melekat dalam penyelesaian pembuatannya. Untuk itu, kita harus menggunkan dasar yang luas, seperti : (a) Direct Lebor Hours (DLH) = Jam Buruh Langsung (JBL) (b) Machine Hours (MH) = Jam Mesin (JM) yang berarti bahwa biaya langsung, mempunyai pengaruh yang luas untuk digunakan sebagai alat pengukur overhead produksi. Suatu saat, sebuah dasar diambil dengan membagi jumlah estimate overhead produksi dari suatu periode untuk memperoleh suatu tarif, yang akan diterapkan kepada setiap satuan produk yang akan dihasilkan, Formulanya/rumusnya : Tarif overhead produksi (*) : Estimate jumlah overhead produksi Estimate jumlah satuan produk yang akan sat (**) Kebutuhan data estimate. Formula diatas itu, hanya upaya untuk menghitung tarif overhead produksi semata-mata. Biaya overhead produksi yang sebenarnya adalah jarang/ sukar dihitung, bila diinginkan setepat mungkin dalam pembiayaan tidak langsung. Mungkin sekali dapat juga dihitung, akan tetapi hasilnya akan meminta waktu yang sangat lama dan akibatnya akan sangat lambat dalam menetapkan harga pokok produksi, dan menghambat kebijakan dalam marketing perusahaan. Penundaan keputusan sampai akhir periode (= sampai diketahui overhead sebenarnya), akan melambatkan aktivitias perusahaan. Karena alasan itulah, maka tarif overhead produksi lebih banyak dipergunakan perusahaan dalam menetapkan harga pokok satuan produksinya, dari pada menunggu perhitungan overhead produksi yang sebenarnya. Penggunaan tarif overhead produksi, ditunjukkan dalam kartu kerja (sekaligus dengan jumlah satuan yang dibuat), dengan tarif yang dikalikan dengan jumlah satuan kerja. Sebagai ilustrasinya, kita memisalkan suatu perusahaan memperkirakan jumlah overhead produksi, akan mencapai Rp 300.000.000 sedangkan jumlah jam langsung buruh dalam setahun, menurut data normal, diketahui sampai Gam) Rp 1.000.0000,- Oleh karenanya tarif overhead produksi untuk tiap-tiap satuan produk, dapat dihitung : Rp 300,000,000 = Rp 300,- 1.000.000- Catatan : (*) Tarif overhead produksi; kata asalnya ialah "Predetermined overhead rate". (**) Aktivitas dasarnya, dapat menggunakan DLH/JBL atau MH/JM, atau menggunakan hasil produkst bila perusahaannya product oriented, atau ukuran pemakaian bahan bila perusahaannya material oriented. Bila salah satu pekerjaan (yang khusus) dalam periode itu, menggunakan jam buruh selama 54 jam penuh, maka pembebanan overhead produksi kepada pekerjaan tersebut dilakukan sebesar Rp 54 x Rp 300,- = Rp 16.200,- Jumlah biaya overhead produksi sebesar Rp 16.200 itu, dicatat dalam kartu kerja lajur overhead produksi. Dengan demikian maka estimate overhead produksi sudah dimuat dalam Kartu kerja, dan tidak akan ketinggalan dikala kita akan menghitung harga pokok penyelesaian pekerjaan yang bersangkutan itu. Supaya kita lebih memahaminya secara jelas, maka kita akan memperhatikan contoh pengolahan kartu kerja tersebut, seperti yang diilustrasikan dalam Gambar 7a. Marilah kita teliti bersama. Kartu Kerja Pekerjaan No. 2B. 47 Tanggal dimulai : 2.3.82 Bagian : Meubel Tanggal Sclesai : 8.3.82 Jenis : Partisi Satuan Selesai : 5 (berlanjut ......) (Lanjutan ...) Rekapitulasi biaya Satuan-satuan yang dikirim Bahan langsung Rp 460.000 Tanggal | Banyaknya | Jumlah Upah langsung Rp 18.600 4.8.82 5 5 Overhead Produk Rp 16.200 Rp 494.800 Biaya/Satuan _ _Rp_98.960_ Gambar 7* 3.8. PENGHITUNGAN HARGA PRODUKS! SATUAN Dengan mengaplikasikan biaya produksi dalam kartu kerja, kita dapat mengetahui + sapiuulasi dari jenis dan jumlah biaya produksi. (Lihat Gambar 7a, yang mengilustrasikan save seijs dari suatu pekerjaan yang sudah selesai). Jumlah biaya produksi yang Jibagi ety, sdvuan pidd.k yang selesui itu, menghasilkan harga pokok tiap satuan produk selesai. Perbitungan kartu kerja yang telah selesai dan benar, siap untuk dipindahkan datanya bevik «i Kartunya sexidiri) keberkas produksi yang sudah diselesaikan. Bila produk tersebut nes‘ belum terjual, ia akan mempunyai status dan bernilai sebagai persediaan barang + Sedangkan, bila produk tersebut telah terjual, harga pokoknya itu merupakan harga pokok barang dijual (the Costs of Goods sold). 3.9. ULASAN MENGENAI ARUS DOKUMEN Rangkaian peristiwa yang telah didiskusikan itu dituangkan dalam Gambar 8. yang melukiskan arus dari dokumen biayanya. Dari situ kita akan dapat kembali menelusuri, bagaimana biaya itu berakumulasi. 