You are on page 1of 8

smart_ebook

Lebih Lengkap - Lebih Luas - Lebih Dalam

Senin, 12 September 2011


Anatomi dan Fisiologi Payudara

Payudara (buah dada) atau kelenjar mammae adalah salah satu organ reproduksi
pada wanita yang berfungsi mengeluarkan air susu. Payudara terdiri dari lobules-
lobulus yaitu kelenjar yang menghasilkan ASI, tubulus atau duktus yang
menghantarkan ASI dari kelenjar sampai pada puting susu (nipple). Kelenjar
mammae merupakan cirri pembeda pada semua mamalia. Payudara manusia
berbentuk kerucut tapi sering berukuran tidak sama.

Payudara terletak pada hermithoraks kanan dan kiri dengan batas-batas yang
tampak dari sebagai berikut:
- Batas Superior : iga II atau III
- Batas Inferior: iga VI atau VII
- Batas Medial: pinggir sternum
- Batas Lateral: garis aksillars anterior

Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :


1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.
2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.
3. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.
Anatomi payudara

Korpus

Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel
Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah.

Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus.

Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap
payudara.
ASI dsalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa
duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).

Areola

Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya
memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun
saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI
keluar.

Papilla

Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan
terbenam (inverted).
Bentuk puting susu normal

Bentuk puting susu pendek

Bentuk puting susu panjang

Bentuk puting susu terbenam/ terbalik

Kulit puting susu banyak mengandung pigmen tetapi tidak berambut. Papilla dermis
banyak mengandung kelenjar sabasea. Sedangkan kulit pada areola juga banyak
mengandung pigmen, tetapi berbeda dengan kulit puting susu, ia kadang-kadang
mengandung folikel rambut. Kelenjar sebaseanya biasanya terlihat sebagai nodulus
kecil pada permukaan areola dan disebut kelenjar Montgomery.
Kelenjar payudara (mammae, susu) terletak di bawah kulit, di atas otot dada.
Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200
gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram.

Payudara dibagi menjadi empat kuadran. Dua garis khayalan ditarik melalui puting
susu, masing-masing saling tegak lurus. Jika payudara dibayangkan sebgai piringan
sebuah jam, satu garis menghubungkan “jam 12 dengan jam 6” dan garis lainnya
menghubungkan “ jam 3 dengan jam 9”. Empat kuadran yang dihasilkannya adalah
kuadran atas luar (supero lateral), kuadran atas dalam (supero medial), kuadran
bawah luar (infero lateral), dan kuadran bawah dalam (infro medial).

Ekor payudara merupakan perluasan kuadran atas luar (supero lateral). Ekor
payudara memanjang sampai ke aksilla dan cenderung lebih tebal ketimbang
payudara lainnya. Kuadran luar atas ini mengandung masa jaringan kelenjar
mammae yang lebih banyak atau langsung di belakang areola dan sering menjadi
tempat neoplasia.

Pada kuadran media atas dan lateral bawah, jaringan kelenjarnya lebih sedikit
jumlahnya, dan yang paling minimal adalah yang di kuadran medial bawah. Jaringan
kelenjar payudara tambahan dapat terjadi di sepanjang garis susu, yang
membentang dari lipatan garis aksillaris anterior, menurun hingga lipatan paha.

Payudara normal mengandung jaringan kelenjar, duktus, jaringan otot penyokong


lemak, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe.

Jaringan Kelenjar, Duktus dan Jaringan Penyokong

Jaringan kelenjar terdiri dari 15-25 lobus yang tersebar radier mengelilingi puting.
Tiap-tiap segmen mempunyai satu aliran yang akan berdilatasi, sesampainya di
belakang areola. Pada retro areolar ini, duktus yang berdilatasi itu, menjadi lembut,
kecuali saat dan selama ibu menyusui, duktus ini akan mengalami distensi. Masing-
masiang duktus ini tak berisi, dan mempunyai satu bukaan ke arah puting (duktus
eksretorius).