3.10. ARUS BIAYA DALAM JOB ORDER COSTING Untuk memperoleh gambaran yang luas, bagaimana perspektif/perilaku Job Order Costing itu, sekarang kita akan mencoba melihatnya melalui sistem tersebut, namun untuk biaya yang sebenarnya. Kita ambil suatu pemisahan sebuah perusahaan saja, yang memberikan 61 Suatu feed Order | Penjunan dasar membuat order Kartu merupakan dasar untuk menghitung harga pokok tiap satan Produk yang : (1) ‘menunjukkan ailai Suatu order ban akhir, menimbulkan initiatif untuk rape Biaya-biaya dibebankan melalui tiga elemen biaya produksi. (Centoh, pencatatan pembelian Mendebit : Persediaan Bahan Rp 60.000.000. Mengkredit : Utang Rp 60.000.000 Gambar 9 data biaya dan aktivitasnya selama satu bulan. Katakanlah perusahaan pembuat peti kayu "KUAT" yang bekerja selama bulan April 1984, (bulan pertama tahun fiscalnya). Suatu order sudah ditetapkan sejak akhir Maret 1984, bahkan sudah dibiayai pada akhir Maret itu sebesar Rp 30.000.000 kemudian berakumulasi di bulan April 1984. 3.11. PEMBELIAN DAN PENGGUNAAN BAHAN. Selama bulan April 1984, perusahaan pembuatan peti kayu "KUAT" itu membeli bahan sampai seharga Rp 60.000.000 untuk dipergunakan sebagai bahan baku dalam proses produksinya. Tindakan pembeliannya akan kita hayati seperti Gambar 9. Kita ketahui, bahwa persediaan yang dibeli itu, masuk dalam persediaan terlebih dahulu dan tidak otomatis dimasukkan dalam biaya produksi. Yang dimasukkan dalam biaya produksi adalah bahan yang dipergunakan saja. Kalau pada akhir periode ternyata, masih terdapat persediaan bahan, maka persediaan itu merupakan milik perusahaan dan harus tercantum dalam aktiva lancar dalam neraca. Menyangkut bahan yang dipergunakan, kita perlu mémperhitungkannya sebagai unsur biaya produksi. Dalam hal ini kita misalkan perusahaan "KUAT" itu menggunakan bahan di bulan itu senilai Rp 50.000.000,- yang dapat kita hayati dengan sendirinya bila Bagian Accounting perusahaan itu, mencatatnya dengan : Mendebit : Barang-barang dalam proses (karena pemakaian bahan), Rp 50.000.000. Mengkredit : Persediaan bahan (Karena dimasukkan dalam proses produksi) Rp 50,000.00 Gambar 10 Kita masih ingat dengan segar, bahwa pada awal diskusi kita pernah ditekankan bahwa perusahaan "KUAT" ini sudah memulai proses produksi pada akhir bulan Maret yang lalu, dengan pembiayaan sebesar Rp 30.000.000,-, dan kita perlu mempelajari hubungannya dengan pembiayaan yang dibebankan dalam bulan April ini sebagai kelanjutan proses produksi untuk pekerjaan yang bersangkutan. Lihat Gambar 11. Seandainya dalam proses produksi bulan April itu perusahaan "KUAT" perlu menggunakan bahan tidak langsung dan kebetulan saja dalam persediaan lama terdpat persediaan yang cocok untuk itu, dibuatlah oleh bagian produksi, permintaan pemakaian bahan dan bernilai Rp 2.500.000,- dan diizinkan oleh manajemen, maka dipergunakanlah bahan tersebut. Pencatatan dalam Bagian Accounting akan terhayati, sbb : (a) Penggunaan bahan, seperti Gambar 12. (b) Mekanisme biaya, seperti Gambar 13. Arus Nilai Pemakaian Bahan S.d Bulan lalu Rp 30,000.00 [ 5 April Rp 50.000.000 | + - Barang-barang dalam proses S.d Bulan lalu Rp 30.000.000 Aprit Rp 50.000.000 Produksi April Rp 50.000.000 Gambar 11 Catatan * yang memuat data sampai catatan periode yang lalu. 4 Mendebit : Overhead produksi (Biaya tidak langsung) Rp 2.500.000° Rp 2.500.000 Gambar 12 Perlu kita perhatikan, bahwa Perkiraan/Ledger Overhead Produksi, didukung oleh berbagai sub perkiraan/Sub Ledger. Maksud penyelenggaraan Perkiraan Overhead Produksi, ialah untuk mencatat pengakumulasian biaya tersebut, sejalan dengan perkembangan/ kemajuan pekerjaannya sepanjang periode yang bersangkutan. Persediaan Bahan Persediaan lama Pemakaian Proses Rp 5.000.000 Produksi April Pembelian April Rp 50.000.000 Rp 60.000.000 Pemakaian Overhead Melalui permohonan pe- makaian bahan Rp 2.500.000 ee 3.12. UPAH BURUH Sesuai dengan pekerjaan yang dilaksanakan oleh perusahaan "KUAT", bilaiamengerjakan berbagai ragam pekerjaan menurut sifat/cara penggunaan tenaga buruhnya, maka upah burubnya kemungkinan akan terdiri dari dua Klasifikasi, yaitu : — Upah langsung dan - Upab tidak langsung. Upah langsung, akan segera dikaterogikan dalam kegiatan proses produksi, sedangkan upah tidak langsung akan ditambang terlebih dahulu dalam perkiraan overhead perusahaan. Misalkan saja perusahaan itu memperhitungkan upah dan gaji buruh seperti berikut : (a) Upah langsung, Rp 35.000.000 (®) Upah dan gaji tidak langsung Rp 15.000.000 Rp 50,000.000 dan Accounting perusahaan akan menjournalnya, sbb : Mendebit: Barang-barang dalam proses (Upah langsung) Rp 35.000.000 Overhead Produksi : (Upah/Gaji tak langsung) Rp 15,000,000 Mengkredit : Gaji dan Upah Rp 50.000.000 Gambar 14. Sama halnya dengan bahan langsung, upah langsungpun dapat segera diakumulasikan biayanya dalam barang-barang dalam proses untuk pekerjaan yang bersangkutan. Tetapi upah tidak langsung, tidak demikian halnya, ia harus ditampung dahulu dalam overhead produksi, dan baru dibagikan kepada pekerjaan yang bersangkutan menurut cara tertentu. Bagaimana arus biaya buruh nampak dalam suatu bagan (?) Kita dapat mempelajarinya dari gambar 15 3.13. OVERHEAD PRODUKS! Kita, telah mempelajari bahwa semua biaya diluar biaya produksi langsung, tetapi berhubungan dengan kepentingan berproduksi, diklasifikasikan kedalam biaya overhead produksi. Kita ilustrasikan beberapa asumsi dibawah ini : (1) Perusahaan "KUAT" memperkirakan biaya-biaya dibawah ini untuk sebulan lamanya, 66 yakni : — Pemanas, air dan penggerak Rp 18,000.000. ~ Sewa peralatan, Rp 12,000.00 — Rupa-rupa biaya pabrik Rp 10,000,000 Jumiah Rp 40,000.00 Bagian Accounting perusahaan tersebut akan menjurnalnya : Mendebit : Biaya Overhead Produksi : ~ Pemanas, air, penggerak Rp 18.000.000 ~ Sewa peralatan, Rp 12.000.000 — Rupa-rupa biaya pabrik Rp 10,000.000 Rp 40.000.000 Mengkredit. Biaya yang harus dibayar : Overhead produksi Rp 40.000.000 Gambar 15 Kemudian, ada perhitungan tambahan yang timbul (misalnya) karena : (a) tagiban tagihan yang telah dibayar lebih dahulu, untuk bula ini dialokasikan pajak bumi sebesar Rp 2.500.000. (b) premi asuransi yang sudah dibayar lebih dahulu dan untuk bulan ini diperhitungkan sebesar Rp __ 50.000. Jumlah Rp 300.000 yang harus dipikul oleh Overhead produksi. ‘Terhadap beban ini, accounting perusahaan akan menjurnalnya : Mengdebit : Overhead Produksi - Pajak bumi, Rp 250.000 — Biaya asuransi Rp 50.000 Rp 300.000 Mengkredit : Pajak Bumi, Rp 250.000. Biaya asuransi Rp 50.000. Gambar 16 Seandainya, perusahaan tersebut memiliki aktiva tetap yang terkena penyusutan, dan bulan April itu biaya penyusutannya terhitung sebesar Rp 100.000,- maka bagian accounting akan menjurnal : Mendebit : Overhead Produksi karena biaya penyusutan Rp 100.000 Mengkredit : Akumulasi penyusutan Rp 100.000 Gambar 17 3.14. APLIKAS] OVERHEAD PRODUKS! ‘Yang menjadi pembicaraan kita kali ini, ialah bagaimana perkiraan dan hitungan overhead produksi itu dibebankan kepada proses produksi. Jawabannya ialah bahwa kita inarus menggunakan tarif overhead itu (predetermined overhead rate). Menunjuk diskusi kita yang lalu, kita ulang kembali bahwa tarif overhead itu, seyogianya ditetapkan pada awal periode/tahun usaha, agar tidak mengalami kesulitan dalam menerapkannya pada saat-saat kita memerlukan pembebanan overhead kepada produk yang benar-benar dikerjakan pada periode berjalan, supaya penetapan harga pokok barang selesai sebagai pedoman penetapan harga jualnya tidak perlu lama menunggu harga pokok yang sebenarnya. Kalau saja perusahaan "KUAT" itu melaksanakan proses produksinya, ada 3 (tiga) macam pekerjaan, seperti : - Pekerjaan A 3.000 jam penuh. — Pekerjaan B 2.500 jam penuh. - Pekerjaan C 1.500 jam penuh. Jumlah 7.000 jam penuh. dengan tarif overhead Rp 8.000,- untuk tiap jam penuk, maka overhad bulan itu akan dibagikan kepada : 2.000 x Rp 8.000 ? B 2.500. Bp $.000 Pekerjaan © 1,500 x Rp 8.000 Jumish 7.000 x Rp 8.000 = Rp 56.000.000. dan dijumal oleh bagian accounting. | Mendebit: Barang-barang dalam proses. - Pekerjaan A, - Pekerjaan B, — Pekerjaan C, Mengkredit : Overhead Produksi Untuk proses produksi, Rp 56,000,000 Gambar 18 Bagan Arus Biaya dalam Aplikasi Overhead Produksi. Kartu Kerja A Kartu Kerja B Kartu Kerja C Data j.l. Data j.l. Data j.l. Rp 30.000.000 ? ? Data j.l. Data j.l. Data j.l. Rp 50.000.000 ? ? Dari Gb. 18 Dari Gb. 18 Dari Gb. 18 Rp 24.000.000 Rp 20.000.000 Rp 12.000.000 Barang-barang dalam proses Overhead Data j.l. Produksi Rp 30.000.000 Data j.l. 7.000 4p} Rp 50.000.000 jam Dari Gb. 18 a. Rp 56.000.000 Rp 8.000 —— Overhead Produksi Gb. 14 Gb. 18 Rp 15,000.00 Rp 56.000.000 ——J Gb. 15 Rp 40.000.000 Gb. 16 Rp 300.000 Gb. 17 Rp 100.000 Gb. 12 Rp 2.500.000 To_Rp 57.500.000 Gambar 19 3.15. HARGA POKOK BARANG SELESAVPRODUK SELESAI. Bila pekerjaan telah selesai, barang/produk selesai itu dipindahkan dari bagian produksi ke gudang. Dalam pada itu Bagian Accounting akan memperhitungkan pekerjaan selesai itu menurut harga pokoknya yang terdiri dari bahan langsung, upah langsung dan overhead produksi. Pemindahan biayanya harus dilakukan sedemikian rupa seiring dengan pemindahan barang selesai dari pabrik ke gudang. Pemindahan tersebut merupakan pemindahan nilai biaya dari perkiraan barang-barang dalam proses ke perkiraan barang/produk selesai. Bila kita memisalkan perusahaan "KUAT" itu selesai dengan pekerjaan yang dimaksud dengan kartu kerja "A", yang bernilai Rp 104.000.000, dan produknya sebanyak 5.200 buah, jumal pemindah bukuan yang dilakukan oleh Bagian Accountingnya akan berbunyi : Mendebit : Persediaan barang selesai. 