Tiap lobus dibagi menjadi 50-57 lobulus, yang bermuara ke dalam suatu duktus yang
mengalirkan isinya ke dalam duktus askretorius lobulus itu. Setiap lobulus terdiri atas
sekelompok alveolus yang bermuara ke dalam laktiferus (saluran air susu) yang
bergabung dengan duktus-duktus lainnya, untuk membentuk saluran yang lebih
besar dan berakhir ke dalam saluran sekretorik. Ketika saluran-saluran ini mendekati
puting, saluran-saluran ini akan membesar, untuk menjadi tempat penampungan air
susu (yang disebut sinus laktiferus), kemudian saluran-saluran tersebut menyempit
lagi dan menembus puting dan bermuara di atas permukaannya.

Di antara kelenjar susu dan fasia pektrolis, juga di antara kulit dan kelenjar tersebut
mungkin terdapat jaringan lemak. Di antara lobulus tersebut, ada jaringan ikat yang
disebut ligamentum cooper yang merupakan tonjolan jaringan payudara, yang
bersatu dengan lapisan luar fasia superfisialis yang berfungsi sebagai struktur
penyokong dan memberi rangka untuk payudara.
Vaskularisasi Payudara

Arteri

Payudara mendapat aliran darah dari:


1. Cabang-cabang perforantesa mammaria interna. Cabang-cabang I, II, III, IV,
V dari a. mammaria interna menembus di dinding dada dekat tepi sternum
pada interkostal yang sesuai, menembus m. pektoralis mayor dan memberi
aliran darah pada tepi medial glandulla mamma.
2. Rami pektoralis a. thorako-akromialis. Arteri ini berjalan turun di antara m.
pektoralis minor dan m. pektoralis mayor. Pembuluh ini merupakan pembuluh
utama m. pektoralis mayor, arteri ini akan memberikan aliran darah ke
glandula mamma bagian dalam (deep surface)
3. A. thorakalis lateralis (a. mammae eksternal). Pembuluh darah ini berjalan
turun menyusuri tepi lateral muskulus (otot = m) pektoralis mayor untuk
mendarahi bagian lateral payudara.
4. A. thorako-dorsalis. Pembuluh darah ini merupakan cabang dari a.
subskapularis. Arteri i memberikan aliran darah ke m. latissmus dorsi dan m.
serratus magnus. Walaupun arteri ini tidak memberikan pendarahan pada
glandula mamma, tetapi sangat penting artinya, karena pada tindakan radikal
mastektomi, pendarahan yang terjadi akibat putusnya arteri ini sulit dikontrol,
sehingga daerah ini dinamakan “ the bloody angel”.

Vena

Pada daerah payudara terdapat tiga grup vena:

a. Cabang-cabang perforantes v. mammaria interna

Vena ini merupakan vena yang tersebar pada jaringan payudara yang mengalirkan
darah dari payudara dan bermuara pada v. Mammaria interna yang kemudian
bermuara pada v. minominata.

b. Cabang-cabang v. aksillaris, yang terdiri dari v. thorako-akromialis. v. thoraklais


lateralis dan v. thorako-dorsalis.
c. Vena-vena kecil bermuara pada v. interkostalis

Vena interkostalis bermuara pada v. Vertebralis, kemudian bermuara pada. Azygos


(melalui vena-vena ini, keganasan pada payudara akan dapat bermetastase
langsung ke paru).

Sistem Limfatik Pada Payudara

a. Pembuluh Getah bening

- Pembuluh getah bening aksilla:


Pembuluh getah bening aksilla ini mengalirkan getah bening dari daerah-daerah
sekitar areola mamma, kuadaran lateral bawah dan kuadaran lateral atas payudara
- Pembuluh getah bening mammaria interna:
Saluran limfe ini mengalirkan getah bening dari bagian dalam dan medial payudara.
Pembuluh ini berjalan di atas fasia pektorlais lalu menembus fasia tersebut sistem
pertorntes menembus m. pektrolis mayor. Kemudian berjalan ke medial bersama-
sama dengan sisitem pertorntes menembus m. interkostalis dan bermuara ke dalam
kelenjar getah bening mamaria interna.