5.200 buah pekerjaan "A" Rp 104.000 Mengkredit : Barang-barang dalam proses, Menurut kartu Pekerjaan. "A". Rp 104.000 Gambar 20 Bagaimana dengan pekerjaan barang-barang B dan barang-barang C(?) Selamaia masih belum selesai, maka ia tetap dianggap sebagai barang-barang dalam proses, dan terbawa ke bulan berikutnya. Dalam neraca bulan April Barang B dan barang C, akan termasuk dalam perkiraan barang dalam proses di kelompok aktiva lancar. 3.16. HARGA POKOK BARANG YANG DIJUAL. Sebagai satuan-satuan produk selesai yang dikirimkan kepada pemesan/pembeli, harga pokok satuannya akan dapat diketahui dari kartu kerjanya, yang kita kenal pula sebagai dasar untuk menghitung harga pokok barang selesai, dan dasar pemindah bukuan nilai barang selesai dari perkiraan barang dasar proses ke perkiraan barang selesai. Seandainya penyerahan barang kepada langganan sudah sclesai seluruhnya, maka masalahnya sudah menjadi mudah sekali untuk menghitung harga pokok barang yang dijual tersebut. Kita misalkan barang "A" oleh Perusahaan “KUAT" diperuntukan 2 (dua) orang langganan yaitu Toko "X" dan Toko "Y” masing-masing sebanyak 3.500 buah dan 1.700 buah. Adapun yang selesai akhir April diserahkan seluruhnya ialah kepada Toko "X" sebanyak 3.500 buah dengan harga jual seharga Rp 30.000.- tiap satuannya. Artinya telah dijuallah barang "A" itu sebanyak 3.500 buah. Bagian accounting akan menjurnal. n Mendebit : Piutang, (Toko "X) atas penyerahan 3.500 buah barang A, @ Rp 30.000,- Rp 105,000,000. Mengkredit : Penjualan, karena penyerahan 3.500 buah barang A, ke Toko X, Rp 105.000.000. serta menjurnal pula : Mendebit : Harga pokok barang yang dijual 3.500 buah barang "A". 104.000.000 (@) Rp Rp 70,000.00. 5.200 Mengkredit : Persediaan barang selesai. diserahkan pada Toko 3.500 buah barang "A" Rp 70.000.000 Gambar 21 3.17. BIAYA-BIAYA YANG BUKAN BIAYA PRODUKS! Di luar biaya produksi, biasanya ada pembiayaan lain seperti pembayaran gaji, fasilitas Kantor, asuransi, baik untuk mempertanggungjawabkan kantor ataupun pabriknya, juga kegiatan penjualan. Itu semua tidak merupakan biaya yang melekat pada kegiatan operasional pabrik, tetapi lebih cenderung kepada pembiayaan kantor dan penjualan. Akan tetapi beban tersebut adalah biaya yang harus dipikul oleh perusahaan. Selama bulan April itu, dimisalkan perusahaan mempunyai beban biaya seperti itu, terdiri dari: — Gaji top manajemen Rp 20.000.000. Gaji staff di kantor, Rp 12.000.000. - Biaya iklan, Rp 30.000.000. - Biaya penjualan Rp 5.000.000. — Biaya umum dan administrasi Rp 10.000.000, Jumlah Rp 7.000.000. ‘Jurnal dari beban biaya tersebut akan berbunyi, Mendebit : Biaya iklan Rp 30.000.000. Biaya penjualan Rp 5.000.000. Biaya umum dan administrasi. = Gaji top manajemen Rp 20.000.000 - Gaji staff, Rp 12.000.000. - Biaya umum, Rp 10.000.000. Rp 42.000.000. Mengkredit : Gaji belum dibayar Rp 32.000.000 Utang. Biaya-biaya belum dibayar Rp 45.000.000 Gambar 22. Kalaupun perusahaan itu mempunyai beban biaya seperti diatas, tidak akan mempengaruhi kepada harga pokok barang selesai seperti telah kita bicarakan terlebih dahulu. Demikian pula perusahaan yang bersangkutan melaksanakan pembebanan penyusutan gedung kantor, kendaraan, asuransinya dan biaya lain yang tidak menyangkut proses produksi. 3.18. ULASAN MENGENAI ARUS BIAYA Dengan beberapa diskusi kita diatas, selesailah perbincangan kita mengenai arus biaya, sekalipun baru merupakan pembiaraan secara sekilas saja. Yang ‘perlu kita dalami lebih jauh supaya kita lebih dapat memahaminya, adalah bagaimana arus biaya itu akan nampak skematiks. Untuk itu, kita masukkan diskusi diatas ita kedalam sebuah bagan. Perhatikan Gambar. 23. Bagan Arus Biaya (Lanjutan) (Ditulis dalam Ribuan Rupiah) Persediaan Bahan Barang dalam Proses Persd. Barang Selesai 5.000 30.000 60,000 | 50.000 |p) 50.000 | 104.000) 104.000 70.000 - 56.000 | | Overhead Produksi Hargapkk brg yang dijual | | 56.000 4 70.000 «4a = Gj yang harus dibayar Biaya umum dan adm. 32.000 42.000 UTANG Biaya iklan Sebelum mempelajari 10.000 gambar ini, supayadilihat 35.000 },>| 30.000 dabulu : 45.000 (a) Gambar, 19. (b) Gambar, 20. . (©) Gambar, 21. dan Biaya penjualan (a) Gambar, 22. Lp} 5.000 Gambar 23 Kalkulasi harga pokok barang selesai dan harga pokok yang dijual Harga pokok barang selesai (barang "A") Bahan langsung. Persediaan awal Rp 5.000.000. Pembelian Rp.60,000.000. 4 Jumlah penyediaan bahan Rp 65.000.000. Persediaan akhir Rp 15.000.000. Pemakaian kedalam proses produksi Rp 50.000.000. Upah langsung, Rp_60.000.000. Overhead produksi Upah/gaji tak langsung Rp 15.000.000. Pemanas, air dan penggerak Rp 18.000.000. Rupa-rupa biaya pabrik Rp 10.000.000. Pajak kekayaan & asuransi Rp 300.000. Penyusutan-penyutuan Rp 100.000. Sewa peralatan Rp 12.000.000. Bahan tidak langsung, Bp .2.500.000, Jumlah Rp 57.900.000. Alokasi pekerjaan B dan C. Rp 32.000.000. Pembebanan/pengalokasian kurang 1.900.000 Rp 33.900.000. Dibebankan kepada proses pesduksi barang,A° J Jumlah biaya produksi bulan ini Rp 134,000.00. Nilai barang dalam proses di awal bulan Rp 30.000.000. Nilai barang dalam proses di akhir bulan ini {Rp.60.000,000), Harga pokok barang selesai (Barang "A", 5.200 buah) Rp 104,000.00. 5 Harga pokok barang yang dijual ! ‘Andaikan pada awal bulan terdapat ! persediaan awal, bemilai Rp 5.000.000(#) ! Produksi yang selesai bulan ini ! Pada akhir bulan, diumpamakan terdapat barang- a barang yang masih belum dijual (persediaan akhir). Harga pokok dari, barang-barang yang dijual Rp 70.000.000. Catatan : (*) Perumpamaan disini semata-mata, karena dalam gambar 23. tidak dimuat. (**) Sebagai dampak perumpamazn (*) diatas, maka persediaan akhir yang dalam gambar 23. sedianya akan menunjukkan Rp 104.000.000. - Rp 70,000.000,- yaitu sebesar Rp 34.000.000. karena pers, awalpun tak dijual seluruhnya, maka naik menjadi Rp 39.000.000, Gambar 24, 3.19. PROBLEMA DALAM MENGAPLIKASIKAN OVERHEAD PRODUKSI Beberapa problema yang terdapat dalam pengaplikasian overhead produksi kita perbincangkan di bawah ini 3.19.1. Konsep pembebanan lebih dan pembebanan kurang Semenjak tarip overhead itu ditetapkan pada awal proses produksi dimulai kita berpijak pada data yang selalu diestimasian (diperkirakan), biasanya akan diketemukan perbedaan pada akhir proses produksi; manakala pembebanan tarif itu sudah dilakukan diperkalikan terhadap satuan-satuan produksi yang dihasilkan, kemudian dibandingkan dengan overhead produksi yang sebenarnya. ‘Agar kita mempunyai alat peraga untuk membicarakan contoh penghitungnya, kita akan mengambil pemisalan berikut : (1) Perusahaan industri CEPAT, menetapkan tarif overhead produksinya dengan tiap jam mesin sebesar Rp 1.000/jam mesin. yang selama periode bersangkutan berlangsung : (a) diperhitungkan pada setiap ada satuan produk yagn dihasilkan (tiap-tiap hari) sampai berjumlah 120.000 satuan produk dengan menggunakan 96.000 jam mesin @ Rp 1.000 overheadnya = Rp 96.000.000. (b) tatkala periode proses produksi tersebut ditutup, ternyata, yang dari waktu ke waktuu diperhitungkan/dimasukkan kedalam ledger overhead produksi selama itu, berjumlah = Rp 95.450.000. Disini, kita ketahui terjadi pembebanan lebih, Rp 550.000. Kita ambil pemisalan lain yaitu seperti berikut : (II) Perusahaan industri KILAT, menetapkan tarif overhead produksinya menurut jam penuh, sebesar Rp 2.000/jam penuh buruh, yang selama satu periode proses produksi, telah diperhitungkannya 75.000 satuan produk selesai dalam 8.750 jam buruh @ Rp 2.000,- jadi berjumlah = Rp 17.500.000. Ledger overhead produksi yang dikerjakan teliti dan rapih penutupannya pada akhir periode itu, menyatakan overhead produksi berjumlah = Rp 18.000.000. Nampaklah disini adanya pembebanan kurang Rp 500.000. Dalam pekerjaan accounting, data lebih pembebanan ataupun kekurangan pembebanan kedalam harga pokok produksi selesai, tidaklah merupakan pekerjaan yang sulit. Ia dapat menjadi/dijadikan faktor koreksi. seperti: Dari contoh (1), lebih dibebankan sebesar Rp 550.000,-, dapat dilakukan penyesuaian dengan jumal : Mendebit : Overhead produksi (penyesuaian kelebihan, pembebanan periode)Rp 550.000. Mengkredit : Laba/rugi perhitungan tarif overhead, Rp 550.000 yang diikuti dengan jumnal (x) Mendebit : Harga pokok barang selesai Rp 96.000.000 Mengkredit : Barang-barang dalam proses Rp 96.000.000 Gambar 25 Dari contoh (11), kurang membebankan sebesar Rp 500.000,- dapat dilakukan penyesuaian dengan jumal. Mendebit : Barang-barang dalam proses, (Penyesuaian kurang membebankan periode) Rp 500.000. Mengkredit Overhead produksi, yang diikuti dengan jurnal (x) Rp 500.000 Mendebit Harga pokok barang selesai Rp 17.500.000 Mengkredit : Barang-barang dalam proses, Rp 17.500.000 Gambar 26. Catatan : (x) Bila belum ada jumnal sebelumaya Namun demikian, pembicaraan kita tidak akan diselesaikan disini, karena yang baru saja kita lukiskan diatas itu, masih ada cara pemecahan lain yang perlu kita bicarakan sekaligus pada halaman berikut ini. Kembali kepada konsep yang kita diskusikan sekarang, kita tidak perlu mengandalkan adanya cara penyelesaian incaurut jalur accounting umum, namun yang perlu kita perhatikan adalah memperkecil kekurangen atau kelebihan pembebanan tarip itu sendiri. Upaya memperkecil perbedaan antara tarip