Dari kelenjar mammaria interna, getah bening menglilr melalui trunkus limfatikus
mamaria interna. Sebagian akan bermuara pada v. kava, sebagian akan bermuara
ke duktus thorasikus (untuk sisi kiri) dan duktus limfatikus deksrta(untuk sisi kanan)

Pembuluh getah bening di daerah tepi medial kuadran medial bawah payudara.
Pembuluh ini berjalan bersama-sama vasa epigastrika superior, menembus fasia
rektus dan masuk ke dalam kelenjar getah bening preperikadial anterior yang
terletak di tepi atas diafragma, di atas ligmentum falsiform. Kelenjar getah bening ini
juga menampung getah bening dari diafragma, ligamentum falsiforme dan bagian
antero superior hepar. Dari kelenjar ini, limfe mengalir melalui trunkus limfatikus
mammaria interna.

b. Kelenjar-kelenjar Getah Bening

Kelenjar getah bening aksilla

Terdapat enam grup kelenjar getah bening aksilla:


 Kelenjar getah bening mammae eksterna. Untaian kelenjar ini terletak di
bawah tepi lateral m. pektoralis mayor, sepanjang tepi medial aksilla. Grup ini
dibagi dalam 2 kelompok:
- Kelompok superior, terletak setinggi ingerkostal II-III
- Kelompok inferior, terletak setinggi interkostal IV-V-VI
 Kelenjar getah bening scapula. Terletak sepajang v. subskapularis dan
thoralodoralis, mulai dari percabangan v. aksillaris mejadi v. subskapularis,
sampai ke tempat masuknya v. thorako-dorsalis ke dalam m. latissimus dorsi.
 Kelenjar getah bening sentral (central nodes). Terletak di dalam jaringan
lemak di pusat aksila. Kadang-kadang beberapa di antaranya terletak sangat
superficial, di bawah kulit dan fasia pada pusat aksila, kira-kira pada
pertengahan lipat aksila depan dan belakang. Kelenjar getah bening ini
adalah kelenjar getah bening yang paling mudah diraba dan merupakan
kelenjar aksilla yang terbesar dan terbanyak jumlahnya.
 Kelenjar getah bening interpektoral (rotters nodes). Terletak antara m.
pektoralis mayor dan minor, sepanjang rami pektoralis v. thorako-akromialis.
Jumlahnya satu sampai empat buah.
 Kelenjar getah v. aksillaris. Kelenjar-kelenjar ini terletak sepanjang v. aksillaris
bagian lateral, mulai dari white tendon m. laitssimus dorsi sampai ke sedikit
medial dari percabangan v. aksillaris-v.thorako akromialis.
 Kelenjar getah bening subklavikula. Terletak di sepanjang v.aksillaris, mulai
dari sedikit medial percabangan v.aksillaris-v.thorako-aktomialis sampai
dimana v. aksillaris menghilang di bawah tendo m.subklavius. kelenjar ini
merupakan kelenjar aksilla yang tertinggi dan termedial letakya. Semua getah
bening yang berasal dari kelenjar-kelenjar getah bening aksilla masuk ke
dalam kelenjar ini. Seluruh kelenjar getah bening aksilla ini terletak di bawah
fasia kostokorakoid.

 Kelenjar getah bening prepektoral, Kelenjar getah bening ini merupakan


kelenjar tunggal yang kadang-kadang terletak di bawah kulit atau di dalam
jaringan payudara kuadran lateral atas disebut prepektoral karena terletak di
atas fasia pektoralis.

 Kelenjar getah bening interna, Kelenjar-kelenjar ini terdapat di sepanjangt


trunkus limfatikus mammaria interna, kira-kira 3 cm dari tepi sternum, terletak
di dalam lemak di atas fasia endothoraiska. Pada sela tiga, diperkiran
jumlahnya sekitar 6-8 buah.