dengan kenyataan itu, dapat diusahakan dengan cara pengambilan rata-rata tiga bulan dan tarip ditetapkan tiap-tiap awal bulan. Dengan demikian, diharapkan perbedaan tidak akan terlalu besar, sehingga penetapan harga pokok barang selesai sebagai pedoman harga jual tidak terlalu jauh dari kenyataan yang akan dialami. Kita mengumpakan perusahaan industri CEPAT mempunyai data historis selama 3 (tiga) bulan berturut-turut, seperti berikut : (1) Bulan 1 95.000 119.000 94.762.500 (2) Bulan 2 95.500 119.400 95.975.000 (3) Bulan 3 96.000 120.000 95.450.000 286.500 358.400 286.187.500 karena perusahaan tersebut mendasarkan taripnya kepada penggunaan jam mesin, maka tarip jam mesin untuk bulan ke-4, dapat ditetapkan : 286.187.500 jam mesin = Rp 999/jam mesin P 286.500 Per ji ‘P i Bila kita umpamakan perusahaan industri KILAT, mempunyai data historis selama tiga bulan berturut-turut : Satuan produksi | Biaya overhead Jam buruh | dihasilkan sebesarnya (Unit) Rp. 1) Bulan 4 9.000 77.150 18,500.000 2) Bulan 5 10.000 85.725 20.555.500 3) Bulan 6 8.750 75.000 18.000.000 21.150 237.875 57.055.500 maka tarip Overhead produksinya, dapat ditetapkan lebih dahulu untuk bulan ke-7, sebesar 57.055.500 => _suntuk tiap jam kerja buruh = Rp 2.056/Jam kerja buruh. P 27.750 ip J a P 3.19.2. Menempatkan sisa lebih atau sisa kurang overhead produksi Bagaimana atau dimana kita harus tempatkan, bila seandainya pada akhir suatu periode terdapat kelebihan atau kekurangan pembebanan overhead produksi, dikarenakan kita sudah terlebih dahulu menggunakan tarip. (7) Biasanya perusahaan menetapkan untuk mengambil kebijaksanaan menggunakan salah satu cara dari: (1) Memperhitungkannya kepada harga pokok barang yang dijual, atau (2) Mengalokasikan perbedaan tersebut, kedalam barang-barang yang masih dalam proses, dan kedalam persediaan barang selesai, serta kepada harga pokok barang yang dijual. Ad.1. Memperhitungkan perbedaan/sisa overhead produksi kepada harga pokok barang yang dijual. Banyak dari perusahaan menggunakan cara ini, dengan mendasarkan kepada alasan mudahnya pengalokasian. Dalam menghayati cara ini, kita mengambil misal dibawah ini: Perusahaan industri CEMERLANG, menetapkan tarip overhead produksinya dengan dasar tiap-tiap jam penuh sebesar Rp 5.000,- selama bulan Februari 19x6, dihasilkan produksi sebanyak 9.000 buah dengan menggunakan waktu 325 jam penuh, dan karenanya perkiraan barang dalam proces dengan perkiraan lawan Overhead produksi, dibebani perhitungan, sebesar Rp 1.625.000,- Sedangkan overhead sebenamya, adalah sebesar Rp 1.750.000,- Kita ketahui, bahwa disini terdapat kekurangan pembebanan, sebesar Rp _125.000,- Perhitungan lain, 9.000 buah produk yang telah selesai itu mempunyai elemen-elemen biaya: — Biaya langsung, Rp 21.000.000,- - Upah langsung, Rp 9,000.000,- — Overhead, Rp 1.625.000,- Jumlah Rp 31.625.000,- yang diketahui, bahwa dari sejumlah 9.000 buah produk tersebut terjual sebanyak 8.750 buah, dan mempunyai harga pokok yang dijual sebesar : 8.750 x Rp. 31.625.000,-Rp 30.746.528.- dan karena perusahaan mempunyai kebiasaan membebankan kekurangan overheadnya dengan menambahkan kepada harga pokok barang yang terjual, maka kekurangan pembe- banan yang kita bicarakan baru saja di halaman lalu sebesar_ Rp 125.000,- menjadi menambah harga pokok yang dijualnya schinggaharga pokok barang yang dijualnya = Rp 30.871.528,- Ad.2. Mengalokasikan kekurangan pembebanan itu kepada perkiraan-perkiraan barang dalam proses, persediaan barang selesai, harga pokok barang yang dijual, sangat tergantung kepada situasi pekerjaan yang diolah selama periode yang dibebani overhead produksi yang sebenarnya, sampai sejauh mana kemajuan (progress) masing-masing, maka atas dasar itulah pengalokasiannya, dilakukan. Kita memisalkan sebuah perusahaan industri, katakanlah Pabrik Tegel AWET, menetapkan tarip overheadnya ialah menurut jam mesin @ Rp 1.000,-/jam mesin. Selama bulan Maret 1995 telah diserahkan langsung dari pabrik ke pemesan/dijual se-100.000 buah tegel, dan jam mesin telah dipergunakan sebanyak; 12.000 jam, sementara barang selesai bulan itu yang dimasukkan ke gudang adalah 30.000 buah tegel. Kepada perkiraan Overhead Produksi, dengan sendirinya telah dibebankan tarip, sebesar: 12.000 jam mesin @ Rp 1.000,- Rp 12,000.000,- Sedangkan overhead sebenarnya di bulan itu Rp 15.000.000,- Sehingga, nampak ada kekurangan membebankanRp 3.000.000,- Data di Bagian Accounting, menyatakan bahwa biaya produksi bulan itu terdiri dari : (1) Bahan langsung Rp 14.000.000,- (2) Upah langsung Rp 13.000.000,- (3) Overhead Rp 15.000,000,- Rp 42,000.000,- Berdasarkan progress pekerjaan produksi di bulan tersebut biaya produksi berimbang sebagai berikut : (1) Barang dalam proses 13,33% = Rp_5.198.700,- (2) Persediaan barang selesai, 20,-% = Rp 7.800.00,- (3) Harga pokok barang yang dijual 66,67% = Rp 26.001.300,- Jumlah 100% = Rp 39.000.000.