Susunan saraf

Susunan saraf payudara berasal dari cabang cutaneneous cervical dan saraf
thorako spinal. Cabang saraf ketiga dan keempat cutaneus dari plexus cervicalis,
melewati bagian anterior, berakhir di jajaran tulang tiga yang kedua. Cabang-cabang
ini menyuplai sensor ke bagian payudara atas, saraf thoracic spinal, T3, T6
membentuk saraf intercostals dan bercabang dari otot peectoralis major dekat
sternum untuk mensuplai sensor ke bagian lateral payudara. Percabangan T2
memasuki bagian atas tubuh saraf interkostobrachial dan mensuplai sensor ke
aksila. Susunan saraf areola dan puting susu disuplai oleh saraf parikang thoracic
yang bercabang-cabang dengan bentuk membulat.

Laktasi

Masing-masing payudara terdiri atas sekitar 20 percabangan duktus yang terbuka


melalui sinus ke atas permukaan putting susu. Terdapat benang-benang penyangga
dari jaringan fibrosa yang melekatkan ke dinding dada, dan terdapat banyak sel-sel
lemak di antara lobulus.

Sistem duktus telah terbentuk dengan baik setelah pubertas, karena keterlibatan
estrogen, tetapi sekretorius asini hanya berkembang pada kehamilan di bawah
pengaruh kadar progesterone yang tinggi. Prolaktin, suatu hormon dari kelenjar
hipofisis, meningkatkan aksi baik pada estrogen maupun progesterone.

Setelah kelahiran anak, penurunan kadar estrogen dan progesterone menyebabkan


peningkatan sekresi prolaktin dan hal ini merangsang sekresi air susu ibu oleh
kelenjar asini. Sekresi yang pertama dihasilkan adalah kolostrum cairan yang kaya
akan protein yang mengandung antibody. Setelah hari ketiga terbentuk laktasi
normal.

Penghisapan bayi pada payudara merangsang puting susu menyebabkan refleks


sekresi dari hormon oksitosin dari kelenjar hipofisis anterior. Oksitosin menyebabkan
kontraksi serat-serat otot polos di sekitar asini dan air susu dengan cepat diejeksikan
dari putting susu. Suatu refleks yang dikenal sebagai “letdown” terbentuk pada
beberapa hari pertama menyusui tetapi dengan jelas dipengaruhi oleh emosi.
Pelepasan oksitosin juga membantu uterus untuk berkontraksi sehingga uterus
kembali ke ukuran normalnya.

Prolaktin, suatu hormon yang disekresi oleh glandula pituitaria interior, penting untuk
produksi air susu ibu, tetapi walaupun kadar hormon ini di dalam sirkulasi maternal
meningkat selama kehamilan, bekerjanya hormon ini dihambat oleh hormon
plasenta. Dengan lepasnya / keluarnya plasenta pada akhir proses persalinan, maka
kadar estrogen dan progesteron berangsur-angsur turun sampai tinfkat dapat
dilepaskannya dan diaktifkannya prolaktin.

Terjadinya suatu kenaikan pemasokan darah beredar lewat payudara dan dapat
diekstaksi bahan penting untuk pembentukan air susu. Globulin, lemak dan molekul-
molekul protein dari darah sel-sel sekretoris akan membengkakkan acini dan
mendorongkannya menuju ke tubuli laktifer.

Kenaikan kadar prolaktin akan menghambat ovulasi dan dengan demikian juga
mempunyai fungsi kontrasepsi, tetapi ibu perlu memberikan air susu 2 sampai 3 kali
setiap jam agar pengaruhnya benar-benar efektif.

Dua faktor yang terlibat dalam mengalirkan air susu dari sel-sel sekretorik ke papilla
mamae: tekanan dari belakang dan efek neurohormonal.

You might also like