- Pengalokasian Overhead Produksi yang tersisa (1) 13,33% ke Barang-barang dalam process Rp 399.000,- (2) 20% ke Persediaan barang selesai Rp 600.000, 3) 66,67% — ke Harga pokok barang yang dijual Rp 2.000.000,- 100% dengan pengalokasian Rp 3.000.000,- Oleh karenanya, maka seluruh pengalokasian biaya produksinya akan nampak seperti di bawah ini : Barang-barang dalam proses Harga pokok barang selesai Harga pokok barang yang dijual Jumlah Pengalokasian Semula | Susulan Sisa Jumlah Rp Rp Rp 5.198.700 399.900 5.598.600 7.800.000 600.000 8.400.000 26.001.300 2.000.100 28.001.400 39.000.000, 3.000.000 42.000.000 Bagaimanakah halnya, bila di akhir bulan (yang bukan akhir tahun usaha), terdapat perbedaan antara jumlah pengenaan tarif dengan jumlah overhead produksi yang sebenanya itu, berupa kelebihan melekatnya tarif kepada proses produksi.(?) Bila kejadian demikian dialami, maka perbedaan tersebut sebaiknya dijadikan reserve, untuk kemudian diperhitungkan dengan kekurangan membebankan dikemudian hari. Dan bila sampai akhir periode tahun buku usaha, perbedaan itu masih menunjukkan kekurangan membebankan, maka perhitungan laba/rugilah tempat kita menyelesaikannya. PERISTILAHAN Biaya Khusus, Semua Biaya Produksi, Sistem, penghitungan/penetapan biaya menurut proses produksi, Sistem, penghitungan penetapan biaya menurut job order/jenis pekerjaan Bentuk Permintaan Bahan, Kartu kerja, (Kartupekerjaan) Kartu upah (Kartu waktu) Tarif Overhead Produksi Pembebanan Overhead Produksi Pembebanan kurang, Overhead Produksi, Pembebanan lebih, overhead produksi, UNTUK LATIHAN & DISKUS! KELAS. 3. Kebutuhan Data Biaya 3.1. Biaya tiap satuan produk. ABSORPTION COST. FULL COST. PROCESS COSTING SYSTEM JOB ORDER COSTING SYSTEM. MATERIAL REQUISITION FORM. JOB COSTS SHEET. TIME TICKET. PREDETERMINED OVERHEAD RATE. OVERHEAD APPLICATIONS. UNDER UPPLIED OVERHEAD. OVERUPPLIED OVERHEAD. 1. Uraikanlah oleh anda, apakah yang dimaksud dengan Absorption Costing itu. (!) 2. Apakah anda dapat membedakan antara pengertian: — Process Costing, dengan ~ Job order Costing. (?) 3, Sebutkanlah olch anda 3 (tiga) macam kebutuhan data-data biaya yang diperlukan manajemen, dan untuk keperluan apa saja (?) 4. Apakah Sdr. mengenal formula Process Costing. (?) Kemukakanlah. 5. Tentu sekali, anda sudah mengenal baik tiga macam elemen biaya produksi (pada dasamnya). Sebutkan. 6. Apakah selalu bahan-bahan itu dapat dimasukkan kedalam klasifikasi biayalangsung (2) Mengapa (?). Uraikan. 7. Apakah selalu upah itu dapat diklasifikasikan sebagai biaya langsung (?) Mengapa (2) Jelaskan. - ‘Apakah yang dimaksud dengan Overhead Produksi itu. (?) Uraikan. 9. Kasus 1. Sebuah perusahaan industri, yang menghasilkan satu macam barang dan berjalan terus menerus, mempunyai data sebagai berikut : (a) Pada awal bulan, mempunyai perkiraan barang-barang yang dalam proses, Rp 32.000.000,- (b) Sclama periode bulan ini, telah dimasukkan kedalam proses produksi: 1. Bahan-bahan Rp 150.000.000,- 2. Upah Rp 90.000.000,- 3. Overhead produksi Rp 70.000.000,- (©) Pada akhir periode bulan ini, diketahui/diukur, bahwa terdapat barang-barang yang masih dalam proses yang bernilai Rp 15.000.000,- Hitunglah oleh Anda : Berapakah nilai barang yang dapat diselesaikan selama bulan ini. (?) 10. Kasus 2. Suatu perusahaan industri yang menghasilkan 3 (tiga) macam barang, dengan proses produksi yang dilaksanakan bersamaan : Data untuk bulan yang bersangkutan dari perusahaan tersebut, diketahui seperti dibawah ini. (a) Biaya produksi langsung yang masih terdapat dalam barang-barang yang masih dalam proses di awal bulan: 1. Barang A, — Rp 3.000.000,- 2. BarangB, — Rp 2.000.000,- 3. BarangC, — Rp5.000.000.- Rp 10.000.000,- (>) Bahan dan upah langsung yang masuk dalam proses produksi selama bulan itu, ialah untuk : 1. Barang A, — Rp 35.000.000,- 2. BarangB, — Rp 40.000.000,- 3. BarangC, — Rp 22.000.000.- Rp 97.000.000,- (© Dibulan itu pula telah dibebankan overhead produksi, untuk : 1. Barang A, — Rp 11.000.000,- 2. BarangB, — Rp 16.000.000,- 3. BarangC, Rp 13,000.000.- Rp 40,000.000,- Sedangkan barang-barang dalam proses pada akhir bulan, dinilai : 1. BarangA, Rp— 2. BarangB, — Rp 6.000.000, 3. BarangC, Rp 7.000.000,- Rp 13.000.000,- Hitunglah oleh anda, berapakah nilai barang selesai (hitung pula masing-masing jenis barang) selama bulan itu. 3.2. Predetermining Overhead Costs. Penghitungan tarip 1. Kenalkah anda akan formula Predetermining Overhead Costs. (?) Sebutkanlah. 2. Apakah yang anda jadikan faktor pembilang untuk formula predetermined over- head costs itu. (?) 3. Apakah yang anda jadikan faktor pembagi untuk formula predetermined overhead costs itu. (2) Apakah alasannya. (?) Bagaimana anda menerapkan tarip overhead itu. (?) Apakah pembebanan tarip overhead itu, pada akhir periode tidak akan menimbulkan perbedaan dengan overhead yang sebenarnya. 6. Mengapa pembebanan tarip overhead itu dipandang perlu tanpa menunggu over- head yang sebenamya. (7) 3.3. Pembebanan kurang atau pembebanan lebih ovehead. 1. Bagaimana pendapat anda bila suatu periode ; anajemen mengambil keputusan pembebanan tarip overhead yang terlalu besar « chingga melebihi overhead yang sebenarnya. 2. Bagaimana pandangan anda bila suatu periode 1.anajemen mengambil keputusan pembebanan tarip overhead yang mengakibatk-n kurang membebankan, karena ternyata overhead yang sebenarnya lebih besar. 3. Apakah ada cara yang baik untuk membebankan/melimpahkan kekurangan atau kelebihan dari perbedaan overhead sebenamya dengan pembebanan tarip itu. (?) Coba uraikanlah oleh anda. 4. Bagaimana upaya anda untuk mengusahakan supaya pada akhir periode tidak terdapat perbedaan yang menyolok antara jumlah tarip overhead dengan overhead yang sebenarnya. (?) Jelaskan. 5. Kasus, Suatu perusahaan industri telah membebankan tarif overhead produksi atas 100.000 satuan produk yang selesai @ Rp 500.000 = Rp 30.000.000,- pada akhir periode (bulan) ybs diketahui bahwa biaya overhead produksi yang sebenamya berjumlah Rp 31.500.000,- Sehingga kurang membebankan Rp 1.500.000,- Kerjakanlah oleh anda bagaimana membebankan kekurangan pembebanan overhead produksi tersebut. Buatlah dalam dua jawaban : (1). Pembebanan pada harga pokok barang yang dijual, dila diketahui, dari produk barang selesai itu telah dijual sebanyak 85,5%. (2) Pembebanan biaya overhead kepada 3 (tiga) sektor yakni : barang dalam proses, barang selesai dan harga pokok barang yang dijual, bila diketahui kegiatan usaha di bulan itu adalah mencapai : ae (a) Barang dalam proses 50% (b) Barang selesai, masih belum dijual 9,5 % (©) Barang yang telah terjual, 85,5. %. 100 % 34, Aplikasi Pembebanan Biaya Perhitungan harga satuan produk 1. Kemukakanlah oleh anda bagaimana formula penghitungan harga pokok tiap satuan produk selesai. 2. Kasus: Suatu perusahaan produksi, pada awal periode, mempunyai barang dalam proses, Rp 12.000.000. Selama bulan yang bersangkutan telah dimasukkan ke dalam proses produksi: Biaya langsung (bahan dan upah) Rp 38,000.00. Diperhitungkan pula overhead, Rp 20.000.000. ‘Sedangkan pada akhir bulan, dalam proses produksinya masih terdapat barang yang masih dikerjakan, Rp 5.000.000. ‘Adapun satuan-satuan produksi yang selesai (completed) ada sejumlah 11.000 buah Hitunglah harga pokok satuan barang yang selesai itu. 3.5. Perhitungan harga pokok barang yang dijual 1. Dimanakah dalam neraca, anda dapatkan nilai barang-barang selesai itu. 2. Berkedudukan sebagai apakah barang selesai yang diserahkan kepada pembeli/ pemesan/langganan, selain disebut sebagai the costs of goods (?) 3. Bagaimanakah kaitan the costs of goods sold dengan hasil penjualannya sendiri, dalam suatu perusahaan (2) 4, Kasus, suatu perusahaan, pada awal bulan memiliki persediaan barang selesai bernilai Rp 9.000.000,- Selama bulan itu masuk ke persediaan barang selesai dari produksi, karena proses pembuatan yang rampung, seharga Rp 77.000.000,- Secara berangsur dari hari ke hari dilakukan penjualan kepada langganan, schingga persediaan barang selesai di akhir bulan tertinggallah Rp 1.000.000. Hitunglah harga pokok barang yang telah dijual, selama bulan ini (1). 3.6. Biaya-biaya yang bukan biaya produksi : 1. Apakah anda mengenal istilah biaya periodik (?) 2. Apakah biaya-biaya: gaji bulanan di kantor, asuransi, iklan dan sejenisnya seperti, penerangan listrik, tilpon dsb menurut anda sebaiknya dimasukkan kedalam biaya produksi secara langsung. Bagaimanakah sifat/perilaku biaya periodik itu pada umumnya (?) 4. Kasus Suatu perusahaan industri dalam suatu periode telah memperhitungkan : (1) Biaya umum dan administrasi_ Rp 40.000.000,- » 2) Biaya penjualan Rp 50.000.000,- @) Biaya iklan, Rp 20.000.000,- (4) Bunga modal pinjaman Rp 12.000.000,- Data lain ditunjukkan, sbb : (@) Persediaan awal barang sclesai Rp 10.000.000,- () Produksi yang diselesaikan Rp 310.000.000,- (©) Persediaan akhir barang selesai Rp 20.000.000,- Sedangkan jumlah penjualan selama periode tersebut Rp 500.000.000 Susunlah, oleh anda Income Statement perusahaan tersebut.

You might also like